Anda di halaman 1dari 131

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN ILMU GEOLOGI

Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu terdiri atas 2 kata geo dan logos,
geo berarti bumi dan logos berarti ilmu pengetahuan.

Geologi adalah ilmu pengetahuan bumi mengenai asal, struktur, komposisi


dan sejarahnya (termasuk perkembangan, kehidupan) serta proses-proses yang telah
menyebabkan keadaan bumi seperti sekarang ini (Written n Brooks, 1972 ;204).

Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet bumi, terutama mengenai


materi penyusunnya, proses yang terjadi padanya, hasil proses tersebut. Sejarah
planet itu dan bentuk-bentuk kehidupan sejak bumi terbentuk (Bates dan Jakcson,
1990, 272).

1.2 SEJARAH ILMU GEOLOGI

Pengetahuan geologi sudah diterapkan sejak zaman prasejarah. Manusia purba


sudah mengetahui jenis batuan yang baik untuk bahan baku senjata, sebagai alat
untuk mempertahankan diri. Bangsa Romawi mendirikan Pyramid dan patung
sphynks bukan di daratan banjir sungau nil tetapi di suatu daratan yang aman dari
banjir dan dengan pondasi yang kuat sehingga tidak ambles karena beban yang berat.

Selanjutnya timbul rasa ingin tahu manusia tentang alam di sekelilingnya,


adanya gunung api, bentang alam, perbukitan terjal dan lembah-lembah curam.
Terjadinya bencana gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung api dan bencana alam
lainnya, mendorong manusia untuk mempelajarinya.

Sifat dan material bumi, serta proses-proses yang berlangsung di permukaan


bumi sudah menjadi pusat perhatian sejak beberapa abad yang lalu.Bangsa Yunani

1
sejak 2300 tahun yang lalu menulis mengenai fosil, batu permata, gempa bumi dan
gunung api. Yang sangat menjadi pusat perhatian adalah Aristoteles.Ia seorang filsuf,
oleh karena itu penjelasannya lebih banyak berupa pernyataan-pernyataan secara
individu, bukan sebagai hasil observasi atau percobaan-percobaan. Misalnya
bagaimana terbentuknya batuan, dikatakannya akibat pengaruh bintang-bintang dan
gempa bumi terjadi karena meledaknya udara yang padat di bumi akibat proses
pemanasan dari pusat api.

Akan tetapi, karena ia seorang pemimpin para filsuf dan disegani,


pendapatnya lebih banyak diterima dibandingkan dengan pendapat yang berdasarkan
observasi atau percobaan-percobaan sehingga agak menghambat kemajuan ilmu
pengetahuan. Kemudian dikenal beberapa doktrin yang revolusioner pada saat itu,
yaitu:

1.2.1 TEORI KATASTROFISME


Sepanjang abad ke 18 doktrin katastropisme sangat populer.Baron
Georges Cuvier dan para penganutnya percaya bahwa bentuk permukaan
bumi dan segala kehidupannya terbentuk dan musnah dalam sesaat akibat
suatu bencana (catstroph) besar.Flora dan fauna dari tiap zaman itu berjalan
tidak berubah dan sewaktu terjadi revolusi maka hewan-hewan ini musnah
dan kemudian timbul kembali species flora dan fauna yang baru yang berbeda
dengan sebelumnya.
Sejarah bumi juga membuktikan adanya pembentukan sederatan
pegunungan raksasa secara berulang kali serta masa-masa susut dan genang
laut (regresi dan trasgresi) dari dan ke bagian-bagian benua.semua peristiwa-
peristiwa itu terjadi secara mendadak dengan sangat dasyat dan berlangsung
di seluruh muka bumi.
Untuk menjelaskan ketidakberaturan pada permukaan bumi, seperti
lembah dan pegunungan tinggi, mereka mengembangkan satu teori -
catastrophism - yang mencoba membuat fakta-fakta yang teramati cocok
dengan kisah-kisah bencana dalam kitab suci, seperti kisah tentang Air

2
Bah.Tiap musibah menyapu bersih seluruh spesies, yang merupakan
penjelasan yang nyaman untuk adanya fosil yang telah mereka temukan
terkubur jauh di dalam bebatuan di tambang-tambang batubara.
Menurut teori Katastropisma bahwa selma 40.000 tahun terakhir di
bumi terjadi empat kali peristiwa malapetaka yang masing-masing
menyebabkan kepunahan fauna yang ada dan kemudian tercipta fauna yang
baru. Oleh karena umur manusia pendek, maka kejadian-kejadian itu hampir
tidak dapat disaksikan oleh manusia.Konon, peristiwa malpetaka yang
terakhir terjadi pada zaman Nabi Nuh.
Bukan satu kebetulan bahwa teori katastropisma mendapat pijakan
paling kuat di Perancis, di mana Revolusi Besar 1789-94 memiliki pengaruh
yang paling kuat atas psikologi semua kelas, yang gemanya masih terus
dibunyikan di semua generasi susul-menyusul. Bagi mereka yang berniat
melupakannya, revolusi 1830, 1848 dan 1870 merupakan peringatan yang
sangat jelas atas pengamatan Marx yang tajam bahwa Perancis adalah negeri
di mana perjuangan kelas selalu dilakukan sampai tahapan terakhirnya. Bagi
Georges Cuvier, naturalis dan geolog Perancis abad ke-19 yang terkenal itu,
perkembangan bumi ditandai dengan sederetan masa-masa pendek yang
mengandung perubahan yang intensif, dan tiap masa menandai satu titik balik
dalam sejarah. Di antara masa-masa itu, terdapat masa-masa stabilitas yang
panjang dan membosankan. Seperti Revolusi Perancis, setelah masa penuh
gejolak, segala sesuatunya berubah. Seperti itu pula, waktu geografis dibagi-
bagi menjadi bab-bab yang terpisah, masing-masing dengan tema dasarnya
sendiri.
Jika Perancis adalah negeri klasik bagi revolusi dan kontra-revolusi,
Inggris adalah tanah klasik bagi reformisme dan gradualisme. Revolusi
borjuis Inggris, seperti yang terjadi di Perancis, juga terjadi dengan sangat
berdarah, di mana Raja kehilangan kepalanya, demikian juga banyak orang
lain. Sejak itu kelas-kelas terhormat di Inggris telah berusaha keras untuk
melupakan hal ini.Mereka jauh lebih suka untuk mengingat apa yang dinamai

3
dengan tidak cocok sebagai Revolusi Gemilang 1688, satu kudeta yang
sama sekali tidak gemilang di mana seorang avonturir Belanda bertindak
sebagai makelar politik dalam sebuah perebutan kekuasaan antara orang-
orang kaya baru dari Kota dengan para aristokrat. Kejadian ini telah
menyediakan basis teoritik bagi tradisi Anglo-Saxon tentang gradualisme dan
kompromi-kompromi.
Kejijikan terhadap perubahan revolusioner dalam segala bentuknya
diterjemahkan ke dalam sebuah keinginan yang obsesif untuk menghapuskan
segala jejak lompatan mendadak yang terjadi di alam maupun
masyarakat.Lyell mengajukan satu pandangan yang persis berseberangan
dengan katastropisme.Menurutnya, garis batas antara berbagai lapisan
geologis tidak menunjukkan adanya perubahan mendadak tapi sekedar
mencatat pergeseran pola transisi antara dua lingkungan habitat yang
berdekatan.Tidak perlu kita mencari satu pola global.Masa geologis hanyalah
satu metode klasifikasi yang enak dilihat, agak mirip dengan pembagian
sejarah Inggris menurut siapa yang sedang berkuasa.

1.2.2 TEORI UNIFORMITARIANISMA


Menurut teori Evolusi, proses kehidupan di muka bumi ini terjadi
karena adanya perubahan yang terjadi dalam waktu yang lama tanpa tahu
titik awalnya dari mana.Faham UNIFORMITARIANISME adalah bagian
dari teori Evolusi.Faham ini berdasar pada perubahan fisik yang terjadi
perlahan dan memakan waktu lama sekali.Konsep awal dari teori Evolusi
tidak berbeda dengan faham ini. LAW of FAUNAL ASSEMBLAGES:
"Like collection of fossil organism indicate like geologic ages for the
rocks that contain them(Jenis organisme fossil yang didapat mengarah
pada usia bebatuan yang ada disekelilingnya)". Keadaan fisik dari
permukaan bumi yang diandalkan teori Evolusi adalah strata yang
terbentuk menurut struktur lapisan yang berbeda.Sedimentasi atas dan

4
bawah dihasilkan oleh perubahan iklim yang memakan ribuan bahkan
jutaan tahun.
James Hutton (1726-1797) menentang konsep malapetaka yang
digagas oleh Baron Georges Cuvier.Ia menyatakan bahwa peristiwa
katasropisma hanya terjadi secara setempat (lokal). Perubahan-perubahan
besar di muka bumi adalah akibat proses fisika dan kimia yang terjadi
secara berangsur dan berkesinambungan dan dulu hingga sekarang dan
bahkan sampai saat ini kita masih bisa menyaksikannya.
Maka pada abad ke 18, dianggap sebagai permulaan geologi modern,
karena pada masa ini James Hutton bapak Geologi Modern, seorang ahli
fisika Skotlandia pada tahun 1795 menerbitkan bukunya yang berjudul
Theory of the earth dimana ia mencetuskan doktrin uniformitarianisme.
Proses dalam bumi terjadi secara berulang-ulang, sehingga munculah
diktum the present is the key to the past. Dengan kecanggihan teknologi
serta konsep geologi global, para ahli masa kini telah mengembangkan
lebih lanjut diktum yang dinyatakan oleh J. Hutton tersebut. Dewasa ini
telah dicoba memperkirakan apa yang bakal terjadi pada masa yang akan
datang berdasarkan rangkaian peristiwa yang terjadi sekarang. Oleh
karena itu, sekarang diktumnya menjadi bertambah, the present is the key
to the future.
Teori ini kemudian diberi nama oleh Charles Lyell yang disebut
dengan teori uniformitarianisma.Uniformitarianisma ini merupakan
konsep dasar geologi modern.Doktrin ini menyatakan bahwa hukum-
hukum fisika, kimia dan bilogi yang berlangsung juga pada masa lampau.
Artinya, gaya-gaya dan proses-proses yang membentuk permukaan bumi
seperti yang kita amati sekarang ini telah berlangsung sejak terbentuknya
bumi.
Semenjak itulah orang menyadari bahwa bumi selalu berubah.Dengan
demikian, jelaslah bahwa geologi sangat erat hubungannya dengan waktu.

5
1.2.3 RUANG LINGKUP ILMU GEOLOGI

Geologi Struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan bumi serta
hubungannya dengan jenis-jenis batuan yang terbentuk dikerak bumi.

Geologi Pertambangan adalah ilmu yang mempelajari tentang kandungan


mineral atau bahan-bahan tambang yang dimungkinkan untuk dimanfaatkan
untuk keperluan industri atau keperluan lainnya.

Geologi Minyak adalah ilmu yang mempelajari tentang kemungkinan adanya


bahan fosil yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar (sumber energi)
minyak dan gas bumi.

Geologi Teknik adalah ilmu yang mempelajari tentang keadaan permukaan


bumi yang dikaitkan dengan kekuatan tanah untuk penopang kontruksi
bangunan (jembatan, terowongan dll)

Petrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat batuan penyusun


bumi dan manfaatnya

Mineralogi adalah ilmu yang memepelajari tentang sifat dan ciri mineral
mineral yang terdapat dalam bumi dan manfaatnya bagi manusia serta
dampaknya terhadap sifat dan ciri tanah.

Vulkanologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, ciri serta


pembentukan gunungapi serta pengaruhnya terhadap kehidupan

Seismologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat gerakan kerak


bumi berupa gempa bumi serta dampaknya terhadap susunan kerak bumi dan
bentuk permukaan bumi.

6
Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan bumi baik
dari sifat lapisan maupun proses terjadinya perlapisan.

Geofisika adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan keadaan


permukaan bumi dan atsmosfer seperti perubahan angin iklim dan beberapa
sifat fisik lainnya yang mempengaruhi permukaan bumi.

Geokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang sistem penyusun bumi


dilihat dari aspek kimia seperti kelarutan unsur dan karakteristik unsur dalam
tanah.

Geologi Sejarah adalah ilmu yang mempelajari tentang evolusi kehidupan di


permukaan bumi yang meliputi peradapan manusia di permukaan bumi dan
pengaruhnya terhadap lingkungan.

Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keadaan fosil-fosil yang


terkandung dalam batuan yang dapat mengungkapkan sejarah masa lalu.

Geomorfologi adalah ilmu yang tentang proses-proses yang berhubungan


dengan pembentukan permukaan bumi dan pengaruhnya terhadap kondisi
setempat

Sedimentologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang seluk-


beluk batuan endapan (batuan sedimen) meliputi klasifikasi, jenis dan
macamnya serta pembentukannya.

1.3 BATUAN
Batuan adalah agregat padat dari mineral, atau kumpulan yang
terbentuk secara alami yang tersusun oleh butiran mineral, gelas, material

7
organik yang terubah, dan kombinasi semua komponen tersebut. Secara
umum, batuan terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Batuan beku (igneous rock)


Merupakan kumpulan interlocking agregat mineral-mineral silikat
hasil pembentukan magma yang mendingin.
2. Batuan Sediment (sediment rock)
Merupakan batuan hasil litifikasi bahan rombakan batuan hasil
denudasi atau hasil reaksi kimia.

3. Batuan Metamorf (metamorphic rock)


Merupakan batuan yang berasal dari suatu batuan asal yang
mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fase
padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika (tekanan, temperatur,
tekanan dan temperatur).

Dan ketiga jenis batuan diatas adalah penyusun dari lapisan-lapisan


bumi mulai dari kerak bumi sampai inti bumi. Dalam sejarah
pembentukannya, ketiga jenis batuan tersebut dapat mengalami siklus seperti
gambar dibawah ini

Siklus Batuan

Siklus batuan dimulai dari magma yang mengalami pendinginan dan


menjadi fase padat dan mejadi Batuan Beku, setelah itu Batuan Beku

8
mengalami pelapukan, tertransportasi dan terendapkan dan berubah menjadi
material-material sedimen, material sedimen tersebut mengalami proses
litifikasi (kompaksi dan sementasi) menjadi Batuan Sedimen, sementara itu
jika Batuan Beku dan Batuan Sedimen jika mendapatkan tekanan dan suhu
yang tinggi akan berubah menjadi Batuan Metamorf. Batuan Metamorf dan
Batuan sedimen dapat berubah menjadi material sedimen jika mengalami
pelapukan lalu tertransportasi dan terendapkan, dan khusus untuk batuan
metamorf akan kembali menjadi magma, jika mengalami peleburan atau
meleleh karena dekat dengan sumber panas. Dan alur ini terus menerus
berulang-ulang sehingga menjadi siklus.

1.4 PENYEBARAN BATUAN DIBUMI


Bumi adalah tubuh padat, kecuali pada inti luar, dan beberapa tempat
yang relatif kecil di dalam mantel atas dan kerak, yang cair. Kebanyakan dari
material yang padat merupakan batuan metamorf. Ini dikarenakan batuan di
inti dalam, mantel dan kerak telah terubah dikarenakan tekanan dan
temperatur yang tinggi. Magma yang terbentuk pada mantel atas naik ke level
yang lebih tinggi di dalam kerak dan mengalami kristalisasi. Batuan sediment
terbentuk di permukaan atau dekat permukaan.
Di daratan, Batuan Sediment menutupi sekitar 66% dari total batuan
yang tersingkap (Blatt dan Jones, 1975). Sisanya sekitar 34% adalah batuan
kristalin yang berupa batuan Beku dan Metamorf. Di bawah samudra
kebanyak ditutupi oleh material sediment atau batuan sediment yang tipis.
Dibawah tutupan sediment, didominasi oleh batuan beku dan metamorf.

9
Batuan Merupakan Material Utama Penyusun Bumi

Batuan dapat diartikan segala sesuatu yang menjadi bahan atau


material alam dalam pembentukan kerak bumi, yang mempunyai komposisi
mineral tertentu untuk selanjutnya menurut proses terjadinya batuan dibagi
menjadi Batuan Beku, Batuan Sedimen, dan Batuan Metamorf. Seperti telah
kita ketahui bahwa, gas dan sumber energi pada umunya berasal dari alam dan
sebagian besar berada di dalam permukaan bumi. Lapisan bumi tersusun atas
berbagai macam lapisan tanah dan batuan. Sedangkan tanah itu sendiri berasal
dari proses peluruhan batuan.

Oleh karenanya, sebelum kita menelusuri tentang sumber energi dan


lapisan-lapisan batuan tempat beradanya sumber energi tersebut, alangkah
baiknya kita mengetahui terlebih dahulu macam-macam batuan dan proses
terbentuknya batuan serta ciri-ciri dari masing-masing batuan secara
megaskopis. Oleh karena itu pembelajaran batuan melalui praktikum sangat
diperlukan guna mempermudah pemahaman mengenai batuan maka dalam
pembahasan umum ini akan dijelaskan tentang jalannya praktikum geologi
fisik.

10
1.5 TUJUAN PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
Adapun tujuan secara garis besar dari dilaksanakan praktikum Geologi
Fisik ini adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristik-karakteristik tertentu yang dimiliki
mineral.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara terbentuknya mineral.
3. Agar dapat membedakan antara mineral yang satu dan yang lainnya.
4. Untuk mengetahui lapisan-lapisan batuan yang ada dipermukaan bumi
5. Untuk mengetahui macam-macam mineral

BAB II

ACARA PRAKTIKUM MINERAL

2.1. TUJUAN PRAKTIKUM


Dalam praktikum ini anda dapat membedakan mineral-mineral penyusun
batuan (Rock Fragmen Minerals) dan dapat membedakan jenis-jenis batuan.

2.2. TEORI DASAR


MINERAL
Definisi mineral menurut beberapa ahli:

1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959

11
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.

2. D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972

Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.

3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977

Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu atau dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di
alam dan bukan hasil suatu kehidupan.

Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan anomali atau
suatu pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut mineral, walaupun tidak
termasuk didalam suatu definisi.Sehingga sebenarnya dapat dibuat suatu definisi baru
atau definisi kompilasi. Dimana definisi kompilasi tidak menghilangkan suatu
ketentuan umum bahwa mineral itu mempunyai sifat sebagai: bahan alam,
mempunyai sifat fisis dan kimia tetap dan berupa unsur tunggal atau senyawa.

Definisi mineral kompilasi: mineral adalah suatu bahan alam yang


mempunyai sifat-sifat fisis dan kimia tetap dapat berupa unsur tunggal atau
persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen, dapat berupa
padat, cair dan gas .

Mineral adalah zat-zat hablur yang ada dalam kerak bumi serta bersifat
homogen, fisik maupun kimiawi.Mineral itu merupakan persenyewaan anorganik asli,
serta mempunyai susunan kimia yang tetap. Yang dimaksud dengan persenyawaan
kimia asli adalah bahwa mineral itu harus terbentuk dalam alam, karena banyak zat-
zat yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan mineral, dapat dibuat didalam

12
laboratorium. Sebuah zat yang banyak sekali terdapat dalam bumi adalah SiO2 dan
dalam ilmu mineralogi, mineral itu disebut kuarsa. Sebaliknya zat inipun dapat dibuat
secara kimia akan tetapi dalam hal ini tidak disebut mineral melainkan zat Silisium
dioksida .

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara
terjadinya dan kegunaannya. Minerologi terdiri dari kata mineral dan logos, dimana
mengenai arti mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan dikacaukan
dikalangan awam.Sering diartikan sebagai bahan bukan organik (anorganik).Maka
pengertian yang jelas dari batasan mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui
walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya
(Danisworo, 1994).

2.3. MINERAL DAN PENGGOLOGANNYA

Sebagian besar mineral-mineral ini terdapat dalam keadaan padat, akan tetapi
dapat juga berada dalam keadaan setengah padat, gas, ataupun cair. Mineral-mineral
padat itu biasanya terdapat dalam bentuk-bentuk kristal, yang agak setangkup, dan
yang pada banyak sisinya dibatasi oleh bidang-bidang datar.

Bidang-bidang geometri ini memberi bangunan yang tersendiri sifatnya pada


mineral yang bersangkutan.Minyak bumi misalnya adalah mineral dalam bentuk cair,
sedangkan gas bumi adalah mineral dalam bentuk gas. Sebagian dari mineral dapat
juga dilihat dalam bentuk amorf, artinya tidak mempunyai susunan dan bangunan
kristal sendiri. Pengenalan atau determinasi mineral-mineral dapat didasarkan atas
bebagai sifat dari mineral-mineral tersebut.

13
Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik.Mineral ada yang
merupakan unsur bebas dan ada juga yang merupakan bentuk pesenyawaan. Berikut
ini adalah contoh mineral sebagai unsur bebas dan juga mineral yang merupakan
bentuk persenyawaan :

a. Mineral sebagai unsur bebas (element) :

Cu = Cuprum = Copper = Tembaga

Au = Aurum = gold = Emas

Fe = Ferrum = Iron = Besi

Ag = Argentum = Silver = Perak

S = Sulphur = Sulfur = Belerang

C = Carbon = Diamond = Intan

C = Carbon = Graphite = Grafit

Sebagai catatan bahwa intan dan grafit merupakan bentuk yang Allotropi
yaitu mineral dengan rumus kimia da sifat kimia sama, tetapi mempunyai sifat-sifat
fisis yang berbeda.

b. Mineral sebagai bentuk persenyawaan (Compounds) :

a) Persenyawaan oksida
SnO2 = Cassiterite
Al2O3 = Corundum
Fe2O3 = Hematite
Fe3O4 = Magnetite
b) Persenyawaan sulfide
Cu2S = Chalcocite
PbS = Galena

14
FeS2 = Pyrite
ZnS = Sphalerite
c) Persenyawaan Karbonat
CaCO3 = Calcite
Ca Mg(CO3)2 = Dolomite
MgCO3 = Magnesite
d) Persenyawaan sulfat
CaSO4 = Anhydrite
CaSO4 2(H2O) = Gypsum

e) Persenyawaan Non Ferro Magnesian Silicates


SiO2 = Kuarsa
K Al Si3O8 = Ortochlase
Ca (Al Si3O8) = Anorthite
Na (Al Si3O8) = Albit
K Al3 Si3O10 (OHF)2 = Muscovite/mika putih
f) Persenyawaan Ferro Magnesian Silicates
K2 (MgFe)2 (OH)2 (Al Si3 O10) = Biotit
(MgFe)2 SiO4 = Olivin

2.4. SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL

Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-


atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia
tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat
dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu
(Graha,1987)

Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:

KILAP merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh


permukaan mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006)

Kilap secara garis besar dapat dibedakan menjadi jenis:

a. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap


atau kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:

15
Gelena
Pirit
Magnetit

b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:

Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.


Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada
umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat,
misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar
misalnya pada spharelit.
Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun,
misalnya pada serpentin,opal dan nepelin.
Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin,
bouxit dan limonit.

Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat
dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan
membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan
dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak begitu
tegas (Danisworo 1994).

WARNA mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan


tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat
berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan
pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat
kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang
mempunyai warna khas, seperti:

16
Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky
Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)
Kuning : Belerang (S)
Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu
CO3Cu(OH)2)
Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
Abu-abu : Galena (PbS)
Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit

KEKERASAN adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan.Kekerasan


nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai
kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan
mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai
adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal
sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk
mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .

Tabel 2.1 Skala Kekerasan Mohs


Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia
1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gypsum CaSO4. 2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C

17
Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan
kekerasan dari alat penguji standar :

Tabel 2.2 Alat Penguji Kekerasan

Alat Penguji Derajat Kekerasan


Mohs
Kuku manusia 2,5
Kawat Tembaga 3
Paku 5,5
Pecahan Kaca 5,5 6
Pisau Baja 5,5 6
Kikir Baja 6,5 7
Kuarsa 7

CERAT adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk).Hal ini dapat
dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin
atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat
dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral
tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah.Contohnya :

Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna hitam.

Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.

Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan

Biotite : Ceratnya tidak berwarna

Orthoklase : Ceratnya putih

18
Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara
keseluruhan, sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral (Sapiie,
2006).

BELAHAN merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada


satu atau lebih arah tertentu.Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang
mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur,
tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin.Tidak semua mineral
mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar
dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur
kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah
melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang,
maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena
keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur
(Danisworo, 1994).

Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga
arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh mineralnya:

a. Belahan satu arah, contoh : muscovite.

b. Belahan dua arah, contoh : feldspar.

c. Belahan tiga arah, contoh : halit dan kalsit.

PECAHAN adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah


yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan
dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan
bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar,

19
sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur
(Danisworo, 1994).

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:

Concoidal : bila memperhatikan gelombang yang melengkung di


permukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol.
Contoh Kuarsa.
Splintery/fibrous : Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya
asbestos, augit, hipersten
Even : Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan
bidang pecahan halus, contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh
Limonit.
Uneven : Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan
bidang pecahan yang kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
Hackly : Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar
tidak teratur dan runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.

BENTUK, mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur


yang dikendalikan oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang
membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai
bangun yang khas disebut amorf (Danisworo, 1994).

Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:

a. Bangun kubus : galena, pirit.

b. Bangun pimatik : piroksen, ampibole.

c. Bangun doecahedon : garnet

Mineral amorf misalnya chert, flint.

20
BERAT JENIS adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume
mineral.Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang
mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram.Kemudian mineral
ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung
dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang
volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.

TENACITY adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan,


memotong, menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk sifat ini
adalah

Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh


kwarsa, orthoklas, kalsit, pirit.
Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis,
seperti emas, tembaga.
Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh,
contoh gypsum.
Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa
patah dan sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti semula.
Contoh mineral talk, selenit.
Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa
menjadi patah dan dapat kembali seperti semula bila kita henikan
tekanannya, contoh: muskovit.

2.5. SIFAT KIMIAWI MINERAL

Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi


mineral Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral Non-
silikat, yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid, Karbonat,
Hidroksida, dan Phospat (lihat tabel 3.3). Adapun mineral silikat (mengandung unsur
SiO) yang umum dijumpai dalam batuan adalah seperti terlihat pada tabel 3.2. Di

21
depan telah dikemukakan bahwa tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang dikenal
hingga sekarang. Namun ternyata hanya beberapa jenis saja yang terlibat dalam
pembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut dinamakan Mineral pembentuk
batuan, atau Rock-forming minerals, yang merupakan penyusun utama batuan
dari kerak dan mantel Bumi. Mineral pembentuk batuan dikelompokan menjadi
empat: (1) Silikat, (2) Oksida, (3) Sulfida dan (4) Karbonat dan Sulfat.

1. Mineral Silikat

Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang


merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal.
Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari
mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km
dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu
sedimen, batuan beku maupun batuan malihan.Silikat pembentuk batuan yang umum
adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-
ferromagnesium.

Berikut adalah Mineral Silikat:

1. Kuarsa: ( SiO2 )

2. Felspar Alkali: ( KAlSi3O8 )

3. Felspar Plagiklas: (Ca,Na)AlSi3O8)

4. Mika Muskovit: (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2

5. Mika Biotit: K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2

6. Amfibol: (Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH)

7. Pyroksen: (Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6

22
8. Olivin: (Mg,Fe)2SiO4

Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah


mineral ferromagnesium

Tabel 2.3 Kelompok Mineral Silikat

MINERAL
RUMUS KIMIA

Olivine (Mg,Fe)2SiO4
Pyroxene (Mg,Fe)SiO3
Amphibole (Ca2Mg5)Si8O22(O
H)2
Muscovi KAl3Si3O10(OH)2
Mica te
Biotite K(Mg,Fe)3Si3O10(
OH)2
Orthocl K Al Si3 O8
Feldsp ase
ar Plagiocl (Ca,Na)AlSi3O8
ase

23
Quartz SiO2

2. Mineral ferromagnesium: Umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan


berat jenis yang besar.
Olivine: dikenal karena warnanya yang olive. Berat jenis berkisar antara
3.27 3.37, tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang
kurang sempurna.
Augitit: warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. BD berkisar antara 3.2
3.4 dengan bidang belah yang berpotongan hampir tegak lurus.Bidang belah
ini sangat penting untuk membedakannya dengan mineral hornblende.
Hornblende: warnanya hijau hingga hitam; BD. 3.2 dan mempunyai bidang
belah yang berpotongan dengan sudut kira-kira 56 dan 124 yang sangat
membantu dalam cara mengenalnya.
Biotite: adalah mineral mika bentuknya pipih yang dengan mudah dapat
dikelupas. Dalam keadaan tebal, warnanya hijau tua hingga coklat-hitam; BD
2.8 3.2.
1. Mineral non-ferromagnesium
2. Muskovit: Disebut mika putih karena warnanya yang terang, kuning muda,
coklat , hijau atau merah. BD. berkisar antara 2.8 3.1.
3. Felspar: Merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak
.Namanya juga mencerminkan bahwa mineral ini dijumpai hampir disetiap
lapangan.Feld dalam bahasa Jerman adalah lapangan (Field).Jumlahnya
didalam kerak Bumi hampir 54 %.Nama-nama yang diberikan kepada felspar
adalah plagioklas dan orthoklas. Orthoklas: mempunyai warna yang khas
yakni putih abu-abu atau merah jambu. BD. 2.57.

Tabel 2.4 Kelompok Mineral Non. Silikat

KELOMPO ANGGOTA SENYAWA


K KIMIA

24
Hematite Fe2O3
Magnetite Fe3O4
Oxides Corrundum Al2O3
Chromite FeCr2O4
Ilmenite FeTiO3
Galena PbS
Sphalerite ZnS
Sulfides Pyrite FeS2
Chalcopyrite CuFeS2
Bornite Cu5FeS4
Cannabar HgS
Gypsum CaSO4,2H2O
Sulfates Anhydrite CaSO4
Barite BaSO4

Gold Au
Cooper Cu
Native Diamond C
Elements Sulfur S
Graphite C
Silver Ag
Platinum Pt
Halite NaCl
Halides Flourite CaF2
Sylvite KCl
Calcite aCO3
Carbonates Dolomite CaMg(CO3)2
Malachite Cu2(OH)2CO3
Azurite Cu3(OH)2(CO3)2

25
Limonite FeO(OH).nH2O
Hydroxides Bauxite Al(OH)3.nH2O
Apatite Ca5(F,Cl,OH)PO4
Phosphates Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)
8

4. Kuarsa: Kadang disebut silika. Adalah satu-satunya mineral pembentuk


batuan yang terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya
muncul dengan warna seperti asap atau smooky, disebut juga smooky
quartz. Kadang-kadang juga dengan warna ungu atau merah-lembayung
(violet).Nama kuarsa yang demikian disebut amethyst, merah massip atau
merah-muda, kuning hingga coklat.Warna yang bermacam-macam ini
disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak bersih.
5. Mineral oksida. Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara
oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding
silikat.Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali
silikat.Mereka juga lebih berat kecuali sulfida.Unsur yang paling utama dalam
oksida adalah besi, Chroom, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral
oksida yang paling umum adalah es (H2O), korondum (Al2O3), hematit
(Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).

6. Mineral Sulfida. Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara


unsur tertentu dengan sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal,
seng dan merkuri. Beberapa dari mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan
yang mempunyai nilai ekonomis, atau bijih, seperti pirit (FeS3),
chalcocite (Cu2S), galena (PbS), dan sphalerit (ZnS).

7. Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat. Merupakan persenyawaan dengan ion


(CO3)2-, dan disebut karbonat, umpamanya persenyawaan dengan Ca

26
dinamakan kalsium karbonat, CaCO3 dikenal sebagai mineral kalsit.
Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.

Gambar 2.1 Contoh mineral penyusun batuan

KRISTAL

Pengertian Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi.

Unsur-unsur simetri Kristal

Dari Beberapa sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi kelas-kelas
kristal yang jumlahnya 32 klas,Tapi untuk Sementara kita Mempelajari 7 Sistem
Kristal yang utama. Penentuan klasikasi kristal tergantung dari banyaknya unsur-
unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut meliputi:

1. bidang simetri

2. sumbu simetri

3. pusat simetri

27
1. Bidang simetri

2.6. SISTEM KRISTAL

2.6.1. Sistem Isometrik

Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu
dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing
sumbunya.Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b
dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal
ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( , dan ) tegak lurus satu
sama lain (90).

Gambar 2.2 Sistem isometrik

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan

28
sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.

Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :

Tetaoidal

Gyroida

Diploida

Hextetrahedral

Hexoctahedral

Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite,
galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)

2.6.2. Sistem Tetragonal

Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang
sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi
pada umumnya lebih panjang.Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial
ratio (perbandingan sumbu) a = b c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi =
= = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( , dan )
tegak lurus satu sama lain (90).

29
Gambar 2.3 Sistem Tetragonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal


Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki
nilai 30 terhadap sumbu b.

Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:

Piramid

Bipiramid

Bisfenoid

Trapezohedral

Ditetragonal Piramid

Skalenohedral

Ditetragonal Bipiramid

30
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite,
pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)

2.6.3. Sistem Hexagonal

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120
terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan
panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih
panjang).Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini,
sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu .

Gambar 2.4 Sistem Hexagonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c

31
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu
a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b dan sumbu d membentuk sudut 40
terhadap sumbu b+.

Sistem ini dibagi menjadi 7:

Hexagonal Piramid

Hexagonal Bipramid

Dihexagonal Piramid

Dihexagonal Bipiramid

Trigonal Bipiramid

Ditrigonal Bipiramid

Hexagonal Trapezohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,
corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)

4. Sistem Trigonal

J ika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain
yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem
kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya,
bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam,
kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati

32
satu titik sudutnya.Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini,
sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu .

Gambar 2.5 Sistem Trigonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal


Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu
a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b dan sumbu d membentuk sudut 40
terhadap sumbu b+.

Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:

Trigonal piramid

Trigonal Trapezohedral

Ditrigonal Piramid

33
Ditrigonal Skalenohedral

Rombohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline dan
cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)

2.6.2. Sistem Orthorhombik

Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal
Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a b c , yang artinya
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain.
Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini,
ketiga sudutnya saling tegak lurus (90).

Gambar 2.6 Sistem Orthorhombik

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.

34
Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.

Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:

Bisfenoid

Piramid

Bipiramid

Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite,
chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)

2.6.6. Sistem Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b paling pendek.Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial
ratio (perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = 90 . Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut dan saling tegak
lurus (90), sedangkan tidak tegak lurus (miring).

35
Gambar 2.7 Sistem Monoklin

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal


Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45 terhadap sumbu b.

Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

Sfenoid

Doma

Prisma

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,
malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)

2.6.7. Sistem Triklin

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.Pada
kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)

36
a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = 90. Hal ini
berarti, pada system ini, sudut , dan tidak saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya.

Gambar 2.8 Sistem Triklin

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin


memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang
akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar
sumbunya a+^b = 45 ; b^c+= 80. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45 terhadap sumbu b dan b membentuk sudut 80 terhadap c+.

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

Pedial

Pinakoidal

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite,
labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992.

2.7. CONTOH MINERAL PENYUSUN BATUAN

37
Olivine

Gambar 2.9 olivin

Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe) dan
magnesium (Mg).Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas, terbentuk pada
temperatur yang tinggi.Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan basalt dan
ultramafic.Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari mineral olivine dikenal
dengan batuan Dunite.

Hornblende

Gambar 2.10 hornblende

Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal
yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe),
Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O).
Hornblende tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman.Mineral ini banyak
dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.

38
Biotite dan Mika

Gambar 2.11 biotit dan mika

Semua mineral mika berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar menyerupai buku
dan merupakan bidang belahan (cleavage) dari mineral biotite. Mineral biotite
umumnya berwarna gelap, hitam atau coklat sedangkan muscovite berwarna terang,
abu-abu terang.Mineral mika mempunyai kekerasan yang lunak dan bisa digores
dengan kuku.

Plagioclase feldspar

Gambar 2.12 plagioklas

Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar.Mineral ini


mengandung unsur Calsium atau Natrium.Kristal feldspar berbentuk prismatik,
umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung
Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut An-
orthit.

39
Potassium feldspar (Orthoclase)

Gambar 2.13 ortoklas

Potassium feldspar adalah anggota dari mineral feldspar. Seperti halnya


plagioclase feldspar, potassium feldspars adalah mineral silicate yang mengandung
unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna merah daging
hingga putih.

Kuarsa

Gambar 2.14 Kuarsa

Kuarsa adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada kerak
bumi.Mineral ini tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih, kilap kaca dan
belahan (cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.

Kalsit

40
Gambar 2.15 Kalsit

Mineral Kalsit tersusun dari calcium carbonate (CaCO3).Umumnya berwarna


putih transparan dan mudah digores dengan pisau. Kebanyakan dari binatang laut
terbuat dari calcite atau mineral yang berhubungan dengan 'lime' dari batugamping.

2.8. Alat dan Bahan

2.8.1. Alat :
1. Lembar format data klasifikasi mineral

2. Tabel klasifikasi mineral

3. Loop (Kaca Pembesar)

4. Alat tulis

5. Kuku jari (Skala Mohs)

6. Amplas

7. Paku

8. Pecahan Kaca

41
Gambar 2.8 Loop

2.8.2. Bahan:

1. Biotite
2. Kuarsa
3. Hornblende

2.8.3. Waktu dan Tempat Praktikum :


Praktikum dilaksanakan dalam 1 sesi, yaitu:
1. Sesi I
Minggu, 15 Mei 2016 ( LAB. GEOLOGI Kampus STT MIGAS)

Pukul 09.00 WITA s/d Selesai

2.8.4. Prosedur Praktikum


1. Menjelaskan kepada siswa defenisi batuan beku, klasifikasi batuan beku, sifat-
sifat fisik dari batuan beku, serta memberi nama dan menjelaskan genesanya. .

42
Batuan beku didefinisikan sebagai kumpulan interlocking agregat mineral-
mineral silikat hasil pembekuan magma yang mendingin (W T Huang,1962).

Klasifikasi batuan beku dilakukan dengan 3 (tiga) patokan utama, yaitu :

- Berdasarkan genetic mineral yang dikandung


- Berdasarkan senyawa kimia yang dikandung
- Berdasarkan susunan mineralnya

A. Berdasarkan genetik minaeral yang dikandung, maka batuan beku terdiri dari :
1. Batuan beku Ekstrusif : merupakan batuan hasil pembekuan lava di muka
bumi, baik di daratan maupun di dasar laut, batuan ini mempunyai ukuran
kristal yang halus (glacy) karena hasil pembekuan cepat.
2. Batuan beku Intrusif : merupakan batuan hasil pembekuan di bawah
permukaan, dimana sifat batuan ini menerobos batuan yang ada sebelumnya.
Berdasarkan prinsip penerobosannya dikelompokkan menjadi Konkordan
berupa : silt, lakolit, lavorit Diskordan berupa : stok, batolit, dike, vulkanik
neck

B. Berdasarkan kandungan kimia. Pembagian batuan beku berdasarkan kandungan


silikanya (SiO2), maka batuan beku dapat dibagi :

Jenis Batuan Kandungan Silika

Batuan Beku Asam >66%

Batuan Beku Intermediet 52-66%

Batuan Beku Basa 42-52%

Batuan Beku Ultra Basa <45%

43
Berdasarkan Mineraloginya Pembagian berdasarkan mineraloginya dalam
klasifikasi ini mineral yang biasa digunakan adalah kuarsa, plagioklas,dan
feldspar, serta dikompilasi dengan Tekstur batuan beku (lihat table table
klasifikasi (Russel B.Travis)

PEMBAHASAN

Mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia
yang khas dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-kadang
dapat menjelma dalam bentuk geometris tertentu.

Mineral Kuarsa

Dari pengamatan secara kasat mata, didapati warna kuarsa keunguan dan
memiliki kilap kaca.Penggoresan menghasilkan bubuk berwarna putih.Jadi dapat
disebut kuarsa memiliki cerat putih.Saat disorot dengan lampu senter melalui tubuh
kuarsa, cahaya tidak diteruskan secara keseluruhan (translucent).Saat diraba dengan
tangan terasa belahannya baik dan pecahannya konkoidal.Warna yang cerah
menunjukan bahwa kuarsa termasuk mineral felsik.

Mineral Pirit

Mineral pirit memiliki ciri khas yaitu seperti logam yang mengkilap.Dari
pengamatan didapati pirit berwarna kuning keemasan.Namun saat digores ceratnya
hitam.Pada dasarnya pirit berwarna gelap (mafik), hanya saja kilapnya logam.Sisi

44
tubuh pirit meruncing sehingga dapat dikatakan belahannya buruk dan pecahan
uneven. Ketika disorot lampu senter, cahaya tidak diteruskan sama sekali (opaque).

Mineral Olivine

Mineral ketiga adalah Olivin.Mineral ini meiliki warna hijau kekuningan dan
kilap kaca. Saat digores, ceratnya berwarna abu-abu dan menunjukan kekerasan 6,5
skala mohs. Belahan baik dan pecahan konkoidal.Meskipun warna luarnya cerah,
olivine bersifat opaque atau tidak dapat meneruskan cahaya. Mineral ini mempunyai
nilai ekonomis yaitu dibuat untuk batu permata dan dipakai pada Industri pengecoran,
untuk genesa mineral ini yaitu terbentuk pada lingkungan batuan beku,khususnya
lingkungan batuan beku basa dan ultrabasa.

Mineral Muskovit

Mineral berikutnya adalah muskovit.Muskovit memiliki ciri seperti


mika.Berwarna putih kecoklatan dengan kilap kaca. Muskovit tidak terlalu keras (2,5
skala mohs) sehingga dapat digores dengan mudah. Saat digores, ceratnya berwarna
putih.Karena berwarna cerah, muskovit termasuk golongan felsik.Permukaan
muskovit tidak bergelombang, menunjukan belahannya sempurna dan pecahannya
konkodial.Sama seperti kuarsa dan kalsit, muskovit juga digunakan untuk industry
kaca.

Mineral Biotit

Mineral keempat yangdiamati adalah mineral biotoit, dapat disimpulkan


bahwa mineral ini memiliki warna hitam, dan kekerasannya menunjukkan 2,5 (kuku
jari) pada skala Mohs, Ceratnya berwarna abu-abu dan bila diamati kilapnya
menunjukan kilap kaca (non logam), pengamatan menggunakan lup memiliki
pecahan jenis Uneven kemudian memiliki Tenacity yaitu Brittle dan Diaphaneity nya
adalah Opaque. Mineral ini mempunyai nilai ekonomis yaitu Pembuatan alat bahan

45
isolasi untuk tujuan Industri, untuk genesa mineral ini yaitu terbentuk pada saat
berasosiasi dengan batuan beku.

Mineral Kalsit

Selanjutnya adalah Kalsit. dapat disimpulkan bahwa mineral ini memiliki


warna putih, dan bila digores dengan uang logam kekerasannya menunjukkan 3,5
(Uang logam) pada skala Mohs, Ceratnya berwarna putih dan bila diamati kilapnya
menunjukan kilap kaca (non logam), Diaphaneity nya adalah Transparent dan
bersifat isolator. Mineral ini mempunyai nilai ekonomis yaitu pada Industri kimia
untuk membuat semen,pupuk,dan kapur tohor, untuk genesa mineral ini yaitu
terbentuk saat differensiasi magma dan berasosiasi dengan batuan beku.

Mineral Piroksen

Mineral mfik selanjutnya adalah piroksen.Piroksen berwarna hitam dan tidak


mengkilap (kilap tanah).Saat digores ceratnya berwarna abu-abu. Kekerasan
piroksen adalah 3,5 skala mohs. Seperti halnya mineral mafik lainnya, piroksen
bersifat opaque atau tidak tembus cahaya. Permukaannya rata saat diraba
menunjukan belahannya baik.Pecahan uneven.

Mineral Hornblende

Mineral terakhir yang diamati adalah hornblende.Hornblende memiliki ciri


khas yaitu bentuknya menjarum. Dapat disimpulkan bahwa mineral ini memiliki
warna hitam, dan kekerasannya menunjukkan 5-6 pada skala Mohs, Ceratnya
berwarna abu-abu coklat dan bila diamati kilapnya menunjukan kilap kaca (non
logam), memiliki pecahan jenis Konkoidal, Diaphaneity nya adalah Opaque. Mineral
ini mempunyai nilai ekonomis yaitu digunakan pada Industri Kontruksi, untuk
genesa mineral ini yaitu terbentuk pada saat berasosiasi dengan batuan beku.Untuk
hasil keterangan berat jenis, genesa, dan tenacity diperoleh dari sumber lain yang
akurat karena keterbatasan peralatan dan waktu.

46
Ada beberapa cara untuk membedakan 2 mineral yang identik. Seperti kuarsa
dengan kalsit yang sama-sama berwarna putih dan memiliki kilap kaca.Sebagai
pemula memang tidak mudah membedakannya. Untuk itu ada beberapa cara
membedakan kedua mineral tersebut. Pertama dengan digore menggunakan
besi.Pada dasarnya kuarsa lebih keras disbanding kalsit. Jadi, saat besi digoreskan
pada keduannya, kalsit akan lebih mudah tergerus sedangkan kuarsa tidak. Kedua
adalah dengan menetesi tubuh mineral dengan HCl. Kalsit akan berbuih jika ditetesi
HCl. Sedangkan kuarsa tidak. Untuk membedaka piroksen dan biotit yang sama-
sama berwarna hitam lebih mudah.Yaitu dengan menaruhnya dibawah sinar
matahari.Biotit akanmemantulkan cahaya dengan baik (kilap kaca) sedangkan
piroksen tidak memantulkan cahaya (kilap tanah).

KESIMPULAN

1. Mineral adalah zat padat bentukan alam berasal dari bahan anorganik yang
memiliki ikatan kimia tertentu

2. Kristal adalah zat padat bentukan alam atau bias buatan manusia dari bahan
anorganik dan ikatannya membentuk bidang.

3. Mineral tidak selalu membentuk Kristal dan sebaliknya, Kristal tidak selalu
membentuk mineral.

4. Dalam identifikasi megaskopik, harus memperhatikan 10 sifat fisik mineral

5. Dua mineral yang identik dapat dibedakan dengan membandingkan salah


satu pencirinya.

BAB III

BATUAN BEKU

47
3.1 TUJUAN IDENTIFIKASI
Dalam praktikum ini anda dapat membedakan mineral-mineral penyusun
batuan beku (Rock Fragmen Minerals) dan dapat membedakan jenis-jenis
batuan beku, serta dapat memberi nama berbagai jenis batuan beku.

3.2 TEORI DASAR

SIKLUS BATUAN

Gambar 3.2 siklus batuan

Batuan adalah kumpulan-kumpulan atau agregat dari mineral-mineral


yang sudah dalam kedaan membeku/keras.Batuan adalah salah satu elemen
kulit bumi yang menyediakan mineral-mineral anorganik melalui pelapukan
yang selanjutnya menghasilkan tanah.Batuan mempunyai komposisi mineral,
sifat-sifat fisik, dan umur yang beraneka ragam.Jarang sekali batuan yang
terdiri dari satu mineral, namun umumnya merupakan gabungan dari dua
mineral atau lebih.

48
Siklus batuan adalah proses magma menjadi batuan dengan perjalanan
yang panjang hingga menjadi magma kembali dan berkelanjutan. Magma
yang mengalami pendinginan akan membeku dan terbentuk batuan beku.
Batuan beku akan mengalami transportasi karena tererosi gaya luar (angina,
air, gletser).Transportasi itu mengangkut material material kecil. Pada suatu
tempat, material material tersebut akan terakumulasi dan mengalami
kompaksi dan sementasi.

Proses itu membentuk batuan sedimen. Batuan sedimen yang terkena


suhu dan tekanan yang tinggi akan menjadi batuan metamorf. Batuan
metamorf yang kontak langsung dengan magma akan meleleh kembali.
Apabila mengalami pendinginan akan menjadi batuan beku kembali, dan
begitu seterusnya.

3.3. PENGERTIAN BATUAN BEKU

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: Ignis, "api")
adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan
sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan
ekstrusif (vulkanik).

MAGMA, Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F.


F Groun (1947), Takeda (1970), didefinisikan sebagai cairan silikat kental
yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500o
2.500oC dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi
bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut,
bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang

49
merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang
merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.

LAVA adalah magma yang keluar dari perut bumi/ gunung api akibat
adanya peningkatan aktifitas vulkanik di dalam gunung api. Lava keluar dapat
berupa leleran yang mengalir menuruni lereng gunung hingga tempat yang
jauh di lembah, magma bisa juga keluar dan berdiam disekitar puncak gunung
api dan membentuk kubah lava (dome) sehingga gunung api tersebut
kelihatan lebih tinggi

LAHAR adalah lava yang tercampur dengan air (baik air hujan
ataupun lainnya seperti danau di sekitar gunung) sehingga menjadi jenuh dan
membentuk aliran yang meluncur dengan kecepatan tinggi menuruni lereng
hingga jarak puluhan kilometer. Apabila lava yang tercampur air masih panas
atau baru keluar dari dapur magma pasca erupsi maka menghasilkan lahar
panas. Sebaliknya apabila lava sudah tertimbun lama dilereng gunung setelah
erupsi lalu tercampur air pada musim hujan maka akan menghasilkan aliran
lahar dingin. Kedua type lahar di atas mempunyai resiko yang sama besar
pada bencana pasca erupsi gunung api yang banyak menimbulkan korban
jiwa.

3.4. PEMBENTUKAN BATUAN BEKU

PROSES KRISTALISASI MAGMA

Karena magama merupakan cairan yang panas, maka ion-ion


yang menyusun magmaakan bergerak bebas tak beraturan.sebaliknya
pada saat magma mengalamipendinginan,pergerakan ion-ion yang
tidak beraturanini akan menurun,dan ion-ion akan mulai mengatur
dirinya menyusun bentuk yang teratur.proses ini di sebut

50
kristalisasi.pada proses ini yang merupakan kebalikan dari proses
pencairan,ion-ion akan saling mengikat satu dengan yang lainnya dan
melepaskan kebebasan untuk bergerak.ion-ion tersebut akan
membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur.pada
umumnya material yang menyusun magma tidak membeku pada
waktu yang bersamaan.

Kecepatann pendinginan magma akan sangat berpengaruh


terhadap proses kristalisasi, terutama pada ukuraan kristal
apabilapendinginan magma berlangsung denagan lambat, ion-ion
mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga
akan menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknaya pada
pendingan yang cepat , ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan
untuk mengemban gkan dirinya sehingga akan menbentuk kristal yang
kecil. Apabila pendinginan b erlangsung sangat cepat maka tidak ada
kesempatan bagi ion untuk menbentuk kristal, sehingga hasil
pembekuan nya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan
(hablur), yang dinamakan dengan mineral glass.

Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen


dan silikon akansaling mengikat pertama kali untuk membentuk
tetrahedra oksigen-silikon. Kemudian tertrahedra-tetrahedra oksigen
silikon tersebut akan saling bergabung dan dengan ion-ion lainnya
akan membentuk inti kristal dari bermacam mineral silikat. Tiap inti
kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin yang
tidakberubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada
waktu yang bersamaan atau pada kondisi yamg sama. Mineral tertentu
akan mengkristal pada temperatur yang lebih tingi dari mineral lainya,
sehingga kadang-kadang magma mengandung kristal-kristal padat
yang dikelilingi oleh material yangmasih cair.

51
Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahal folatil
juga mempengaruhi proses kristalisasi.Karena magma dibedakan dari
fator-faktor tersebut, maka kenampakan fisik dan komposisi mineral
batuan beku sangat bervariasi.Dari hal tersebut, maka penggolongan
batuan beku dapat didasarkan pada faktor-faktor tersebut
diatas.Kondisi linkungan pada saat kristalisasi dapat diperkirakan dari
sifat dan susunan dari butiran mineral yang biasa disebut tekstur.Jadi
klasifikasi batuan beku sering didasarkan pada ekstur dan komposisi
mineralnya.

3.5. DIFERENSIASI DAN ASIMILASI MAGMA

Diferensiasi magma adalah suatu tahapan pemisahan atau


pengelompokan magma dimana material-material yang memiliki
kesamaan sifat fisika maupun kimia akan mengelompok dan
membentuk suatu kumpulan mineral tersendiri yang nantinya akan
mengubah komposisi magma sesuai penggolongannya berdasarkan
kandungan magma. Proses ini dipengaruhi banyak hal. Tekanan, suhu,
kandungan gas serta komposisi kimia magma itu sendiri dan kehadiran
pencampuran magma lain atau batuan lain juga mempengaruhi proses
diferensiasi magma ini. Secara umum, proses diferensiasi magma
terbagi menjadi :

Fraksinasi (Fractional Crystallization)


Proses ini merupakan suatu proses pemisahan kristal-
kristal dari larutan magma karena proses kristalisasi perjalan
tidak seimbang atau kristal-kristal tersebut pada saat
pendinginan tidak dapat mengubah perkembangan. Komposisi
larutan magma yang baru ini terjadi sebagai akibat dari adanya

52
perubahan temperatur dan tekanan yang mencolok serta tiba-
tiba.

Gambar 3.2: Crystallization and settling

Crystal Settling/gravitational settling


Proses ini meliputi pengendapan kristal oleh gravitasi
dari kristal-kristal berat yang mengandung unsur Ca, Mg, Fe
yang akan memperluas magma pada bagian dasar magma
chamber. Disini, mineral-mineral silikat berat akan berada di
bawah. Dan akibat dari pengendapan ini, akan terbentuk suatu
lapisan magma yang nantinya akan menjadi tekstur kumulat
atau tekstur berlapis pada batuan beku.

Liquid Immisbility
Larutan magma yang memiliki suhu rendah akan pecah
menjadi larutan yang masing-masing akan membentuk suatu
bahan yang heterogen.

Crystal Flotation
Pengembangan kristal ringan dari sodium dan
potassium akan naik ke bagian atas magma karena memiliki
densitas yang lebih rendah dari larutan kemudian akan
mengambang dan membentuk lapisan pada bagian atas magma.

53
Vesiculation
Vesiculation merupakan suatu proses dimana magma
yang mengandung komponen seperti CO2, SO2, S2, Cl2, dan
H2O sewaktu-waktu naik ke permukaan sebagai gelembung-
gelembung gas dan membawa komponen-komponen sodium
(Na) dan potassium (K).

Asimilasi magma
Proses ini dapat terjadi pada saat terdapat material asing
dalam tubuh magma seperti adanya batuan disekitar magma
yang kemudian bercampur, meleleh dan bereaksi dengan
magma induk dan kemudian akan mengubah komposisi
magma.

Gambar 3.3: asimilasi magma

Dalam proses asimilasi, terkadang batuan-batuan yang ada di sekitar magma


chamber yang kemudian masuk ke dalam magma membeku sebagai satu bentuk
inklusi batuan yang disebut dengan xenolith. Namun bentukan inklusi ini juga dapt
terbentuk sebagai suatu inklusi kristal yang disebut dengan xenocrsyt.

Sebagai ringkasan, Jakcson (1970) memberikan gambaran skematis mengenai


proses-proses differensiasi magma dalam suatu magma chamber. Kemudian
dihasilkanlah skema seperti berikut ini:

54
Gambar 3.4: Skema differensiasi magma

Dr. Lucas Donni Setiadji, seorang petrologist yang juga merupakan dosen
Jurusan Teknik Geologi FT-UGM menyatakan bahwa Diferensiasi (Differentiation)
merupakan suatu proses yang menghasilkan magma turunan (derivative magmas)
yang berbeda komposisi kimia dan mineralogi dari Primitive Parental Magma atau
yang kita sebut sebagai magma induk. Secara umum proses diferensiasi dianggap
terjadi dalam reservoir magma di dalam kerak (kedalaman < 10 km), dimana magma
dalam kondisi yang stagnan, mendingin secara perlahan dan memiliki waktu ysng
cukup untuk mengkristal. Proses diferensiasi yang paling penting adalah Kristalisasi
Fraksinasi (fractional crystallization), sedangkan proses lainnya antara lain asimilasi
dan magma mixing.

Magma mixing terjadi saat dua jenis magma yang berbeda bertemu dan
kemudian bercampur menjadi satu menghasilkan satu jenis magma lain yang
homogen yang disebut dengan magma turunan. Magma turunan ini biasanya bersifat
pertengahan dari kedua jenis magma yang bercampur.Sebagai contoh, magma
andesitic dan dacitic kemungkinan adalah magma intermediet yang terbentuk dari
hasil pencampuran magma asam dan magma basa. Kedua jenis magma ini dpat
bertemu apabila dalam suatu regional terdapat 2 magma chamber yang memiliki

55
potensi dan berjarak tidak jauh dan kemudian terjadi intrusi magma berupa sill atau
dike dari salah satu magma chamber lalu intrusi ini mencapai magma chamber yang
lain. Dari intrusi yang menerobos dan bertemu dengan magma chamber inilah
kemudian terjadi proses pencampuran 2 jenis magma yang berbeda menghasilkan
satu jenis magma baru yang bersifat tengahan dari 2 jenis magma yang bercampur
tersebut.

3.6. REAKSI BOWEN SERIES

56
Gambar 3.5 reaksi bowen series

Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan


urutan kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri
dari dua bagian.

Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar


yaitu:

Golongan mineral berwarna gelap atau mafik mineral.


Golongan mineral berwarna terang atau felsik mineral.

Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak


langsung semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan
temperatur secara perlahan bahkan mungkin cepat. Penurunan
tamperatur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan
mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya
Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur
telah disusun oleh Bowen.

Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama


kali terbentuk dalam temperatur sangat tinggi adalah Olivin.Akan
tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang
terbentuk pertama kali. Olivin dan Piroksan merupakan pasangan
Incongruent Melting; dimana setelah pembentukkannya Olivin akan
bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen. Temperatur
menurun terus dan pembentukkan mineral berjalan sesuai dangan
temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia
dibentuk dalam temperatur yang rendah.

Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok


Plagioklas, karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar

57
luas.Anorthite adalah mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu
yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro
atau Basalt.Andesin terbentuk peda suhu menengah dan terdapat
batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk
pada suhu rendah adalah albit, mineral ini banyak tersebar pada batuan
asam seperti granit atau rhyolite. Reaksi berubahnya
komposisiPlagioklas ini merupakan deret : Solid Solution yang
merupakan reaksi kontinue, artinya kristalisasi Plagioklas Ca-
Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal
ini Anorthite adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering disebut Juga
"Calcic Plagioklas", sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na
( "Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas" ).

Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral


Potasium Feldspar ke mineral Muscovit dan yang terakhir mineral
Kwarsa, maka mineral Kwarsa merupakan mineral yang paling stabil
diantara seluruh mineral Felsik atau mineral Mafik, dan sebaliknya
mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak
stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.

Reaksi Bowen ini dapat membantu kita untuk memahami


mengapa mineral tertentu cenderung terjadi / muncul bersama-sama di
dalam batuan beku gunung berapi.Sebagai contoh yaitu batu karang
yang mafic, batu basal dan gabbro yang cenderung berisi mineral
olivine, pyroxene, dan calcium-rich plagioclase feldspar.Mineral
tersebut adalah mineral yang mengkristal pada temperatur yang tinggi.
Contoh lain yaitu batu karang sialic atau felsic seperti granit dan
rhyolite cenderung berisi kwarsa, kalium feldspar, sodium-rich
plagioclase feldspar, dan kadang-kadang muscovite. Mineral tersebut
adalah mineral yang mengkristal pada temperatur yang lebih rendah.

58
Reaksi Bowen juga membantu kita dalam memahami mengapa
mineral tertentu tidak terjadi bersama-sama di dalam batuan beku
gunung berapi. Sebagai contoh, olivine dan kwarsa tidak mungkin
untuk terjadi di dalam batuan beku gunung berapi yang sama, sebab
olivine adalah suatu mineral temperatur tinggi, dan kwarsa adalah
suatu mineral temperatur rendah.

3.7. KLASIFIKASI BATUAN BEKU

KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN GENETIK (TEMPAT


TERJADINYA)
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari
batuan beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum
dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku
adalah sebagai berikut :

1. Batuan Beku Intrusif


Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut
batuan beku dalam atau batuan beku plutonik.Batuan beku intrusif
mempunyai karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat
sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar
dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif.
Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran
yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di
sekitarnya.Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu
konkordan dan diskordan.

59
Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di
sekitarnya disebut diskordan.yaitu:
a) Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling
besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong
lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit
merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi
yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan
bervariasinya magma pembentuk batholit.Beberapa batholit
mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya.
Dari penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan
didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km. Batholite
tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan,
karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena
besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang di1atasnya.
Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh
magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada
proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan
fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini
dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping lebih padat
dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap.Saat
mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut
dalam magma.Tidak semua magma terlarut dan mengendap di
dasar dapur magma.Setiap frgamen batuan yang berada dalam
tubuh magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.
b) Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan
dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak
lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh
batholit atau bagian atas batholit.
c) Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi
yang dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil.

60
Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya
sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang
diterobosnya.
d) Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah
yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah
batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku
yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari
topografi disekitarnya.

Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya


disebut konkordan diantaranya adalah :
a) Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar
terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk
tabular dan sisi-sisinya sejajar.
b) Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk
bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau
cembung ke atas, membentuk kubah landai.Sedangkan, bagian
bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi,
baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku
dapt tersingka di permukaan.
c) Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas
dan bawahnya cekung ke atas.

2. Batuan Beku Ekstrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang
terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat
sebagai lapisan.

61
Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan
terpisah poligonal seperti batang pensil.
Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang
bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan
terjadi pada lingkungan air.
Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-
lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat
pelepasan gas pada saat pembekuan.
Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi
oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya
kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran.
3.8. KLASIFIKASI BATUAN BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIA
Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral
penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari
senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na 2O,
K2O, H2O+, P2O5, dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa
lingkungan pembentukan meineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma asal,
pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan banyak lagi
kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan bahwa batuan
tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai
pembentukannya. Batuan beku yang telah mengalaimi ubahan atau pelapukan akan
mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa
harusla batuan yang sangat segar dan belum mengalami ubahan. Namun begitu
sebagai catatanpengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang
dilakukan.Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus
dilakukan melalui analisa kimiawi.

62
Pembagian Kimia Batuan Beku (asam & basa) Berdasarkan kandungan kimia
oksida. Contohnya pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Klasifikasi asam basa batuan beku


GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT
SiO2 72,08 51,86 48,36 43,54
TiO2 0,37 1,50 1,32 0,81
Al2O3 13,86 16,40 16,84 3,99
Fe2O3 0,86 2,73 2,55 2,51
FeO 1,72 6,97 7,92 9,8
MnO 0,06 0,18 0,18 0,21
MgO 0,52 6,21 8,06 34,02
CaO 1,33 3,40 11,07 3,46
Na2O 3,08 3,36 2,26 0,56
K2O 0,46 1,33 0,56 0,25
H2O+ 0,53 0,80 0,64 0,76
P2O5 0,18 0,35 0,24 0,05

Komposisi kimia dari beberapa jenis batuan beku yang terdapat pada tabel di
atas, hanya batuan intrusi saja. Dari sini terlihat perbedaan presentase dari setiap
senyawa oksida, salah satu contoh ialah dari oksida SiO2 jumlah terbanyak dimiliki
oleh batuan granit dan semakin menurun ke batuan peridotit (batuan ultra basa).
Sedangkan MgO dari batuan granit (batuan asam) semakin bertambah kandungannya
kearah batuan peridotit (ultra basa).
Kandungan senyawa kimia batuan ekstrusi identik dengan batuan intrusinya,
asalkan dalam satu kelompok.Hal ini hanya berbeda tempat terbentuknya saja,
sehingga menimbulkan pula perbedaan didalam besar butir dari setiap jenis mineral.

Tabel 3.2 batuan intrusive dan ekstrusif identik

Batuan Intrusi Batuan Ekstrusi


Granit Riolit
Syenit Trahkit

63
Diorit Andesit
Tonalit Dasit
Monsonit Latit
Gabro Basal

Dasar pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu dalam batuan seperti
kandungan silika dan kandungan mineral mafik (Thorpe & Brown, 1985).
Pembagian batuan beku menurut kandungan SiO2 (silika) pada tabel di bawah :

Tabel 3.3 kandungan silika

Nama Batuan Kandungan Silika


Batuan Asam Lebih besar 66 %
Batuan Menengah 52 66 %
Batuan basa 45 52 %
Batuan Ultra basa Lebih kecil 15 %

Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :


A. Batuan Felsik : Dominan felsik mineral, biasanya berwarna cerah.
B. Batuan Mafik : Dominan mineral mafik, biasanya berwarna gelap.
C. Batuan Ultramafik : 90% terdiri dari mineral mafik.
Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa aspek
yang sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku, seperti untuk
mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama perjalanan magma ke
permukaan dan kedalaman zona Benioff.

3.9. KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN MINERALOGI


Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian besar
batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu.Mineral-mineral yang
biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa, plagioklas, potassium feldspar dan foid
untuk mineral felsik.Sedangkan untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol,
piroksen dan olovin.

64
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat
mencrminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur batuan
beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri.
Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan
tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral.
Dan tekstur afanitik menggambarkan pembekuan yang cepat.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur
batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi :
a) Batuan Dalam
Batuan Dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang
menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d) Batuan Lelehan
Batuan Lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat
dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi beberapa


keluarga atau kelompok yaitu :

keluarga granit riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali


felsparnya melebihi plagioklas.

keluarga granodiorit qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na Plagioklas


dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K Felspar

65
keluarga syenit trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak
dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas,
kadang plagioklas juga tidak hadir

keluarga monzonit latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid hadir
dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-Felspar

keluarga syenit fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-Felspar


melebihi plagioklas

keluarga tonalit dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa


dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar

keluarga diorite andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Felspar,


plagioklas melimpah

keluarga gabbro basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas


(Ca), sedikit Qz dan K-felspar

keluarga gabbro basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama


felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun
tidak hadir

keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl),


plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.

3.9. WARNA BATUAN

Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral


penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma

66
pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan. Batuan
beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun
atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash feldsfar dan muskovit.
Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku
intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku
basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.

3.10. STRUKTUR BATUAN

Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan


yang berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada
pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku
struktur yang sering ditemukan adalah:

1. Masif : Bila batuan pejal,tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas

2. Jointing : Bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-retakan.


Kenapakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.

3. Vesikular : Dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini


dibagi lagi menjadi 3 yaitu:

Skoriaan : Bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.

Pumisan : Bila lubang-lubang gas saling berhubungan.

Aliran : Bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal


maupun lubang gas.

4. Amigdaloidal : Bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral


sekunder.

67
3.11. TEKSTUR BATUAN BEKU

Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir


mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir,
bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric).Jika warna batuan
berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur
berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur
merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, dan sesudah kristalisasi.
Pengamatan tekstur meliputi :

Tingkat kristalisasi

Tingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi :

- Holokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan semua berbentuk


kristal-kristal.
- Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal dan sebagian lagi berupa
mineral gelas.
- Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.

Ukuran kristal.

Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali ukuran kristal
dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan.

Granularitas

Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi menjadi
beberapa macam yaitu:

68
a) Equigranulritas Disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran
kristal yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 2 :
Fenerik Granular bila ukuran kristal masih bisa dibedakan
dengan mata telanjang.
Afinitik apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan dengan
mata telanjang atau ukuran kristalnya sangat halus.
b) Inequigranular Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini dapat
dibagi lagi menjadi :
Faneroporfiritik bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-
kristal yang kecil dan dapat dikenali dengan mata telanjang.
Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang
tidak dapat dikenali dengan mata telanjang.
c) Gelasan (glassy) Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan
apabila semuanya tersusun atas gelas.
Bentuk Butir
a. Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai
bidang kristal yang sempurna.
b. Subhedral,bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi
oleh sebagian bidang kristal yang sempurna.
c. Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi
oleh bidang kristal yang tidak sempurna.

Sifat Batuan Beku dibagi menjadi 3 antara lain :

1. Asam (Felsik)
Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan
beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik.
2. Intermediet
Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya
batuan beku intermediet diman jumlah mineral felsik dan
mafiknya hampir sama banyak.
3. Basa (Mafik)

69
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah
batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah
mineral-mineral mafik.
4. Ultrabasa (Ultramafik)
Batuan beku yang berwarna kehijauan dan berwarna hitam
pekat dimana tersusun oleh mineral mineral mafic seperti
olivine.

3.12. KOMPOSISI MINERAL

Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4


yaitu:

- Kelompok Granit Riolit Berasal dari magma yang bersifat


asam,terutama tersusun oleh mineral-mineral kuarsa ortoklas,
plaglioklas Na, kadang terdapat hornblende,biotit,muskovit dalam
jumlah yang kecil.
- Kelompok Diorit Andesit Berasal dari magma yang bersifat
intermediet,terutama tersusun atas mineral-mineral plaglioklas,
Hornblande, piroksen dan kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah kecil.
- Kelompok Gabro Basalt Tersusun dari magma yang bersifat basa
dan terdiri dari mineral-mineral olivine,plaglioklas Ca,piroksen dan
hornblende.
- Kelompok Ultra Basa Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain
yang mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.

1) Granit
Granit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga
sedang, berwarna terang, mempunyai banyak warna umumna putih,
kelabu, merah jambu atau merah.Warna ini disebabkan oleh variasi warna
dari mineral feldspar.Granit terbentuk jauh di dalam bumi dan tersingkap
di permukaan bumi karena adanya erosi dan tektonik.Granit merupakan
batuan yang banyak terdapat di alam. Di Indonesia, granit terdapat di

70
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya (Papua), dan lain-lain. Granit
dapat digunakan sebagai bahan pengeras jalan, pondasi, galangan kapal,
dan bahan pemoles lantai, serta pelapis dinding.

Gambar 3.6 Batu Granit

2) Granodiorit
Granodiorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga
sedang, berwarna terang, menyerupai granit. Granodiorit dapat digunakan
untuk pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain.Granodiorit banyak terdapat di
alam dalam bentuk batolit, stock, sill dan retas yang tersebar di Bukit Barisan,
Sumatera.

Gambar 3.7 Grandiorit

3) Diorit
Diorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga
sedang, warnanya agak gelap.Diorit merupakan batuan yang banyak
terdapat di alam. Di Jawa Tengah banyak terdapat di kota Pemalang dan
Banjarnegara. Diorit dapat digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, dan
lain-lain.

71
Gambar 3.8 Diorit

4) Gabro
Gabro adalah batuan beku dalam yang umumnya berwarna hitam,
mineralnya berbutir kasar hingga sedang.Dapat digunakan untuk pengeras
jalan, pondasi, dan yang dipoles sangat disukai karena warnanya hitam,
sehingga baik untuk lantai atau pelapis dinding.Di Pulau Jawa, batuan ini
terdapat di Selatan Ciletuh, Pegunungan Jiwo, Serayu, dan Pemalang.

Gambar 3.9 Gabro

5) Andesit
Andesit adalah batuan beku permukaan. Batuan lelehan dari diorit,
mineralnya berbutir halus, komposisi mineralnya sama dengan diorit,
warnanya kelabu. Gunung api di Indonesia umumnya menghasilkan
batuan andesit dalam bentuk lava maupun piroklastika. Batuan andesit
yang banyak mengandung hornblenda disebut andesit hornblenda,

72
sedangkan yang banyak mengandung piroksin disebut andesit
piroksin.Batuan ini banyak digunakan untuk pengeras jalan, pondasi,
bendungan, konstruksi beton, dan lain-lain.Adapun yang berstruktur
lembaran banyak digunakan sebagai batu tempel.

Gambar 3.10 Andesit

6) Basal
Basal adalah batuan beku permukaan. Batuan lelehan dari gabro,
mineralnya berbutir halus, berwarna hitam.Gunungapi di Indonesia
umumnya menghasilkan batuan basal dalam bentuk lava maupun
piroklastika.Batuan ini banyak digunakan untuk pengeras jalan, pondasi,
bendungan, konstruksi beton, dan lain-lain.Basal yang berstruktur
lembaran banyak digunakan sebagai batu tempel. Basal umumnya
berlubang-lubang akibat bekas gas, terutama pada bagian permukaannya.

Gambar 3.11 Basal

3.13. ALAT & BAHAN :

73
1. Peraga macam-macam batuan beku.
2. Format deskripsi batuan beku
3. Tabel mineral-mineral utama penyusun batuan
4. Lup
5. HCl
6. Komperator mineral
7. Tabel klasifikasi batuan berdasarkan Russel B. Travis
8. Modul

3.14. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum dilaksanakan dalam 1 sesi, yaitu:
1. Sesi I
Minggu, 15 Mei 2016 (Lab. GEOLOGI Kampus STT MIGAS)

Pukul 09.00 WITA s/d selesai

3.15. Prosedur
1. Menjelaskan kepada siswa defenisi batuan beku, klasifikasi batuan beku, sifat-
sifat fisik dari batuan beku, serta memberi nama dan menjelaskan genesanya. .

Batuan beku didefinisikan sebagai kumpulan interlocking agregat mineral-


mineral silikat hasil pembekuan magma yang mendingin (W T Huang,1962).
Klasifikasi batuan beku dilakukan dengan 3 (tiga) patokan utama, yaitu :

A. Berdasarkan genetic mineral yang dikandung


B. Berdasarkan senyawa kimia yang dikandung
C. Berdasarkan susunan mineralnya
D. Berdasarkan genetik minaeral yang dikandung, maka batuan beku terdiri dari :

74
1. Batuan beku Ekstrusif : merupakan batuan hasil pembekuan lava di muka
bumi, baik di daratan maupun di dasar laut, batuan ini mempunyai ukuran
kristal yang halus (glacy) karena hasil pembekuan cepat.
2. Batuan beku Intrusif : merupakan batuan hasil pembekuan di bawah
permukaan, dimana sifat batuan ini menerobos batuan yang ada sebelumnya.
Berdasarkan prinsip penerobosannya dikelompokkan menjadi Konkordan
berupa : silt, lakolit, lavorit Diskordan berupa : stok, batolit, dike, vulkanik
neck.

E. Berdasarkan kandungan kimia. Pembagian batuan beku berdasarkan kandungan


silikanya (SiO2), maka batuan beku dapat dibagi :

Jenis Batuan Kandungan Silika

Batuan Beku Asam >66%

Batuan Beku Intermediet 52-66%

Batuan Beku Basa 42-52%

Batuan Beku Ultra Basa <45%

Berdasarkan Mineraloginya Pembagian berdasarkan mineraloginya dalam klasifikasi


ini mineral yang biasa digunakan adalah kuarsa, plagioklas,dan feldspar, serta
dikompilasi dengan Tekstur batuan beku (lihat table table klasifikasi (Russel
B.Travis)

3.16. Pembahasan

75
Batu Syenit

Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan dapat disimpulkan


bahwa sampel dari batuan pertama merupakan batuan beku intermediate, dan
saya lihat warna segarnya bewarna hijau dan warna lapuknya hijau
kecoklatan. Lalu saya raba, teksturnya kasar. Dengan menggunakan loop,
saya amati derajat pengkristalannya adalah hilokristalin, lalu pola susunan
butirnya merupakan feneritik, lalu saya amati dengan menggunakan loop,
bentuk kristalnya euhedral, lalu saya amati mineral penyusunnya yaitu
mineral sebagai fenokris adalah mineral kwarsa, mineral sebagai massa
dasarnya adalah olivine, dan mineral sebagai aksesorisnya adalah hornblende
dan biotit. Strukturnya masif.Dengan ini saya dapat menyimpulkan, bahwa
nama batuan ini adalah syenit yang terbentuk secara intrusif dan berciri
khusus berwarna hijau buram.

Batu Diorit

Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan dapat disimpulkan


bahwa sampel dari batuan kedua merupakan batuan beku intermediet, dan
saya lihat warna segarnya bewarna putihdan warna lapuknya abu-abu. Lalu
saya raba, teksturnya kasar. Dengan menggunakan loop, saya amati derajat
pengkristalannya adalah holokristalin, lalu pola susunan butirnya merupakan
feneroporfiritik, lalu saya amati dengan menggunakan loop, bentuk
kristalnya euhedral, lalu saya amati mineral penyusunnya yaitu mineral
sebagai fenokris adalah mineral biotit, mineral sebagai massa dasarnya adalah
plagioklas, dan mineral sebagai aksesorisnya adalah olivine. Strukturnya
masif. Dengan ini saya dapat menyimpulkan, bahwa nama batuan ini adalah
diorit yang terbentuk diluar permukaan dan berciri khusus berwarna putih
abu-abu.

Batu Basalt

76
Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan dapat disimpulkan
bahwa sampel dari batuan ketiga merupakan batuan beku basa, dan saya lihat
warna segarnya bewarna abu-abu dan warna lapuknya coklat.Lalu saya raba,
teksturnya halus. Dengan menggunakan loop, saya amati derajat
pengkristalannya adalah holohialin, lalu pola susunan butirnya merupakan
afanitik, lalu saya amati dengan menggunakan loop, bentuk kristalnya
anhedral.lalu saya amati batuan ini todak memiliki mineral fenokris massa
dasar dan aksesoris Strukturnya masif. Dengan ini saya dapat menyimpulkan,
bahwa nama batuan ini adalah basalt yang terbentuk akibat proses intrusif dan
berciri khusus berwarna abu-abu kehitaman.

Batu Peridoit

Pada sampel selanjutnyuadilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel


merupakan batuan beku Intermediet, dan saya lihat batuan ini memiliki warna
segar yaitu hijau tapi tidak memiliki warna lapuk. Lalu saya raba, teksturnya
sedang. Dengan menggunakan loop, saya amati derajat pengkristalannya yang
semuanya gelas maka dinamakan holokristalin, lalu pola susunan butirnya
merupakan feneriritik, lalu saya amati dengan menggunakan loop, bentuk
kristalnya euhedral, lalu saya amati mineral penyusunnya yaitu mineral
sebagai fenokris adalah mineral Plagioklas, mineral sebagai massa dasarnya
adalah olivine, dan mineral sebagai aksesorisnya adalah piroksen. Strukturnya
masif. Dengan ini saya dapat menyimpulkan, bahwa nama batuan ini adalah
peridotit yang terbentuk akibat proses ekstrusif dan berciri khusus berwarna
hijau.

Batu Diorit Skorian

Hasil pengamatan yang saya lakukan pada batu diorite skorian


mendapat simpulan bahwa sampel dari batuan ketiga merupakan batuan beku
asam, dan saya lihat warna segarnya bewarna putih dan warna lapuknya putih

77
kekuningan. Lalu saya raba, teksturnya kasar. Dengan menggunakan loop,
saya amati derajat pengkristalannya adalah holokristalin, lalu pola susunan
butirnya merupakan feneritik, lalu saya amati dengan menggunakan loop,
bentuk kristalnya euhedral, lalu saya amati mineral penyusunnya yaitu
mineral sebagai fenokris adalah mineral biotit. Strukturnya masif. Dengan ini
saya dapat menyimpulkan, bahwa nama batuan ini adalah Diorit Scoriaan
yang terbentuk di luar permukaan dan berciri khusus yaitu berlubang

Batu Diorit (2)

Terdapat 2 batu diorit biasa sebagai sampe. Dari pengamatan yang


saya lakukan dapat disimpulkan bahwa sampel dari batuan kedua merupakan
batuan beku intermediet, dan saya lihat warna segarnya bewarna putihdan
warna lapuknya abu-abu. Lalu saya raba, teksturnya kasar. Dengan
menggunakan loop, saya amati derajat pengkristalannya adalah holokristalin,
lalu pola susunan butirnya merupakan feneroporfiritik, lalu saya amati dengan
menggunakan loop, bentuk kristalnya euhedral, lalu saya amati mineral
penyusunnya yaitu mineral sebagai fenokris adalah mineral biotit, mineral
sebagai massa dasarnya adalah plagioklas, dan mineral sebagai aksesorisnya
adalah olivine. Strukturnya masif. Dengan ini saya dapat menyimpulkan,
bahwa nama batuan ini adalah diorit yang terbentuk diluar permukaan dan
berciri khusus berwarna putih abu-abu.

3.18. Kesimpulan

1. Setiap batuan beku memiliki spesifikasi yang berbeda-beda tergantung


pada kandungan mineral dan bagaimana terbentuknya

78
2. Batuan beku intrusif bercirikan adanya pembentukan Kristal yang
sempurna pada tubuh batuan
3. Batuan beku ekstrusif bercirikan permukaan yang halus dan mineral tidak
mengkkristal dengan sempurna.
4. Batuan beku yang berwarna terang mengandung mineral felsik yang
bersifat asam
5. Batuan beku yang berwarna gelap mengandung mineral mafik yang
bersifat basa.

Satu jenis batuan bisa berbeda beberapa sifatnya karena pembentukan


batuan beku dipengaruhi sangat oleh lingkungan.

BAB IV

ACARA PRAKTIKUM BATUAN SEDIMEN

79
4.1. Tujuan Praktikum
Dalam praktikum ini anda dapat membedakan jenis-jenis batuan sedimen
klastik,sifat-sifat fisik dari batuan dan genesanya.

4.2. Teori Dasar


4.2.1. Pengertian Batuan Sedimen
Batuan Sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan
(yaitu batuan beku dan batuan metamorf) yang terbentuk melalui tiga cara
utama, yaitu pelapukan batuan lain (klastic). Pengendapan karena aktivitas
biogenic(deposition), dan pengendapan dari larutan(precipitation). Batuan
sedimen ada yang tersusun berlapis, tetapi ada juga yang tidak. Butiran
endapan itu bisa berukuran macam-macam, dari ukuran halus sampai ukuran
besar. Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari konsolidasi
sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh
air, angina, es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor.
Batuan sedimen juga dapat terbenuk oleh penguapan larutan kalsium
karbonat, silica, garam dan material lain. Bahan batuan sedimen bisa dari
batuan beku, bisa dari batuan metamorf dan bisa juga dari batuan sedimen itu
sendiri. Pada batuan sedimen tidak terbentuk kristal. Jenis batuan umum
seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung termasukdalam batuan sedimen.
Batuan sedimen meliputi 66% dari permukaan bumi.

Gambar 4.1 Sandstone

80
4.2.2. Klasifikasi Batuan Sedimen
1. Batuan Sedimen Detritus Klastik
Batuan ini diendapkan dengan proses mekanis. Terbagi dalam dua
golongan besar dan ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara
terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan, baik yang
terbentuk di lingkungan darat maupun di air laut.
2. Batuan Sedimen Evaporit
Proses terbentuknya adalah pada air yang memiliki larutan kimia yang
pekat. Pada umumnya terbentuk di danau atau lautan tertutup.
3. Batuan Sedimen Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik, yaitu dari tumbuh-
tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat
tertimbun oleh lapisan yang tebal diatasnya, sehingga tidak
memungkinkan untuk terjadi pelapukan.
4. Batuan Sedimen Karbonat
Batuan ini sudah umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska
alga, foraminifera atau lainnya yang bercangkang kapur. Atau proses
pengendapan yang merupakan rombakan batuan yang terbentuk lebih dulu
dan diendapkan disuatu tempat.

4.2.3. Identifikasi Batuan Sedimen


1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan yang terbentuk dari pengendapan kembali datritus atau pecahan
batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf, dan sedimen.
Fragmentasi dimulai dari pelapukan mekanis maupun kimiawi, kemudian
tererosi dan tertransportasi menuju suatu sekungan pengendapan.Setelah
pengendapan berlangsung, kemudian mengalami diagenesa, yakni proses
perubahan-perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam
suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi terjadi. Litifikasi merupakan
proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras.

81
Gambar 4.2 Contoh Batuan Sedimen Klastik

Identifikasi batuan sedimen klastik terutama didasarkan pada tekstur,


komposisi mineral, dan struktur. Tekstur adalah suatu kenampakan yang
berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir, serta susunannya.

Pembahasan mengenai tekstur meliputi:


a. Ukuran Butir
Pada identifikasi ukuran butir menggunakan perhitungan Skala
Wentworth (1992). Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan
diukur secara megaskopik. Ukuran butir lanau dapat diketahui jika
material itu diraba dengan tangan masih terasa ada butir seperti pasir
tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan
lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan butiran seperti pada lanau
dan bila diberi air akan terasa sangat licin.
Tabel 4.1 Skala Wentworth

82
Besar Butir
Nama Butir
(mm)

Bongkah (Boulder) > 256

Brangkal (Couble) 256 64

Kerakal (Pebble) 64 4

Kerikil (Granule) 42

Pasir Sangat Kasar (Very Coarse


21
Sand)

Pasir Kasar (Coarse Sand) 1- b. Sortasi


Pasir Sedang (Medium Sand) 1/2 - Sortasi

Pasir Halus (Fine Sand) 1/4 - 1/8 adalah


keseragaman
Lanau (Silt) 1/16 - 1/256
dari ukuran
Lempung (Clay) < 1/256
besar butir
penyusunan batuan sedimen, artinya bila semakin seragam ukuran dan
besar butirnya, maka sortasi semakin baik.Dalam sortasi dipakai
batasan-batasan sebagai berikut:
Well Sorted
Bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam.
Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas
tertutup.
Moderatly Sorted
Bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat yang
seragam & yang tidak seragam.
Poorly Sorted
Bila ukuran butir di dalam batuan sedimen terdapat yang
seragam sedikit.Hal ini biaanya terjadi pada batuan sediment
dengan kemas terbuka.

83
Gambar 4.3Sortasi

c. Derajat Pembundaran
Derajat pembundaran adalah nilai membulat atau
meruncingnya butiran dimana sifat ini hanya bisa diamati pada batuan
sedimen klastik. Kebundaran dapat dilihat dari bentuk batuan yang
terdapat dalam batuan tersebut, seperti Sangat membundar (well
rounded), Membundar (rounded), Membundar tanggung
(Subrounded), Menyudut tanggung (subangular), Menyudut (Angular).

Gambar 4.4Derajat Pembundaran

84
d. Kemas
Dalam Batuan Sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu:
Kemas terbuka, apabila butiran tidak saling bersentuhan.
Kemas tertutup, apabila butiran saling bersentuhan
e. Struktur
Struktur batuan sedimen diantaranya adalah perlapisan.
Macam-macam perlapisan adalah sebagai berikut:
Masif, bila tidak menunjukkan struktur dalam perlapisan
sejajar, bila perlapisan saling sejajar.
Laminasi, perlapisan sejajar ukurannya lebih tipis dari 1 cm
Perlapisan pilihan, bila perlapisan disusun oleh butiran yang
berubah dari kasar menjadi halus kearah vertikal.
Perlapisan silang siur, perlapisan yang membentuk sudut
terhadap bidang perlapisan.
f. Komposisi Mineral
Komposisi yang ada pada batuan sedimen klasitik yaitu terdiri dari :
Fragmen
Adalah butiran yang berukuran paling besar dapat berupa
pecahan batuan, mineral dan cangkang fosil.
Matrik
Merupakan butiran yang lebih kecil dari fragmen dan
terletak di antara fragmen sebagai massa dasar. Matrik dapat
juga berupa batuan mineral, atau fosil.
Semen adalah bahan pengikat antar butiran atau fragmen
dan matrik.
Bahan yang umum adalah:
1. Semen Karbonat (berwarna putih)
2. Semen Silika (berwarna putih)
3. Semen oksidasi besi (berwarna kemerahan)

2. Batuan Sedimen Non Klastik


Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil kimia atau bisa juga dari hasil
kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi
langsung atau reaksi organik.

85
Identifikasi batuan Sedimen Non Klastik didasarkan hanya pada tekstur,
struktur dan komposisi dari batuan tersebut.

Pembahasan mengenai tekstur meliputi:


a. Tekstur dibedakan menjadi:
Kristalin, terdiri dari kristal-kristal yang interlocking,kristal saling
mengunci satu sama lain.
Amorf, terdiri dari mineral yang tidak mempunyai sistem kristal.
b. Struktur yang penting antara lain:
Folisiferous, struktur yang ditunjukkan oleh fosil atau komposisi
yang organik.
Geode, rongga yang terisi kristal dengan pertumbuhan yang terlihat
konsentris.
Stylot, merupakan struktur bergerigi akibat pelarut.
c. Komposisi batuan sedimen non klasik umumnya monomineral (satu
macam mineral).

Tabel 4.2 Penamaan Batuan Sedimen

Nama Batuan Komposisi Mineral

Batu Gamping Kristalin Kalsit

Chert Kuarsa

Gipsum Gypsum

86
4.3. Alat dan Bahan
1. Peraga macam-macam batuan sedimen
2. Format deskripsi batuan sedimen
3. Tabel mineral-mineral utama penyusun batuan
4. Lup
5. HCl
6. Komperator ukuran butir (skala Wenworth,1922)
7. Modul

4.4. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum dilaksanakan dalam 1 sesi, yaitu:
- Sesi I
Minggu, 15 Mei 2016 (Lab. GEOLOGI Kampus STT MIGAS)
Pukul 09.00 WITA s/d selesai

4.5. Prosedur

Menjelaskan kepada siswa defenisi batuan sedimen, klasifikasi batuan


sedimen, sifat-sifat fisik dari batuan sedimen, serta memberi nama dan
menjelaskan genesanya.
Batuan Sedimen didefinisikan sebagai batuan yang terbentuk akibat
lithifikasi bahan rombakan batuan asal maupun hasil denudasi atau
dari hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan organisme.
Dibandingkan dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan
5% dari seluruh batuan yang terdapat di muka bumi, dari jumlah 5%
ini, batulempung adalah 80%, batupasir 5%, batugamping 5%, dan
batuan sedimen lain kurang lebih 10%.

Skema Genesa batuan Sedimen

87
Pemerian Batuan Sedimen Klastik

Pemerian batuan sediman klastik terutama didasarkan pada tekstur, komposisi


mineral dan struktur.

1. Tekstur
Tekstur adalah suatu kenempakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk
butir serta susunannya (Pettijohn, 1975). Butiran tersusun dan terikat oleh semen
dan masih adanya rongga diantara butirnya. Pembentukannya dikontrol oleh
media dan cara transportasinya(Jackson,1970 dan Singh,1975). Pembahasan
tekstur meliputi :

a. Ukuran butir (Grain Size) . Pemerian ukuran butir didasarkan pada skala
Wenworth, 1922, adalah sebagai berikut :

88
NAMA BUTIR UKURAN BUTIR (mm)

Bongkah (boulder) 256

Brangkal (couble 256 64

Kerakal (pebble 64-4

Kerikil (gravel) 4-2

Pasir sangat kasar (very coarse sand) 2-1

Pasir kasar (coarse sand) 1-1/2

Pasir sedang (medium sand) -1/4

Pasir halus (fine sand) -1/8

Pasir sangat halus(very fine sand) 1/8-1/64

Lanau (silt) 1/64-1/256

Lempung (clay) <1/256

b. Pemilahan (Sortasi)
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan
sedimen, artinya bila semakin seragam ukuran dan besar butirnya maka
pemilahan semakin baik. Dalam pemilahan dipakai batasan-batasan sebagai
berikut:

Pemilahan baik (well sorted)


Pemilahan sedang (moderate sorted)

89
Pemilahan buruk (poorly sorted)

c. Kebundaran (Roundness)

90
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran, dimana sifat
ini hanya bias diamati pada batuan sedimen klastik kasar. Kebundaran dapat
dilihat dari bentuk butiran yang terdapat banyak variasi, akan tetapi untuk
mudahnya dipakai perbandingan :

Wellrounded (sangat membundar)a; semua permukaan konveks, hampir


equi dimensional, speroidal.
Rounded (membundar), pada umumnya permukaan;permukaan
membundar,ujung atau tepi butiran membundar.
Subrounded (membundar tanggung), permukaan umumnya datar dan
ujung-ujngnya tajam.
Angular (menyudut), permukaan konkaf dan ujungnya yang tajam.

91
92
93
4.4. Pembahasan
Pada pengamatan mineral ini, saya akan membahas tiga buah batu peraga
yang saya amati, yaitu:

1. Menurut pengamatan saya, pada batu peraga pertama merupakan jenis


batuan sedimen klastik, warna segarnya coklat kekuningan dan warna
lapuknya abu-abu. Teksturya kerikil, ukuran butirnya angular dan bentuk
butirnya very poorly sorted, juga berstruktur laminasi atau berlapis dan
terbentuk di Delta atau sungai. Batuan ini adalah Breksi.
2. Menurut pengamatan saya, pada batu peraga keduamerupakan jenis
batuan sedimen klastik, warna segarnya cokelat gelap dan warna
lapuknya cokelat. Memiliki ukuran butr lempung atau < 1/256 mm
dengan bentuk butir rounded sehingga sortasinya adalah very well
sorted. Batuan ini memiliki komposisi matriks yaitu lempung dan semen
berupa oksidasi besi. Terbentuk di Laut dalam. Batuan ini adalah Shale.
3. Menurut pengamatan saya, pada batu peraga ketigamerupakan jenis
batuan sedimen klastik. Warna segarnya dalah abu-abu dan warna
lapuknya adalah cokelat kekuningan. Memiliki ukuran butir pasir yaitu
1/16 2 mm. Bentuk butirnya Sub Angular Sub Rounded, memiliki
sortasi very well sorted, dan kemasnya tertutup. Memiliki komposisi
fragmen yaitu pasir, matriks yaitu pasir dan kuarsa, semennya silica dan
ada plagioklas sebagai mineral aksesorisnya.Struktunya berlapis
memilik ciri khusus yaitu berbutir kasar dan terbentuk di Delta. Batuan
ini adalah Batu Pasir.

4.5. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan saya dan hasil praktikum yang saya peroleh,
maka dapat saya simpulkan:

1. Setiap batuan sedimen memiliki sifat-sifat fisik yang berbeda antara satu
dengan yang lain.

94
2. Karakteristik batuan sedimenbisa dibeda-bedakan dengan menggunakan
alat sederhana.
3. Nama suatu batuan sedimen bisa ditentukan setelah ditetesi dengan
larutan HCL.
4. Semen pada batuan sedimen bisa ditentukan dengan meneteskan larutan
HCL pada batuan tersebut, semen tersebut bisa saja karbonat apabila
terdapat buih, silikat ketika tidak terdapat buih, dan oksidasi besi ketika
berubah warna.
5. Batuan sedimen bisa terbentuk di darat maupun di laut.

BAB V

BATUAN METAMORF

5.1. Tujuan Identifikasi

Dalam praktikum ini anda dapat membedakan mineral-mineral


penyusun batuan metamorf dan dapat membedakan jenis-jenis batuan
metamorf dan genesanya, serta dapat memberi nama berbagai jenis batuan
metamorf

5.2. Teori Dasar

PENGERTIAN BATUAN METAMORF

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses


metamorfisme batuan-batuan sebelumnya karena perubahan temperatur dan
tekanan. Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi
proses kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru serta
terjadi dalam lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan batuan

95
asalnya terbentuk. Banyak mineral yang mempunyai batas-batas kestabilan
tertentu yang jika dikenakan tekanan dan temperatur yang melebihi batas
tersebut maka akan terjadi penyesuaian dalam batuan dengan membentuk
mineral-mineral baru yang stabil. Disamping karena pengaruh tekanan dan
temperatur, metamorfisme juga dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida (H2O)
dalam jumlah bervariasi di antara butiran mineral atau pori-pori batuan yang
pada umumnya mengandung ion terlarut akan mempercepat proses
metamorfisme.

PROSES PEMBENTUKAN BATUAN METAMORF SERTA TIPE-TIPE


METAMORFISME

Proses Pembentukan Batuan Metamorf

Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang


telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi
mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate)
akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi
(Ehlers and Blatt, 1982).

Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang


disebabkan oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu
proses pengubahan batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya
aktifitas kimia fluida/gas atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses
metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak terjadi penambahan
unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Temperatur
berkisar antara 2000 C 8000 C, tanpa melalui fase cair (Diktat Praktikum
Petrologi, 2006).

96
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adalah
perubahan temperatur, tekanan dan adanya aktifitas kimia fluida atau gas
(Huang, 1962).

Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam


sebab, antara lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan
perubahan gradien geothermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi
akibat adanya gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa
batuan. Pada batuan silikat batas bawah terjadinya metamorfosa pada
umumnya pada suhu 1500 C + 500C yang ditandai dengan munculnya
mineral-mineral Mg carpholite, Glaucophane, Lawsonite, Paragonite,
Prehnite atau Slitpnomelane. Sedangkan batas atas terjadinya metamorfosa
sebelum terjadi pelelehan adalah berkisar 6500C-11000C, tergantung pada
jenis batuan asalnya (Bucher & Frey, 1994).

Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi


dasarnya. Metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati
tekanan permukaan yang besarnya beberapa bar saja. Sedangkan metamorfosa
yang terjadi pada suatu kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih
dari 30-40 kBar (Bucher & Frey, 1994).

Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara
butir batuan, mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa.Fluida
aktif yang banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam
hidroklorik dan hidroflorik.Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak
sebagai katalis atau solven serta bersifat membentuk reaksi kimia dan
penyetimbang mekanis (Huang WT, 1962).

Tipe-Tipe Metamorfosa

97
Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan
geologinya, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

- Metamorfosa regional / dinamothermal

Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan


metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sangat luas.
Metamorfosa ini terjadi pada daerah yang sangat luas.
Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu : metamorfosa
orogenik, burial, dan dasar samudera (ocean-floor).

- Metamorfosa Orogenik

Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik


dimana terjadi proses deformasi yang menyebabkan
rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang dihasilkan
mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan
membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan
kilometer. Proses metamorfosa ini memerlukan waktu yang
sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu.

- Metamorfosa Burial

Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan


temperatur pada daerah geosinklin yang mengalami
sedimentasi intensif, kemudian terlipat. Proses yang terjadi
adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.

- Metamorfosa Dasar dan Samudera

98
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada
kerak samudera di sekitar punggungan tengah samudera (mid
oceanic ridges).Batuan metamorf yang dihasilkan umumnya
berkomposisi basa dan ultrabasa.Adanya pemanasan air laut
menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan
air laut tersebut.

- Metamorfosa Lokal

Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang


sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja.
Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :

a. Metamorfosa Kontak

Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di


sekitar kontak massa batuan beku intrusif maupun
ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan
material yang dilepaskan oleh magma serta oleh
deformasi akibat gerakan massa. Zona metamorfosa
kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi
umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral,
reaksi antara mineral dan fluida serta penggantian dan
penambahan material. Batuan yang dihasilkan
umumnya berbutir halus.

99
Gambar 5.1 Metamorfisme Kontak dan Mineral Penyusun Batuan

- Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.

Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil


temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi
volkanik atau quasi volkanik.Contoh pada xenolith atau pada zone dike.

- Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik

Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan.
Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan

100
penggerusan dan sranulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi
dan dikenal sebagai fault breccia, fault gauge, atau milonit.

- Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme

Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar
butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan
komposisi mineral dan kimia.Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya
confining pressure.

- Metamorfosa Impact

Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit.Kisaran


waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan
terbentuknya mineral coesite dan stishovite.Metamorfosa ini erat kaitannya
dengan pab\nas bumi (geothermal).

- Metamorfosa Retrogade/Diaropteris

Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan mineral


metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada
temperature yang lebih rendah (Combs, 1961).

101
Gambar5.2 Lokasi dan Tipe Metamorfisme

5.3. PENGENALAN BATUAN METAMORF

Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui kenampakan-


kenampakan yang jelas pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan
akibat dari tekanan-tekanan yang tidak sama. Batuan-batuan tersebut mungkin
mengalami aliran plastis, peretakan dan pembutiran atau rekristalisasi.
Beberapa tekstur dan struktur di dalam batuan metamorf mungkin diturunkan
dari batuan pre-metamorfik (seperti: cross bedding), tetapi kebanyakan hal ini
terhapus selama metamorfisme. Penerapan dari tekanan yang tidak sama,
khususnya jika disertai oleh pembentukan mineral baru, sering menyebabkan
kenampakan penjajaran dari tekstur dan struktur. Jika planar disebut foliasi.
Seandainya struktur planar tersebut disusun oleh lapisan-lapisan yang menyebar
atau melensa dari mineral-mineral yang berbeda tekstur, misal: lapisan yang
kaya akan mineral granular (seperti: felspar dan kuarsa) berselang-seling
dengan lapisan-lapisan kaya mineral-mineral tabular atau prismatik (seperti:
feromagnesium), tekstur tersebut menunjukkan sebagai gneis. Seandainya

102
foliasi tersebut disebabkan oleh penyusunan yang sejajar dari mineral-mineral
pipih berbutir sedang-kasar (umumnya mika atau klorit)
disebutskistosity.Pecahan batuan ini biasanya sejajar dengan skistosity
menghasilkan belahan batuan yang berkembang kurang baik.
Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis batuan lain
yaitu didasarkan pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk
batuan metamorf ini mempunyai kekhasan dalam penentuannya yaitu pertama-
tama dilakukan tinjauan apakah termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran
mineral) atau non foliasi (tanpa penjajaran mineral) (Tabel 3.12). Pada
metamorfisme tingkat tinggi akan berkembang struktur migmatit (Gambar
3.12). Setelah penentuan struktur diketahui, maka penamaan batuan metamorf
baik yang berstruktur foliasi maupun berstruktur non foliasi dapat dilakukan.
Misal: struktur skistose nama batuannya sekis; gneisik untuk genis;
slatycleavage untuk slate/ sabak. Sedangkan non foliasi, misal: struktur
hornfelsik nama batuannya hornfels; liniasi untuk asbes.

Gambar 5.3 diagram alir untuk identifikasi batuan metamorf

5.4. STRUKTUR BATUAN METAMORF

103
Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non
foliasi.Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral
penyusun batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan
adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
Struktur Foliasi
- Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran
mineral pipih (biotit,muskovit, felspar) lebih banyak
dibanding mineral butiran.
- Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran
mineral granular, jumlah mineral granular relatif lebih
banyak dibanding mineral pipih.
- Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan
kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral
lempung).
- Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya
mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
Struktur Non Foliasi
- Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-
butiran mineral relatif seragam.
- Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya
penghancuran terhadap batuan asal.
- Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh
adanya orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan
butiran mineralnya halus.
- Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari
belahan permukaan yang berbentuk paralel dan butiran
mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah
mendekati tipe struktur filit.
- Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur
batuan asal berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar
milonit.

104
- Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya
terdiri dari butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih
halus.
- Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya
butirannya mempunyai ukuran beragam.
- Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya
mineral yang berbentuk jarus ataufibrous.

Gambar 5.4 Struktur Metamorf

5.5. TEKSTUR BATUAN METAMORF


Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal
penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik.
Contohnya, batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal
berukuran seragam disebut dengan granoblastik. Secara umum satu
atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata; kristal
yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast. Porphiroblast,
dalam pemeriksaan sekilas, mungkin membingungkan dengan fenokris
(pada batuan beku), tetapi biasanya mereka dapat dibedakan dari sifat
mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari matrik.Pengujian

105
mikroskopik porphiroblast sering menampakkan butiran-butiran dari
material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast. Poikiloblast
biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih besar
disekeliling sisa-sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan
poikiloblast dapat diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana
pada laju yang lebih cepat daripada mineral-mineral matriknya, dan
yang melingkupinya. Termasuk material yang menunjukkan (karena
bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah kenampakkan mula-
mula dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal); dalam hal
ini porphiroblast atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur
helicitik.Kadangkala batuan metamorf terdiri dari kumpulan butiran-
butiran yang berbentuk melensa atau elipsoida; bentuk dari kumpulan-
kumpulan ini disebut augen (German untuk mata), dan umumnya
hasil dari kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan rotasi).Sisa
kumpulan ini dihasilkan dalam butiran matrik.Istilah umum untuk
agregat adalah porphyroklast.

1. Tekstur Kristaloblastik
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah
tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru.
Dalam penamaannya menggunakan akhiran katablastik.

- Tekstur Porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik (batuan


beku), hanya kristal besarnya disebut porfiroblast.
- Tekstur Granoblastik: tekstur yang memperlihatkan butir-butir
mineral seragam.
- Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang memperlihatkan susunan
mineral saling sejajar dan berarah dengan bentuk mineral
pipih.

106
- Tekstur Nematoblastik: tekstur yang memperlihatkan adanya
mineral-mineral prismatik yang sejajar dan terarah.
- Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-
mineral berbentuk euhedral.
- Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun
mineralnya berbentuk anhedral.

Tekstur Palimpset
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal masih
bisa diamati.Dalam penamaannya menggunakan awalan katablasto.
- Tekstur Blastoporfiritik: tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang
porfiritik.
- Tekstur Blastopsefit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
- Tekstur Blastopsamit: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran
butirnya sama dengan pasir.
- Tekstur Blastopellit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lempung.

Gambar5.5 Tekstur batuan metamorf (Compton, 1985).

107
A. Tekstur Granoblastik, sebagian menunjukkan tekstur mosaik;
B. Tekstur Granoblatik berbutir iregular, dengan poikiloblast di kiri atas;
C. Tekstur Skistose dengan porpiroblast euhedral;
D. Skistosity dengan domain granoblastik lentikuler;
E. Tekstur Semiskistose dengan meta batupasir di dalam matrik mika halus;
F. Tekstur Semiskistose dengan klorit dan aktinolit di dalam masa dasar
blastoporfiritik metabasal;
G. Granit milonit di dalam proto milonit;
H. Ortomilonit di dalam ultramilonit;
I. Tekstur Granoblastik di dalam blastomilonit.

PENAMAAN BATUAN METAMORF


Jenis batuan metamorf lain penamaannya hanya berdasarkan pada komposisi
mineral, seperti:Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit; secara
tipikal bertekstur granoblastik. Kuarsit adalah batuan metamorfik bertekstur
granobastik dengan komposisi utama adalah kuarsa, dibentuk oleh rekristalisasi dari
batupasir atau chert/rijang. Secara umum jenis batuan metamorfik yang lain adalah
sebagai berikut:
1. Amphibolit: Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi utamanya
adalah ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.
2. Eclogit: Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin klino
ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan
garnet kaya pyrop. Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti basal, tetapi
mengandung fase yang lebih berat.Beberapa eclogit berasal dari batuan beku.
3. Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa,
felspar, sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik.
Perkembangan struktur gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa
datar kuarsa dan/atau felspar.
4. Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-
butiran yang equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast
atau sisa fenokris mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang sama
disebut granofels.

108
5. Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh
pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin menjadi
protomilonit, milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah dari fragmen
yang tersisa.Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan kilap permukaan
sutera, rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit.
6. Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari
kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan
karbonat. Serpentinit dihasilkan dari alterasi mineral silikat feromagnesium
yang terlebih dahulu ada, seperti olivin dan piroksen.
7. Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral
kapur-silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi karena
perubahan komposisi batuan penutup (country rock) pada kontak batuan beku.

109
Alat dan Bahan

1. Peraga macam-macam batuan metamorf.

2. Format deskripsi batuan metamorf.

3. Tabel mineral-mineral utama penyusun batuan

4. Lup

5. HCl

6. Komperator mineral

7. Modul

Prosedur
Menjelaskan kepada siswa defenisi batuan metamorf, klasifikasi batuan metamorf,
sifat-sifat fisik dari batuan metamorf, serta memberi nama dan menjelaskan proses
terbentuknya( genesa).

Batuan metamorf didefinisikan sebagai batuan yang terbentuk akibat proses


rekristalisasi di kedalaman kerak bumi (3-20km), yang terjadi dalam keadaan
padat,atau batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme, yang dipengaruhi oleh
Tekanan(Pressure) dan Temperature yang tinggi. Batuan metamorf dapat berasal dari
batuan induk batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf itu sendiri.
Kumpulan interlocking agregat mineral-mineral silikat hasil pembekuan magma yang
mendingin (W T Huang,1962).

110
A. Tipe-tipe Metamorfosa
1. Metamorfosa Lokal

Metamorfosa kontak/thermal; disebabkan Karena adanya intrusi


Metamorfosa kataklastik/dynamo, disebabkan adanya sesar atau
gangguan struktur geologi lain.
2. Metamorfosa Regional

Metamorfosa regional/dynamo thermal, pada zona tumbukan


(subduction zone)
Metamorfosa bebansedimen yang berbeda diatasnya.

B. Struktur Batuan Metamorf


Struktur pada batuan metamorf terbgi 2 (dua), yaitu foliasi dan non foliasi
(tidak berlapis).

1. Struktur Foliasilaty
a. Slatycleavage; merupakan peralihan dari batlempung ke batuan
metamorf.
b. Philitic; penjajaran mineral mulai yang kasar pada daun mika dan
klorit sudah cukup besar, bersikap sutera halus.
c. Schisticity (skistosa), Mineral pipih (biotit,
muskovit,feldspar)dominant dominant disbanding minral dominant
disbanding mineral butiran.
d. Genessic(Genes); mineral granular lebih dominant dibandingkan
mineral pipih.

111
2. Struktur Non Foliasi

a. Struktur Hornfelsik; dicirikan butiran yang seragam terbentukpada


bagian dalam daerah kontak sekitar batuan beku.
b. Struktur Milonit; Struktur yang berkembang oleh penghancuran
batuan asal yang mengalami metamorfosa dynamo.
c. Struktur Kataklistik; sama dengan milonit hanya butirannya lebih
kasar
d. Struktur Pilonitik; menyerupai milonit tetapi butirannya kasar
mendekati philit
e. Struktur Flaser; seperti struktur kataklistik dimana struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada massa dasar milonit
f. Struktur Augen; seperti struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri
dari butir-butir felsfar dalam massa dsar lebih halus
g. Struktur Granulouse; hampir sama dengan hornfelsik, hanya
butirannya mempunyai ukuran lebih besar.
h. Struktur Liniasi; Struktur yang diperlihatkan oleh adanya kumpulan
mineral seperti jarum (fibrous).

C. Tekstur Batuan Metamorf

C.1 Tekstur Kristaloblastik

Tekstur yang terbentuk dalam suasana padat, terdiri dari ;

1. Lepidoblastik; tekstur batuan metmorf yang didominasi oleh mineral-


mineral pipih yang memperlihatkan orientasi sejajar.

112
2. Granoblastik; terdiri dari mineral-mineral yang membentuk butir-butir
yang seragam. Seperti kuarsa, kalsit, garnet dll.
3. Nemotoblastik; terdiri dari mineral-mineral berbentuk prismatic
menjarum yang memperlihatkan orientasi sejajar.
4. Porfiroblastik; tekstur pada batuan metamorf yang dimana kristal besar
tertanam dalam massa dasar yang relative halus.
5. Idioblastik; tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral
penyusunnya berbentuk euhedral.
6. Xenoblastik; tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-
mineral penyusunnya berbentuk anhedral.

C.2 Tekstur Palimpsest

Merupakan tekstur sisa, meliputi :

1. Blastoportiritik; Suatu tekstur sisa dari batuan porfiritik


2. Blastopselit; Tekstur sisa dari batuan sedimen yang berukuran lebih
besar dari pasir.
3. Blastopsamit; Tekstur sisa dari batuan sedimen yang berukuran pasir
4. Blastopellit; Tekstur sisa dari batuan sedimen yang berukuran butir
lempung (pellit)

D. Komposisi Mineral Batuan Metamorf

A. Mineral Stress
Suatu mineral yang stabil dalamkondisi tekanan dimana mineral ini dapat
berbentuk pipih atau tabular, prismatic. Maka, mineral tersebut akan
tumbuh tegak lurus terhadap arah gaya.

113
Contoh :

- Mika - Zeolit

- Termolit aktinolit - Glukofan

- Hornblende - Clourite

- Serpentin - Epidet

- Silimanit - Staurolit

- Kyanit - Anthophilit

B. Mineral Antistress
Mineral yang berbentuk bukan pada kondisi tekanan, biasanya berbentuk
equidimensional.

Contoh :

- Kwarsa

- Feldsfar

- Garnet

- Kalsit

- Kordierit

114
E. Penamaan Batuan Metamorf

Struktur Slatycleavage
Struktur Philitic dinamai Philit
Stuktur Skistosa dinamai Skiss
Struktur Gneiss dinamai Gneiss
Bila dominan Kuarsa dinamai Kwarsit
Bila dominan Kalsit dinamai Marmer
Batuan berstruktur hornfelsik dinamai Hornfels
Batuan berstruktur liniasi dinamai asbas

Pembahasan
Batu Serpentinit

Batu pertama yang saya amati adalah Serpentinit. Berdasarkan hasil


pengamatan yang saya lakukan, bahwa dari batuan pertama merupakan batuan
metamorf non foliasi, dan saya lihat warna segarnya hijau dan warna lapuknya
kehitam. Dengan menggunakan loop, tekstur batuan ini merupakan tekstur sisa yaitu
blastoporfiritik. Struktur batuan ini termasuk kedalam non foliasi - hornfelsic.Batu ini
mengandung mineral serpentin.mineral serpentinyang berwarna hijau, memiliki
ukuran sedang, bentuk mineral ini adalah subhedral dan kelimpahannya sebanyak
80%. Batu ini memiliki protholith batuan beku, jenis metamorfosa batuan ini adalah
metamorfime dinamik dan batuan ini terbentuk di zona cesar.

Batu Slate

Dari hasil pengamatan yang saya lakukan, bahwa sample dari batuan kedua
merupakan batuan metamorf foliasi, dan saya lihat warna segarnya hitam dan warna

115
lapuknya hitam kecoklatan. Dengan menggunakan loop, tekstur batuan ini
merupakan tekstur kristaloblastik yaitu xenoblastik . Struktur batuan ini termasuk
kedalam foliasi slaty cleavage.Batu ini tidak memiliki kandungan mineral
mengandung mineral karena sudah sangat kompak. Batu ini memiliki protholith
batuan sedimen, jenis metamorfosa batuan ini adalah metamorfime dinamik dan
batuan ini terbentuk di zona cesar. Dengan ini saya dapat menyimpulkan bahwa
batuan tersebut adalah batu slate.

Batu Mika schist

Pengamatan ketiga menunjukan bahwa sampel merupakan batuan


metamorf foliasi, dan saya lihat warna segarnya ....dan warna lapuknya ... . Dengan
menggunakan loop, tekstur batuan ini merupakan tekstur kristaloblastik yaitu
lepidoblastik. Struktur batuan ini termasuk kedalam foliasi -schistose.Batu ini
mengandung mineral mika. Mineral mika berwarna putih, memiliki ukuran sedang,
bentuk mineral ini adalah subhedral dan kelimpahannya sebanyak 80%. Batu ini
memiliki protholith batuan beku, jenis metamorfosa batuan ini adalah metamorfime
regional dan batuan ini terbentuk akibat orogenesis. Dengan ini saya dapata
menyimpulkan bahwa batuan tersebut adalah batu mika schiss.

Batu Gneiss

Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan, bahwa dari batuan


keempat merupakan batuan metamorf foliasi, dan saya lihat warna segarnya hitam
dan warna lapuknya hitam kecoklatan. Dengan menggunakan loop, tekstur batuan ini
merupakan tekstur kristaloblastik yaitu nematoblatik . Struktur batuan ini termasuk
kedalam foliasi - gneissic.Batu ini mengandung mineral mika. Mineral mika dalam
batuan ini berwarna hitam, memiliki ukuran halus, bentuk mineral ini adalah
anhedral dan kelimpahannya sebanyak 80%. Batu ini memiliki protholith dari batuan
beku, jenis metamorfosa batuan ini adalah metamorfime dinamik dan batuan ini

116
terbentuk akibat adanya proses metamorfosa yaitu terbentuk di zona cesar. Dengan ini
saya menyimpulkan bahwa batuan tersebut adalah batu gneiss.\

Batu mika schist

Pengamatan pada sampel batuan kelima kuran lebih sama dengan sampel
ke tiga. Menunjukan bahwa dari batuan kelima merupakan batuan metamorf foliasi,
dan saya lihat warna segarnya hijau kehitaman dan warna lapuknya hijau kekuningan.
Dengan menggunakan loop, tekstur batuan ini merupakan tekstur kristaloblastik
yaitu lepidoblastik. Struktur batuan ini termasuk kedalam foliasi -schistose.Batu ini
mengandung mineral muskovit dan biotit.Mineral ini berwarna putih dan hitam,
memiliki ukuran sedang, bentuk mineral ini adalah subhedral dan kelimpahannya dari
kedua mineralnya sebanyak 70% dari batuan. Batu ini memiliki protholith batuan
beku, jenis metamorfosa batuan ini adalah metamorfime regional dan batuan ini
terbentuk akibat adanya proses metamorfosa yaitu orogenesis. Dengan ini saya
menyimpulkan bahwa batuan tersebut adalah batu mika schiss.

Kesimpulan
Berdasarkan dari data klasifikasi dan identifikasi serta analisa tentang
batuan metamorf dapat disimpulkan bahwa:
1. Setiap batuan metamorf memiliki sifat-sifat fisik yang berbeda antara satu
dengan yang lain.
2. Batuan metamorf terbentuk akibat proses perubahan temperatur dan/ atau
tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya.
3. Batuan metamorf cenderung berstruktur foliasi jika batuan terlihat
penjajaran mineralnya, dan batuan metamorf cenderung berstruktur non
foliasi jika batuan tidak terlihat penjajaran mineralnya,
4. Mineral yang terkandung dalam batuan mempengaruhi penamaan pada
batuan metamorf.

117
5. Protolith (batuan asal) suatu batuan metemaorf masing masing berbeda
satu dengan yang lainnya.

Batuan berbutir kasar merupakan hasil metamorfisme dalam waktu yang panjang
serta suhu dan tekanan yang tinggi. Sebaliknya yang berbutir halus waktunya relatif
pendek serta suhu dan tekanan yang rendah.

118
Stagtrigafi
Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui lapisan lapisan dari batuan.
2. Untuk mengetahui cara mengukur strike
3. Untuk mengetahui cara mengukur dip.
4. Untuk mengetahui simbol atau lambang litologi.
5. Untuk mengetahui cara menggunakan kompas geologi.

Teori Dasar
Stratigrafi mempunyai arti sempit yaitu ilmu pemerian lapisanlapisan
batuan. Hal teresbut ditinjau dari arti katanya yaitu, strata (stratum) yang
berarti lapisan batuan, dan grafi (grafis) yaitu pemerian/gambaran. Arti luas
dari stratigrafi adalah ilmu yang membahas aturan, hubungan, dan kejadian
(genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu.
Ilmu stratigrafi muncul di Britania Raya pada abad ke 19. Perintisnya
adalah William Smith. Kala itu diamati bahwa beberapa lapisan muncul pada
urutan yang sama (superposisi). Kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan
tanah yang terendah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa
pengecualian.
1. Hukum Hukum Stratigrafi
a. Law of Uniformitarianisme
The Present is the key to the past. (James Hutton,
1785)Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang
terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses
geologi masa lampau.Uniformitarianisme adalah peristiwa yang
terjadi pada masa geologi lampau dikontrol oleh hukum-hukum
alam yang mengendalikan peristiwa pada masa kini.
b. Law of Original Horizontality
Sedimen yang baru terbentuk cenderung mengikuti bentuk
dasarnya dan cenderung untuk menghorizontal, kecuali cross
bedding. Hal ini karena pengaruh sedimen dikontrol oleh hukum
gravitasi dan hidrolika cairan.

119
c. Law of Superposition
Dalam keadaan yang tidak terganggu, lapisan paling tua akan
berada dibawah lapisan yang lebih muda. Hal ini secara logis dapat
dijelaskan bahwa proses pengendapan mulai dari terbentuknya
lapisan awal yang terletak di dasar cekungan, selanjutnya ditutup
oleh lapisan yang terendapkan kemudian, yang tentu lebih muda
dari ditutupinya.
d. Principle of Cross Cutting Relationship
Hukum ini menyatakan bahwa Batuan yang terpotong
mempunyai umur geologi yang lebih tua daripada yang
memotong.
Prinsip-prinsip Cross-cutting Relationship :
1. Cross-cutting Relationship Struktural, dimana suatu retakan
yang memotong batuan yang lebih tua.
2. Cross-cutting Relationship Stratigrafi, terjadi jika erosi
permukaan atau ketidakseragaman memotong batuan yang
lebih tua, struktur geologi atau bentuk-bentuk geologi yang
lain.
3. Cross-cutting Relationship Sedimentasi, terjadi jika suatu
aliran telah mengerosi endapan yang lebih tua pada suatu
tempat. Sebagai contoh suatu terusan atau saluran yang terisi
oleh pasir.
4. Cross-cutting Relationship Paleontologi, terjadi jika adanya
aktivitas hewan dan tumbuhan yang tumbuh. Sebagai contoh
ketika jejak hewan yang terbentuk atau terendapkan pada
endapan berlebih.
5. Cross-cutting Relationship Geomorfologi, terjadi pada daerah
yang berliku atau bergelombang (sungai, dan aliran di
sepanjang lembah).
e. Principle of Faunal Succesion

120
Fosil (fauna) akan berbeda pada setiap perbedaan umur
geologi, fosil yang berada pada lapisan bawah akan berbeda
dengan fosil di lapisan atasnya.
Fosil-fosil yang dijumpai pada perlapisan batuan secara
perlahan mengalami perubahan kenampakan fisiknya (ekibat
evolusi) dalam cara yang teratur mengikuti waktu geologi.
Demikian pula suatu kelompok organisme secara perlahan
digantikan oleh kelompok organisme lain. Suatu perlapisan
tertentu dicirikan oleh kandungan fosil tertentu. Suatu
perlapisan batuan yang mengandung fosil tertentu dapat
digunakan untuk koreksi antara suatu lokasi dengan lokasi
yang lain.
f. Principle ofLateral Continuity
Pengendapan lapisan batuan sedimen akan menyebar secara
mendatar, sampai menipis atau menghilang pada batas cekungan
dimana ia diendapkan. Lapisan yang diendapkan oleh air terbentuk
terus-menerus secara lateral dan hanya membaji pada tepian
pengendapan pada masa cekungan itu terbentuk.
g. Law of Inclusion
Suatu tubuh batuan yang mengandung fragmen dari batuan
yang lain selalu lebih muda dari tubuh batuan yang menghasilkan
fragmen tersebut.

2. Kompas Geologi
Kompas, klinometer, dan hand level merupakan alat-alat yang
dipakai dalam berbagai kegiatan survei, dan dapat digunakan untuk
mengukur kedudukan unsur-unsur struktur geologi. Kompas geologi
merupakan kombinasi dari ketiga fungsi alat tersebut. Jenis kompas yang
akan dibahas disini adalah tipe Brunton dari berbagai

121
Bagian-Bagian utama kompas geologi
a. Jarum magnet
Ujung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara
magnet bumi (bukan kutub utara geografi). Oleh karena itu terjadi
penyimpangan dari posisi utara geografi yang kita kenal sebagai
deklinasi. Besarnya deklinasi berbeda dari satu tempat ke tempat
lain. Agar kompas dapat menunjuk posisi geografi yang benar maka
graduatedcircle harus diputar.
Penting sekali untuk memperhatikan dan kemudian mengingat
tanda yang digunakan untuk mengenal ujung utara jarum kompas
itu. Biasanya diberi warna (merah, biru atau putih).
b. Lingkaran pembagian derajat (graduated circle)
Dikenal 2 macam jenis pembagian derajat pada kompas
geologi, yaitu kompas Azimuth dengan pembagian derajat dimulai
0o pada arah utara (N) sampai 360o, tertulis berlawanan dengan arah
perputaran jarum jam dan kompas kwadran dengan pembagian
derajat dimulai 0o pada arah utara (N) dengan selatan (S), sampai
90o pada arah timur (E) dan barat (W).
c. Klinometer
Yaitu bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan
atau kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di bagian dasar
kompas dan dilengkapi dengan gelembung pengatur horizontal dan
pembagian skala pembagian skala tersebut dinyatakan dalam derajat
dan persen.
Sebelum kompas digunakan di lapangan, hendaknya diperiksa
dahulu apakah inklinasi dan deklinasinya telah disesuaikan dengan
keadaan tempat pekerjaan.
Inklinasi
Inklinasi adalah kecondongan jarum kompas yang
disebabkan oleh perbedaan letak geografi suatu daerah
terhadap kutub bumi. Sudut kecondongan akan hampir 0
(horizontal) apabila kita berada di dekat/di sekitar equator,
dan semakin bertambah besar apabila mendekati kutub-kutub
bumi. Dengan demikian, maka tiap tempat di atas bumi ini
akan mempunyai sudut inklinasi yang berbeda-beda.

122
Pada dasarnya, sebelum kompas geologi itu dapat
digunakan dengan baik, kedudukan jarum harus horizontal.
Untuk itu bisa digunakan beban (biasanya ada) yang dapat
digeser sepanjang jarum kompas.
Deklinasi
Deklinasi adalah sudut yang dibentuk oleh arah utara
jarum kompas dan arah utara sebenarnya (Utara geografi),
sebagai akibat dari tidak berimpitnya titik utara magnit dan
titik utara geografi.
Besarnya deklinasi di suatu daerah umumnya
ditunjukkan pada peta topografi daerah tersebut. Untuk
menyesuaikan agar kompas yang akan dipakai menunjukkan
arah utara yang sebenarnya, lingkaran derajat pada kompas
harus digeser dengan cara memutar adjusting screw yang
terdapat pada sisi kompas sebesar deklinasi yang disebutkan.
contoh :Deklinasi di suatu daerah adalah 15oWest. Artinya,
utara magnetik berada 15o sebelah barat dari utara geografi.
Dalam hal ini lingkaran derajat harus diputar, sehingga
indexakan menunjuk pada angka 15o sebelah barat titik 0o.

3. Cara Memakai Kompas Geologi


Di sini kalian bisa tahu sekelumit dari cara menggunakan kompas
geologi, untuk bisa memahami cara mengukur suatu kemiringan dengan
kompas geologi, kita perlu mengetahui terlebih dahulu bagian-bagian dari
kompas geologi tersebut. Diantaranya adalah :

Gambar 6.1 Kompas geologi

123
1. Bull's eye level : Fungsinya digunakan dalam menentukan kedataran
kompas geologi saat melakukan pengukuran strike dan trend.
2. Clinometer leve l: Fungsinya digunakan dalam menentukan
kedataran kompas geologi saat melakukan pengukuran dip dan
plunge.
3. Clinometer scale : skala yang digunakan saat melakukan
pengukuran dip dan plunge.
4. Index pin : penunjuk 0 derajat pada kompas geologi. Bagian ini
dapat diputar-putar sesuai kebutuhan, tetapi biasanya di arahkan ke
arah Utara.
5. Small sight dan large sight : Fungsinya digunakan untuk melakukan
penembakan menggunakan kompas geologi supaya yang kita bidik
tepat lurus dengan kita.

Gambar 6.2 Bagian-bagian kompas

124
Gambar 6.3 Skala dalam kompas

4. Strike dan Dip


Dalam penelitian lapisan dan struktur geologi kita harus mengetahui
kedudukan batuan di permukaan bumi dengan mengukur arah
penyebarannya dan juga kemiringan batuan. Dalam ilmu Geologi, kedua
elemen tersebut dinamakan strike dan dip. Apa itu strikedan dip?
Strike atau jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan
bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara.
Sedangkan dip adalah derajat yang dibentuk antara bidang planar dan
bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari garis strike. Apa itu
bidang planar? Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya
ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dll.

Gambar 6.4 Strike dan Dip


Strikedan dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil
pengendapan (sedimen). Tapi juga ditemukan pada batuan metamorf yang
berstruktur foliasi. Penulisan strike dan dip hasil pengamatan ialah :
N (derajat strike) E/ (derajat dip) dan dibaca North to East (nilai
strike) dan (nilai dip).
Strike dan dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan
menggunakan kompas Geologi. Kompas Geologi mumpuni untuk
mengukur strike dip karena memiliki klinometer juga bulls eye.
Klinometer adalah rangkaian alat yang berguna untuk mengukur
kemiringan dan bulls eyeadalah tabung isi gelembung udara berguna
untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi horizontal.
Langkah-langkah dalam mengukur strike dan dip adalah:
a. Mencari arah jurus / penyebaran pada bidang (strike)
Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik
menentukan arah.

125
Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas
bagian timur) pada bidang yang akan kita ukur.

Gambar 6.5 Mengukur strike


Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan
gelembung udara pada bulls eye berada di tengah.

Gambar 6.6 Bulls eye

Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang


mengarah ke utara. Itulah angka strike. Buat garis lurus searah
strike untuk menentukan dip.
b. Mencari kemiringan bidang (dip)
Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas
yang bertanda "W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak
lurus.

126
Gambar 6.7 Mengukur dip

Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalamnya


berada di tengah.
Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka
dip.
Baca derajat yang ditunjukkan derajat klinometer (ingat,
derajat dip maksimal 90 derajat).

Gambar 6.8 Derajat kompas


Disamping menggunakan kompas Geologi, strikedan dip
bidang dapat ditentukan dengan metode 3 titik. Intinya adalah
mengetahui pelamparan batuan berikut kemiringannya di
lapangan. Contoh ekonomis yang kita miliki dalam menentukan
strikedan dip ini dapat diaplikasikan dalam eksplorasi batubara,
emas, dan mineral-mineral lainnya.

Alat Dan Bahan


1. Alat :

127
a. Kompas geologi
b. Palu geologi

Gambar 6.9 Palu geologi

c. Alat tulis
d. Papan scanner
e. Meteran
Format identifikasi batuan sedimen

2. Bahan
1. Sample batuan
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Waktu Pelaksanaan
a. Hari : Minggu
b. Tanggal : 15 Mei 2016
c. Pukul : 09.00 WITA s/d selesai
2. Tempat Pelaksanaan
a. Tempat : Kompleks perumahan BDS 2 Balikpapan,
Ring Road
3. Prosedur Praktikum
1. Menentukan arah kemiringan lapisan;
2. Menentukan strike
Tunjukkan penunjuk arah kompas kearah penyebaran lapisan,
tempelkan symbol E menyentuh lapisan, levelkan nivo kontak hingga
cairan tepat berada di tengah lingkaran, kemudian baca tanda panah yang
menunjukkan N, misal 270oE. kemudian beri garis tepat di tengah badan
kompas untuk mencari dip;
3. Mencari dip

128
Berdirikan kompas tegak lurus berdasarkan garis yang telah dibuat
tadi dengan W. lalu levelkan nivo tabung dengan cara memutar penunjuk
di belakang kompas, setelah itu baca level penunjuk di garis bawah,
missal didapat 4o;
Setelah digabungkan antara strike dan dip menjadi N 270oE / 4o.
4. Ambil sampel batuan pada setiap lapisan;
5. Amati batuan yang ada pada setiap lapisan berdasarkan format yang telah
ada;
( kolom stratigrafi terletak dibelakang )

129
Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum di lapangan kompleks BDS 2 Balikpapan,
kami meneliti sebuah singkapan batuan sedimen, dimana singkapan ini
memiliki penyebaran (strike) dan kemiringan (dip) yakni N 270o E / 4o.yang
kami dapatkan melalui proses sebagai berikut:
1. Mencari arah jurus / penyebaran pada bidang (strike)
a. Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik
menentukan arah.
b. Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian timur)
pada bidang yang akan kita ukur. Jika lapisan tidak rata, gunakan
papan scanner sebagai tempat meletakkan kompas agar lebih mudah
mengukur.
c. Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung
udara pada bulls eye(nivo kontak) berada di tengah, lalu kunci
gelembungnya dengan menekan tombol pengunci agar mudah
membaca derajat strike.
d. Derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke utara
sebesar 270o itulah angka strikenya. Buat garis lurus searah strike
untuk menentukan dip.
2. Mencari kemiringan bidang (dip)
a. Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang
bertanda "W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak lurus.
b. Putar tuas klinometer (nivo tabung) agar gelembung udara di
dalamnya berada di tengah.
c. Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka dip.
d. Derajat kemiringan yang dibentuk adalah sebesar 4o
Setelah mengukur strikeI dan dip singkapan tersebut, kemudian dilanjutkan dengan
mengukur tebal lapisan dari singkapan tersbut, dimana singkapan tersebut memiliki 3
lapisan yang masing-masing memiliki tebal dan jenis yang berbeda, antara lain
sebagai berikut:
1. STA 1 :Merupakan lapisan atas, memiliki ketebalan 3,96m. Pada lapisan ini,
penyusunnya adalah satuan batu lempung. Termasuk jenis batuan lanau lapuk
dengan warna abu-abu kecoklatan. Struktur tidak berlapis ukuran butirnya

130
1/256 -1/16mm dengan bentuk butir well rounded, sortasinya well sorted, dan
kemasnya tertutup.
2. STA 2 : Merupakan lapisan yang paling kedua, memiliki ketebalan 1,5 m.
lapisan tersebut adalah lapisan lempung lapuk dengan Warna coklat, Diameter
butiran lempung: 1/256 mm. Bentuk butir Angular,sortasi rounded, kemas
tertutup. struktur berlapis terdapat sisipan batu pasir halus,
3. STA 3 : Merupakan lapisan yang paling bawah,memiliki ketebalan 2,91m.
lapisan tersebut adalah lapisan lempung lapuk warna coklat, dengan ukuran
butir 1/256 mm, bentuk butir angular, dan sortasinya baik, kemas tertutup,
rounded. Strukturnya berlapis atau laminasi.

Kesimpulan
1. Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan
pembentukan (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan
waktu.
2. Struktur dari lapisan batuan dominan laminasi (berlapis).
3. Strike dan dip ditempat pengamatan adalah N 270o E / 4o.
4. Lingkungan pengendapan pada pengamatan terdapat pada zona transisi
5. Terdapat bermacam-macam satuan batuan pada stratigrafi

131

Anda mungkin juga menyukai