Anda di halaman 1dari 10

1.

Definisi
Molahidatidosa merupakan bagian dari penyakit trofoblas gestasional /
Gestational Thropoblatic Disease (GTD) yaitu kelompok penyakit yang ditandai
dengan proliferasi abnormal trofoblas pada kehamilan dengan potensi keganasan.
Molahidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblas.Pada
molahidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna,
melainkan berkembang menjadi patologik.

2. Etiologi
Penyebab molahidatidosa belum diketahui secara pasti, namun ada faktor-
faktor penyebabnya adalah :
a) Faktor ovum
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi
oleh sebuah sel sperma.
b) Imunoselektif dari trofoblas
Perkembangan molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh
kesalahan respon imun ibu terhadap invasi oleh trofoblas. Akibatnya vili
mengalami distensi kaya nutrient. Pembuluh darah primitive di dalam vilus
tidak terbentuk dengan baik sehingga embrio kelaparan, mati, dan
diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh dan pada keadaan tertentu
mengadakan invasi kejaringan ibu.
c) Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi
kehamilan mola. Prekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada
awal atau akhir usia subur relatif tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
pada usia berapa pun dalam usia subur dapat terjadi kehamilan mola.
d) Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan
janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi
zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
e) Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan
molahidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara
genetik yang dapat diidentifikasikan dengan penggunaan stimulandrulasi
seperti klomifen atau menotropiris (pergonal). Namun juga tidak dapat
dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan molahidatidosa.
f) Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan buah dada
ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila
kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan pertumbuhan pada janin
tidak sempurna.
g) Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil.
Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan
penyakit ( desease ). Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba ( kuman
atau virus ) yang termasuk virulensinya seta daya tahan tubuh.
h) Riwayat kehamilan mola sebelumnya
Kekambuhan molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus.
Dalam suatu kejadian terhadap 12 penelitian yang total mencangkup hampir
5000 Kelahiran, frekwensi mola adalah 1,3%. Dalam suatu ulasan tentang
molahidatidosa berulang tapi pasangan yang berbeda bisa disimpulkan bahwa
mungkin terdapat masalah oosit primer

3. Klasifikasi
Mola hidatidosa terdiri dari dua jenis menurut Myles, 2009 yaitu :
a. Mola hidatidosa komplet
Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda embrio, tali
pusat, atau membran. Kematian terjadi sebelum berkembangnya sirkulasi
plasenta. Villi korionik berubah menjadi vesikel hidropik yang jernih yang
menggantung bergerombol pada pedikulus kecil, dan memberi tampilan
seperti seikat anggur. Ukuran vesikel bervariasi, dari yang sulit dilihat sampai
yang berdiameter beberapa sentimeter. Hiperplasia menyerang lapisan
sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas.Massa mengisi rongga uterus dan dapat
cukup besar untuk menyerupai kehamilan.
Pada kehamilan normal, trofoblas meluruhkan desidua untuk
menambatkan hasil konsepsi. Hal ini berarti bahwa mola yang sedang
berkembang dapat berpenetrasi ke tempat implantasi. Miometrium dapat
terlibat, begitu pula dengan vena walaupun jarang terjadi. Ruptur uterus
dengan perdarahan massif merupakan salah satu akibat yang dapat terjadi.
Mola komplet biasanya memiliki 46 kromosom yang hanya berasal
dari pihak ayah (paternal). Sperma haploid memfertilasi telur yang kosong
yang tidak mengandung kromosom maternal. Kromosom paternal
berduplikasi sendiri. Korsiokarsioma dapat terjadi dari mola jenis ini.

Mola hidatidosa komplet


b. Mola hidatidosa partial
Tanda-tanda adanya suatu embrio, kantong janin, atau kantong
amnion dapat ditemukan karena kematian terjadi sekitar minggu ke-8 atau ke-
9. Hiperplasia trofoblas hanya terjadi pada lapisan sinsitotrofoblas tunggal dan
tidak menyebar luas dibandingkan dengan mola komplet. Analisis kromosom
biasanya akan menunjukan adanya triploid dengan 69 kromosom, yaitu tiga
set kromosom: satu maternal dan dua paternal. Secara histologi, membedakan
antara mola parsial dan keguguran laten merupakan hal yang sulit dilakukan.
Hal ini memiliki signifikansi klinis karena walaupun risiko ibu untuk
menderita koriokarsinoma dari mola parsial hanya sedikit, tetapi pemeriksaan
tindak lanjut tetap menjadi hal yang sangat penting.
Mola hidatidosa partial

4. Patofisiologi
Pada konsepsi normal, setiap sel tubuh manusia mengandung 23 pasang
kromosom, dimana salah satu masing-masing pasangan dari ibu dan yang lainnya
dari ayah. Dalam konsepsi normal, sperma tunggal dengan 23 kromosom
membuahi sel telur dengan 23kromosom, sehingga akan dihasilkan 46 kromosom.

Gambar. Konsepsi Normal

Pada Molahidatidosa Parsial (MHP), dua sperma membuahi sel telur,


menciptakan 69 kromosom, dibandingkan 46 kromosom pada konsepsi normal.
Hal ini disebut triploid. Dengan materi genetik yang terlalu banyak, kehamilan
akan berkembang secara abnormal, dengan plasenta tumbuh melampaui bayi.
Janin dapat terbentuk pada kehamilan ini, akan tetapi janin tumbuh secara
abnormal dan tidak dapat bertahan hidup.
Gambar skema kehamilan molahidatidosa parsial

Suatu MHK atau lengkap ketika salah satu (atau bahkan dua) sperma
membuahi sel telur yang tidak memiliki materi genetik. Bahkan jika kromosom
ayah dilipat gandakan untuk menyusun 46 kromosom, materi genetik yang ada
terlalu sedikit. Biasanya sel telur yang dibuahi mati pada saat itu juga. Tetapi
dalam kasus yang jarang sel tersebut terimplantasi pada uterus. Jika hal itu terjadi,
embrio tidak tumbuh, hanya sel trofoblas yang tumbuh untuk mengisi rahim
dengan jaringan mola.

Gambar skema molahidatidosa komplit (MHK)

5. Manifestasi Klinis
Menurut Mochtar, 2005 terdapat beberapa tanda dan gejala pada mola dilihat
dari keluhan dan beberapa pemeriksaan khusus obstetri yang dilakukan pada
penderita:
a) Terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari
kehamilan biasa.
b) Kadang kala ada tanda toksemia gravidarum.
c) Terdapat pendarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna tengguli
tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak.d. Pembesaran uterus tidak sesuai
(lebih besar) dengan tua kehamilan seharusnya.
d) Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada),
yang merupakan diagnosa pasti.
e) Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan, yang
disebut muka mola (mola face).
f) Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin.
g) Adanya fenomena harmonika: darah dan gelembung mola keluar, dan fundus
uteri turun; lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru.
h) Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.
i) Terdengar bising dan bunyi khas.
j) Perdarahan tidak teratur.
k) Penurunan berat badan yang berlebihan. (Purwaningsih, 2010)

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Fauziyah, pemeriksaan diagnostik pada mola hidatidosa dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a) Pemeriksaan kadar beta hCG: pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG
darah atau urin.
b) Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke
dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde
diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola
(cara Acosta Sison).
c) Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4
bulan).d. Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake
pattern) dan tidak terlihat janin.
d) Foto thoraks : pada mola ada gambaran emboli udara.
e) Pemeriksaan trimester 3 dan trimester 4 bila ada gejala tirotoksikosis.
(Sujiyatini, 2009)
f) Pemeriksaan dapat dilakukan untuk penetapan diagnosa apabila terjadi
perlepasan/ pengeluaran jaringan mola. (Myles, 2009)
g) Diagnosis yang paling tepat bila kita telah melihat gelembung molanya. Tetapi
bila kita menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat
karena pengeluaran gelembung umumnya disertai perdarahan yang banyak
dan keadaan umum pasien menurun. (Prawirohardjo, 2007)

7. Penanganan
Terapi mola hidatidosa ada 3 tahapan yaitu:
a. Perbaikan keadaan umum
Perbaikan keadaan umum pada pasien mola hidatidosa, yaitu :
1) Koreksi dehidrasi
2) Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 ggr % atau kurang)
3) Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum
diobati sesuai dengan protokol penanganan di bagian obstetrik
dan ginekologi
4) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsultasikan ke bagian
penyakit dalam
b. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi
1) Kuretase pada pasien mola hidatidosa:
a) Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah
rutin, kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bila jaringan mola sudah
keluar spontan.
b) Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan
laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
c) Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infuse
dengan tetesan oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5%.
d) Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1 minggu.
e) Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.
2) Histerektomi. Syarat melakukan histerektomi adalah :
a) Umur ibu 35 tahun atau lebih.
b) Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih.
c. Pemeriksaan tindak lanjut
Menurut Sujiyatini, 2009 pemeriksaan tindak lanjut pada pasien mola
hidatidosa meliputi :
1) Lama pengawasan 1-2 tahun.
2) Selama pengawasan, pasien dianjurkan untuk memakai kontrasepsi
kondom, pil kombinasi atau diafragma. Pemeriksaan fisik dilakukan
setiap kali pasien datang untuk kontrol.3) Pemeriksaan kadar beta
HCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan kadarnya yang
normal 3 kali berturut-turut.
3) Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai ditemukan
kadarnya yang normal 6 kali berturut-turut.
4) Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan fisik,
dan foto toraks semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien
tersebut dapat berhenti menggunakan kontraasepsi dan dapat hamil
kembali.
5) Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan
pada pemeriksaan foto toraks ditemukan adanya tanda-tanda
metastasis maka pasien harus dievaluasi dan dimulai pemberian
kemoterapi.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44617/4/Chapter%20II.pdf

Myles (2009). Buku Ajar Bidan, Cetakan 1, EGC, Jakarta


Mochtar Rustam, 2005, Sinopsis Obstetri, Jakarta: EGC

Fauziyah, yulia. 2012. Obstetric patologi. Yogyakarta; Nuha Medika

Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai

  • Surat Pernyataan
    Surat Pernyataan
    Dokumen1 halaman
    Surat Pernyataan
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Ners Pengkajian
    Ners Pengkajian
    Dokumen5 halaman
    Ners Pengkajian
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Mita Septiani Saadul
    Mita Septiani Saadul
    Dokumen10 halaman
    Mita Septiani Saadul
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Analis Jurnal Uci Insya Allah
    Analis Jurnal Uci Insya Allah
    Dokumen18 halaman
    Analis Jurnal Uci Insya Allah
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Lingkungan Fisik
    Lingkungan Fisik
    Dokumen6 halaman
    Lingkungan Fisik
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Rancangan Kegiatan Kelompok 7 DBD
    Rancangan Kegiatan Kelompok 7 DBD
    Dokumen5 halaman
    Rancangan Kegiatan Kelompok 7 DBD
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • RANCANGAN KEGIATAN Kelompok 7 6 Langkah Cuci Tangan
    RANCANGAN KEGIATAN Kelompok 7 6 Langkah Cuci Tangan
    Dokumen4 halaman
    RANCANGAN KEGIATAN Kelompok 7 6 Langkah Cuci Tangan
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Anemia Leaflet
    Anemia Leaflet
    Dokumen2 halaman
    Anemia Leaflet
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Log Book VK
    Log Book VK
    Dokumen11 halaman
    Log Book VK
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Tetanus Rubah
    Tetanus Rubah
    Dokumen2 halaman
    Tetanus Rubah
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Poa Lansia
    Poa Lansia
    Dokumen2 halaman
    Poa Lansia
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Poa MMD Iii
    Poa MMD Iii
    Dokumen2 halaman
    Poa MMD Iii
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Menggosok Gigi
    Menggosok Gigi
    Dokumen2 halaman
    Menggosok Gigi
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Menggosok Gigi
    Menggosok Gigi
    Dokumen2 halaman
    Menggosok Gigi
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Lingkungan Fisik
    Lingkungan Fisik
    Dokumen6 halaman
    Lingkungan Fisik
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Hiv Parasitologi
    Hiv Parasitologi
    Dokumen2 halaman
    Hiv Parasitologi
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Sap Thypoid
    Sap Thypoid
    Dokumen5 halaman
    Sap Thypoid
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Waralaba
    Waralaba
    Dokumen9 halaman
    Waralaba
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Pre Matur
    Pre Matur
    Dokumen6 halaman
    Pre Matur
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Komunitas
    Format Pengkajian Komunitas
    Dokumen12 halaman
    Format Pengkajian Komunitas
    Vevi Inaku
    Belum ada peringkat
  • Kehamilan Ektopik Tergangguu
    Kehamilan Ektopik Tergangguu
    Dokumen9 halaman
    Kehamilan Ektopik Tergangguu
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Inda Pratiwi Ahmad P Tugas Pendahuluan
    Inda Pratiwi Ahmad P Tugas Pendahuluan
    Dokumen7 halaman
    Inda Pratiwi Ahmad P Tugas Pendahuluan
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Molahidatidosa
    Molahidatidosa
    Dokumen10 halaman
    Molahidatidosa
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Pathway Hepatitis Wahyu Fix
    Pathway Hepatitis Wahyu Fix
    Dokumen2 halaman
    Pathway Hepatitis Wahyu Fix
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Pre Matur
    Pre Matur
    Dokumen6 halaman
    Pre Matur
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • ASKEP Hepatitis
    ASKEP Hepatitis
    Dokumen16 halaman
    ASKEP Hepatitis
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Pre Matur
    Pre Matur
    Dokumen6 halaman
    Pre Matur
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Sofie Titip
    Sofie Titip
    Dokumen6 halaman
    Sofie Titip
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Belum ada peringkat
  • Askep Fraktur
    Askep Fraktur
    Dokumen49 halaman
    Askep Fraktur
    Ima Latief
    Belum ada peringkat