Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya,

sehingga makalah Asuhan Kebidanan Pada Radang Genetali Interna Adneksitis dapat kami

susun.

Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberi

bimbingan, ilmu, dorongan, serta saran-saran kepada penyusun.

Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah ini

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amien

Bukittinggi, Februari 2017

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .. i

DAFTAR ISI . ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah.... 1
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Adnexitis .. 3
B. Etiologi .. 3
C. Patofisiologi .. 3
D. Gambaran Klinis 4
E. Jenis Adnexitis.. 4
F. Gejala Adnexitis 6
G. Komplikasi .... 6
H. Pemeriksaan Penunjang . 6
I. Penatalaksanaan . 7

BAB III ASUAHN KEBIDANAN . 8

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan 14
B. Saran . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . .. . . . .. . . .. . . . .. . . . 15
C. Resume . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . .. . . . .. . . .. . . . .. . . . 16

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk

mendapatkan keturunan. Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga

seringkali mengalami hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri)

atau bahkan keduanya, mengalami gangguan seksual. Jika tidak segera diobati, masalah

tersebut dapat saja menyebabkan terjadinya keretakan dalam rumah tangga. Oleh karena
itu, alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal organ reproduksi dengan baik sehingga

kita dapat melakukan deteksi dini apabila terdapat gangguan pada organ reproduksi.
Menurut (Winkjosastro,Hanifa.Hal.396,2007) prevalensi adneksitis di Indonesia

sebesar 1 : 1000 wanita dan rata-rata terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan

hubungan seksual. Adneksitis bila tidak ditangani dengan baik akan menyebar keorgan

lain disekitarnya seperti misalnya ruptur piosalping atau abses ovarium, dan terjadinya

gejala-gejala ileus karena perlekatan, serta terjadinya appendisitis akuta dan salpingo

ooforitis akuta. Maka dari itu sangat diperlukan peran tenaga kesehatan dalam membantu

perawatan klien adneksitis dengan baik agar radangnya tidak menyebar ke organ lain dan

para tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Salah

satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan asuhan secara komprehensif yaitu bidan

melalui asuhan kebidanan yang sudah dimilikinya.

1
Beberapa peran bidan diantaranya yaitu peran bidan sebagai pengelola dimana bidan

memiliki beberapa tugas salah satunya tugas kolaborasi. Didalam kolaborasi ini bidan

harus menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi

kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga serta memberikan asuhan kebidanan

secara komprehensif dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan kolaborasi dengan tim medis lain. (Soepardan,Suryani.Hal 38.2008). Oleh

karena itu pada kesempatan kali ini kami akan membahas secara lebih dalam tentang

adneksitis dan penatalaksanaannya dengan konsep asuhan kebidanan.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa definisi adneksitis?
1.2.2 Bagaimana penyebab terjadinya adneksitis?
1.2.3 Bagaimana gejala jika seorang wanita mengalami adneksitis?
1.2.4 Bagaimana penatalaksanaan jika wanita menderita adneksitis?

C. Tujuan

1.3.1 Mahasiswa dapat memahami definisi adneksitis


1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui penyebab terjadinya adneksitis
1.3.3 Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala jika seorang wanita mengalami

adneksitis
1.3.4 Mahasiswa mengetahui mengenai penatalaksanaan jika seorang wanita

menderita adneksitis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang

biasanya terjadi bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas

dari uterus, walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah

atau menjalar dari jaringan sekitarnya.


Adnexitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. Adnexa adalah jaringan

yang berada di sekitar rahim, termasuk tuba fallopi dan ovarium. Istilah lain dari

adnexitis antara lain: pelvic inflammatory disease, salpingitis, parametritis, salpingo-

oophoritis.

B. Etiologi
Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi puerperal

dan postpartum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa
timbul radang adnexa sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD

serta perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan

perantara traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh :

1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.

2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-

kuman.

C. Patofisiologi
Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Radang itu

kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga

bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan

jaringan sekitarnya.
Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada

endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan

epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel yang

kemudian menghilang pada daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan

serosa. Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui

ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya.


Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau

limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik. Disini timbul

salpingitis interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan

infiltrasi leukosit, tetapi mukosa seringkali normal. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal

287. 2007).
D. Gambaran Klinis
Gambaran klinik adnexitis akut ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri

disebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang dijumpai terdapat pada

kedua adneksa, setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak

jelas dan nyeri tekan.

4
Pada pemeriksaan air kencing biasanya menunjukkan sel-sel radang pada pielitis. Pada

torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence musculaire tidak terlalu

keras, dapat diraba nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata.(Sarwono.

Winkjosastro, Hanifa. Hal 288.2007).


E. Jenis Adnekitis
Penyakit adnekitis atau salpingo ooporitis terbagi atas :
1. Salpingo ooporitis akuta
Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari

uterus sampai ke mukosa. Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan fimbria pada

ostium tuba abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang

terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadi piosalping. Pada salpingitis gonoroika

ada kecenderungan bahwa gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat,

biasanya 10 hari sehingga pembiakan negative. Salpingitis akut banyak ditemukan

pada infeksi puerperal atau pada abortus septic ada juga disebabkan oleh berbagai

tierti kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti streptokokus

( aerobic dan anaaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan lain-lain.

Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe

ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic.


2. Salpingo ooporitis kronika
Dapat dibedakan pembagian antara:

5
a) Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari

epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan

tersebut dalam tuba. Hidrosalping sering kali ditemukan bilateral, berbentuk

seperti pipa tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk keprok. Hidrosalping

dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping follikularis. Pada

hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping

follikularis terbagi dalam ruangan kecil.


b) Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal

yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan

disekitarnya. Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan

tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah

tengah jaringan otot.

F. Gejala Adnexitis

o Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan haid(bukan pre

menstrual syndrome)
o Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina
o Nyeri saat berhubungan intim
o Demam

Nyeri punggung

G. Komplikasi
Pembedahan pada salpingo-ooforitis akuta perlu dilakukan apabila:

a) Jika terjadi ruptur atau abses ovarium


b) Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan
c) Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan adneksitis

akuta.

H. Pemeriksaan Penunjang

o USG
o UKG
o Kuldoskopi dan laparoskopi tidak berarti keculi bilamana pemeriksaan tersebut tidak

dilakukan pemeriksaan biopsi.

I. Penatalaksanaan
Penanganan utama yang dianjurkan adalah TAH + BSO + OM + APP (Total

Abdominal Hysterectomy + Bilateral Salpingo-Oophorectomy + Omentectomy +

Appendectomy). Dapat dipertimbangkan (optional) instilasi phosphor-32 radioaktif atau

khemoterapi profikalis. Sayatan dinding perut harus longitidunal di linea mediana, cukup

panjang untuk memungkinkan mengadakan eksplorasi secara gentle (lembut) seluruh

rongga perut dan panggul, khususnya di daerah subdifragmatika dan mengirimkan

sampel cucian rongga perut untuk pemeriksaan sitologi eksfoliatif. Bila perlu dapat

dilakukan biopsy pada jaringan yang dicurigai.

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN

I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal : 25 Februari 2012 Oleh : Mahasiswa Pukul : 18.00
1. Identitas
Nama Ibu : Ny S Nama Suami : Tn T

Umur : 21 Thn Umur : 23 Thn

Suku/bangsa :Indonesia Suku/bangsa :Indonesia

Agama :Islam Agama :Islam

Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA

Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Swasta

Alamat : Jl.Indah Barat Alamat :Jl.IndahBarat

No. telp. : (-) No. telp. :031-7689956

No. register : 2030 No. register : (-)

2. Keluhan utama (PQRST) :


Ibu mengatakan merasa nyeri hebat di daerah perut bawah, serta demam sejak 4 hari

yang lalu, rasa nyeri bertambah keras pada saat melakukan pekerjaan yang berat-berat

dan disertai dengan sakit pinggang dan keputihan.

3. Pola Kesehatan Fungsional

Pola Fungsi Kesehatan Sebelum Sakit Selama Sakit


Ibu tidak mau makan,
1.Pola Nutrisi Ibu makan porsi cukup
makan 2x/hari, minum 5
3x/hari, minum 6 gelas/hari
gelas/hari
BAB 2x/hari BAB 2x/hari
2.Pola Eliminasi
BAK 5-6x/hari BAK 4-5x/hari
3.Pola Istirahat Tidur siang 3 jam Ibu tidak pernah tidur

Tidur malam 7 jam siang


Tidur malam 5 jam
4.Pola Aktivitas Ibu melakukan aktifitas Ibu hanya melakukan

rumah tangga pekerjaan yg ringan saja


Ibu tidak mau
Ibu melakukan hubungan
5.Pola seksual melakukan hubungan
seksual 3-4x/seminggu
seksual
6. Pola persepsi dan pemeliharaan

kesehatan : merokok, alcohol,

narkoba, obat obatan, jamu,

binatang peliharaan

7. Riwayat penyakit sistemik yang pernah di derita : Tidak ada

1. Jantung
5. Hepatitis
2. Ginjal

3. Asma 6. DM

4. TBC
7. Hipertensi

8. TORCH
8. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga : Suami pernah mengalami infeksi gonore

1. Jantung 5. Hepatitis

2. Ginjal 6. DM

3. Asma 7. Hipertensi

4. TBC 8. TORCH
a. Riwayat KB :

Pernah menggunakan KB AKDR yaitu IUD sudah 1 tahun

2. OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :
lemah baik
b. Kesadaran

Compos mentis Somnolen Koma

Apatis
Sopor

10
c. Keadaan emosional :
kooperatif depresi agresif hipoaktif
bingung menarik diri cemas marah
hiperaktif gelisah
d. Tanda tanda vital

Tekanan darah : 110/90 mmHg.

Nadi : 100 kali/menit

Pernafasan : 20 Kali / menit

Suhu : 38 0C

e. Antropometri

BB periksa yang lalu : 57 kg

BB sekarang : 56 kg

Tinggi Badan : 156 cm


2. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

a. Wajah : simetris, terlihat pucat

b.Rambut : bersih, tidak ada ketombe

c.Mata : bentuk simetris, konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik

d.Mulut & gigi : bersih, tidak ada caries dan stomatitis

e. Telinga : simetris, tidak ada serumen

f. Hidung : simetris, tidak ada nyeri tekan, bersih, fungsi penciuman baik

g.Dada : bentuk simetris, tidak ada tarikan dinding dada

11

h.Abdomen : tidak ada bekas luka oprasi, ada nyeri tekan pada perut bagian bawah,

kembung

i. Genetalia : terdapat flour albus, nyeri tekan

j. Ekstremitas : tidak ada odema, fungsi pergerakan baik

3. Pemeriksaan Penunjang :

USG = Terdapat pembesaran tuba falopi dan ovarium


UKG
Biopsi

II. Interpretasi Data Dasar


a. Diagnosa : Ny S dengan adneksitis
b. Masalah : Gangguan rasa nyaman, kepercayaan diri
c. Kebutuhan : - Meyakinkan ibu bahwa bidan akan berusaha semaksimal mungkin

untuk membantu ibu mengatasi masalahnya dan ibu tidak perlu takut.
- Memberikan penyuluhan tentang maksud, tujuan dilakukan terapi serta prosesnya.
III. Antisipasi terhadap diagnosa/masalah potensial
Piosalping
Abses ovarium
Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera/kolaborasi/rujukan
Kolaborasi dengan dokter SpOG
IV. PLANNING
Tujuan : Setelah di berikan asuhan kebidanan dapat meringankan beban

ibu

12

Kriteria Hasil : - ibu merasa tenang tidak cemas mengenai keadaanya


- KU Ibu
- ibu dapat beraktifitas seperti biasa serta rasa nyeri dapat berkurang
V. Intervensi
Jalin hubungan baik dengan px dan keluarga

R/ untuk memudahkan petugas dalam melakukan pemeriksaan


Jelaskan mengenai keadaan ibu sekarang kepada keluarga
R/ agar ibu dan keluaga tidak cemas dengan keadaanya
Jelaskan penyebab terjadinya adneksitis kepada keluarga
R/ agar keluarga mengetahui penyebab terjadinya adneksitis
Lakukan konseling kebutuhan nutrisi, istirahat, serta kebersihan
R/ agar kebutuhan istirahat dan nutrisi ibu dapat terpenuhi dengan baik dan cukup
Kolaborasi dengan dokter
R/ untuk mengatasi masalah dengan mencegah komplikasi

VI. Implementasi

Menjalin hubungan baik dengan px dan keluarga dengan cara member salam
Menjelaskan mengenai keadaan ibu sekarang kepada keluarga
- Ibu dalam keadaan kurang stabil kesehatannya
Menjelaskan penyebab terjadinya adneksitis kepada keluarga
Salah satu penyebab terjadinya adneksitis antara lain :
- Kurangnya personal hygine
- Adanya infeksi yg di sebabkan oleh bakteri seperti Gonorrhea, Chalmydia
13
Melakukan konseing kebutuhan nutrisi dan istitahat serta kebersihan
- Memberitahu kepada ibu agar istirahat yang cukup tidur siang 3 jam dan tidur malam

7-8 jam
- Memberitahu kepada ibu agar makan cukup 3x/hari dengan porsi cukup
- Menjaga kebersihan pada daerah genetalia
Melakukan kolaborasi dengan dokter
Jika terjadi masalah yang lebih parah bisa melakukan tindakan segera

VII. Evaluasi : SOAP

S : pasien mengatakan sudah tidak cemas lagi


O : K/U Ibu sudah baik ibu dapat mengulang penjelasan yang diberikan oleh bidan
A : Ny S Usia 21 tahun dengan Adneksitis
P : - lakukan konseling mengenai istirahat dan nutrisi
Makan 3x/hari, tidur malam 7-8 jam/hari
- Mengajak keluarga untuk menjaga kondisi ibu
- Memberikan medikamentosa :
Amoxan 31 amp
Gentamicin 280 gr
Analgetika jenis Antrain 31 amp (Diberikan secara IV)
- Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan segera sesuai dengan advice dokter
TAH + BASO + OM + APP (Total Abdominal Histerektomy + Bilateral Salpingo-

Oophorectomy + Omentectomy + Appendectomy)

14

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Adneksitis atau Salpingo-ooforitis adalah radang pada tuba falopi dan radang ovarium

yang terjadi secara bersamaan, biasa terjadi karena infeksi yang menjalar ke atas sampai

uterus, atau akibat tindakan post kuretase maupun post pemasangan alat kontrasepsi (IUD).
Salah satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan asuhan secara komprehensif yaitu

bidan melalui asuhan kebidanan yang sudah dimilikinya. Beberapa peran bidan diantaranya

yaitu peran bidan sebagai pengelola dimana bidan memiliki beberapa tugas salah satunya

tugas kolaborasi. Didalam kolaborasi ini bidan harus menerapkan manajemen kebidanan

pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga

serta memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dan pertolongan pertama pada

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tim medis lain.


4.2. SARAN
Bagi Mahasisiwa
Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam melaksanakan dan menerapkan
asuhan kebidanan.
Bagi lahan praktek
Dapat menyesuaikan antara asuhan kebidanan ilmu teori dan praktek terutama dalam
melakukan asuhan kebidanan patologis.
15
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset

Sarwono,Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/12/servisitis-dan-

adnexitis.html#ixzz1tmFEtU60 (Di unduh pada tanggal 03 April 2012, pukul 09.30)

http://leephonkhikmah.blogspot.com/2012/04/makalah-adnexitis.html (Di unduh pada tanggal 03

April 2012, pukul 10.00)


ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S DENGAN ADNEKSITIS

OLEH : MARTINI
1615301226

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2016/2017

Anda mungkin juga menyukai