Anda di halaman 1dari 28

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata Kuliah : Ergonomu

Prodi/Semester : PTM/VII

Penguji : Bambang DW

1. Sebutkan 10 pengertian ergonomi.


Jawab :
a. Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ERGON (KERJA) dan NOMOS
(HUKUM ALAM) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek
manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2008).
b. Menurut Sutalaksana (1979), egonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis
untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan
keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup
dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan
melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman .
c. Ergonomi merupakan istilah yang berasal dari Bahasa Yunani. Ergonomi terdiri dari
dua suku kata, yaitu: ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum
atau aturan. Dari kedua suku kata tersebut, dapat ditarik kesimpulan bawa ergonomi
adalah hukum atau aturan tentang kerja atau yang berhubungan dengan kerja. Secara
singkat bisa disebut bahwa ergonomi adalah ilmu kerja.
d. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan dan
elemen-elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang mengaplikasikan teori,
prinsip, data dan metode untuk merancang suatu sistem yang optimal, dilihat dari sisi
manusia dan kinerjanya. Ergonomi memberikan sumbangan untuk rancangan dan
evaluasi tugas, pekerjaan, produk, lingkungan dan sistem kerja, agar dapat digunakan
secara harmonis sesuai dengan kebutuhan, kempuan dan keterbatasan manusia
(International Ergonomics Association / IEA, 2002).
e. Definisi ergonomi dapat dilakukan dengan cara menjabarkannya dalam fokus, tujuan
dan pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick 1993) dimana dalam penjelasannya
disebutkan sebagai berikut: (1) Secara fokus, ergonomi menfokuskan diri pada
manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan
lingkungan dimana sehari-hari manusia hidup dan bekerja. (2) Secara tujuan, tujuan
ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta
peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti peningkatan keselamatan kerja,
pengurangan rasa lelah dan sebagainya. (3) Secara pendekatan, pendekatan ergonomi
adalah aplikasi informasi mengenai keterbatasan-keterbatasan manusia, kemampuan,
karakteristik tingkah laku dan motivasi untuk merancang prosedur dan lingkungan
tempat aktivitas manusia tersebut sehari-hari.
f. Ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi
mengenai perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia
lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk
meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas pekerjaan
manusia (Chapanis, 1985).
g. Ergonomi merupakan disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaannya (Wignjosoebroto, 2003).
h. Ergonomi merupakan studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya
yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain
atau perancangan (Nurmianto, 2003).
i. Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja
dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian
tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang
akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja
dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia (Departemen
Kesehatan RI, 2007).
j. Ergonomi adalah merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat, kemampuan,
dan keterbatasan manusia (Sutalaksana, 2006).
k. Ergonomi adalah ilmu terapan yang menjelaskan interaksi antara manusia dengan
tempat kerjanya. Ergonomi antara lain memeriksa kemampuan fisik para pekerja,
lingkungan tempat kerja, dan tugas yang dilengkapi dan mengaplikasikan informasi
ini dengan desain model alat, perlengkapan, metode-metode kerja yang dibutuhkan
tugas menyeluruh dengan aman. (Etchison, 2007).
l. International Labour Organization (ILO) mendefinisikan ergonomi sebagai berikut:
Ergonomi ialah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk
mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum dengan
tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan.
m. Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang
tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan
mesin, peralatan, sistem kerja, dan lingkungan yang produktif, aman, nyaman dan
efektif bagi manusia. Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk
memanfaatkan informasi mengenai sifat manusia, kemampuan manusia dan
keterbatasannya untuk merancang suatu sistem kerja yang baik agar tujuan dapat
dicapai dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 1979).
n. Ergonomi adalah studi mengenai interaksi antara manusia dengan objek/peralatan
yang digunakan dan lingkungan tempat mereka berada. Ergonomi juga dapat
didefinisikan secara praktis sebagai perancangan untuk digunakan oleh manusia
(Pulat, 1992).
o. Kohar Sulistiadi dan Sri Lisa Susanti (2003) menyatakan bahwa fokus ilmu ergonomi
adalah manusia itu sendiri dalam arti dengan kaca mata ergonomi, sistem kerja yang
terdiri atas mesin, peralatan, lingkungan dan bahan harus disesuaikan dengan sifat,
kemampuan dan keterbatasan manusia tetapi bukan manusia yang harus
menyesuaikan dengan mesin, alat dan lingkungan dan bahan.
p. Ilmu ergonomi adalah mempelajari beberapa hal yang meliputi (Menurut Sulistiadi,
2003): (1) Lingkungan kerja meliputi kebersihan, tata letak, suhu, pencahayaan,
sirkulasi udara, desain peralatan dan lainnya. (2) Persyaratan fisik dan psikologis
(mental) pekerja untuk melakukan sebuah pekerjaan: pendidikan, postur badan,
pengalaman kerja, umur dan lainnya. (3) Bahan-bahan/peralatan kerja yang berisiko
menimbulkan kecelakaan kerja: pisau, palu, barang pecah belah, zat kimia dan
lainnya. (4) Interaksi antara pekerja dengan peralatan kerja: kenyamanan kerja,
kesehatan dan keselamatan kerja, kesesuaian ukuran alat kerja dengan pekerja,
standar operasional prosedur dan lainnya

Sumber : http://ergonomi-teknikindustri.blogspot.co.id/2009/10/pengertian-ergonomi-
istilah-ergonomi.html,http://ergonomi
teknikindustri.blogspot.co.id/2009/10/pengertian-ergonomi-istilah-ergonomi.html,
http://ergonomi-fit.blogspot.co.id/2011/12/pengertian-ergonomi.html
2. Ergonomic dan Islam.
Bagi saudara pemeluk agama islam coba carikan keterkaitan antara Ergonomi dan Islam.
Adakah dasar dari Al-Quran ataupun Hadist yang bisa dijadikan acuan dari fakta dan
harapan yang ada? Uraikan.
Jawab :
a. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya
. (Q.S. Al-Baqarah : 286)
Setiap manusia diberi suatu misi hidup (salah satunya dalam bekerja) dan Allah tidak
membebankan suatu misi yang diluar kesanggupan manusia atau diluar batas ukuran /
atribut manusia (kelebihan, kelemahan, karakteristik, keterbatasan, kebutuhan,
kemampuan, keahlian, bakat dan minat, potensi, trait, fenotip dsb). Contoh kasarnya
(hanya sebatas contoh sederhana karena pada kehidupan nyata sangat amat lebih
kompleks atau rumit) seorang yang cerdas, kemampuan logika sangat bagus, ahli
matematika namun kurang pandai dalam berkomunikasi maka sebaiknya dia memilih
profesi atau pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya seperti programmer, ilmuwan
matematika dsb (fit the job to the man) karena disitulah dia diberi amanah berupa
kelebihan yang dia miliki dan amanah itu harus dijalankan sesuai misi kehidupannya
dan dalam melakukannya dia akan dimudahkan dan hasilnya sangat optimal. Namun
jika dia memilih jalan atau pekerjaan yang diluar kemampuannya misalnya marketing
atau sales (membutuhkan kemampuan komunikasi tinggi) maka dia tidak akan
optimal disitu malah bisa-bisa akan timbul masalah-masalah dalam dirinya atau
lingkungannya. Hal seperti ini lah yang mulai banyak dianut orang. Mereka memilih
jalan atau pekerjaan bukan karena dirinya atau karena alasan yang objektif melainkan
karena hal lain misalnya ikut-ikutan, tren, gengsi dsb yang pada intinya sebatas
mengikuti hawa nafsu. Kalau sudah seperti ini si manusianya sendiri yang
membebankan sesuatu pada dirinya yang diluar kemampuannya atau diluar
kesanggupannya.
Ergonomi menjamin agar suatu tugas atau pekerjaan disesuaikan dengan manusia
yang melakukan kerja tersebut atau dengan kata lain disesuaikan dengan kesanggupan
manusia yang bekerja tersebut. Kesanggupan tersebut maksudnya adalah ukuran atau
atribut dari manusia tersebut (kelebihan, kelemahan, karakteristik, keterbatasan,
kebutuhan, kemampuan, keahlian, bakat dan minat, potensi, trait, fenotip dsb) baik
fisik maupun non fisik. Pekerjaan itu harus sesuai dengan kesanggupan manusia, jadi
tidak kurang dari kesanggupannya dan tidak pula lebih dari kesanggupannya.
Mengapa harus sesuai kesanggupan? Karena akan dimudahkan dan hasilnya optimal,
selengkapnya terdapat di ayat selanjutnya.
b. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-
Ku sangat pedih. (Q.S. Ibrahim : 7)
Manusia yang bersyukur adalah orang yang mengenal, memahami, menyadari
akan ukuran dan atribut dirinya dan mengakui bahwa segala atribut yang dimilikinya
merupakan pemberian dan anugerah dari Allah. Tidak hanya sebatas mengenal,
mengakui, memahami, dan menyadari, manusia yang bersyukur juga akan terus
merawat atau menjaga segala atribut itu dan memanfaatkan (meng-utilize) segala
atribut yang ada pada dirinya seoptimal mungkin karena semua pemberian Allah pasti
ada fungsinya dan maknanya. Untuk mengoptimalkan segala atribut yang dimilikinya
maka manusia harus mencari suatu jalan hidup / profesi / pekerjaan yang sesuai
dengan ukurannya / atribut-atributnya / kesanggupannya (fit the job to the man) agar
atributnya termanfaatkan seoptimal mungkin dan kerja akan semakin dimudahkan
dan akan mendapatkan nikmat berupa hasil seperti keselamatan, kesehatan, dan
produktivitas yang lebih baik (nikmatnya bertambah).
Namun jika manusia tidak bersyukur terhadap apa yang diberikan Allah dan salah
satunya adalah pemberian berupa ukuran dan atribut manusia misalnya dengan tidak
mengakui segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya (atau bahkan sampai
membenci dirinya) sehingga dia ingin menjadi orang lain sehingga dia melakukan
jalan hidup yang tidak sesuai dengan kesanggupannya maka justru dia akan mendapat
kerugian-kerugian. Hal ini banyak ditemui, contohnya adalah kasus pada ayat
sebelumnya, contoh lainnya lagi misalnya seseorang yang sampai rela mengorbankan
potensi dan hobi akademiknya hanya karena ingin menjadi seorang yang dipuja (artis
misalnya) padahal seninya pas-pasan, sementara ada orang yang kemampuan
nalarnya pas-pasan tapi memaksakan diri menjadi ilmuwan, engineer, dokter karena
gengsi (bahkan, maaf, sampai menyuap agar bisa memperoleh gelar tersebut) dan
masih banyak contoh lainnya dari hal yang sederhana sampai yang sangat kompleks
yang pada intinya hanya mengikuti hawa nafsu belaka misalnya karena ikut-ikutan,
tren, gengsi dsb. Bahkan orang cacat sekalipun bukan berarti kesanggupannya di
bawah orang normal, bisa saja ada hal-hal yang justru lebih baik atau bahkan hanya
bisa dilakukan orang cacat.
Manajemen sains melalui ergonomi telah banyak membuktikan bahwa jika suatu
tugas atau pekerjaan disesuaikan dengan orang yang bekerja maka hasilnya lebih
baik. Hasil itu bisa berupa keselamatan yang lebih baik, kesehatan yang lebih baik,
atau produktivitas / performa yang lebih baik. Inilah nikmat.
Hal yang senada juga diungkapkan pada ayat-ayat lain seperti pada ayat berikut:
Kemudian Dia menyepurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh
(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran , penglihatan, dan
hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (Q.S. As-Sajdah : 9)

3. Angka kecelakaan di Indonesia termasuk tinggi.


Uraikan pendapat saudara mengapa hal ini bisa terjadi.
Jawab :
Angka kecelakaan kerja di Indonesia tergolong tinggi dibanding sejumlah negara
di Asia dan Eropa, seperti yang disampaikan Dirjen Pembinaan Pengawas
Ketenagakerjaan Kemenakertrans Muji Handaya di Yogyakarta, Kamis 13 Oktober 2011.
"Pada 2010, kecelakaan kerja di Indonesia tercatat sebanyak 98.000 kasus. 1.200
kasus diantaranya mengakibatkan pekerja meninggal dunia," kata Muji usai
menyampaikan hasil Pertemuan Asia-Europe Meeting (ASEM) Workshop on National
Occupational Safety and Health (OSH) yang digelar pada tanggal 12-13 Oktober 2011.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, yaitu unsafe
condition dan unsafe behavior. Unsafe Behavior merupakan perilaku dan kebiasaan
yang mengarah pada terjadinya kecelakaan kerja seperti tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) dan penggunaan peralatan yang tidak standard sedangkan Unsafe
Condition merupakan kondisi tempat kerja yang tidak aman seperti terlalu gelap, panas
dan gangguan-gangguan faktor fisik lingkungan kerja lainnya. Faktor-faktor kecelakaan
kerja tersebut dapat dieliminasi dengan adanya komitmen perusahaan dalam menetapkan
kebijakan dan peraturan K3 serta didukung oleh kualitas SDM perusahaan dalam
pelaksanaannya.
Sayangnya, masih sedikit perusahaan di Indonesia yang berkomitmen untuk
melaksanakan pedoman SMK3 dalam lingkungan kerjanya. Menurut catatan SPSI, baru
sekitar 45% dari total jumlah perusahaan di Indonesia (data Depnaker tahun 2002,
perusahaan di bawah pengawasannya sebanyak 176.713) yang memuat komitmen K3
dalam perjanjian kerja bersamanya. Jika perusahaan sadar, komitmennya dalam
melaksanakan kebijakan K3 sebenarnya dapat membantu mengurangi angka kecelakaan
kerja di lingkungan kerja.
Dengan sadar dan berkomitmen, perusahaan akan melakukan berbagai upaya
untuk mewujudkan kondisi kerja yang aman dan sehat. Komitmen perusahaan yang
rendah ini diperburuk lagi dengan masih rendahnya kualitas SDM di Indonesia yang turut
memberikan point dalam kejadian kecelakaan kerja, data dari Badan Pusat Statistik tahun
2003 menunjukkan bahwa hanya 2.7% angkatan kerja di Indonesia yang mempunyai latar
belakang pendidikan perguruan tinggi dan 54.6% angkatan kerja hanya tamatan SD.
Sebenarnya, penerapan K3 dalam sistem manajemen perusahaan memberikan
banyak keuntungan selain peningkatan produktifitas kerja dan tetap terjaganya kesehatan,
keselamatan pekerja, penerapan K3 juga dapat meningkatkan citra baik perusahaan yang
dapat memperkuat posisi bisnis perusahaan. Satu lagi hal penting bahwa dengan
komitmen penerapan K3, angka kecelakaan kerja dapat ditekan sehingga dapat menekan
biaya kompensasi akibat kecelakaan kerja. Perlu diketahui bahwa nilai kompensasi yang
harus dibayar karena kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2004 sebesar 102,461 milliar
rupiah apalagi jika kita lihat data 2003 yang sebesar 190,607 milliar rupiah, sungguh
suatu nilai yang sangat disayangkan jika harus dibuang percuma! Sebenarnya keadaan ini
tidak jauh berbeda dengan di AS, tahun 1995 pemerintah AS harus menderita kerugian
sebesar 119 milliar dollar karena kecelakaan kerja dengan tingkat pertumbuhan kerugian
sebesar 67,9 milliar dollar dalam kurun waktu 15 tahun sejak tahun 1980.
Usaha pemerhati K3 dunia untuk menurunkan angka kecelakaan kerja melalui
suatu pedoman terhadap pelaksanaan K3 telah ada sejak beberapa tahun yang lalu.
Awalnya adalah dengan penerbitan suatu pendekatan sistem manajemen yaitu Health and
Safety Management-HS(G)65 yang dikembangkan oleh Health and Safety Executive
Inggris yang diterbitkan terakhir pada tahun 1977. Mei 1996 muncul standar pelaksanaan
K3,BS 8800 (British Standard 8800) yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
organisasi K3 melalui penyediaan pedoman bagaimana manajemen K3 berintegrasi
dengan manajemen dari aspek bisnis yang lain. Hingga tahun 1999 muncul standar baru
yaitu OHSAS 18001 yang dikeluarkan sebagai spesifikasi dan didasarkan pada model
yang sama dengan ISO 14001, bersamaan dengan itu diterbitkan pula OHSAS 18002
sebagai pedoman pada penerapan OHSAS 18001

4. SHE is fun?
Apakah yang dimaksud dengan jargon ini, jelaskan!
Jawab:
SHE sering diterjemahkan menjadi K3L atau K3PL (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, serta Perlindungan Lingkungan) dan di international lebih sering digunakan istilah
HSE (Health, Safety, and Environment) dan ada juga yang menggunakan istilah EHS
(*ya benar hanya dibalik-balik urutannya saja).

SHE is FUN, istilah ini mengandung makna bahwa HSE itu sebenarnya adalah sesuatu
yang menyenangkan dan jangan menjadi beban, karena selayaknya sebuah celana, HSE
harus dianggap sebagai kebutuhan bagi setiap pegawai. FUN, merupakan kependekan
dari kata-kata: Focus, Unity, eNergetic. Fokus pada tujuan yang sama, yaitu Zero
Accident, yang dikerjakan dalam semangat kebersamaan (Unity), dengan seluruh
potensi diri yang ada (eNergetic).
Tidak ada sesuatu yang rahasia dari HSE. Beda dengan bidang lain di suatu
perusahaan, seperti marketing, produksi, HRD, atau lainnya. Pengamalan HSE harus bisa
dibagikan kepada yang lain termasuk ke perusahaan lain meskipun kepada perusahaan
sejenis. Karena dengan berbagi ilmu tentang HSE, maka -seperti seorang ustadz- kita
sudah berbagi ilmu yang berguna bagi yang lain.
SHE is FUN, karena FUN maka harus menjadi komitmen tidak hanya bagi perusahaan
tapi juga bagi karyawan atau pekerja. Beberapa poin sederhana yang harus mulai
ditegakan dengan komitmen sebagai karyawan atau pekerja atau bahkan masyarakat
umum untuk menjalankan perilaku yang peduli HSE, antara lain:
Berjalan (tidak lari) di area kerja
Memegang handrail dan satu langkah setiap saat menggunakan tangga
Waspada terhadap lantai yang licin dan tidak rata
Menggunakan alas kaki yang baik dan memiliki sol sepatu yang tidak licin
Menjaga area kerja bebas dari bahaya (penempatan furnitur dan penyimpanan barang
yang benar), perhatikan 5R atau 5S (klik disini)
Waspada akan bahaya dari perlatan kerja yang digunakan
Perhatikan area-area yang tidak terlihat (blind spot)
Evakuasi segera mungkin apabila mendengar alarm dan mengetahui di mana jalan
keluar dan tabung pemadam terdekat
Menjaga postur yang ergonomis dan mengikuti teknik pengangkatan yang baik
Menggunakan safety belt di dalam kendaraan
Tidak menelpon / mengangkat telpon ketika mengemudi

5. Ergonomi sepeda motor.


Berikan gambaran kontruksi three point yang menentukan tingkat ergonomic sebuah
desain sepeda motor.
Jawab :
Ergonomi / Riding Possition
Saat mengetes kendaraan roda dua, hal pertama yang dirasakan adalah ergonomi.
Concern ergonomi dalam desain sepeda motor adalah bagaimana posisi manusia / rider
dalam mengendarai sepeda motor tersebut (riding position). Karena itu ergonomi sepeda
motor dibangun oleh 3 titik yang dikenal sebagai segitiga ergonomi yakni handlebar, seat,
dan bagaimana tumpuan kaki. Karena di Indonesia, sepeda motor juga digunakan sebagai
alat transportasi penglaju / komuter maka ada salah satu merek sepeda motor yang
menamainya ergonomi komuter.

Desain sepeda motor juga harus memperhatikan apakah akan digunakan untuk
transportasi jarak pendek, menengah / komuter / mid-distance, atau untuk jarak jauh.
Salah satu dimensi antropometri yang harus diperhatikan adalah agar lutut untuk rider
(ukuran orang Indonesia) tidak mentok dek. Selain itu juga harus memperhatikan lebar
jok karena biasanya bagian dalam sepeda motor dipapas cekung untuk memperluas
bagasi helm dsb.
Salah satu pertanda desain sepeda motor yang tidak ergonomis adalah rider
merasa merasa pegal di pinggang setelah menggunakannya. Karena itu para rider
hendaknya juga memahami kebutuhannya apakah dalam kesehariannya akan digunakan
untuk jarak pendek saja, menengah, atau jarak jauh, jika jarak jauh tentu pilihannya
bukan jatuh pada sepeda motor skutik, dijamin pegel pinggangnya

6. Sebutkan beberapa penyakit akibat kerja. Ada berapa faktorkah? Jelaskan.


Jawab:

Definisi

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja
merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.

WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja :

1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.

2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma

Bronkhogenik.

3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor


penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.

4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya,
misalnya asma.

FAKTOR PENYEBAB
Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan
yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak
mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan
dalam 5 golongan:

1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat
tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.

2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang
terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau
kabut.

3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur

4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja

5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.

DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA

Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan
suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasinya secara tepat.

Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan


sebagai pedoman:

1. Tentukan Diagnosis klinisnya

Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan


fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis
suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut
apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.

2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini


Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah
esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini
perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang
mencakup:

Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara
khronologis

Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan

Bahan yang diproduksi

Materi (bahan baku) yang digunakan

Jumlah pajanannya

Pemakaian alat perlindungan diri (masker)

Pola waktu terjadinya gejala

Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa)

Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan
sebagainya)

3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut

Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat


bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam
kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas,
maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada
yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga
dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).
4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan
penyakit tersebut.

Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu,
maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih
lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan
diagnosis penyakit akibat kerja.

5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi

Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang
dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya
pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai
riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih
sensitif terhadap pajanan yang dialami.

6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit

Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah
penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit.
Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk
menyingkirkan penyebab di tempat kerja.

7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya

Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan


berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah
disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu
penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada
sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu
pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan
pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit
tersebut pada saat ini.
Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada
atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi
pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.

Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit
Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang
didapat baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila
memungkinkan) dan data epidemiologis.

Penegakan diagnosis Penyakit Akibat Kerja masih merupakan masalah di


Indonesia. Diperlukan minat dan pengetahuan yang khusus untuk dapat menegakkan
diagnosis Penyakit Akibat Kerja. Untuk mengatasi masalah tersebut, selain perlu
ditingkatkan pendidikan bagi dokter dalam bidang kedokteran kerja, juga perlu
dikembangkan suatu sistem rujukan, baik di tingkat nasional maupun daerah.
Dikembangkannya klinik-klinik Kedokteran Kerja di Indonesia dapat membantu
permasalahan yang dihadapi.

7. Fit the job to the man.


Apakah yang dimaksud dengan moto diatas?
Jawab:

Fit the job to the man.

Dalam ergonomi sering dijumpai istilah fit the job / task to the man / the worker
yang artinya adalah pekerjaan atau tugas yang dilakukan manusia / pekerja harus
disesuaikan dengan manusia itu. Disesuaikan dengan manusia itu maksudnya adalah
disesuaikan dengan keterbatasan dan kebutuhan yang dimiliki oleh manusia. Oleh karena
itu ergonomi banyak berisikan pembahasan-pembahasan yang menyangkut perancangan
atau desain sistem kerja agar sesuai dengan pekerja sehingga dapat diperoleh kerja yang
lebih unggul dalam arti keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan produktivitas / performa
kerja yang lebih baik. Bebarapa contoh aplikasi ergonomi diantaranya adalah
antropometri yang membahas ukuran atau dimensi produk atau alat kerja agar sesuai
dengan ukuran fisik manusia setempat, analisis beban kerja atau postur kerja yang
menganalisis desain alat kerja agar pekerja tidak perlu melakukan postur kerja yang
beresiko dan mengurangi beban kerja, analisis lingkungan fisik di tempat kerja seperti
cahaya, temperatur, dsb yang optimal untuk performa kerja, analisis desain sistem kerja
agar diperoleh proses kognitif untuk performa pekerja yang optimal, analisis organisasi
dan sosial di tempat kerja yang paling optimal untuk performa pekerja dan masih banyak
lagi. Selain itu masih banyak kebijakan-kebijakan di dunia kerja lainnya yang mungkin
entah secara sadar atau tidak sadar telah menerapkan prinsip ergonomi fit the job to the
man diantaranya pelaksanaan wisata karyawan (kebutuhan manusia akan sesuatu yang
fresh), pelaksanaan senam pagi kantor (kebutuhan manusia akan peregangan otot dan
olahraga), perkumpulan kerohanian rutin kantor seperti pengajian dsb (kebutuhan
manusia akan spiritual dan religius), perkumpulan paduan suara kantor (kebutuhan
manusia akan seni) dan yang sedang marak dialami oleh para freshgraduate adalah
banyaknya sistem perekrutan kerja dengan metode semacam management trainee (MT)
yang kebanyakan memindahkan si pekerja baru tersebut dari satu divisi ke divisi lain
secara periodik sampai akhirnya bisa diperoleh keputusan di divisi manakah pekerja
tersebut cocok untuk bekerja sesuai minat, bakat, dan kecintaannya (metode seperti ini
menguntungkan freshgraduate yang masih bimbang di bagian manakah dia cocok bekerja
dan memang pada kenyataannya banyak sekali freshgraduate yang bimbang seperti ini
walaupun tidak semuanya) dan bahkan pembuatan aturan-aturan atau prosedur dalam
bekerja bisa dikatakan sesuai dengan prinsip ergonomi karena hal ini membantu kontrol
perilaku (behavior) manusia dalam bekerja yang terkadang melewati batas dan masih
banyak lagi dan semuanya bertujuan sama yakni untuk meningkatkan keunggulan kerja
(keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan produktivitas / performa kerja).
Dari contoh-contoh tersebut dapat diketahui bahwa dalam ergonomi, sistem kerja
tersebut yang harus disesuaikan atau diubah (redesain) dengan manusianya dan bukan
manusia yang harus menyesuaikan atau mengubah agar sesuai dengan sistem kerja.
Disini sistem kerja harus disesuaikan dengan keterbatasan-keterbatasan dan kebutuhan-
kebutuhan yang dimiliki manusia seperti telah dijelaskan sebelumnya. Namun bukan
berarti semua keterbatasan yang dimiliki manusia tidak dapat diubah atau dikurangi.
Beberapa keterbatasan memang hampir tidak bisa diubah seperti kemampuan fisik dan
dimensi tubuh manusia. Namun beberapa keterbatasan masih bisa diubah contohnya
kemampuan atau skill yang terbatas.

Sebagai gambaran, bila di suatu kelas sekolah terdapat anak yang prestasi
akademiknya kurang baik bukan berarti selanjutnya dia akan diberi soal-soal yang mudah
sesuai dengan kemampuan akademiknya agar nilainya baik. Sama halnya di dunia kerja,
pekerja yang kemampuannya kurang bukan berarti dia akan diberi tugas kerja yang
mudah-mudah saja sedangkan yang kemampuannya baik akan diberi tugas kerja yang
lebih susah. Hal seperti ini adalah penjerumusan dan sangat bertentangan dengan
ergonomi. Untuk kasus skill yang kurang seperti ini maka solusinya adalah pelatihan atau
training. Pelatihan atau training tersebut merupakan bagian dari sistem kerja sehingga
agar efektf maka pelaksanaannya harus disesuaikan dengan pekerja tersebut. Jika metode
trainingnya salah atau tidak sesuai dengan karakter, keterbatasan dan kebutuhan si
pekerja maka tidak akan efektif dan skill pekerja tidak akan bertambah dengan optimal.
Agar training efektif maka karakter, keterbatasan dan kebutuhan si pekerja harus
diperhatikan. Ingat bahwa tidak semua siswa berhasil dididik dengan metode pengajaran
sekolah yang sama. Ada beberapa yang tidak berhasil bukan karena dia bodoh tapi karena
metode pengajarannya yang tidak sesuai dengan dirinya. Hal yang sama juga berlaku di
dunia kerja.

Kasus kekurangan skill di atas dapat disederhanakan sebagai berikut: ketika skill
suatu pekerja tidak memenuhi standar kerja yang akan dilakukannya maka bukan berarti
standar dari kerja tersebut harus diturunkan tapi pekerja itulah yang harus menaikkan
skill nya agar sesuai dengan standar kerja tersebut. Namun proses menaikkan skill ini
bukan dilakukan oleh pekerja itu semata melainkan harus dimulai dari sistem kerja itu
berupa pelatihan dengan metode yang sesuai dengan pekerja tersebut supaya efektif
sehingga skill pekerja bisa naik dan memenuhi standar.

Maksud dari gambaran kasus di atas adalah bahwa slogan ergonomi fit the job /
task to the man / the worker bukan berarti sempit yang bermakna bahwa perubahan
harus selalu terjadi pada sistem kerjanya dan manusia tidak perlu berubah (seperti pada
masalah desain antropometri karena memang fisik manusia sulit diubah sehingga yang
harus berubah adalah sistem kerjanya dan manusia tidak perlu berubah). Manusia juga
bisa berubah agar kerja semakin optimal seperti pada gambaran kasus kekurangan skill di
atas namun perubahan pada manusia tersebut juga harus dipelopori oleh perubahan
sistem kerja tersebut dan kasus ini tidak hanya terjadi pada kekurangan skill saja tapi juga
masalah-masalah lain seperti sosial kerja, pengalaman kerja dan sebagainya yang
sebagian besar berada di luar ranah ergonomi fisik.

Bahkan ada sumber yang mengatakan bahwa dahulukan fit the man to the job
kalau tidak bisa baru lakukan fit the job to the man walaupun pernyataan ini diragukan
kebenarannya dan tidak jelas sumbernya namun menandakan bahwa dalam beberapa
aspek terutama nonfisik, manusia dapat berubah atau beradaptasi. Penyempitan makna
slogan fit the job to the man seperti yang telah dijelaskan di atas sering terjadi karena
kebanyakan orang hanya mengenal ranah ergonomi fisik saja dan fisik manusia memang
sulit untuk diubah terutama yang sudah dewasa. Padahal di ranah diluar ergonomi fisik
terutama pada ergonomi kognitif dan ergonomi organisasi, manusia masih dapat terus
berubah dan berkembang misalnya dalam hal behavior, emosi, pengalaman, skill,
spiritual dan sebagainya yang masih bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan keunggulan
kerja terutama dalam hal keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan produktivitas / performa
kerja. Namun agar perubahan dan perkembangan manusia itu terjadi secara positif dan
seperti yang diharapkan oleh sistem kerja maka sistem kerjalah yang harus memulai
perubahan atau penyesuaian itu dan disesuaikan dengan karakter, keterbatasan, dan
kebutuhan si pekerja agar perkembangan tersebut efektif. Jadi kesimpulannya tetap
sistem kerja yang harus diubah atau disesuaikan pertama kali dan dirancang agar sesuai
dengan kebutuhan pekerja. Fit the job to the man / the worker.

8. Ada berapa ilmu yang mendominasi dalam Ergonomi. Sebutkan!


Jawab:

Ergonomi atau faktor manusia (human factors) merupakan ilmu yang multidisipliner. Hal ini
tidaklah aneh karena induk utama dari ilmu ini yakni teknik industri atau manajemen sains
adalah ilmu yang juga multidisipliner. Karena multidisipliner, selain dipelajari di teknik industri,
ilmu ini juga dipelajari di beberapa bidang atau program studi lain seperti psikologi, K3
(kesehatan masyarakat), kedokteran okupasi dan sebagainya walaupun tetap di teknik industri lah
ilmu ini intens dipelajari dan di program studi inilah biasanya terdapat laboratorium khusus
ergonomi.

Menurut suatu sumber, terdapat 6 ilmu yang secara garis besar mendominasi dalam ergonomi,
yakni:

Antropometri (muncul atau dikembangkan dari ilmu anatomi)

Biomekanik (muncul atau dikembangkan dari ilmu ortopedi)

Fisiologi manusia kerja (muncul atau dikembangkan dari ilmu fisiologi)

Higiene Industri / Kesehatan dan keselamatan kerja / K3 (muncul atau dikembangkan


dari ilmu kedokteran / medis)

Manajemen dan psikologi kerja (muncul atau dikembangkan dari ilmu psikologi)

Hubungan kerja / tenaga kerja (muncul atau dikembangkan dari ilmu sosiologi)

Keenam ilmu di atas di aplikasikan dalam hubungan antara manusia dengan mesin atau manusia
dengan pekerjaanya yang mayoritas berada di industri. Dan selanjutnya ilmu ini diaplikasikan
dalam suatu rekayasa (engineering) dan perancangan (design) sehingga banyak bidang
engineering yang mempelajari ilmu ini seperti teknik industri / industrial engineering,
bioengineering, system engineering, teknik keselamatan / safety engineering, military
engineering, dan perancangan berbantukan computer (computer-aided design) dan di teknik
industrilah ergonomi paling banyak dipelajari.
Origins, developments, application of ergonomics. Sumber: Kroemer et al. (2001) p.7

Dari sejarahnya, ergonomi juga sudah terlihat bahwa ilmu ini multidisipliner karena pada
awalnya muncul terutama di dua bidang yakni engineering / rekayasa / teknik dan kesehatan.
Sejarah ergonomi diwarnai oleh tokoh-tokoh di bidang engineering seperti Taylor dan Gilberth
(industrial engineering / teknik industri) dan tokoh-tokoh di bidang kesehatan seperti Bernardino
Ramazinni (dokter) dan Wojciech Jastrzebowski (ahli biologi), selengkapnya klik disini.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ergonomi merupakan gabungan atau
integrasi dari 3 bidang utama yakni teknk / rekayasa / engineering, sosial, dan medis. Dalam hal
ini bidang teknik industri atau industrial engineering cukup spesial karena walaupun tergolong
sebagai bidang teknik atau engineering (bisa dibilang satu family dengan tenik mesin atau
mechanical engineering) namun juga mencakup bidang sosial dan bahkan medis. Sebagai bidang
engineering, teknik industri selain mempunyai keilmuan khusus juga mempelajari beberapa ilmu
teknik lainnya terutama teknik mesin dan teknik manufaktur. Sebagai bidang sosial, teknik
industri mempelajari manajemen di industri dan kognitif di psikologi (khusus manajemen, teknik
industri termahsyur dengan kekhasan manajemen sainsnya yang turut berperan dalam
perkembangan ergonomi). Sebagai bidang medis atau kesehatan, teknik industri mempelajari
fisiologi manusia kerja. Oleh karena itu teknik industri tergolong multidisipliner.
Ergonomi di bidang sosial terutama psikologi hanya membahas ergonomi yang berbau non fisik
atau ergonomi kognitif, sedangkan ergonomi di bidang medis seperti kedokteran okupasi atau K3
/ occupational safety and health lebih membahas ergonomi fisik (seperti K3 / safety dsb)
termasuk ergonomi lingkungan. Namun teknik industri mempelajari keseluruhan ergonomi
secara utuh mulai dari ergonomi fisik, ergonomi kognitif, ergonomi lingkungan, dan bahkan
ergonomi organisasi. Jadi bisa dibilang 100% ergonomi yang multidisipliner ini terdapat di
teknik industri yang notabene juga multidisipliner.

9. Apakah yang dimaksud dengan biomekanika?


Apakah hubungan Biomekanika dengan Ergonomi? Jelaskan.

Biomekanika

Mekanika adalah salah satu cabang ilmu dari bidang ilmu fisika yang mempelajari
gerakan dan perubahan bentuk suatu materi yang diakibatkan oleh gangguan mekanik yang
disebut gaya. Mekanika adalah cabang ilmu yang tertua dari semua cabang ilmu dalam fisika.
Tersebutlah nama-nama seperti Archimides (287-212 SM), Galileo Galilei (1564-1642), dan
Issac Newton (1642-1727) yang merupakan peletak dasar bidang ilmu ini. Galileo adalah peletak
dasar analisa dan eksperimen dalam ilmu dinamika. Sedangkan Newton merangkum gejala-
gejala dalam dinamika dalam hukum-hukum gerak dan gravitasi.
Mekanika teknik (engineering mechanics) atau disebut juga dengan mekanika terapan
adalah ilmu yang mempelajari penerapan dari prinsip-prinsip mekanika. Mekanika terapan
mempelajari analisis dan disain dari sistem mekanik.
Biomekanika didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada sistem biologi.
Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi
dan fisiologi. Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup.
Dalam biomekanika prinsip-prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, disain
dan pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi dan kedokteran.
Menurut Frankel dan Nordin pada tahun 1980 biomekanika merupakan ilmu mekanika
teknik untuk analisa sistem kerangka otot manusia (Chaffin, 1991). Biomekanika menggunakan
konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada bermacam-macam bagian tubuh dan
gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada aktivitas sehari-hari. Kajian biomekanika dapat dilihat
dalam dua perspektif, yaitu kinematika dan kinetika. Kinematika lebih menjurus pada
karakteristik gerakan yaitu meneliti gerakan dari segi ruangan yang digunakan dalam waktu yang
bersifat sementara tanpa melihat gaya yang menyebabkan gerakan. Studi kinematika
menjelaskan gerakan yang menyebabkan berapa cepat obyek bergerak, berapa ketinggiannya
atau berapa jauh obyek menjangkau jarak. Posisi, kecepatan dan percepatan tersebut merupakan
studi kinematika. Kajian kinetika menjelaskan tentang gaya yang bekerja pada satu sistem,
misalnya tubuh manusia. Kajian gerakan kinetika menjelaskan gaya yang menyebabkan gerakan.
Dibandingkan dengan kajian kinematika, kajian kinetika lebih sulit untuk diamati, pada kajian
kinetik yang terlihat adalah akibat dari gaya.

Biomekanika dan Ergonomi


Ergonomi adalah ilmu tentang kerja. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan kerja manusia
dapat dikelompokkan menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak). Tubuh manusia
dirancang untuk melakukan kerja (dalam hal ini kerja fisik) atau aktivitas serhari-hari, adanya
masa otot yang bobotnya lebih dari separuh tubuh memungkinkan manusia untuk dapat
menggerakkan tubuh dan melakukan kerja. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja
yang diterima oleh seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik, kognitif,
maupun keterbatasan manusia menerima beban tersebut. Kemampuan atau keterbatasan manusia
tersebut termasuk dalam hal gerakan atau postur kerja dan gaya atau beban kerja. Disinilah
biomekanika berperan. Biomekanika merupakan ilmu yang menggunakan hukum-hukum fisika
dan konsep-konsep mekanika untuk mendeskripsikan gerakan dan gaya pada berbagai macam
bagian tubuh ketika melakukan aktivitas. Karena biomekanika hanya berbicara dalam masalah
fisik maka biomekanika termasuk dalam ranah ergonomi fisik.
Seperti telah disebutkan di atas, biomekanika berkaitan dengan sistem biologi dan
menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Namun karena ergonomic
hanya membahas manusia maka lingkup biomekanika yang digunakan adalah biomekanika pada
manusia.
Ergonomi memiliki prinsip dasar untuk menyesuaikan kerja agar sesuai dengan batasan atau
karakteristik pekerjanya. Karakteristik ini biasanya disebut antropometri baik fisik / tubuh
ataupun antropometri non fisik seperti psikometri. Biomekanika merupakan studi tentang
karakteristik-karakteristik tubuh manusia dalam istilah mekanik. Biomekanika dioperasikan pada
tubuh manusia baik saat tubuh dalam keadaan statis ataupun dalam keadaan dinamis. Oleh
karena itu agar sistem kerja menjadi ergonomis maka harus memperhatikan biomekanika.

Biomekanika dan Perancangan Kerja

Penelitian aspek biomekanika akan sangat berkaitan dengan postur kerja, beban kerja dan
proses perancangan peralatan kerja misalnya pembuatan alat bantu gerak yang dapat digunakan
untuk meringankan penderita cacat maupun peralatan kerja lainnya. Peralatan yang digunakan
secara langsung sehubungan dengan fisik manusia perlu rancangan agar sesuai dengan keadaan
biomekanika seseorang. Penggunaan kekuatan otot yang berlebihan untuk menggunakan atau
menggerakan peralatan dapat mengakibatkan cedera. Penerapan biomekanika menghindari hal
tersebut, dan mengupayakan agar dengan pengeluaran energi yang minimum namun dapat
dicapai hasil yang optimal.

Biomekanika Kerja Tubuh

Dalam analisis biomekanika, tubuh manusia dipandang sebagai sistem yang terdiri dari link
(penghubung) dan joint (sambungan), tiap link mewakili segmen-segmen tubuh tertentu dan tiap
joint menggambarkan sendi yang ada.
Menurut Chaffin dan Anderson tubuh manusia terdiri dari enam link, yaitu:

1. Link lengan bawah yang dibatasi oleh joint telapak tangan dan siku.

2. Link lengan atas yang dibatasi oleh joint siku dan bahu.

3. Link punggung yang dibatasi oleh joint bahu dan pinggul.

4. Link paha yang dibatasi oleh joint pinggul dan lutut.

5. Link betis yang dibatasi oleh joint lutut dan mata kaki.

6. Link kaki yang dibatasi oleh joint mata kaki dan telapak kaki.

Gambar tubuh sebagai sistem enam link dan joint (Chaffin, 1991)

Seperti yang disebutkan di atas bahwa manusia dapat disamakan dengan segmen benda
jamak maka panjang setiap link dapat diukur berdasarkan persentase tertentu dari tinggi badan,
sedangkan beratnya berdasarkan persentase dari berat badan. Penentuan letak pusat massa tiap
link didasarkan pada persentase standar yang ada. Panjang setiap link tiap segmen berotasi di
sekitar sambungan dan mekanika terjadi mengikuti hukum newton. Prinsip-prinsip ini digunakan
untuk menyatakan gaya mekanik pada tubuh dan gaya otot yang diperlukan untuk mengimbangi
gaya-gaya yang terjadi. Secara umum pokok bahasan dari biomekanika adalah untuk
mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan
untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja dapat
meningkat. Menghindari keluhan pada sistem kerangka otot dapat ditanggulangi dengan
perancangan sistem kerja seperti alat kerja atau postur kerja yang ergonomis seperti yang telah
disebutkan di atas atau melakukan pengendalian administratif (pemilihan personel yang tepat,
pelatihan tentang teknik-teknik penanganan material). Misalnya pada gerakan jalan yang
terpenting adalah keseimbangan. Gerakan ini akan memperlihatkan bagaimana kedua kaki saling
menyeimbangkan berat tubuh dalam pergerakan berpindah. Untuk pengguna alat bantu pada kaki
gerak terlihat bagaimana alat bantu tersebut menyeimbangkan pasien dalam berjalan sehingga
alat tersebut nyaman dipakai.

Biomekanika dan Manual Material Handling


Titik berat bahasan biomekanika adalah pada fisik manusia khususnya pada saat manusia
melakukan kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material Handling / MMH)
yang biasanya tanpa menggunakan alat bantu apapun. Contoh MMH adalah pengangkatan dan
pemindahan secara manual, atau pekerjaan lain yang dominan menggunakan otot tubuh.
Pekerjaan penanganan material secara manual (Manual Material Handling) yang terdiri dari
mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa merupakan sumber utama
komplain karyawan di industri (Ayoub & Dempsey, 1999). Meskipun kemajuan teknologi telah
banyak membantu aktivitas manusia, namun tetap saja ada beberapa pekerjaan manual seperti
MMH yang tidak dapat dihilangkan dengan pertimbangan biaya maupun kemudahan. Pekerjaan
ini membutuhkan usaha fisik sedang hingga besar dalam durasi waktu kerja tertentu. Usaha fisik
ini banyak mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun low back pain, yang menjadi isu besar di
negara-negara industri belakangan ini.
Aktivitas MMH yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian bahkan kecelakaan kerja. Akibat
yang ditimbulkan dari aktivitas MMH yang tidak benar salah satunya adalah keluhan
muskoloskeletal. Keluhan muskoloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot
menerima beban statis secara berulang dalam jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan
keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan inilah yang biasanya disebut
sebagai muskoloskeletal disorder (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean,
1993).
Khusus saat melakukan MMH jenis pengangkatan, organ tubuh yang mendapatkan
pengaruh paling besar adalah pada bagian tulang belakang, biomekanika pun membahas
mengenai struktur tulang belakang pada tubuh manusia. Pengangkatan manual yang dilakukan
oleh operator akan membuat struktur tulang belakang mengalami tekanan yang berlebihan,
meskipun pengangkatan manual tersebut dilakukan tidak terlalu sering atau dengan kata lain
frekuensinya jarang. Namun demikian, hal tersebut tetap saja memberikan pengaruh buruk
terhadap struktur tulang belakang.
Tingginya tingkat cidera atau kecelakaan kerja selain merugikan secara langsung yaitu
sakit yang diderita oleh pekerja, kecelakaan tersebut juga akan berdampak buruk terhadap
kinerja perusahaan yaitu berupa penurunan produktivitas perusahaan, baik melalui beban biaya
pengobatan yang cukup tinggi dan juga ketidakhadiran pekerja serta penurunan dalam kualitas
kerja.
Contoh dari penerapan ilmu biomekanika selain MMH adalah untuk menjelaskan efek
getaran dan dampak yang timbul akibat kerja, menyelidiki karakteristik kolom tulang belakang,
menguji penggunaan alat prosthetic, dll.
Biomekanika dan Teknik Industri
Seperti dijelaskan sebelumnya, biomekanika sangat erat kaitannya dengan ergonomi &
K3 dan ergonomi merupakan bagian dari teknik industri. Jadi jelas bahwa biomekanika termasuk
banyak dipelajari di teknik industri. Namun ternyata ada satu hal lagi yang membuat
biomekanika sangat dipahami di teknik industri yakni adanya jenis mata kuliah mekanika teknik
(engineering mechanics) di teknik industri yang menjadi dasar ilmu dari biomekanika. Memang
ada bidang teknik lain yang mendapat mekanika teknik seperti teknik mesin dan arsitektur atau
sejenisnya, namun mereka tidak paham ergonomi & K3. Sedangkan ergonomi dan K3 juga ada
di bidang lain seperti kesehatan masyarakat dan sejenisnya, namun mereka tidak paham
mekanika teknik. Jadi di teknik industri lah bidang biomekanika ini sebenarnya dapat sangat
berkembang. Walaupun penerapan mekanika teknik di teknik industri biasanya lebih mengarah
ke kluster proses manufaktur atau desain produk namun bisa dikembangkan dan dilebarkan
secara optimal ke kluster ergonomi bekerja sama dengan jenis mata kuliah fisiologi manusia
kerja menjadi biomekanika.

10. Coba carilah hubungan antara Ergonomi dan Hedonomi.


Dimanakah titik singgung kedua cabang ilmu tersebut. Uraikan.

Hedonomi

Anda pernah mendengar ilmu hedonomi? Barangkali kata ini mungkin masih
sangat asing oleh telinga kita. Hal tersebut wajar karena ilmu ini tergolong baru. Lalu
apa itu hedonomi? Apakah sama dengan hedonisme? Beberapa dari Anda mungkin
sudah cukup familiar dengan kata hedonisme. Hedonisme adalah pandangan hidup yang
menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak
mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.
Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan
merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Lalu kembali lagi ke pertanyaan apakah
hedonomi sama dengan hedonisme? Jawabannya adalah tidak namun hal yang dibahas
adalah sama yakni mengenai kesenangan atau afektif. Jika hedonisme adalah sebuah
pandangan yang nampaknya mempunyai konotasi negatif, sedangkan hedonomi adalah
sebuah ilmu yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan secara positif.

Hedonomi berasal dari dua kata Yunani yakni hedone yang berarti kebahagiaan /
kesenangan / kesukaan / kenikmatan dan nomos yang berate hukum / aturan / dasar /
kaidah / ilmu. Hedonomi atau dalam bahasa Inggris adalah hedonomics merupakan
cabang ilmu yang memfasilitasi aspek kebahagiaan / kesenangan / kenikmatan pada
interaksi manusia dengan teknologi.

Ilmu ini berkaitan dengan ilmu human factor atau ergonomi terutama ranah
ergonomic kognitif. Ilmu ini ditemukan setelah para ergonom mempelajari kontrol
motor manusia, persepsi dan hubungan perseptual-motor, serta kemampuan kognitif dan
keterbatasan manusia yang pada akhirnya mereka menemukan peran penting
kebahagiaan. Kemunculan istilah hedonomi sendiri memiliki cerita tersendiri yang pada
akhirnya istilah hedonomi atau hedonomics dipilih setelah mengalahkan kandidat
istilah lainnya yakni "The Human Factors of Pleasure" dan "Affective Human Factors"
dengan alasan kesederhanaan.

Hedonomi dianggap penting karena saat ini stres telah meningkat di segala
aktivitas manusia yang semakin kompleks terutama dalam bekerja sehingga bersenang-
senang dan relax atau santai merupakan hal yang mulai dianggap penting dan bisa
diteliti secara ilmiah dan tidak sebatas perkiraan atau nalar belaka sehingga dapat
dimasukan dalam suatu perancangan atau desain kerja. Hedonomi sangat berkaitan
dengan motivasi, emosi, dan estetika dalam lingkungan kerja.

Hedonomi tentu bukan hanya untuk menaikkan faktor kesenangan semata namun
juga selaras dengan prinsip ergonomi lainnya yakni dapat menaikkan safety, dapat
menaikkan health, dan yang sangat penting adalah menaikkan produktivitas dan
performa kerja. Hedonomi dapat mengoptimalkan usabilitas alat atau produk, hedonomi
dapat meningkatkan perhatian, hedonomi dapat menaikkan konsentrasi, hedonomi dapat
menaikan motivasi kerja dan masih banyak aplikasi hedonomi lainnya.

Dalam lingkup ergonomi, hedonomi mempunyai keunikan. Berbeda dengan


prinsip ergonomi safety, health dan productivity yang nampaknya cukup sulit untuk
diaplikasikan karena kebanyakan user menganggap hal-hal tersebut adalah hal-hal yang
membebankan mereka walaupun sebenarnya tujuannya baik dan menguntungkan,
namun hedonomi yang mempunyai prinsip pleasure akan lebih diterima dan lebih
disambut secara positif.

Yang perlu ditekankan disini adalah bahwa prinsip fun dan pleasure bukanlah
tujuan akhir dari ilmu ini (walaupun sepertinya beberapa sumber masih cukup
bingung dengan batasan lingkup dan tujuan ilmu ini mengingat ilmu ini masih sangat
baru), tujuan akhir ilmu inilah adalah seberapa pengaruh fun dan pleasure itu akan
berpengaruh pada perilaku dan perhatian manusia dalam beraktivitas atau bekerja
terutama ketika berhubungan dengan suatu teknologi. Tujuan akhir dari pleasure pada
hedonomi ini pada akhirnya sama dengan prinsip ergonomi lainnya (safety, health,
productivity, humanity, comfort) yakni untuk meningkatkan performa kerja dan kualitas
kerja yang selanjutnya akan memiliki dampak meningkatkan profit dan meningkatkan
kualitas dan kesejahteraan hidup.

Menurut saya prinsip pleasure dalam ilmu ini mirip dengan prinsip comfort atau
kenyamanan dimana prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari sering disalahartikan dan
diaplikasikan melebihi batas sehingga sering justru menjerumuskan ke dalam hal-hal
yang tidak produktif. Tujuan prinsip pleasure dalam hedonomi harus dipahami seperti
yang telah disebutkan pada paragraf sebelumnya dan jangan sampai disalahartikan
hanya untuk mengejar kesenangan belaka karena hedonomi bukan hedonisme.

Anda mungkin juga menyukai