Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu institusi yang memberikan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada masyarakat. Salah satu
bentuk pelayanan yang di berikan oleh rumah sakit adalah memberikan
pelayanan makanan kepada semua pasien yang dilayani.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit ( PGRS) adalah pelayanan yang di
sesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,
dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh
pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap keadaan pasien. Pelayanan Gizi Rumah Sakit
( PGRS ) merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna
rumah sakit dengan beberapa kegiatan antara lain : perawatan gizi rawat
inap dan perawatan gizi rawat jalan ( PGRS.2003).
Untuk mencapai serta memelihara kesehatan dan status gizi
optimal, tubuh perlu mengkonsumsi makanan sehari-hari yang mengandung
zat-zat gizi yang seimbang. Bila tubuh dapat mencerna, mengabsorbi dan
memetabolisme zat-zat gizi tersebut secara baik, maka akan tercapai
keadaan gizi seimbang. Tetapi dalam keadaan sakit melalui modifikasi diet
diupayakan agar gizi seimbang tetap bisa tercapai. ( Almatsier, 2007 )
Dalam upaya pemenuhan zat gizi yang optimal pada pelaksanaan
asuhan gizi diperlukan keterlibatan dan kerja sama yang erat antar berbagai
profesi terkait yang tergabung dalam tim asuhan gizi terutama ahli gizi
karena pengaturan makanan yang baik merupakan kegiatan yang harus
diperhatikan. Oleh karena itu peran seorang ahli gizi sangat diperlukan yaitu
dalam menetapkan preskripsi diet, rencana diet, evaluasi status gizi, serta
memberikan konseling gizi kepada pasien sesuai dengan informasi yang
dibutuhkan ( Almatsier, 2007 )

Sehubungan dengan uraian diatas maka mahasiswa diwajibkan

1
untuk turut serta dalam kegiatan Manajemen Asuhan Gizi Klinik terhadap
pasien Hepatitis B Akut yang berada di Ruang Pandan Wangi kelas III
RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama empat hari dimulai tanggal 7 Juni
2010 sampai dengan 10 Juni 2010.

B. TUJUAN
b.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan manajemen asuhan gizi klinik
pada Penderita Hepatitis B Akut di Ruang Pandan Wangi RSUD. Dr.
Soetomo Surabaya.
b.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu membaca dan mencatat data penderita.
b. Mahasiswa mampu melakukan anamnesa riwayat gizi pasien
c. Mahasiswa mampu melakukan recall 24 jam
d. Mahasiswa mampu menghitung asupan zat gizi pasien berdasarkan
recall 24 jam
e. Mahasiswa mampu menganalisa data subyektif dan obyekif untuk
menentukan diagnosa gizi pasien
f. Mahasiswa mampu menyusun asuhan gizi dengan metode NCP
(Nutrition Care Process)
g. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran antropometri,
menganalisis data laboratorium, data klinis dan data fisik pasien.
h. Mahasiswa mampu menentukan status gizi pasien
i. Mahasiswa mampu merencanakan terapi diet yang sesuai dengan
penyakit dan kebutuhan zat zat gizi pasien
j. Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan penyuluhan
serta konsultasi gizi
k. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan mengevaluasi
asuhan gizi yang telah dilakukan yaitu meliputi asupan makanan,
data antropometri, fisik, klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium
l. Mahasiswa mampu menyusun laporan kegiatan yang telah
dilakukan

2
C. MANFAAT
c.1 Bagi Mahasiswa
Dapat mempelajari dan memahami penatalaksanaan diet serta
intervensi pada pasien dengan diagnosa medik Hepatitis B Akut.
c.2 Bagi Rumah Sakit
Dapat memberi masukan untuk pelayanan gizi di Rumah Sakit.
c.3 Bagi Instalasi Gizi
Dapat memberikan pelayanan dan meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan gizi di Rumah Sakit.
c.4 Bagi pasien dan Keluarga Pasien
Dapat meningkatkan pengetahuan keluarga tentang pemberian
diet yang sesuai dengan kondisi penyakit pasien.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hepatitis B
a.1. Pengertian

3
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh
"Virus Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang
dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada
sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker
hati. Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi
epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi
endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia (Hermansyah, 2009)
Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan
obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon
tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain
yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga
menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan,
terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun
yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak
sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja
rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.
( Hermansyah, 2009 )

a.2. Etiologi
1. Hepatitis virus B
Virus yang lengkap berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm
yang di sebut partikel Dane.
2. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti
karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan
zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern.

a.3. Cara Penularan


Hepatitis B umumnya menular jika darah dan aliran tubuh
lainnya seperti semen (air mani) atau sekresi vagina dari seseorang
yang terinfeksi memasuki tubuh orang yang belum terinfeksi.
Penularan biasanya melalui :
1. Kontak seksual dengan penderita

4
2. Gigitan atau melalui mulut
3. Pemakaian jarum suntik bersama, sikat gigi, pisau cukur, alat tindik
telinga, alat tato dan akupuntur
4. Dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya pada saat melahirkan
Virus hepatitis B tidak ditemukan dalam keringat, air mata, urin
atau sekresi pernafasan. Hepatitis B tidak ditularkan melalui
pemakaian bersama perkakas makan, pelukan, batuk, bersin dan
pegangan tangan. Penelitian menunjukkan hepatitis B tidak menular
melalui makanan dan minuman.
Sebagian besar orang dewasa yang terinfeksi hepatitis B akan
sembuh tanpa masalah, akan tetapi tidak pada bayi dan anak-anak.
Semakin muda seseorang terinfeksi pertama kali, maka semaki besar
kemungkinan berkembang menjadi kronis.
a) Jika orang dewasa terinfeksi : 10% akan berkembang menjadi
kronis
b) Jika seorang anak terinfeksi : 50% akan berkembang menjadi
kronis
c) Jika seorang bayi terinfeksi : 90% akan berkembang menjadi
infeksi kronis
d) Cara mengetahui apakah seseorang terinfeksi hepatitis B atau
tidak adalah melalui pemeriksaan darah. Ada 3 pemeriksaan
standar yang biasa dilakukan yaitu:
1. HBsAg ( hepatitis B surface antigen) :
Adalah penanda awal hepatitis B yang muncul 4-12 minggu
setelah terinfeksi. Bila HBsAg menetap dalam darah selama 6
bulan, berarti terjadi infeksi kronis.
2. Anti HBc ( antibodi hepatitis B core ) :
Adalah antibodi terhadap antigen inti hepatitis B. Antibodi
ini terdiri dari 2 tipe yaitu : IgM ( imunoglobulin M ) anti HBc dan
IgG anti HBc.
Anti-HBc IgM :
Muncul 2 minggu setelah HBsAg terdeteksi, dapat
bertahan hingga 6 bulan. Berperan pada core window ( fase
jendela ) yaitu masa dimana HBsAg sudah hilang, tetapi anti-

5
HBsAg belum muncul 10% hepatitis akut tidak terdeteksi
hanya dengan memeriksa HBsAg.
Anti-HBc IgG :
Muncul sebelum anti-HBc IgM hilang, Terdeteksi
pada hepatitis akut dan kronik Dapat bertahan pada fase
penyembuhan ( kadar rendah ), Tidak mempunyai efek
protektif. Interpretasi hasil positif anti-HBc biasanya
tergantung hasil pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs.
3. Anti-Hbs (antibodi terhadap hepatitis B surface antigen)
Jika hasilnya positif atau reaktif menunjukkan adanya
imunitas atau kekebalan terhadap infeksi virus hepatitis B baik
dari imunisasi maupun dari proses penyembuhan infeksi masa
lampau. Seseorang yang terinfeksi masa lampau tidak dapat
menularkan penyakitnya kepada orang lain. ( Zubair, 2010 )

a.4. Patofisiologi
Masa inkubasi bervariasi, tergantung pada agennya, refleksi
virus dalam hati meningkat, yang di ikuti oleh penampilan komponen
virus dan nekrosis sel hati bersama respons peradangan yang
menyertai. Antibodi non spesifik dapat meningkat sama seperti pada
infeksi virus lainnya. Perubahan morfologi hati pada hepatitis A, B, C
(nonA dan non B), adalah identik. Pada kasus klasik, ukuran dan
warna hati nampak normal, tetapi kadang-kadang sedikit oedem,
membesar dan berwarna seperti empedu. Secara histologi, terjadi
kekacauan hepatoseluler, cedera dan necrosis hati, dan peradangan
perifer.
Perubahan reversible bila fase akut penyakit mereda. Pada
beberapa kasus, necrosis sub masif atau masif dapat mengakibatkan
payah hati yang berat dankematian. Hepaptitis virus D merupakan
hibrid DNA virus hepatitis B. virus ini dapat menular sendiri secara
langsung dan bersifat hepatoksit. Bentuk ini akan memperbanyak
bentuk hepatitis kronik. (Saputra, 2010)

a.5. Manifestasi Klinis

6
Infeksi HBV dapat menimbulkan akibat klinis yang berbeda-
beda bagi setiap individu, penderita dapat mengalami salah satu dari
beberapa keadaan seperti dibawah ini ;
1. Tetap sehat.
Terjadi bagi mereka yang memiliki kekebalan ( anti HBS ),
Mengidap tetapi tetap sehat, Bila HBS Ag menetap ( persistem )
selama lebih dari 6 bulan tanpa disertai kelainan virus.
2. Hepatitis akut ikterik.
Ditandai masa prodromal selama 3 6 hari, kadang-kadang
sampai 3 minggu, pasien merasa tidak sehat, anorexia, mual,
kadang demam ringan, ras sakit pada bagian kanan atas perut,
rasa lesu, cepat lelah & sakit lemah. Gejala prodromal mereda saat
timbul ikterus yang dimulai dengan perubahan warna urein menjadi
lebih gelap seperti teh pekat. Pada stedium ikterik ini timbul rasa
gatal ( pruritus ) selama beberapa hari, hati teraba membesar, rata,
kenyal dan nyeri tekan kadang disertai pembesaran linfe. Setelah 1
4 minggu masa ikterik, penyembuhan berlangsung dengan
sendirinya ditandai oleh meredanya ikterus, kembalinya nafsu
makan dan keadaan kembali normal.
3. Hepatitis akut an ikterik.
Pada bentuk ini keluhan sangat ringan dan samar-samar,
umumnya hanya anorexia dan ganguan pencernaan, pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan hiperbilirubinemia ringan,
pemeriksan flopia lesi positife dan bilirubinuria, urein secara
makroskopis berwarna seperti teh pekat.
4. Hepatitis akut tulminan.
Bentuk ini hampir semuanya mempunyai prognosis jelek,
kematian biasanya terjadi dalam 7 10 hari ssejak mulai sakit.
Pada waktu yang singkat terhadap gangguan neorologik, faktor
hepatik dan muntah yang peresisten, terdapat demam dan ikterus
yang menghebat dalam waktu yang singkat, pada pemeriksaan

7
didapatkan hati yang mengecil purpura, dan perdarahan
gastrointestinal.
5. Hepatitis Kronik.
Diduga bahwa pasien Hepatitis B kronik mengalami episode
subklinis dari hepatits akut dengan gejala yang sangat ringan
sehingga luput dari perhatian. Dugaa kearah kromositas dimulai
manakala keadaan SGOT & SGPT tidak pernah menjadi normal
selama 6 bulan dari awal hepatitis akut disertai dengan peresistensi
HBS Ag serum. Seringkali dijumpai ikterus hepatoseluler yang
hilang timbul pada saat general chek- up, tampak adanya ikterus,
spider nevi, hepato splenomegali, eritema palmar dan kelainan
biokimiawi serta serologi diagnostik hanya dapat dipastikan dengan
pemeriksaan biopsi dan gambaran PA. Pada hepatitis kronik aktif
umumnya berakhir menjadi sirosis hepatis. (Saputra, 2010)

a.6. Pemeriksaan Penunjang


1. Tes serologik : HBS Ag (+).
2. Tes Hibridasi : HBV DNA.
3. Tes RIA ( Radio Imuno Assay ) : HBV Diva Polimerase.
4. Pemeriksaaan darah : SGOT & SGPT meningkat.
5. USG : Biasanya hanya dapat mendeteksi Hepatomegali yang tidak
spesifik.
6. Pemeriksaan Histologik : Biopsi Hati.
Penting untuk menilai aktivitas, mendeteksi ada tidaknya sirosis,
mencari kemungkinan penyebabnya dan menilai hasil pengobatan.
Dewasa ini diagnosis untuk sebagian besar pasien Hepatitis B
kronik ditegakkan berdasarkan gejala klinis, peningkatan kadar
SGOT, SGPT dan Gama GT, dengan tanpa Hiperbilirubinemia, HBS
Ag (+), menetap dan gambaran Ultrasonography.
(Saputra, 2010)

a.7. Pengobatan Medis


Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa
yang ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah
diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan
untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.

8
a. Pengobatan oral yang terkenal adalah :
1. Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog,
yang dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa
maupun anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan
enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor
bersinambungan dari dokter.
2. Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara
oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi
akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
3. Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada
penderita Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini
adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan
enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat
ini belum dikatakan stabil.
b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;
Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel
radioaktif pemancar sinar yang akan menghancurkan sel kanker
hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa
Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN,
ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3
kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping
pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang
memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa
sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam
yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.
(Anonim,2009)

a.8. Pencegahan
Vaksinasi sedini mungkin adalah upaya pencegahan yang paling
tepat, khususnya di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi.
Vaksinasi dapat melindungi sekitar 90-95% populasi dewasa muda.
Vaksin hepatitis B aman diberikan pada bayi, anak-anak maupun orang
dewasa. Untuk mencegah penularan secara vertikal, setiap ibu hamil

9
dianjurkan periksa HBsAg, agar dokter dapat mengambil keputusan
dalam penanganan ibu hamil selanjutnya, dan agar bayi yang baru
lahir dari ibu pengidap segera diberi imunisasi hepatitis B.
Secara umum cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghindari
tertular hepatitis B adalah sebagai berikut :
a. Selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan
b. Hindari jajan makanan disembarang tempat atau "jajan" yang lain
c. Hindari penularan melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi, jarum suntik, alat tato, akupuntur yang tidak steril
d. Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)
e. Pemeriksaan darah donor terhadap virus hepatitis
f. Hindari seks yang beresiko
g. Lakukan vaksinasi sedini mungkin.(Zubair, 2010)

B. Penatalaksanaan diet
b.1. Diet Hati I
Diet golongan ini diberika pada penderita hepatitis akut yang
nafsu makannnya cukup, menurut kondisi penyakit dan keluhan
pasien , makanan diberikan dalam bentuk lunak/ biasa,

b.2. Tujuan
Memberikan makanan yang tepat dan secukupnya pada penderita
penyakit hati dengan biaya murah, guna mempercepat perbaikan faal
hati tanpa memberatkan pekerjaannya, dengan cara :
1. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan
lebih lanjut dan meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.
2. Mencegah katabolisme protein
3. Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat
badan bila kurang.
4. Mencegah atau mengurangi asites, varises esovagus, dan
hipertensi portal.
5. Mencegah koma hepatik.
b.3. Prinsip
Tinggi Energi
Protein diberikan cukup

10
Lemak diberikan cukup
Karbohidrat diberikan cukup
b.4. Syarat
Syarat-syarat diet hepatitis adalah :
1. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan
bertahap sesuai dengan kemampuan pasien, yaitu 30-40 kkal/kg
BB.
2. Protein cukup, yaitu 1,0-1,2 g/kg BB agar terjadi anabolisme
Protein. Pada kasus Hepatitis Fluminan dengan nekrosis dan gejala
ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak dalam darah,
pemberian protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu
sebanyak 30-40 g/hari. Protein nabati memberikan keuntungan
karena kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran
amoniak melalui feses. Namun, sering timbul keluhan berupa rasa
kembung dan penuh.
3. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam
bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien
mengalami steatorea, gunakan asam lemak dengan asam lemak
rantai sedang Mediun Chain Triglyceridel (MCT). Jenis makanan ini
tidak membutuhkan aktivitas lipase dan asam empedu dalam
proses absorbsinya. Pemberian lemak sebanyak 45 gram dapat
mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
4. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila
perlu diberikan suplemen B kompleks, C, dan K serta mineral seng
dan zat besi bila ada anemia.
5. Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites.
Bila pasien mendapat diuretika, garam natrium dapat diberikan
lebih leluasa.
6. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi.
7. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau
makanan biasa sesuai dengan kemampuan saluran cerna.
( Almatsier, 2007 )

b.5. Makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan


1. Makanan yang dianjurkan

11
Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi-
umbian.
Sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu,
kacang hijau, sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan
gas.
Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah
dicerna seperti gula-gula, sari buah, selai, sirup, manisan, dan
madu.
Menurut Encyclopedia of Natural Medicine:
Suatu diet natural, yang rendah kandungan lemak tak jenuh baik
natural maupun buatan.
Karbohidrat sederhana (gula, tepung putih, jus buah, madu, dll)
Oxidised fatty acids (minyak goreng) dan lemak hewani.
Diet yang kaya serat sangat dianjurkan.

Jonathan Wright, M.D menyarankan:


Diet rendah protein untuk meminimalkan tekanan pada liver.
Pola makan dengan porsi kecil sepanjang hari.
Menghindari makanan-makanan yang memberi tekanan seperti
gula buatan, alkohol, dan kafein.
Mengkonsumsi banyak air yang difilter.
Minum jus lemon segar setiap pagi dan sore yang diikuti dengan
jus sayuran adalah salah satu yang paling disarankan untuk liver.
Lakukan ini secara konsisten selama dua sampai empat minggu
dan kemudian setiap pagi beberapa kali dalam seminggu untuk
beberapa bulan, kemudian setiap kali gejala timbul.
Makan banyak sayuran setiap hari.
Yang ideal adalah paling tidak satu salad dan satu porsi sayuran
yang dikukus atau ditumis ringan setiap hari.
Biji-bijian mudah dicerna, seperti padi-padian, gandum, dll sangat
baik untuk pencernaan.

12
2. Makanan yang tidak dianjurkan
Bahan makanan yang dibatasi untuk diet hati adalah dari
sumber lemak, yaitu semua makanan dan daging yang
mengandung lemak dan santan serta bahan makanan yang
menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak,
ketimun, durian dan nangka.
Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hati
adalah makanan yang mengandung alkohol, teh atau kopi kental.
Beberapa pantangan yang harus dihindari antara lain :
1) Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti
daging kambing dan babi, jerohan, otak, es krim, susu full
cream, keju, mentega/ margarine, minyak serta makanan
bersantan seperti gulai, kare, atau gudeg.
2) Makanan kaleng seperti sarden dan korned.
3) Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast
food.
4) Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang
merah, kool, sawi, lobak, mentimun, durian, nangka.
5) Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica,
cuka, jahe.
6) Minuman yang mengandung alkohol dan soda.(Anonim, 2007)

13
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 7 Juni 2010 dan asuhan
gizi dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut, yaitu pada tanggal 8 Juni
2010 sampai dengan tanggal 10 Juni 2010.
B. Tempat
Asuhan gizi dilakukan di Ruang Pandan Wangi kelas III RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
C. Metode pengambilan data
Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah
1) Observasi/ pengamatan
Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung kepada pasien
dan keluarga pasien tentang keadaan fisik dan asupan makan.
2) Wawancara

14
Wawancara dilakukan pada pasien dan keluarga pasien tentang
anamnesa gizi dan recall makanan 24 jam, serta riwayat penyakit dahulu,
sekarang dan riwayat penyakit dalam keluarga.
3) Pengukuran
Pengukuran dilakukan untuk menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan dengan cara penimbangan dengan menggunakan
timbangan injak dan pengukuran langsung
4) Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data tentang identitas
pasien, diagnosa dan data-data penunjang lainnya. Data tersebut
diperoleh dari data rekam medis pasien.

BAB VI
GAMBARAN UMUM PASIEN

A. Identitas Pasien
1. Nama : Nn. E
2. No. Register : 11.05.52.52
3. Ruangan : Ruang Pandan Wangi.
4. Umur : 16 tahun
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Alamat : Tambak Pring Timur 5 No. 27, Surabaya
7. Agama : Islam
8. Pendidikan : SMP
9. Tgl MRS : 06 Juni 2010
10. Diagnosa MRS : Hepatitis Virus Akut ( Suspect Hepatitis A )

B. Data Subyektif
b.1. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit sekarang : nyeri ulu hati sejak 2 hari SMRS
disertai mual, muntah, dan pusing, BAB putih 1x, BAK (+)

15
Riwayat penyakit dahulu :
1. Pernah mengalami Gastritis
2. Pada saat usia 14 tahun pernah dirawat di RSUD Dr. Soetomo
Ruang Palem dengan keluhan dermatitis selama 2 minggu
Riwayat penyakit keluarga : di dalam keluarga tidak ada yang
mempunyai riwayat pernah menderita Hepatitis B.

b.2. Riwayat gizi


Pola makan pasien
Tabel 1. Pola makan pasien
Frekuensi
Bahan
No Sumber >=1x/hr 1-3x/mg <1x/mg Tidak
makanan Keterangan
pernah
1 KH Nasi V @ 100 gr/ 1 entong
Roti V @40 gr/ 2 ptng sdg
Mie V @80 gr/ 1 bgkus
2 L. Hewani Daging V @50 gr/ 1 ptng sdg
Ayam V @100 gr/ 2 ptg sdg
Telur V @30 gr/ butir
3. L. Nabati Tempe V @25 gr/ 1 ptg sdg
Tahu V @50 gr/ 1 ptg sdg
4. Sayuran Sawi V @40 gr/ gelas
Bayam V @40 gr/ gelas
5. Buah Jeruk V @150 gr/ 2 buah
Apel V @100 gr/ 1 buah
6. Minuman Susu Milo V @1 gelas/ 200 cc
Teh Manis V @1 gelas 200 cc
7. Lain-Lain Pentol V @60 gr/ 12 biji

Alergi/Pantangan terhadap makanan


Pasien tidak mempunyai alergi ataupun pantangan terhadap bahan
makanan apapun

b.3. Keadaan social ekonomi


Pasien berasal dari keluarga golongan ekonomi menengah
Ayah bekerja sebagai wiraswasta (bergerak di bidang otomotif),
dengan penghasilan rata-rata perbulan adalah Rp. 2.500.000,
sedangkan Ibu adalah seorang Ibu Rumah Tangga.

16
Pasien adalah anak ke-3 dari tiga bersaudara, kedua saudara
pasien telah bekerja
Pasien mempunyai kebiasaan makan di luar dan hanya makan
masakan rumah pada saat makan malam saja.
b.4 Kebiasaan Hidup
Merokok :-
Obat-obatan yang biasa diminum : Promag
Minum alcohol : tidak
Olah raga : Ya ( 1x/ minggu )

b.5. Skrining Gizi


Tabel 2. Skrining Gizi
No Skrining Ya Tidak Sejak
1 Perubahan berat badan - V -
2 Nafsu Makan turun V - MRS
3 Alergi/pantangan - V -
4 Mual, Muntah V - MRS
5 Anorexia V - MRS
6 Perubahan aktifitas fisik V - MRS
7 Gangguan Menelan - V -
8 Gangguan Mengunyah - V -

C. Data Obyektif
c.1. Data Antropometri
- BB = 45 Kg
- TB = 155 cm

c.2. Pemeriksaan fisik/klinis


- Data klinis
Tabel 3. Data Klinis tanggal 07 Juni 2010
Pengukuran Hasil Normal

17
Suhu 36,70C 360-370C
RR 18x/menit 20-30/menit
Nadi 80x/menit 80-100x/menit
Tensi 100/60 mmHg 120/80 mmHg

- Data fisik
1. Bising Usus Normal
2. Oedema ( - )
3. Ascites ( - )
4. Ikterus ( - )
5. Keadaaan Umum : cukup

c.3. Data laboratorium


Tabel 4. Data Biokimia tanggal 6 Juni 2010
No Data lab Nilai normal Hasil
1 HBs Ag +, jika indeks > 2,1 +
2 IgM anti HBC -, jika indeks < 1,2 +
3 SGOT 0 38 U/ L 906 U/ L
4 SGPT 0 41 U/ L 1348 U/ L
5 Bilirubin Direct 0,00 0,20 mg/ dl 0,83 mg/ dl
6 Bilirubin indirect < 0,6 mg/dl 0,66 mg/ dl
7 Bilirubin Total Gen 2 0,3 1,0 mg/ dl 1, 49 mg/ dl
8 Leukosit 4,5 10,5x 103 U/ L 4,0x 103 U/ L
9. Albumin 3,4 -5 g/ dl 4,64 g/ dl

c.4. Pemeriksaan Penunjang : -

c.5. Analisa zat gizi


Tabel 5. Analisa zat gizi pasien
Pengamatan Energi Protein Lemak Karbohidrat
(Kkal) (gram) (gram) (gram)
a. Anamnese 2185,7 68,95 82,66 263,9
b. Kebutuhan 1800 45 50 292,5
c. Recall 24 jam 1074,7 36,06 35,48 141,63
% asupan (a/b) 121,4% 150,01% 165,3% 90,1%
% asupan (c/b) 59,7% 80,1% 78,96% 48,4%

D. Assesment
d.1. Diagnosis medis
Hepatitis B Akut
d.2. Status gizi
Status gizi ditentukan berdasarkan Rumus IMT
= BB X 100%
2
( TB ) cm

18
= 45 kg X 100%
( 1,55 )2 cm
= 18,72
Status Gizi adalah Status Gizi Normal

d.3. Diagnosa gizi


% Asupan zat Gizi ( energi, protein, lemak dan KH ) recall 24 jam
kurang dari kebutuhan yang disebabkan oleh berkurangnya nafsu
makan dan masih ada keluhan mual muntah yang ditandai dengan %
asupan recall 24 jam energi (59,7%), protein ( 80,1%), lemak (78,96%)
dan KH (48,4%) ( NI 1.4, NI 52.1, NI 51.1, NI 53.1 )

Peningkatan nilai laboratorium SGOT, SGPT dan Bilirubin yang


disebabkan oleh adanya gangguan pada organ hepar yang dialami
pasien yang ditandai dengan nilai hasil pemeriksaan kadar SGOT
mencapai 906 U/L, SGPT 1348 U/L, bilirubin direct (0,83 mg/dl),
bilirubin indirect (0,66 mg/dl), dan bilirubin total (1,49 mg/dl) (NC 2.2)

Kurangnya informasi yang berhubungan dengan makanan bergizi


yang disebabkan oleh adanya kebiasaan makan sehari-hari yang
salah yang ditandai dengan suka makan/ jajanan di luar dan menyukai
makanan yang digoreng-goreng dan bersantan.( NB 1.1 )

E. Planning Gizi
e.1. Terapi diet : Diet Hati I 1800 kal
e.2. Bentuk makanan : Makanan Biasa
e.3. Tujuan diet
1. Mempertahankan status Gizi pasien agar tetap normal
2. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan
hati lebih lanjut
3. Mengurangi keluhan mual dan muntah
e.4. Prinsip
1. Cukup Energi
2. Protein diberikan cukup
3. Lemak diberikan cukup
4. Karbohidrat diberikan cukup

e.5. Syarat

19
1. Energi tinggi diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien yaitu 1800
kal yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sehari-
hari, untuk proses metabolisme dalam tubuh dan untuk mencegah
pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai dengan
kemampuan pasien, yaitu 40-45 kal/kg BB.
2. Protein cukup, yaitu 1,-1,2 g/kg BB agar terjadi anabolisme Protein.
Pada kasus Hepatitis Fluminan dengan nekrosis dan gejala
ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak dalam darah,
pemberian protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu
sebanyak 30-40 g/hari. Protein nabati memberikan keuntungan
karena kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran
amoniak melalui feses. Namun, sering timbul keluhan berupa rasa
kembung dan penuh.
3. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam
bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien
mengalami steatorea, gunakan asam lemak dengan asam lemak
rantai sedang Mediun Chain Triglyceridel (MCT). Jenis makanan ini
tidak membutuhkan aktivitas lipase dan asam empedu dalam
proses absorbsinya. Pemberian lemak sebanyak 45 gram dapat
mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
4. Karbohidrat diberikan cukup yang diperoleh dari total kalori energi
dikurangi sisa dari kalori protein dan kalori lemak yaitu 292,5 gram
yang dipergunakan sebagai sumber energi utama dalam tubuh dan
sebagai simpanan energi dalam bentuk glikogen.
5. Bentuk makanan biasa dengan frekuensi pemberian 3x makanan
utama 2x makanan selingan.

e.6. Perhitungan kebutuhan


1) Berat Badan Ideal

BBI = ( TB - 100) 10% x ( TB - 100)


= ( 155 - 100) 0,1 x ( 155 - 100)
= 55 5,5
= 49,5 kg

20
2) Kebutuhan Energi

BEE = 655,1 + ( 9,46 X BBA) + ( 1,96 x TB) - ( 4,68 x U)


= 655,1 + ( 9,46 x 45) + ( 1,96 x 155 ) (4,68 x 16 )
= 655,1 + 425,7 + 288,3 - 74,88 kal
= 1369,1 74,88 kal
= 1294,22 kal
TEE = BEE x Faktor aktivitas x Faktor stress
= 1294,22 kal x 1,3 x 1,3
= 2187,23 kal energi = 40 kal/ kg BB
= 40 kal x45 kg
= 1800 kal
Kebutuhan Protein= 1,0 gr/ Kg BB
= 1,0 x 45
= 45 gr
Kebutuhan Lemak = 25% dari total kalori
= 0,25 x 1800 kal
9 kal/ gr
= 450 kal
9 kal/ gr
= 50 gram
Kebutuhan KH
= total energi {( kalori protein + kalori lemak)}
4 kal/ gr
= 1800 [(4 x 45)+(9 x 50)] kkal
4 kkal/ gr
= 1800 [(180)+(450)] kkal
4 kkal/ gr
= 1800 630 kkal
4 kkal/ gr
= 1160 kkal
4 kkal/ gr
= 292,5 gr
e.7. Rencana penyuluhan
- Topik : Diet Hati I
- Tujuan :
Menginformasikan tujuan dari diit yang diberikan.
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga pasien
tentang makanan yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh
dikonsumsi.
- Materi :
Pengertian diit yang diberikan.
Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi.

21
Pembagian makanan sehari.
- Metode : Diskusi dan Tanya jawab.
- Sasaran: Pasien dan Keluarga pasien.
- Waktu : ( 20 menit).
- Tempat : Ruang Pandan Wangi.
- Media/sarana : Leaflet , Daftar Bahan Makanan Penukar dan food
model.
- Evaluasi : menanyakan kembali materi yang telah dijelaskan
kepada keluarga pasien.
-
e.8. Terapi medis
- Infus D 5% 500 cc
- Infus PZ ( NaCl ) 500 cc
- Curcuma tablet 3x/ 1 tablet
- Syspenol 3x/ 1 tablet
- Injeksi Omeprazole 2x/ 1 Amp

e.9. Evaluasi
- Antropometri status gizi
- Perkembangan fisik dan klinis
- Perkembangan laboratorium
- Perkembangan diet
- Asupan makanan
- Penyuluhan

22
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penatalaksanaan asuhan gizi pada pasien Hepatitis B Akut dilakukan


selama 4 hari mulai tanggal 7 Juni 2010 sampai dengan 10 Juni 2010 di Ruang
Pandan Wangi. Hari pertama studi kasus digunakan untuk pengambilan data
seperti skrining gizi, anamnese, recall 24 jam, assessment, planning gizi,
perencanaan menu dan 3 hari berikutnya dilakukan untuk pelayanan gizi
terhadap pasien seperti pengamatan asupan makan sehari pasien baik asupan
yang berasal dari makanan Rumah Sakit maupun makanan yang berasal dari
luar Rumah Sakit, penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien, monitoring
dan evaluasi yang terdiri dari melihat perkembangan status gizi pasien,
perkembangan fisik dan klinis pasien, perkembangan data laboratorium,
perkembangan diet, dan evaluasi asupan makan.
A. Status Gizi
Pengukuran antropometri pada awal studi kasus dilakukan untuk
mengetahui status gizi pasien. Status gizi pasien ditentukan berdasarkan
parameter Indeks Massa Tubuh (IMT). Klasifikasi IMT dibagi menjadi 4,
yaitu
Status Gizi Kurang ( <18,5 )
Status Gizi Normal ( 18,5-23 )
Status Gizi Overweight ( 23-25 ) dan
Status Gizi Obesitas ( >25 ).
Sebelum menentukan status gizi pasien sebelumnya dilakukan
pengukuran terlebih dahulu, dimana pengukuran yang dilakukan yaitu
pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak dan pengukuran
tinggi badan dengan menggunakan midline. Berat badan pasien pada awal
pengamatan tanggal 7 Juni 2010 yaitu 45 kg dengan tinggi badan 155 cm.
Pengukuran selanjutnya dilakukan di akhir pengamatan yaitu tanggal 10
Juni 2010, hasil pengukuran tidak terdapat perubahan pada berat badan
maupun tinggi badan dimana berat badan tetap 45 kg sementara itu pada
tinggi badan tetap 155 cm..

23
Tabel 6. Perkembangan Status Gizi setelah 3 hari
Tanggal Pengamatan TB (cm) BB (kg) IMT Status Gizi
07 Juni 2010 155 45 18,75 Gizi Normal
10 Juni 2010 155 45 18,75 Gizi Normal

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa setelah dilakukan


asuhan gizi selama 3 hari berturut-turut, tidak terjadi perubahan pada status
gizi pasien. Status gizi berdasarkan Rumus IMT pada hari pertama
pengukuran adalah Status Gizi Normal ( 18,75 ) dan pada Hari ke-3 Status
Gizi pasien tidak berubah dimana Status Gizi tetap Normal ( 18,75 ) dengan
demikian tidak terdapat perubahan/ peningkatan berat badan pasien. Hal ini
disebabkan karena pada saat pelayanan gizi nafsu makan pasien tidak
konsisten, selain itu masih terdapat keluhan seperti mual dan muntah yang
sifatnya hilang timbul sehingga cukup mempengaruhi asupan makan pasien
selama dirawat di Rumah Sakit yang tentu saja dapat berimplikasi langsung
terhadap perubahan berat badan pasien dimana berat badan merupakan
faktor penentu status gizi .

B. Perkembangan Fisik dan Klinis


Pengamatan terhadap perkembangan fisik dan klinis pasien
dilakukan setiap hari dari tanggal 8 Juni 2010 sampai dengan tanggal 10
Juni 2010. Perkembangan data fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan
fisik pasien. Hasil pengamatan data fisik dapat dilihat pada tabel 7. berikut
ini :
Tabel 7. Perkembangan Fisik Pasien
Keadaan 8 Juni 2010 9 Juni 2010 10 Juni 2010
Fisik
Bising Usus Normal Normal Normal
Edema - - -
Ikterus - - -
Ascites - - -

Selama studi kasus selama 3 hari berturut-turut pada data


pemeriksaan fisik pasien tidak mengalami mengalami perubahan. Sampai
hari terakhir pengamatan tidak ada muncul tanda-tanda spesifik yang lazim
muncul pada pasien Hepatitis B dimana terjadi jaundice dan ascites maupun

24
edema. Hal ini disebabkan karena penyakit Hepatitis B yang dialami pasien
masih bersifat akut dan muncul secara tiba-tiba dan segera ditangani
sehingga tidak sampai muncul tanda-tanda fisik seperti jaundice, ascites
dan edema.
Pengamatan data klinis dilakukan untuk mengetahui perkembangan
tubuh pasien. Hasil pengamatan data klinis adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Perkembangan Klinis Pasien
Jenis Tanggal
pemeriksaa Nilai normal
8-6-2010 9-6-2010 10-6-2010
n

Tensi 120/80 mmHg 110/60 110/60 110/60


mmHg mmHg mmHg
Nadi 80-100x/mnt 78x/menit 84x/menit 84x/mnt
Suhu 36-370C 36,6C 36,6C 36,6C
RR 20-30x/mnt 18x/menit 18x/menit 18x/menit
Berdasarkan tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa keadaan klinis
pasien (Tensi, Nadi, Suhu, RR) secara umum masih dalam batas normal.
Hal ini disebabkan karena pasien dapat beristirahat total dan maksimal
sehingga dapat mempengaruhi perubahan pemeriksaan. Dan juga bisa
karena obat dan makanan yang dikonsumsi.
C. Perkembangan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengidentifikasi apakah
ada gangguan metabolisme dan penyerapan zat gizi dalam tubuh pasien
karena penyakit yang dideritanya. Hasil laboratorium pasien adalah sebagai
berikut :

Tabel 9. Perkembangan Laboratorium Pasien


Tanggal
No Data lab Nilai normal
7-6-2010 8-6-2010
1 HBs Ag (EIA ) +, jika indeks > 2,1 + -
2 IgM Anti HBC -, jika indeks < 1,2 + ( 3,4 ) -
3 BUN 0,5 1,2 mg/ dl - -
4 SGOT 0 38 U/ L 620 U/L -

25
5 SGPT 0 41 U/ L 1124 U/L -
6 Bilirubin Direct 0,00 0,20 mg/ dl - -
7 Bilirubin indirect - - -
8 Bilirubin Total 0,3 1,0 mg/ dl - -
9 Leukosit 4,5 10,5x 103 U/ - -
L
. Albumin 3,4 -5 g/ dl - -
10

Pemantauan hasil laboratorium dilakukan dengan cara melihat data


hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan awal Laboratorium dilakukan
pada tanggal 6 Juni 2010, selama pengumpulan data awal pemeriksaan
ulang laboratorium pernah dilakukan pada tanggal 7 Juni 2010 hanya pada
pemeriksaan SGOT dan SGPT saja.
Berdasarkan Tabel 4 sebelumnya, diketahui bahwa nilai laboratorium
SGOT dan SGPT masih tinggi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kondisi hati pasien masih kurang baik. Berdasarkan pemeriksaan
Laboratorium tanggal 6 Juni 2010 dapat diketahui bahwa kadar WBC
( leukosit ), SGOT dan SGPT melebihi normal. Kadar WBC yang melebihi
normal bisa disebabkan karena adanya infeksi di hati sehingga
menyebabkan kadar leukosit dalam tubuh meningkat sementara itu
peningkatan enzim SGOT dan SGPT apabila terjadi inflamasi/ peradangan
pada organ tubuh tertentu termasuk hati, disamping itu meningkatnya angka
bilirubin direct, indirect dan bilirubin total mengindikasikan telah terjadi
gangguan metabolisme pada organ hati pasien dimana meningkatnya angka
bilirubin terkait dengan menurunnya kemampuan hati dalam mensintesis
hemoglobin sehingga hemoglobin umurnya sangat pendek dan akhirnya
efeknya yaitu meningkatnya kadar bilirubin di dalam darah melebihi angka
normal..
D. Perkembangan Diet
Perkembangan diet pada hari pertama penanganan sampai hari
terakhir penanganan adalah sebagai berikut :
Tabel 10 . Perkembangan diet
Tanggal
Perkembangan diit
8-6- 2010 9-6- 2010 10-6-2010
Diit DIET HATI 1 DIET HATI 1 DIET HATI 1

26
Bentuk makanan NASI NASI NASI

Evaluasi perkembangan diet pasien studi kasus dapat diamati selama


3 hari penanganan asuhan gizi kepada pasien. Ada atau tidaknya
perubahan diet yang diberikan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan
pasien serta disesuaikan dengan kebutuhan zat-zat gizi pasien. Dalam studi
kasus, tidak terdapat perubahan diit pada pasien yaitu Diit Hati 1 Nasi
dengan energi 1800 kkal, protein 45 gram, lemak 50 gram dan karbohidrat
292,5 gram. Ini disebabkan asupan makan pasien masih sedikit, jadi belum
bisa menambahkan asupan makan pasien menjadi 2100 kkal. Penambahan
porsi asupan makan pasien harus dilakukan secara bertahap disesuaikan
dengan kondisi pasien dan asupan makan pasien.

E. Evaluasi asupan makan


Penyajian makanan dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 8
Juni sampai dengan 10 Juni 2010. Makanan yang disajikan kepada pasien
adalah makanan rumah sakit, berdasarkan siklus 10 hari dan makanan yang
disajikan disesuaikan dengan perhitungan kebutuhan zat gizi pasien.
Rata-rata asupan zat gizi makanan pada hari pertama penanganan
sampai hari terakhir penanganan adalah dapat dilihat pada Tabel 10 di
bawah ini :

Tabel 11 . Asupan Makan Pasien


Tanggal Pengamatan Energi Protein Lemak Karbohidrat
(kkal) (gram) (gram) (gram)
07/4/10 Perencanaan 1800 45 50 292,5
Penyajian 1837,1 46,81 45,91 288,1
Asupan RS 824,3 23,82 21,29 106,97
Asupan LRS 259,8 5,02 5,33 61,01
Total asupan 1084,1 28,84 26,62 167,96
% Asupan 60,2 64,08 53,24 57,52
Tanggal Pengamatan Energi Protein Lemak Karbohidrat
(kkal) (gram) (gram) (gram)
08/4/10 Perencanaan 1800 45 50 292,5
Penyajian 1903,7 48,57 47,98 264,51

27
Asupan RS 847,62 22,58 21,01 128,13
Asupan LRS 491,2 32,06 27,44 18,44
Total Asupan 1438,5 54,64 51,49 136,6
% Asupan 79,99 121,42 102,98 46,70
Tanggal Pengamatan Energi Protein Lemak Karbohidrat
(kkal) (gram) (gram) (gram)
09/4/10 perencanaan 1800 45 50 292,5
Penyajian 1788,5 46,52 46,16 284,7
Asupan RS 1222,8 25,81 36,81 146,14
Asupan LRS 367,8 19,98 17,92 51,01
Total Asupan 1526,8 45,31 54,73 197,15
% Asupan 84,82 100,6 109.46 67,4
Rata-rata % asupan 75,01 95,36 88,56 57,21
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa asupan makanan
pasien untuk Energi, dan karbohidrat rata-rata masih dibawah 90% yaitu
rata-rata energi 75,01%, rata-rata lemak 88,56% dan rata-rata karbohidrat
yaitu hanya 59,07% ini dapat terjadi dikarenakan pasien tidak nafsu makan
dan badan masih terasa lemas. Pasien juga belum dapat makan sendiri
sehingga dibantu oleh neneknya untuk membantu menyuapi pasien. Untuk
asupan protein masih dalam batas normal yaitu 95,36%. Ini disebabkan
asupan makan pasien banyak terdapat bahan makanan yang mengandung
sumber protein.
Asupan makan pasien masih kurang dari kebutuhan terutama zat gizi
makro seperti energi, lemak, dan karbohidrat. Untuk mengetahui
perkembangan asupan makan pasien selama 3 hari dibuat grafik asupan zat
gizi seperti energi, protein, lemak dan karbohidrat. Grafik asupan zat gizi
makanan dari hari pertama penanganan sampai hari terakhir penanganan
adalah sebagai berikut:
1. Energi
Evaluasi zat gizi digunakan untuk mengetahui asupan zat gizi
pasien selama pengamatan. Hasil tersebut didapat dari pengamatan
asupan makan pasien selama 3 hari di rumah sakit Dr. soetomo. Dari
pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil asupan energi yang
telah dimasukan kedalam grafik. Grafik asupan energi dapat dilihat
sebagai berikut:
Grafik 1. Asupan Energi selama Asuhan Gizi

28
2000
1800 1800 1800 1800
1600
1526.8
1400 1438.4
1200
1084.1
1000 kebutuhan
800 asupan
600
400
200
0
hari 1 hari 2 hari 3

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa asupan makan pasien


tanggal 8-10 April 2010 belum sesuai dengan kebutuhan. Secara umum
dapat diketahui bahwa tingkat asupan energi pasien selama 3 hari telah
mengalami progresivitas dari hari ke hari, hal ini dapat dilihat dari terus
bertambahnya asupan pasien dari hari ke-1 sampai hari ke-3. Hal ini
dikarenakan karena kondisi pasien semakin hari juga berangsur semakin
baik, hanya pada hari ke-1 kondisi badan pasien masih lemas dan nafsu
makan agak kurang sehingga asupan hari ke-1 paling rendah jika
dibandingkan dengan yang lain, tidak dapat dipungkiri bahwa adanya
dorongan nilai kalori makanan dari luar Rumah Sakit juga ikut berperan
dalam mendongkrak nilai kalori asupan makan pada hari ke-2 dan hari
ke-3.
Secara umum rata-rata asupan energi pasien selama 3 hari
asuhan gizi adalah 1349, 76 kal dan masih berada di bawah kebutuhan
yang seharusnya yaitu 1800 kal.

2. Protein
Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh
zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan
tubuh. Dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil asupan
protein yang telah dimasukan kedalam grafik. Grafik asupan protein
dapat dilihat sebagai berikut:

29
Grafik 2. Asupan Protein selama Asuhan Gizi
60.00
54.64
50.00
45 45 45.31
45
40.00

30.00 28.84 kebutuhan


asupan
20.00

10.00

0.00
hari 1 hari 2 hari 3

Dari grafik 2 diatas dapat diketahui bahwa kebutuhan protein


sebesar 45 gram namun asupan makan pasien pada hari ke-1 sampai
ke-3 sifatnya tidak konsisten/ fluktuatif, pada hari ke-1 asupan protein
masih dibawah kebutuhan yaitu hanya 28,84 gram hal ini dikarenakan
kondisi badan pasien yang masih lemas dan nafsu makannya juga agak
berkurang sehingga mempengaruhi asupan proteinnya. Pada hari kedua
asupan protein pasien melonjak drastis hingga melebihi kebutuhan
dengan besar asupan mencapai 54,64 gram, sementara itu pada hari ke-
3 asupan protein sedikit menurun dengan besar asupan yaitu 45,31
gram, tingginya supan protein pada hari ke-2 dan ke-3 disebabkan
karena pasien selalu mengkonsumsi lauk hewani dan lauk nabati yang
disajikan dari Rumah Sakit sementara itu juga pasien ada
mengkonsumsi makanan dari luar Rumah Sakit dimana jenis makanan
tersebut adalah sate dengan bahan dasar daging sapi yang merupakan
sumber protein tinggi.
Secara umum rata-rata asupan protein pasien selama 3 hari
asuhan gizi adalah 42,93 gram dimana angka ini masih sedikit berada di
bawah kebutuhan yang seharusnya yaitu 45 gram.

3. Lemak

30
Evaluasi lemak digunakan untuk mengetahui asupan zat gizi
lemak pasien selama pengamatan. Dari pengamatan yang telah
dilakukan diperoleh hasil asupan lemak yang telah dimasukan kedalam
grafik. Grafik asupan lemak dapat dilihat sebagai berikut:
Grafik 3. Asupan Lemak selama Asuhan Gizi
60
54.73
50 50 51.49
50 50

40

30 kebutuhan
26.62 asupan
20

10

0
hari 1 hari 2 hari 3

Berdasarkan Grafik 3 diatas dapat diketahui bahwa asupan lemak


selama 3 hari pengamatan tidak konsisten, walaupun sempat mengalami
peningkatan yang cukup drastis yaitu pada hari ke-1 dimana asupan
lemak masih sangat rendah dibawah kebutuhan yang seharusnya yaitu
26,62 gram sementara itu pada hari ke-2 jumlah asupan melonjak hingga
mencapai 51,49 gram bahkan sampai melebihi kebutuhan, diikuti pada
hari ke-3 asupan meningkat lagi mencapai 54,73 gram, meningkatnya
asupan lemak hingga sampai melebihi kebutuhan ini dipengaruhi karena
adanya sumbangan lemak dari makanan Luar Rumah Sakit, dimana
pada hari ketiga jumlah asupan lemak sehari hampir 50%-nya berasal
dari makanan luar Rumah Sakit, bahkan pada hari ke-2, sebagian besar
asupan lemak pasien berasal dari makanan luar rumah sakit, hal ini
sangat jelas menggambarkan ketidak patuhan pasien terhadap diet yang
diberikan dan kurangnya motivasi untuk menjalani diet/ belum siap untuk
melakukan perubahan diet makanan.

31
Secara umum rata-rata asupan lemak pasien selama 3 hari
asuhan gizi adalah 44,28 gram dan masih berada di bawah kebutuhan
yang seharusnya yaitu 50 gram.

4. Karbohidrat
Evaluasi karbohidrat digunakan untuk mengetahui asupan zat gizi
karbohidrat pasien selama pengamatan. Dari pengamatan yang telah
dilakukan diperoleh hasil asupan karbohidrat yang telah dimasukan
kedalam grafik. Grafik asupan karbohidrat dapat dilihat sebagai berikut:

Grafik 4. Asupan karbohidrat selama Asuhan Gizi


350

300 292.5 292.5 292.5


250

200 197.15
167.96 kebutuhan
150 asupan
136.6
100

50

0
hari 1 hari 2 hari 3

Berdasarkan grafik 4 diatas dapat diketahui bahwa selama 3 hari


Asuhan Gizi, asupan karbohidrat pasien secara umum masih di bawah
kebutuhan yang seharusnya, dimana kebutuhan karbohidrat pasien
adalah 292,5 gram, sementara itu jumlah asupan karbohidrat berturut-
turut dari hari-1 sampai hari ke-3 adalah sebesar 167,96 gram, 136,6
gram dan 197,15 gram, hal ini terjadi karena selama dirawat pasien
jarang sekali menghabiskan nasi dan lauk nabati yang diberikan padahal

32
kedua bahan makanan tersebut merupakan sumber bahan makanan
yang banyak mengandung karbohidrat. Walaupun telah ada makanan
dari luar Rumah Sakit namun belum juga dapat mencapai kebutuhan
yang seharusnya.
Secara umum rata-rata asupan karbohidrat pasien selama 3 hari
asuhan gizi adalah 165,57 gram dan masih berada di bawah kebutuhan
yang seharusnya yaitu 292,5 gram.

F. Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan pada hari Kamis pukul 12.30 WIB ( 15 menit),
dengan materi Diet Hati 1 dengan media yang digunakan adalah leaflet,
bahan makanan penukar, dan food model. Metode yang digunakan adalah
diskusi dan tanya jawab. Materi yang diberikan yaitu pengertian diit yang
diberikan, makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, jumlah bahan
makanan yang dikonsumsi, dan pembagian makanan sehari.
Pada saat penyuluhan sedang berlangsung keluarga pasien sangat
antusias untuk mendengarkan penyuluhan yang saya sampaikan. Setelah
selesai penyuluhan dilakukan evaluasi yaitu menanyakan kembali materi
yang telah dijelaskan kepada keluarga pasien, ini bertujuan untuk
mengetahui apakah keluarga pasien sudah mengerti atau belum tentang
penjelasan tadi. Setelah itu keluarga pasien mengajukan beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan makanan apa yang boleh atau tidak
boleh bagi pasien dengan dengan Hepatitis B Akut.

33
BAB VI
RINGKASAN PELAYANAN GIZI

Tabel 12. Ringkasan Pelayanan Gizi


No Masalah Etiologi Indikasi Terapi Evaluasi
1. Hepatitis B Virus - tes serologi -Syspenol -
Hepatitis B. Hasil HBS Ag 3x/ 1 tablet
+ dan IgM - inj.
Anti HBC + Omeprazole
-hasil lab. 2x/ 1 Amp
SGOT (906 - Curcuma
U/L), tablet 3x/ 1
SGPT(1348 tablet
U/L), bilirubin
direct(0,83
mg/dl),
bilirubin
indirect (0,66
mg/dl),
bilirubin
total(1,49
mg/dl)
- Diet Hati 1 -Rata-rata
1800 kalori asupan
E= 1349,76

34
kalori
( 74,98% )
P= 42,93 gr
( 95,4% )
L= 44,28 gr
(112,91%)
KH= 165,57 gr
( 56,60% )

2. % Asupan berkurangny % asupan zat -Diet Hati 1 -Rata-rata


zat Gizi a nafsu gizi energi 1800 kalori asupan
( energi, makan dan (59,7%), E= 1349,76
protein, masih ada protein kalori
lemak dan keluhan mual (80,1%), ( 74,98% )
KH ) recall muntah lemak P= 42,93 gr
24 jam (78,96%) dan ( 95,4% )
kurang dari KH (48,4%). L= 44,28 gr
kebutuhan (112,91%)
KH= 165,57 gr
( 56,60% )
-Motivasi -Pasien dapat
dan memahami
konsultasi materi
Gizi konsultasi
yang diberikan.

3, Peningkata Gangguan/ SGOT (938 Syspenol 3x/ -


n Hasil Lab. inflamasi U/L), SGPT 1 tablet
Faal Hati pada organ ( 1348 U/L), - inj.
(SGOT, hepar. Hati bilirubin Omeprazole
SGPT, dan direct (0,83 2x/ 1 Amp
Bilirubin ) mg/dl), - Curcuma
bilirubin tablet 3x/ 1
indirect( 0,66 tablet
g/dl), bilirubin
total (1,49
mg/dl), HBS
Ag +, IgM
Anti HBC +
- Diet Hati 1 -Rata-rata
1800 kalori asupan
E= 1349,76

35
kalori
( 74,98% )
P= 42,93 gr
( 95,4% )
L= 44,28 gr
(112,91%)
KH= 165,57 gr
( 56,60% )

- Motivasi -Pasien dapat


dan memahami
konsultasi materi
Gizi konsultasi
yang diberikan
.
-Kebiasaan -suka makan/ - Motivasi - Pasien dapat
4. Kurangnya makan jajan di luar dan memahami
informasi sehari-hari rumah konsultasi materi
terkait yang salah -suka Gizi tentang konsultasi
dengan makanan Dier Hati I yang diberikan.
makanan yang
bergizi digoreng
-goreng dan
bersantan.

36
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1) Pasien menderita penyakit Hepatitis B Akut
2) Status gizi pasien berdasarkan pengukuran antropometri adalah Status
Gizi Normal.
3) Anamnesa zat gizi pasien sebelum masuk rumah sakit cukup, yaitu :
- Energi = 215,7 kalori
- Protein = 68,92 gram
- Lemak = 82,66 gram
- Karbohidrat = 263,9 gram
4) Kebutuhan gizi yang diberikan adalah 1800 kalori, P = 45 gram, L = 50
gram, KH = 292,5 gram.
5) Diet yang diberikan selama Asuhan Gizi yaitu Diet Nasi Hati 1 1800 kal
6) Rata-rata asupan selama asuhan gizi adalah E = 1349,76 kalori
( 74,98% ), P = 42,93 gram ( 95,4% ), L = 44,28 gram ( 112,91% ) dan
KH = 165,57 gram ( 56,60% ).
7) Selama Asuhan Gizi tidak terdapat perkembangan antropometri pasien
dimana berat badan awal dan akhir tetap yaitu 45 kg, sedangkan tinggi
badan tetap 155 cm.
8) Untuk pemeriksaan hasil laboratorium, pada saat Asuhan Gizi terdapat
pemeriksaan SGOT dan SGPT pada tanggal 7 Juni 2010 dimana
hasilnya nilai SGOT dan SGPT diatas normal yang menandakan adanya
gangguan pada organ hepar/ hati.

B. Saran

37
Diharapkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi diet yang
telah diberikan dari Rumah Sakit demi mempercepat proses penyembuhan
dan meningkatkan status gizi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2007. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Anonim. 2009. Penyakit Hepatitis B. Diunduh dari


http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-hepatitis.html.

Anonim. 2007. Pengertian Diet Hepatitis. Diunduh pada tanggal 20 Juni 2010
dari http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/pengertian-diet-hepatitis/

Hermansyah, Hari. 2009. Saran Saran Diet Hepatitis. Majalah GERAI Edisi
September 2009 (Vol.6 No.2).

Nutrition Diagnosis. 2006. Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan Fakultas


Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Saputra, Heri. 2010. Asuhan Keperawatan Hepatitis B. Diunduh pada tanggal


20 Juni 2010 dari http://hesa-andessa.blogspot.com/2010/04/askep-hepatitis-
b.html

Zubair, Syidat. 2010. Hepatitis B (Penyakit Radang Hati tipe B). diunduh pada
tanggal 20 Juni 2010 dari http://medicblueprint..com/2010/05/hepatitis-b-
penyakit-radang-hati-tipe-b.html.

38

Anda mungkin juga menyukai