Anda di halaman 1dari 5

Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) ISSN: 1979-2328

UPN Veteran Yogyakarta, 23 Mei 2009

SISTEM PERINGATAN DINI TANAH LONGSOR


BERBASIS ATMEGA8535

Iswanto1), Nia Maharani Raharja2), Alif Subardono3)


Diploma Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada
Jl.Yacaranda Sekip Unit IVYogyakarta
email : 1anto_1512@yahoo.com

Abstrak
Indonesia merupakan Negara yang banyak lembah, bukit dan gunung berapi. Sehingga setiap tahun, Indonesia
banyak terjadi bencana alam tanah longsor. Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng
berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng. Penelitian ini mencoba membangun suatu system peringatan dini tanah longsor dengan menggunakan
mikrokontroler ATMEGA8535. Pada saat tanah bergeser lebih 4 cm dan curah hujan perhari mencapai 100
mm/hari, maka sistem ini akan membunyikan sirine bahaya dan akan menghubungi perangkat desa agar
mengevakuasi warganya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk suatu sistem peringatan dini tanah longsor
berbasis mikrokontroler ATMEGA8535 bekerja dengan baik
Kata Kunci : Peringatan dini, Tanah longsor, ATMEGA8535, Siemens, ISD25120

1. PERUMUSAN MASALAH
Indonesia merupakan Negara yang banyak lembah, bukit dan gunung berapi. Sehingga setiap tahun,
Indonesia banyak terjadi bencana alam tanah longsor. Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng, dimana tanah longsor sering memakan korban jiwa.
Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas maka kiranya perlu adanya alat yang dapat mendeteksi
pergeseran tanah penyebab tanah longsor. Dengan alat tersebut maka korban jiwa dapat dikurangi.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Bencana tanah longsor terjadi di Indonesia terutama di pulau Jawa. Bencana tanah longsor ini sering
terjadi pada musim penghujan terutama di daerah lereng pengunungan dan perbukitan. Pada saat curah hujan
tinggi mencapai rerata 300 mm/hari maka potensi terjadi tanah longsor sangat besar. Dan pada saat tanah mulai
bergeser sejauh 3 cm maka tanah berpotensi longsor. Bencana tanah longsor sering kali menimbulkan korban
jiwa.
Berapa sistem peringatan dini tanah longsor dikembangkan oleh dosen Teknik Sipil UGM. Fatani
[2004], membuat sistem peringatan dini tanah longsor. Sistem yang dikembangkan oleh Fatani masih terbatas
sangat terbatas karena sistem tersebut hanya membunyikan sirine.
Oleh karena itu, Iswanto, Nia, Alif Subardono[2009] mengembangkan mengembangkan sistem peringatan
dini tanah longsor yang otomatis. Jika sistem mengetahui pergeseran tanah, maka sistem ini akan membunyikan
alarm dan akan menelpon aparat untuk mengevakuasi warga yang rawan longsor.

Gambar 1. Diagram blok sistem

3. METODE PENELITIAN
Dalam perancangan aplikasi sistem peringatan dini tanah longsor ada beberapa tahap, yaitu
1. Membuat sensor detektor tanah longsor.
2. Membuat perangkat keras sistem deteksi tanah longsor.
3. Menggabungkan perangkat keras antara sistem deteksi tanah longsor dengan sistem monitoring curah hujan.
4. Membuat perangkat lunak sistem monitoring curah hujan.
5. Membuat perangkat lunak sistem deteksi tanah longsor.

B-53
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) ISSN: 1979-2328
UPN Veteran Yogyakarta, 23 Mei 2009

3.1. Membuat sensor detektor tanah longsor.


Sensor tanah longsor ini menggunakan millimeter dan optocoupler. Millimeter dibuat lobang
pada setiap centimeter. Millimeter ini diletakkan diantara led infra merah dan fototransistor pada
rangkaian optocoupler, sehingga millimeter tersebut akan menghalangi cahaya pada fototransistor yang
merupakan bagian penerima pada optocoupler. Ujung dari millimeter diberi kawat yang terhubung oleh
sensor tanah longsor yang primer.
VCC

RS1 RS2
330 47K

U5 OUTPUT SENSOR
3 2

1 4

OPTOCOPLER

Gambar 2. Sensor Tanah Longsor

3.2. Membuat perangkat keras sistem deteksi tanah longsor.


Mikrokontroler memiliki peran utama dalam sistem ini. Semua aktifitas sistem dikendalikan
dengan program yang ada dalam mikrokontroler ini. Jenis mikrokontroler yang digunakan adalah
mikrokontroler keluarga AVR yaitu ATMEGA8535.
U4
VCC P0 1 40 LCD0
INPUT PEMBANGKIT PULSA PB0(XCK/T0) PA0(ADC0) LCD1 OUT PUT PIN LCD
2 39
PB1(T1) PA1(ADC1) LCD2 OUT PUT PIN LCD
3 38
PB2(INT2/AIN0) PA2(ADC2) LCD3 OUT PUT PIN LCD
4 37
PB3(OC0/AIN1) PA3(ADC3) LCD4 OUT PUT PIN LCD
5 36
P5 PB4(SS) PA4(ADC4) LCD5 OUT PUT PIN LCD
6 35
P6 PB5(MOSI) PA5(ADC5) LCD6 OUT PUT PIN LCD
R1 7 34
P7 PB6[MISO) PA6(ADC6) LCD7 OUT PUT PIN LCD
8 33
PB7[SCK) PA7(ADC7) OUT PUT PIN LCD
RST 9 32
VCC 10 RESET AREF 31
C1 22pF 11 VCC AGND 30
GND AVCC
1

12 29 PD7
XTAL2 PC7(TOSC2) PD6 INPUT PIN MIKRO CURAH HUJAN
C3 100nF1 13 28
HPRX14 XTAL1 PC6(TOSC1) PD5 INPUT PIN MIKRO CURAH HUJAN
SW2 27
PD0(RXD) PC5 PD4 INPUT PIN MIKRO CURAH HUJAN
X1 HPTX15 26
PD1(TXD) PC4 PD3 INPUT PIN MIKRO CURAH HUJAN
16 25
PD2(INT0) PC3 PD2 INPUT PIN MIKRO CURAH HUJAN
17 24
2

PD3(INT1) PC2 PD1 INPUT PIN MIKRO CURAH HUJAN


C2 22pF 18 23
PD4(OC1B) PC1(SDA) PD0 INPUT PIN MIKRO CURAH HUJAN
19 22
PD5(OC1A) PC0(SCL) INPUT PIN MIKRO CURAH HUJAN
20 21
PD6(ICP) PD7(OC2)
ATMEGA8535
INPUT HP

OUT PUT HP
PIN DOWNLOADER

P5
1 P6
2 P7
3 RST
4 GND
5
JISP

Gambar 3. Sistem Minimum Mikrokontroler tanah longsor.

3.3. Menggabungkan perangkat keras antara sistem deteksi tanah longsor dengan sistem monitoring curah
hujan.
Pada sistem peringatan dini tanah longsor menggunakan 2 buah mikrokontroler, karena sistem
ini membutuhkan 4 buah timer yaitu timer untuk sensor tanah longsor, timer untuk sistem pewaktuan
curah hujan, timer untuk sensor curah hujan dan timer untuk waktu tunda komunikasi serial.
Mikrokontroler ATMEGA8535 hanya mempunyai 3 buah timer, sehingga membutuhkan 2 buah
mikrokontroler.
VCC
VCC SENSOR CURAH R2
120K
HUJAN 1
U1
40
PB0(XCK/T0) PA0(ADC0)
1

RS1 RS2 1uF 16V 2 39


3 PB1(T1) PA1(ADC1) 38
470 120K PB2(INT2/AIN 0) PA2(ADC2)
SW1 SW1 C5 + 4 37
RS3 IC1A IC1B 5 PB3(OC 0/AIN1) PA3(ADC3) 36
1 2 3 4 pinb.5 6 PB4(SS) PA4(ADC4) 35
PB5(MOSI) PA5(ADC5)
1

VCC pinb.6 7 34
2

74LS14 74LS14 PB6[MISO) PA6(ADC6)


2

D1 R reset pinb.7 8 33
Q1 100K 9 PB7[SCK) PA7(ADC7) 32
LED RESET AREF
C1 22pF RST VCC 10 31
PH OTO NPN
SENSOR TANAH VCC AGND
1

11 30 VCC
C 3 100nF 12 GN D AVCC 29
1

XTAL2 PC 7(TOSC2)
LONGSOR R ESET 13 28
2

X1 14 XTAL1 PC 6(TOSC1) 27
15 PD0(RXD) PC5 26
16 PD1(TXD) PC4 25
2

C2 22pF 17 PD2(INT0) PC3 24


LCD 18 PD3(INT1) PC2 23
VCC 19 PD4(OC1B) PC1(SD A) 22
SIRINE JP3
20 PD5(OC1A) PC0(SCL) 21
VCC 1 PD6(ICP) PD7(OC2)
U4
P0 1 40 D ATA0 2 ATMEGA8535
VCC RB2 RB1 2 PB0(XCK/T0) PA0(ADC 0) 39 D ATA1 3
3 PB1(T1) PA1(ADC 1) 38 D ATA2 4
330 PB2(IN T2/AIN0) PA2(ADC 2) 5
4 37 D ATA3
IC ISD 5 PB3(OC0/AIN1) PA3(ADC 3) 36 D ATA4 6
R1
1
2
P6
P7
P5
P6
6
7
PB4(SS)
PB5(MOSI)
PB6[MISO)
PA4(ADC 4)
PA5(ADC 5)
PA6(ADC 6)
35
34
D ATA5
D ATA6
7
8
9
CURAH HUJAN
P7 8 33 D ATA7
9 PB7[SCK) PA7(ADC 7) 32 10
J1 RESET AREF
RST VCC 10 31 LC D
C1 22pF 11 VCC AGND 30
GND AVCC VCC
1

12 29
C3 100nF1 13 XTAL2 PC7(TOSC2) 28
SW2 PD0014 XTAL1 PC6(TOSC1) 27
X1 PD0115 PD0(RXD ) PC 5 26
16 PD1(TXD) PC 4 25
17 PD2(INT0) PC 3 24
2

C2 22pF 18 PD3(INT1) PC 2 23
19 PD4(OC 1B) PC 1(SDA) 22
VCC 20 PD5(OC 1A) PC0(SCL) 21
PD6(ICP) PD 7(OC 2)
P1 ATMEGA8535
1 U6
6 RHP 8 11
2
7
RX1 13
7
R2IN
R1IN
T2OUT
T1IN
R1OUT
T2IN
12
10
TANAH LONGSOR
3 TX1 14 9
8 T1OUT R2OUT HEADER 5
4 1uF 16V 1 4 1uF 16V
9 C+ C2+ P5
5 1
+ C4 + C5 P6
2 P7
3 5 3 RST
HP C1- C2- 4 GND
1uF 16V 2 6 1uF 16V 5
V+ V- C9
KOMUNIKASI HP + C8 MAX232
JISP
+ DOWNLOAD MIKRO

VC C
POWER U1 Title
D4
LM7805/TO R2 <Title>
DC 1 3
1 VIN VOUT Size D ocument Number Rev
2 470 B <D oc> <Rev Code>
GND

C1 + C2 LED
J21
+ D ate: Thursday , March 19, 2009 Sheet 1 of 1
2

2200uF 16V 1000uF 16V

Gambar 4. Sistem Minimum Mikrokontroler tanah longsor.

3.4. Membuat perangkat lunak sistem curah hujan


Program-program yang disusun pada sistem curah hujan terdiri dari inisialisasi timer dan program
utama. Urutan proses ini dapat dijabarkan pada Gambar 3.12

B-54
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) ISSN: 1979-2328
UPN Veteran Yogyakarta, 23 Mei 2009

Gambar 5. Alur membaca sensor curah hujan

3.5. Membuat perangkat lunak sistem deteksi tanah longsor


Program sistem tanah longsor dibuat mengacu pada perangkat keras Program-program yang disusun
pada sistem tanah longsor terdiri dari inisialisasi, sub rutin, dan program utama. Program inisialisasi terdiri dari
inisialisasi ATMEGA8535, inisialisasi serial, inisialisasi LCD, dan inisialisasi timer. Sub rutin terdiri dari sub
rutin koneksi ke HP, sub rutin koneksi ke sistem curah hujan dan sub rutin peringatan tanah longsor. Urutan
proses ini dapat dijabarkan pada Gambar 3.13.

Gambar 6. Alur pengendalian deteksi tanah longsor

B-55
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) ISSN: 1979-2328
UPN Veteran Yogyakarta, 23 Mei 2009

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Secara umum, pengujian sistem peringatan dini tanah longsor yang telah dibuat akan mengamati pada tiga
hal, yaitu kinerja sensor curah hujan, kinerja sensor tanah longsor, serta interaksi dengan aparat desa saat terjadi
pergeseran tanah.
4.1 Pengujian sensor tanah longsor
Data didapatkan melalui percobaan pada masing-masing titik baik pada saat fototransistor tidak
terhalang meteran maupun terhalang meteran. Pada kondisi awal fototransistor terhalang oleh meteran, ketika
tanah bergeser maka meteran akan bergeser dan fototransistor tidak terhalang. Adapun titik-titik yang diukur
pada rangkaian sensor tanah longsor dan pembangkit pulsa adalah seperti terlihat pada Gambar 4.1.
VCC

RS1 RS2
470 120K
IC1A IC1B
U5 1 2 3 4
OUTPUT PEMBANGKIT PULSA
3 2
A 74LS14 B 74LS14 C
1 4

OPTOCOPLER

Gambar 7. Rangkaian sensor tanah longsor dan pembangkit pulsa.

Berdasarkan hasil percobaan didapatkan data sebagai berikut :


A. Kondisi optocoupler tertutup meteran:
Kondisi normal dalam hal ini adalah pada saat optocoupler tertutup meteran :
Keluaran optocoupler (titik A) sebesar 5 V
Karena tidak ada cahaya yang masuk ke fototransistor maka tegangan pada output saklar mendekati 5 V.
Keluaran gerbang Not (titik B) sebesar 0 V
Keluaran gerbang Not akan mendekati nilai GND.
Keluaran pembangkit pulsa (titik C) sebesar 5 V
Karena input pada IC 74LS14 mendekati 0,3 V maka tegangan pada output IC 74LS14 mendekati 5 V.

B. Kondisi optocoupler tidak tertutup meteran:


Kondisi optocoupler tidak tertutup meteran.
Keluaran optocoupler (titik A) sebesar 0,7V
Karena ada cahaya yang masuk ke dalam fototransistor maka tegangan pada output fototransistor mendekati
0 V.
Keluaran gerbang Not (titik B) sebesar 5 V
Keluaran gerbang Not akan mendekati nilai VCC.
Keluaran IC 74LS14 (titik C) sebesar 0V
Karena input tegangan pada IC 74LS14 mendekati 5 V maka tegangan pada output IC 74LS14 mendekati 0
V.
4.2 Pengujian sensor curah hujan.
Data didapatkan melalui percobaan pada masing-masing titik baik pada saat magnet menyentuh saklar
magnet dan tidak menyentuh saklar magnet. Pada kondisi awal saklar magnet tidak terinduksi magnet oleh
jungkat-jungkit, ketika jungkat-jungkit terisi penuh air maka akan berjungkit dan saklar magnet akan terinduksi
oleh magnet.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan data sebagai berikut :
A. Kondisi saklar tidak ada magnet :
Kondisi normal dalam hal ini adalah pada saat magnet tidak mengenai saklar :
Keluaran saklar magnet sebesar 5 V
Karena tidak ada magnet yang menyentuh saklar maka tegangan pada output saklar mendekati 5 V.
B. Kondisi ada magnet:
Kondisi saklar magnet terinduksi oleh medan magnet.
Keluaran saklar magnet sebesar 0V

B-56
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) ISSN: 1979-2328
UPN Veteran Yogyakarta, 23 Mei 2009

Karena ada magnet yang menyentuh saklar terhubung dengan ground. Maka tegangan pada output saklar
mendekati 0 V.
4.3 Interaksi dengan aparat desa saat terjadi pergeseran tanah
Data didapatkan melalui percobaan pada masing-masing titik baik pada kondisi normal maupun kondisi
akan terjadi tanah longsor (curah hujan melebihi 300 mm/jam atau geser tanah melebihi 3 cm).
1. Kondisi Normal
Kondisi normal dalam hal ini adalah pada saat curah hujan tidak mendeteksi hujan deras dan pergeseran
tanah kurang dari 4 cm. Program pada mikrokontroler telah ditetapkan bahwa mikrokontroler akan
mengeluarkan logika rendah (0 Volt). Karena tegangan pada kaki base dan kaki collector transistor tidak
terdapat perbedaan maka transistor akan OFF dan alarm tidak mendapatkan supply.
2. Kondisi bahaya
Kondisi bahaya dalam hal ini adalah pada saat curah hujan mendeteksi hujan deras dan pergeseran tanah
lebih dari 4 cm. Program pada mikrokontroler telah ditetapkan bahwa mikrokontroler akan mengeluarkan logika
satu (5 Volt). Karena pada kaki base transistor terdapat tegangan maka transistor akan ON, tegangan VCC akan
mengalir dari pada kaki collector transistor menuju kaki emitter transistor. Sehingga alarm aktif karena
mendapatkan supply 6 Volt. Pada kondisi ini, arus terukur yang melalui alarm adalah sebesar 0,022 Ampere.

5. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengamatan, mengumpulkan data dan menganalisanya maka dapat diambil kesimpulan
tentang alat sistem peringatan dini tanah longsor sebagai berikut:
1. Sensor curah hujan bisa mengukur curah hujan minimal dari 1,8 mm.
2. Sensor tanah longsor bisa mendeteksi mulai dari 1cm.
3. Sistem peringatan dini tanah longsor mempunyai sensitivitas yang tinggi yaitu pergeseran tanah lebih dari 4
cm maka sirine akan aktif dan pada saat curah hujan lebih dari 100 mm/hari maka sirine akan aktif

6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Ardiyani, Farida., 2006, Skripsi Timer Waktu Sholat Digital. Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada, Yokyakarta.(tidak dipublikasikan)
[2] Anonim, Atmel AT90S8535 8-bit AVR Microcontroller with 8KBytes In-System Programmable Flash,
http://www.atmel.com/dyn/resources/prod_documents/ doc1041.pdf, 2001,Atmel Corporation.(diakses
tanggal 07 Januari 2008)
[3] Dwikorita K., Tengku Faisal Fatani,Development of Landslide Monitoring and Early Warning System in
Indonesia, Proceedings of The First World Landslide Forum.195-198, 2008, Tokyo.
[4] Iswanto, 2008, Design Dan Implementasi Sistem Embedded Mikrokontroller Atmega8535 Dengan Bahasa
Basic, Penerbit Gava Media, Yogyakarta.
[5] Nugrahadi Fajri Muhammad, 2007, Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi untuk Pemetaan Potensi
Bencana Alam di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
[6] Malvino, Paul, Albert, 1996, Prinsip-prinsip Elektronika, Erlangga, Jakarta.
[7] PSBA, 2001, Penyusunan Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Alam Tanah Longsor di Kabupaten
Kulon Progo, Pusat Studi Bencana Alam (PSBA), Universitas Gadjah Mada, Yokyakarta.(tidak
dipublikasikan)
[8] Raharja, Maharani, Nia, 2006, Laporan Kerja Praktek Sistem Monitoring Curah Hujan. Diploma Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yokyakarta.(tidak dipublikasikan)
[8] Raharja, Maharani, Nia, 2006, Proyek Akhir Sistem Peringatan Dini Tanah Longsor Berbasis
ATMEGA8535. Diploma Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yokyakarta.(tidak
dipublikasikan)

B-57

Anda mungkin juga menyukai