Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan pasar global
berdampak pada peningkatan penyerapan tenaga kerja yang berkualitas. Kebebasan pasar tenaga kerja akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja dari dalam negeri. Sumber daya manusia (SDM) dalam negeri harus mampu bersaing dengan tenaga kerja asing, jika tidak kemerosotan SDM dan angkah pengangguran akan semakin bertambah. Apalagi saat ini indonesia memiliki jumlah penduduk usia produktif yang sangat besar yaitu sebesar 67 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2020-2030 jumlah usia produktif di Indonesia meningkat menjadi 2/3 dari seluruh penduduk Indonesia. Dengan jumlah usia produktif yang besar, Indonesia akan menjadi negara penghasil tenaga kerja yang sangat besar asalkan SDM dalam negeri dikelola dengan baik. Jika tidak, akan menjadi sebuah kegagalan generasi dan menjadi malapetaka nasional. SMK yang seharusnya memegang peranan penting sebagai penyedia tenaga kerja menengah yang berkualitas belum bisa menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas, hal ini terbukti dari keterserapan lulusan SMK di dunia kerja yang masih rendah. Materi pembelajaran sering tidak sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang mengakibatkan adanya kesenjangan dalam penerapan teori yang didapatkan dari sekolah dengan praktek kerja di dunia kerja. Selain itu, antara dunia pendidikan dan industri belum menunjukkan sinergi demi meningkatkan kualitas lulusan SMK. Pendidikan SMK memegang peran kunci dalam peningkatan kualitas dan daya saing SDM Indonesia untuk menghadapai MEA dan pasar global. Mengingat kondisi SMK yang terkesan asal-asalan, target lulusan SMK yang berkualitas dan terserap di lapangan kerja sepertinya menjadi hal yang sulit terwujud. Revitalisasi SMK merupakan hal yang didengung-dengungkan demi menyelamatkan citra SMK. Bahkan Presiden Joko Widodo sudah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan. Inpres tentang revitalisasi SMK ditujukan kepada para Menteri Kabinet Kerja, Kepala Badan Nasional Sertifikasi Profesi, dan para Gubernur di seluruh wilayah Indonesia. Dalam Inpres Nomor 9 tahun 2016 ini, para menteri, BNSP, dan gubernur ditugaskan untuk: Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk merevitalisasi SMK guna meningkatkan kualitas dan daya saing SDM Indonesia; Menyusun peta kebutuhan tenaga kerja bagi lulusan SMK dengan berpedoman pada peta jalan pengembangan SMK. Khusus kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ditugaskan: Membuat peta jalan pengembangan SMK; Menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi sesuai kebutuhan pengguna lulusan (link and match); Meningkatkan kerjasama dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan dunia usaha/industri. Revitalisasi SMK merupakan merupakan sebuah langkah yang positif untuk membangun ulang dan memperbaiki SMK. Revitalisasi SMK menjadi langkah awal untuk mempersiapkan lulusan SMK yang siap menghadapi pasar tenaga kerja global meskipun langkah ini sudah cukup terlambat untuk dilaksanakan mengingat MEA sudah ada di depan mata. Berdasarkan permasalahan dan kondisi SMK pada saat ini revitalisasi SMK perlu dilaksanakan dengan pengawasan oleh masyarakat maupun pemerintah, agar tujuan revitalisasi tercapai dengan baik. Sebagai masukan dari penulis ada poin yang harus diperbaiki dari sistem SMK yaitu mengkaji ulang kurikulum SMK yang seharusnya berbeda dari sekolah pada umumnya, adanya pengakuan keterampilan yang dimiliki lulusan SMK berupa sertifikat. Kurikulum SMK sebaiknya berorientasi pada industri dan materi yang disampaikan mengacu pada perkembangan teknologi, sehingga pengetahuan yang didapat lebih terbarukan. Disamping itu, keterampilan sebaiknya diasah di industri dengan memberikan waktu magang di industri lebih lama. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama yang nyata antara dunia pendidikan dan dunia industri berupa kesediaan industri menerima magang dengan jumlah yang ditentukan di setiap industri berdasarkan jurusan SMK yang sesuai. Mengingat perusahaan atau dunia usaha sangat membutuhkan tenaga terampil siap pakai yang berkarakter etos kerja dan disiplin serta memiliki daya saing tinggi maka perlu adanya pengakuan atas keterampilan yang dimiliki lulusan SMK berupa kewajiban memiliki sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi dengan standar nasional maupun internasional merupakan suatu bukti bahwa lulusan SMK layak untuk bekerja dan bersaing di bursa kerja nasional maupun internasional. Oleh karena itu sertifikasi lulusan SMK membutuhkan kerjasama dan koordinasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), pemerintah, dan dunia pendidikan. Revitalisasi untuk SMK yang lebih baik dan siap menghadapi MEA perlu dilaksanakan dengan dukungan dari semua elemen pereintahan dan elemen masyarakat. Ide-ide cemerlang untuk SMK yang lebih baik sebaiknya disalurkan dan ditampung dan disaring secara baik demi terciptanya SDM Indonesia yang berkualitas dan siap kerja.