PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu institusi yang memberikan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada masyarakat. Salah satu
bentuk pelayanan yang di berikan oleh rumah sakit adalah memberikan
pelayanan makanan kepada semua pasien yang dilayani.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit ( PGRS) adalah pelayanan yang di
sesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,
dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh
pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap keadaan pasien. Pelayanan Gizi Rumah Sakit
( PGRS ) merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna
rumah sakit dengan beberapa kegiatan antara lain : perawatan gizi rawat
inap dan perawatan gizi rawat jalan ( PGRS.2003).
Untuk mencapai serta memelihara kesehatan dan status gizi
optimal, tubuh perlu mengkonsumsi makanan sehari-hari yang mengandung
zat-zat gizi yang seimbang. Bila tubuh dapat mencerna, mengabsorbi dan
memetabolisme zat-zat gizi tersebut secara baik, maka akan tercapai
keadaan gizi seimbang. Tetapi dalam keadaan sakit melalui modifikasi diet
diupayakan agar gizi seimbang tetap bisa tercapai. ( Almatsier, 2007 )
Dalam upaya pemenuhan zat gizi yang optimal pada pelaksanaan
asuhan gizi diperlukan keterlibatan dan kerja sama yang erat antar berbagai
profesi terkait yang tergabung dalam tim asuhan gizi terutama ahli gizi
karena pengaturan makanan yang baik merupakan kegiatan yang harus
diperhatikan. Oleh karena itu peran seorang ahli gizi sangat diperlukan yaitu
dalam menetapkan preskripsi diet, rencana diet, evaluasi status gizi, serta
memberikan konseling gizi kepada pasien sesuai dengan informasi yang
dibutuhkan ( Almatsier, 2007 )
1
untuk turut serta dalam kegiatan Manajemen Asuhan Gizi Klinik terhadap
pasien Hepatitis B Akut yang berada di Ruang Pandan Wangi kelas III
RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama empat hari dimulai tanggal 7 Juni
2010 sampai dengan 10 Juni 2010.
B. TUJUAN
b.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan manajemen asuhan gizi klinik
pada Penderita Hepatitis B Akut di Ruang Pandan Wangi RSUD. Dr.
Soetomo Surabaya.
b.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu membaca dan mencatat data penderita.
b. Mahasiswa mampu melakukan anamnesa riwayat gizi pasien
c. Mahasiswa mampu melakukan recall 24 jam
d. Mahasiswa mampu menghitung asupan zat gizi pasien berdasarkan
recall 24 jam
e. Mahasiswa mampu menganalisa data subyektif dan obyekif untuk
menentukan diagnosa gizi pasien
f. Mahasiswa mampu menyusun asuhan gizi dengan metode NCP
(Nutrition Care Process)
g. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran antropometri,
menganalisis data laboratorium, data klinis dan data fisik pasien.
h. Mahasiswa mampu menentukan status gizi pasien
i. Mahasiswa mampu merencanakan terapi diet yang sesuai dengan
penyakit dan kebutuhan zat zat gizi pasien
j. Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan penyuluhan
serta konsultasi gizi
k. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan mengevaluasi
asuhan gizi yang telah dilakukan yaitu meliputi asupan makanan,
data antropometri, fisik, klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium
l. Mahasiswa mampu menyusun laporan kegiatan yang telah
dilakukan
2
C. MANFAAT
c.1 Bagi Mahasiswa
Dapat mempelajari dan memahami penatalaksanaan diet serta
intervensi pada pasien dengan diagnosa medik Hepatitis B Akut.
c.2 Bagi Rumah Sakit
Dapat memberi masukan untuk pelayanan gizi di Rumah Sakit.
c.3 Bagi Instalasi Gizi
Dapat memberikan pelayanan dan meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan gizi di Rumah Sakit.
c.4 Bagi pasien dan Keluarga Pasien
Dapat meningkatkan pengetahuan keluarga tentang pemberian
diet yang sesuai dengan kondisi penyakit pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hepatitis B
a.1. Pengertian
3
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh
"Virus Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang
dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada
sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker
hati. Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi
epidemi pada sebagian Asia dan Afrika. Hepatitis B telah menjadi
endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia (Hermansyah, 2009)
Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan
obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon
tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain
yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga
menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan,
terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun
yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak
sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja
rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.
( Hermansyah, 2009 )
a.2. Etiologi
1. Hepatitis virus B
Virus yang lengkap berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm
yang di sebut partikel Dane.
2. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti
karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan
zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern.
4
2. Gigitan atau melalui mulut
3. Pemakaian jarum suntik bersama, sikat gigi, pisau cukur, alat tindik
telinga, alat tato dan akupuntur
4. Dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya pada saat melahirkan
Virus hepatitis B tidak ditemukan dalam keringat, air mata, urin
atau sekresi pernafasan. Hepatitis B tidak ditularkan melalui
pemakaian bersama perkakas makan, pelukan, batuk, bersin dan
pegangan tangan. Penelitian menunjukkan hepatitis B tidak menular
melalui makanan dan minuman.
Sebagian besar orang dewasa yang terinfeksi hepatitis B akan
sembuh tanpa masalah, akan tetapi tidak pada bayi dan anak-anak.
Semakin muda seseorang terinfeksi pertama kali, maka semaki besar
kemungkinan berkembang menjadi kronis.
a) Jika orang dewasa terinfeksi : 10% akan berkembang menjadi
kronis
b) Jika seorang anak terinfeksi : 50% akan berkembang menjadi
kronis
c) Jika seorang bayi terinfeksi : 90% akan berkembang menjadi
infeksi kronis
d) Cara mengetahui apakah seseorang terinfeksi hepatitis B atau
tidak adalah melalui pemeriksaan darah. Ada 3 pemeriksaan
standar yang biasa dilakukan yaitu:
1. HBsAg ( hepatitis B surface antigen) :
Adalah penanda awal hepatitis B yang muncul 4-12 minggu
setelah terinfeksi. Bila HBsAg menetap dalam darah selama 6
bulan, berarti terjadi infeksi kronis.
2. Anti HBc ( antibodi hepatitis B core ) :
Adalah antibodi terhadap antigen inti hepatitis B. Antibodi
ini terdiri dari 2 tipe yaitu : IgM ( imunoglobulin M ) anti HBc dan
IgG anti HBc.
Anti-HBc IgM :
Muncul 2 minggu setelah HBsAg terdeteksi, dapat
bertahan hingga 6 bulan. Berperan pada core window ( fase
jendela ) yaitu masa dimana HBsAg sudah hilang, tetapi anti-
5
HBsAg belum muncul 10% hepatitis akut tidak terdeteksi
hanya dengan memeriksa HBsAg.
Anti-HBc IgG :
Muncul sebelum anti-HBc IgM hilang, Terdeteksi
pada hepatitis akut dan kronik Dapat bertahan pada fase
penyembuhan ( kadar rendah ), Tidak mempunyai efek
protektif. Interpretasi hasil positif anti-HBc biasanya
tergantung hasil pemeriksaan HBsAg dan anti-HBs.
3. Anti-Hbs (antibodi terhadap hepatitis B surface antigen)
Jika hasilnya positif atau reaktif menunjukkan adanya
imunitas atau kekebalan terhadap infeksi virus hepatitis B baik
dari imunisasi maupun dari proses penyembuhan infeksi masa
lampau. Seseorang yang terinfeksi masa lampau tidak dapat
menularkan penyakitnya kepada orang lain. ( Zubair, 2010 )
a.4. Patofisiologi
Masa inkubasi bervariasi, tergantung pada agennya, refleksi
virus dalam hati meningkat, yang di ikuti oleh penampilan komponen
virus dan nekrosis sel hati bersama respons peradangan yang
menyertai. Antibodi non spesifik dapat meningkat sama seperti pada
infeksi virus lainnya. Perubahan morfologi hati pada hepatitis A, B, C
(nonA dan non B), adalah identik. Pada kasus klasik, ukuran dan
warna hati nampak normal, tetapi kadang-kadang sedikit oedem,
membesar dan berwarna seperti empedu. Secara histologi, terjadi
kekacauan hepatoseluler, cedera dan necrosis hati, dan peradangan
perifer.
Perubahan reversible bila fase akut penyakit mereda. Pada
beberapa kasus, necrosis sub masif atau masif dapat mengakibatkan
payah hati yang berat dankematian. Hepaptitis virus D merupakan
hibrid DNA virus hepatitis B. virus ini dapat menular sendiri secara
langsung dan bersifat hepatoksit. Bentuk ini akan memperbanyak
bentuk hepatitis kronik. (Saputra, 2010)
6
Infeksi HBV dapat menimbulkan akibat klinis yang berbeda-
beda bagi setiap individu, penderita dapat mengalami salah satu dari
beberapa keadaan seperti dibawah ini ;
1. Tetap sehat.
Terjadi bagi mereka yang memiliki kekebalan ( anti HBS ),
Mengidap tetapi tetap sehat, Bila HBS Ag menetap ( persistem )
selama lebih dari 6 bulan tanpa disertai kelainan virus.
2. Hepatitis akut ikterik.
Ditandai masa prodromal selama 3 6 hari, kadang-kadang
sampai 3 minggu, pasien merasa tidak sehat, anorexia, mual,
kadang demam ringan, ras sakit pada bagian kanan atas perut,
rasa lesu, cepat lelah & sakit lemah. Gejala prodromal mereda saat
timbul ikterus yang dimulai dengan perubahan warna urein menjadi
lebih gelap seperti teh pekat. Pada stedium ikterik ini timbul rasa
gatal ( pruritus ) selama beberapa hari, hati teraba membesar, rata,
kenyal dan nyeri tekan kadang disertai pembesaran linfe. Setelah 1
4 minggu masa ikterik, penyembuhan berlangsung dengan
sendirinya ditandai oleh meredanya ikterus, kembalinya nafsu
makan dan keadaan kembali normal.
3. Hepatitis akut an ikterik.
Pada bentuk ini keluhan sangat ringan dan samar-samar,
umumnya hanya anorexia dan ganguan pencernaan, pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan hiperbilirubinemia ringan,
pemeriksan flopia lesi positife dan bilirubinuria, urein secara
makroskopis berwarna seperti teh pekat.
4. Hepatitis akut tulminan.
Bentuk ini hampir semuanya mempunyai prognosis jelek,
kematian biasanya terjadi dalam 7 10 hari ssejak mulai sakit.
Pada waktu yang singkat terhadap gangguan neorologik, faktor
hepatik dan muntah yang peresisten, terdapat demam dan ikterus
yang menghebat dalam waktu yang singkat, pada pemeriksaan
7
didapatkan hati yang mengecil purpura, dan perdarahan
gastrointestinal.
5. Hepatitis Kronik.
Diduga bahwa pasien Hepatitis B kronik mengalami episode
subklinis dari hepatits akut dengan gejala yang sangat ringan
sehingga luput dari perhatian. Dugaa kearah kromositas dimulai
manakala keadaan SGOT & SGPT tidak pernah menjadi normal
selama 6 bulan dari awal hepatitis akut disertai dengan peresistensi
HBS Ag serum. Seringkali dijumpai ikterus hepatoseluler yang
hilang timbul pada saat general chek- up, tampak adanya ikterus,
spider nevi, hepato splenomegali, eritema palmar dan kelainan
biokimiawi serta serologi diagnostik hanya dapat dipastikan dengan
pemeriksaan biopsi dan gambaran PA. Pada hepatitis kronik aktif
umumnya berakhir menjadi sirosis hepatis. (Saputra, 2010)
8
a. Pengobatan oral yang terkenal adalah :
1. Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog,
yang dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa
maupun anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan
enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor
bersinambungan dari dokter.
2. Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara
oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi
akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
3. Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada
penderita Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini
adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan
enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat
ini belum dikatakan stabil.
b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;
Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel
radioaktif pemancar sinar yang akan menghancurkan sel kanker
hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa
Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN,
ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3
kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping
pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang
memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa
sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam
yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.
(Anonim,2009)
a.8. Pencegahan
Vaksinasi sedini mungkin adalah upaya pencegahan yang paling
tepat, khususnya di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi.
Vaksinasi dapat melindungi sekitar 90-95% populasi dewasa muda.
Vaksin hepatitis B aman diberikan pada bayi, anak-anak maupun orang
dewasa. Untuk mencegah penularan secara vertikal, setiap ibu hamil
9
dianjurkan periksa HBsAg, agar dokter dapat mengambil keputusan
dalam penanganan ibu hamil selanjutnya, dan agar bayi yang baru
lahir dari ibu pengidap segera diberi imunisasi hepatitis B.
Secara umum cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghindari
tertular hepatitis B adalah sebagai berikut :
a. Selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan
b. Hindari jajan makanan disembarang tempat atau "jajan" yang lain
c. Hindari penularan melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi, jarum suntik, alat tato, akupuntur yang tidak steril
d. Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)
e. Pemeriksaan darah donor terhadap virus hepatitis
f. Hindari seks yang beresiko
g. Lakukan vaksinasi sedini mungkin.(Zubair, 2010)
B. Penatalaksanaan diet
b.1. Diet Hati I
Diet golongan ini diberika pada penderita hepatitis akut yang
nafsu makannnya cukup, menurut kondisi penyakit dan keluhan
pasien , makanan diberikan dalam bentuk lunak/ biasa,
b.2. Tujuan
Memberikan makanan yang tepat dan secukupnya pada penderita
penyakit hati dengan biaya murah, guna mempercepat perbaikan faal
hati tanpa memberatkan pekerjaannya, dengan cara :
1. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan
lebih lanjut dan meningkatkan fungsi jaringan hati yang tersisa.
2. Mencegah katabolisme protein
3. Mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat
badan bila kurang.
4. Mencegah atau mengurangi asites, varises esovagus, dan
hipertensi portal.
5. Mencegah koma hepatik.
b.3. Prinsip
Tinggi Energi
Protein diberikan cukup
10
Lemak diberikan cukup
Karbohidrat diberikan cukup
b.4. Syarat
Syarat-syarat diet hepatitis adalah :
1. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan
bertahap sesuai dengan kemampuan pasien, yaitu 30-40 kkal/kg
BB.
2. Protein cukup, yaitu 1,0-1,2 g/kg BB agar terjadi anabolisme
Protein. Pada kasus Hepatitis Fluminan dengan nekrosis dan gejala
ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak dalam darah,
pemberian protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu
sebanyak 30-40 g/hari. Protein nabati memberikan keuntungan
karena kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran
amoniak melalui feses. Namun, sering timbul keluhan berupa rasa
kembung dan penuh.
3. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam
bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien
mengalami steatorea, gunakan asam lemak dengan asam lemak
rantai sedang Mediun Chain Triglyceridel (MCT). Jenis makanan ini
tidak membutuhkan aktivitas lipase dan asam empedu dalam
proses absorbsinya. Pemberian lemak sebanyak 45 gram dapat
mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
4. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila
perlu diberikan suplemen B kompleks, C, dan K serta mineral seng
dan zat besi bila ada anemia.
5. Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites.
Bila pasien mendapat diuretika, garam natrium dapat diberikan
lebih leluasa.
6. Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi.
7. Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau
makanan biasa sesuai dengan kemampuan saluran cerna.
( Almatsier, 2007 )
11
Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi-
umbian.
Sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu,
kacang hijau, sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan
gas.
Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah
dicerna seperti gula-gula, sari buah, selai, sirup, manisan, dan
madu.
Menurut Encyclopedia of Natural Medicine:
Suatu diet natural, yang rendah kandungan lemak tak jenuh baik
natural maupun buatan.
Karbohidrat sederhana (gula, tepung putih, jus buah, madu, dll)
Oxidised fatty acids (minyak goreng) dan lemak hewani.
Diet yang kaya serat sangat dianjurkan.
12
2. Makanan yang tidak dianjurkan
Bahan makanan yang dibatasi untuk diet hati adalah dari
sumber lemak, yaitu semua makanan dan daging yang
mengandung lemak dan santan serta bahan makanan yang
menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak,
ketimun, durian dan nangka.
Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hati
adalah makanan yang mengandung alkohol, teh atau kopi kental.
Beberapa pantangan yang harus dihindari antara lain :
1) Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti
daging kambing dan babi, jerohan, otak, es krim, susu full
cream, keju, mentega/ margarine, minyak serta makanan
bersantan seperti gulai, kare, atau gudeg.
2) Makanan kaleng seperti sarden dan korned.
3) Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast
food.
4) Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang
merah, kool, sawi, lobak, mentimun, durian, nangka.
5) Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica,
cuka, jahe.
6) Minuman yang mengandung alkohol dan soda.(Anonim, 2007)
13
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 7 Juni 2010 dan asuhan
gizi dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut, yaitu pada tanggal 8 Juni
2010 sampai dengan tanggal 10 Juni 2010.
B. Tempat
Asuhan gizi dilakukan di Ruang Pandan Wangi kelas III RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
C. Metode pengambilan data
Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah
1) Observasi/ pengamatan
Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung kepada pasien
dan keluarga pasien tentang keadaan fisik dan asupan makan.
2) Wawancara
14
Wawancara dilakukan pada pasien dan keluarga pasien tentang
anamnesa gizi dan recall makanan 24 jam, serta riwayat penyakit dahulu,
sekarang dan riwayat penyakit dalam keluarga.
3) Pengukuran
Pengukuran dilakukan untuk menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan dengan cara penimbangan dengan menggunakan
timbangan injak dan pengukuran langsung
4) Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data tentang identitas
pasien, diagnosa dan data-data penunjang lainnya. Data tersebut
diperoleh dari data rekam medis pasien.
BAB VI
GAMBARAN UMUM PASIEN
A. Identitas Pasien
1. Nama : Nn. E
2. No. Register : 11.05.52.52
3. Ruangan : Ruang Pandan Wangi.
4. Umur : 16 tahun
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Alamat : Tambak Pring Timur 5 No. 27, Surabaya
7. Agama : Islam
8. Pendidikan : SMP
9. Tgl MRS : 06 Juni 2010
10. Diagnosa MRS : Hepatitis Virus Akut ( Suspect Hepatitis A )
B. Data Subyektif
b.1. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit sekarang : nyeri ulu hati sejak 2 hari SMRS
disertai mual, muntah, dan pusing, BAB putih 1x, BAK (+)
15
Riwayat penyakit dahulu :
1. Pernah mengalami Gastritis
2. Pada saat usia 14 tahun pernah dirawat di RSUD Dr. Soetomo
Ruang Palem dengan keluhan dermatitis selama 2 minggu
Riwayat penyakit keluarga : di dalam keluarga tidak ada yang
mempunyai riwayat pernah menderita Hepatitis B.
16
Pasien adalah anak ke-3 dari tiga bersaudara, kedua saudara
pasien telah bekerja
Pasien mempunyai kebiasaan makan di luar dan hanya makan
masakan rumah pada saat makan malam saja.
b.4 Kebiasaan Hidup
Merokok :-
Obat-obatan yang biasa diminum : Promag
Minum alcohol : tidak
Olah raga : Ya ( 1x/ minggu )
C. Data Obyektif
c.1. Data Antropometri
- BB = 45 Kg
- TB = 155 cm
17
Suhu 36,70C 360-370C
RR 18x/menit 20-30/menit
Nadi 80x/menit 80-100x/menit
Tensi 100/60 mmHg 120/80 mmHg
- Data fisik
1. Bising Usus Normal
2. Oedema ( - )
3. Ascites ( - )
4. Ikterus ( - )
5. Keadaaan Umum : cukup
D. Assesment
d.1. Diagnosis medis
Hepatitis B Akut
d.2. Status gizi
Status gizi ditentukan berdasarkan Rumus IMT
= BB X 100%
2
( TB ) cm
18
= 45 kg X 100%
( 1,55 )2 cm
= 18,72
Status Gizi adalah Status Gizi Normal
E. Planning Gizi
e.1. Terapi diet : Diet Hati I 1800 kal
e.2. Bentuk makanan : Makanan Biasa
e.3. Tujuan diet
1. Mempertahankan status Gizi pasien agar tetap normal
2. Meningkatkan regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan
hati lebih lanjut
3. Mengurangi keluhan mual dan muntah
e.4. Prinsip
1. Cukup Energi
2. Protein diberikan cukup
3. Lemak diberikan cukup
4. Karbohidrat diberikan cukup
e.5. Syarat
19
1. Energi tinggi diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien yaitu 1800
kal yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sehari-
hari, untuk proses metabolisme dalam tubuh dan untuk mencegah
pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai dengan
kemampuan pasien, yaitu 40-45 kal/kg BB.
2. Protein cukup, yaitu 1,-1,2 g/kg BB agar terjadi anabolisme Protein.
Pada kasus Hepatitis Fluminan dengan nekrosis dan gejala
ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak dalam darah,
pemberian protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu
sebanyak 30-40 g/hari. Protein nabati memberikan keuntungan
karena kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran
amoniak melalui feses. Namun, sering timbul keluhan berupa rasa
kembung dan penuh.
3. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam
bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien
mengalami steatorea, gunakan asam lemak dengan asam lemak
rantai sedang Mediun Chain Triglyceridel (MCT). Jenis makanan ini
tidak membutuhkan aktivitas lipase dan asam empedu dalam
proses absorbsinya. Pemberian lemak sebanyak 45 gram dapat
mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
4. Karbohidrat diberikan cukup yang diperoleh dari total kalori energi
dikurangi sisa dari kalori protein dan kalori lemak yaitu 292,5 gram
yang dipergunakan sebagai sumber energi utama dalam tubuh dan
sebagai simpanan energi dalam bentuk glikogen.
5. Bentuk makanan biasa dengan frekuensi pemberian 3x makanan
utama 2x makanan selingan.
20
2) Kebutuhan Energi
21
Pembagian makanan sehari.
- Metode : Diskusi dan Tanya jawab.
- Sasaran: Pasien dan Keluarga pasien.
- Waktu : ( 20 menit).
- Tempat : Ruang Pandan Wangi.
- Media/sarana : Leaflet , Daftar Bahan Makanan Penukar dan food
model.
- Evaluasi : menanyakan kembali materi yang telah dijelaskan
kepada keluarga pasien.
-
e.8. Terapi medis
- Infus D 5% 500 cc
- Infus PZ ( NaCl ) 500 cc
- Curcuma tablet 3x/ 1 tablet
- Syspenol 3x/ 1 tablet
- Injeksi Omeprazole 2x/ 1 Amp
e.9. Evaluasi
- Antropometri status gizi
- Perkembangan fisik dan klinis
- Perkembangan laboratorium
- Perkembangan diet
- Asupan makanan
- Penyuluhan
22
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
Tabel 6. Perkembangan Status Gizi setelah 3 hari
Tanggal Pengamatan TB (cm) BB (kg) IMT Status Gizi
07 Juni 2010 155 45 18,75 Gizi Normal
10 Juni 2010 155 45 18,75 Gizi Normal
24
edema. Hal ini disebabkan karena penyakit Hepatitis B yang dialami pasien
masih bersifat akut dan muncul secara tiba-tiba dan segera ditangani
sehingga tidak sampai muncul tanda-tanda fisik seperti jaundice, ascites
dan edema.
Pengamatan data klinis dilakukan untuk mengetahui perkembangan
tubuh pasien. Hasil pengamatan data klinis adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Perkembangan Klinis Pasien
Jenis Tanggal
pemeriksaa Nilai normal
8-6-2010 9-6-2010 10-6-2010
n
25
5 SGPT 0 41 U/ L 1124 U/L -
6 Bilirubin Direct 0,00 0,20 mg/ dl - -
7 Bilirubin indirect - - -
8 Bilirubin Total 0,3 1,0 mg/ dl - -
9 Leukosit 4,5 10,5x 103 U/ - -
L
. Albumin 3,4 -5 g/ dl - -
10
26
Bentuk makanan NASI NASI NASI
27
Asupan RS 847,62 22,58 21,01 128,13
Asupan LRS 491,2 32,06 27,44 18,44
Total Asupan 1438,5 54,64 51,49 136,6
% Asupan 79,99 121,42 102,98 46,70
Tanggal Pengamatan Energi Protein Lemak Karbohidrat
(kkal) (gram) (gram) (gram)
09/4/10 perencanaan 1800 45 50 292,5
Penyajian 1788,5 46,52 46,16 284,7
Asupan RS 1222,8 25,81 36,81 146,14
Asupan LRS 367,8 19,98 17,92 51,01
Total Asupan 1526,8 45,31 54,73 197,15
% Asupan 84,82 100,6 109.46 67,4
Rata-rata % asupan 75,01 95,36 88,56 57,21
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa asupan makanan
pasien untuk Energi, dan karbohidrat rata-rata masih dibawah 90% yaitu
rata-rata energi 75,01%, rata-rata lemak 88,56% dan rata-rata karbohidrat
yaitu hanya 59,07% ini dapat terjadi dikarenakan pasien tidak nafsu makan
dan badan masih terasa lemas. Pasien juga belum dapat makan sendiri
sehingga dibantu oleh neneknya untuk membantu menyuapi pasien. Untuk
asupan protein masih dalam batas normal yaitu 95,36%. Ini disebabkan
asupan makan pasien banyak terdapat bahan makanan yang mengandung
sumber protein.
Asupan makan pasien masih kurang dari kebutuhan terutama zat gizi
makro seperti energi, lemak, dan karbohidrat. Untuk mengetahui
perkembangan asupan makan pasien selama 3 hari dibuat grafik asupan zat
gizi seperti energi, protein, lemak dan karbohidrat. Grafik asupan zat gizi
makanan dari hari pertama penanganan sampai hari terakhir penanganan
adalah sebagai berikut:
1. Energi
Evaluasi zat gizi digunakan untuk mengetahui asupan zat gizi
pasien selama pengamatan. Hasil tersebut didapat dari pengamatan
asupan makan pasien selama 3 hari di rumah sakit Dr. soetomo. Dari
pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil asupan energi yang
telah dimasukan kedalam grafik. Grafik asupan energi dapat dilihat
sebagai berikut:
Grafik 1. Asupan Energi selama Asuhan Gizi
28
2000
1800 1800 1800 1800
1600
1526.8
1400 1438.4
1200
1084.1
1000 kebutuhan
800 asupan
600
400
200
0
hari 1 hari 2 hari 3
2. Protein
Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh
zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan
tubuh. Dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil asupan
protein yang telah dimasukan kedalam grafik. Grafik asupan protein
dapat dilihat sebagai berikut:
29
Grafik 2. Asupan Protein selama Asuhan Gizi
60.00
54.64
50.00
45 45 45.31
45
40.00
10.00
0.00
hari 1 hari 2 hari 3
3. Lemak
30
Evaluasi lemak digunakan untuk mengetahui asupan zat gizi
lemak pasien selama pengamatan. Dari pengamatan yang telah
dilakukan diperoleh hasil asupan lemak yang telah dimasukan kedalam
grafik. Grafik asupan lemak dapat dilihat sebagai berikut:
Grafik 3. Asupan Lemak selama Asuhan Gizi
60
54.73
50 50 51.49
50 50
40
30 kebutuhan
26.62 asupan
20
10
0
hari 1 hari 2 hari 3
31
Secara umum rata-rata asupan lemak pasien selama 3 hari
asuhan gizi adalah 44,28 gram dan masih berada di bawah kebutuhan
yang seharusnya yaitu 50 gram.
4. Karbohidrat
Evaluasi karbohidrat digunakan untuk mengetahui asupan zat gizi
karbohidrat pasien selama pengamatan. Dari pengamatan yang telah
dilakukan diperoleh hasil asupan karbohidrat yang telah dimasukan
kedalam grafik. Grafik asupan karbohidrat dapat dilihat sebagai berikut:
200 197.15
167.96 kebutuhan
150 asupan
136.6
100
50
0
hari 1 hari 2 hari 3
32
kedua bahan makanan tersebut merupakan sumber bahan makanan
yang banyak mengandung karbohidrat. Walaupun telah ada makanan
dari luar Rumah Sakit namun belum juga dapat mencapai kebutuhan
yang seharusnya.
Secara umum rata-rata asupan karbohidrat pasien selama 3 hari
asuhan gizi adalah 165,57 gram dan masih berada di bawah kebutuhan
yang seharusnya yaitu 292,5 gram.
F. Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan pada hari Kamis pukul 12.30 WIB ( 15 menit),
dengan materi Diet Hati 1 dengan media yang digunakan adalah leaflet,
bahan makanan penukar, dan food model. Metode yang digunakan adalah
diskusi dan tanya jawab. Materi yang diberikan yaitu pengertian diit yang
diberikan, makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, jumlah bahan
makanan yang dikonsumsi, dan pembagian makanan sehari.
Pada saat penyuluhan sedang berlangsung keluarga pasien sangat
antusias untuk mendengarkan penyuluhan yang saya sampaikan. Setelah
selesai penyuluhan dilakukan evaluasi yaitu menanyakan kembali materi
yang telah dijelaskan kepada keluarga pasien, ini bertujuan untuk
mengetahui apakah keluarga pasien sudah mengerti atau belum tentang
penjelasan tadi. Setelah itu keluarga pasien mengajukan beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan makanan apa yang boleh atau tidak
boleh bagi pasien dengan dengan Hepatitis B Akut.
33
BAB VI
RINGKASAN PELAYANAN GIZI
34
kalori
( 74,98% )
P= 42,93 gr
( 95,4% )
L= 44,28 gr
(112,91%)
KH= 165,57 gr
( 56,60% )
35
kalori
( 74,98% )
P= 42,93 gr
( 95,4% )
L= 44,28 gr
(112,91%)
KH= 165,57 gr
( 56,60% )
36
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1) Pasien menderita penyakit Hepatitis B Akut
2) Status gizi pasien berdasarkan pengukuran antropometri adalah Status
Gizi Normal.
3) Anamnesa zat gizi pasien sebelum masuk rumah sakit cukup, yaitu :
- Energi = 215,7 kalori
- Protein = 68,92 gram
- Lemak = 82,66 gram
- Karbohidrat = 263,9 gram
4) Kebutuhan gizi yang diberikan adalah 1800 kalori, P = 45 gram, L = 50
gram, KH = 292,5 gram.
5) Diet yang diberikan selama Asuhan Gizi yaitu Diet Nasi Hati 1 1800 kal
6) Rata-rata asupan selama asuhan gizi adalah E = 1349,76 kalori
( 74,98% ), P = 42,93 gram ( 95,4% ), L = 44,28 gram ( 112,91% ) dan
KH = 165,57 gram ( 56,60% ).
7) Selama Asuhan Gizi tidak terdapat perkembangan antropometri pasien
dimana berat badan awal dan akhir tetap yaitu 45 kg, sedangkan tinggi
badan tetap 155 cm.
8) Untuk pemeriksaan hasil laboratorium, pada saat Asuhan Gizi terdapat
pemeriksaan SGOT dan SGPT pada tanggal 7 Juni 2010 dimana
hasilnya nilai SGOT dan SGPT diatas normal yang menandakan adanya
gangguan pada organ hepar/ hati.
B. Saran
37
Diharapkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi diet yang
telah diberikan dari Rumah Sakit demi mempercepat proses penyembuhan
dan meningkatkan status gizi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Pengertian Diet Hepatitis. Diunduh pada tanggal 20 Juni 2010
dari http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/pengertian-diet-hepatitis/
Hermansyah, Hari. 2009. Saran Saran Diet Hepatitis. Majalah GERAI Edisi
September 2009 (Vol.6 No.2).
Zubair, Syidat. 2010. Hepatitis B (Penyakit Radang Hati tipe B). diunduh pada
tanggal 20 Juni 2010 dari http://medicblueprint..com/2010/05/hepatitis-b-
penyakit-radang-hati-tipe-b.html.
38