Anda di halaman 1dari 4

a.

Penyuluhan Sampah di Masyarakat


Tabel 10.
Distribusi Jumlah Masyarakat Peserta Penyuluhan Sampah
Menurut Dusun di Desa Tosale
Kec. Banawa Selatan Kab. Donggala Tahun 2015
Dusun Frekuensi (n) Persentase (%)
I 9 42,8
II 12 57,2
Jumlah 21 100
Sumber : Data Primer, 2015
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 21 masyarakat
Desa Tosale khususnya dusun I dan II peserta penyuluhan yang
terbanyak yaitu di dusun II sebanyak 12 orang (57,2%).
Sedangkan yang terendah yaitu di dusun I sebanyak 9 orang
(42,8%).
Tabel 11.
Distribusi Jumlah Masyarakat Peserta Penyuluhan Sampah
Menurut Tingkat Pengetahuan Desa Tosale Kec. Banawa
Selatan Kab. Donggala
Tahun 2015
Tingkat Pre test Post test Selisi
Ket
Pengetahuan n % n % h (n)
Tinggi 2 9 18 86 16 Meningkat
Sedang 5 24 1 5 4 Menurun
Rendah 14 67 2 9 12 Menurun
Jumlah 21 100 21 100
Sumber : Data Primer, 2015
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 21 masyarakat
peserta penyuluhan sampah di Desa Tosale pada dusun I dan II, saat
diberikan Pre-Test diketahui sebanyak 2 orang (9%) memiliki tingkat
pengetahuan yang tinggi, 5 orang (24%) memliki pengetahuan yang
sedang dan 14 orang (67%) memiliki pengetahuan rendah. Setelah
diberikan penyuluhan dan Post-test diketahui sebanyak 18 orang
(86%) meningkat pengetahuannya, 1 orang (5%) pengetahuannya
tetap dan 2 orang (9%) memiliki pengetahuan rendah.
1. Penyuluhan Sampah di Masyarakat
Penyuluhan sampah pada masyarakat dilakukan di Dusun I
dan Dusun II Desa Tosale pada hari Senin-Selasa tanggal 19-20
Januari 2015. Peserta penyuluhan adalah ibu rumah tangga, bapak
dan ibu warga dusun I dan Dusun II yang berjumlah 21 orang.
Sebelum memberikan penyuluhan, terlebih dahulu diberikan
Pre-test kepada warga untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal
mereka tentang sampah. Teknik penyuluhan yang digunakan adalah
(FGD) dan door to door presentation dengan media flipchart. Alasan
menggunakan dua teknik penyuluhan ini adalah menyesuaikan dengan
waktu dan situasi masyarakat yang menjadi target penyuluhan.
Sebenarnya kesepakatan awal hanya menggunakan teknik (FGD),
namun tidak memenuhi target dan cukup sulit untuk melakukannya,
sehingga diputuskan untuk melakukan penyuluhan dengan teknik
door to door. Hasil Pre-test menunjukkan masih banyak warga dusun I
dan dusun II Desa Tosale yang memiliki pengetahuan rendah tentang
sampah. Dari 21 orang terdapat 14 orang (67%) yang berpengetahuan
rendah, sedangkan yang berpengetahuan sedang sebanyak 5 orang
(24%) dan yang berpengetahuan tinggi sebanyak 2 orang (9%).
Setelah melakukan Pre-test, dilanjutkan dengan penyuluhan
sampah, adapun materi yang disampaikan yaitu pengertian sampah,
pembagian sampah, cara pengolahan sampah yang benar serta
dampak yang ditimbulkan dari membuang sampah di sembarang
tempat. Tujuan dari penyuluhan ini adalah untuk menambah
pengetahuan masyarakat tentang sampah, pengaruh sampah
terhadap kesehatan, serta perilaku sehat di masyarakat sehingga
masyarakat mampu mengelola sampah dengan baik dan benar.
Setelah melakukan penyuluhan, selanjutnya diberikan Post-
test kepada peserta penyuluhan dengan membagi kembali kuesioner
yang berisi pertanyaan yang sama. Hasil Post-test menunjukkan
terdapat 18 orang yang meningkat pengetahuannya tentang sampah,
terdapat 1 orang yang pengetahuannya tetap sama sebelum dan
sesudah menerima penyuluhan, dan terdapat 2 orang yang
pengetahuannya menurun setelah menerima penyuluhan.
Berdasarkan hasil di atas menunjukan bahwa adanya
peningkatan pengetahuan setelah diadakan penyuluhan. Hal ini
mungkin dikarenakan penyampaian materi yang berikan tidak
begitu sulit dan lebih sederhana untuk dipahami masyarakat. Seperti
yang diketahui media yang digunakan dalam penyuluhan sampah
hanya berupa flipchart. Seperti teori (Notoatmodjo, 2005, p.290-
291) alat bantu pendidikan adalah semua sarana atau upaya untuk
menyampaikan pesan atau informasi kesehatan yang ingin
disampaikan pada responden, baik melalui media cetak maupun
elektronika, sehingga dapat menambah pengetahuannya dan dapat
merubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan.
Faktor penyuluh
a) Kurangnya persiapan
b) Kurangnya materi yang akan disampaikan
c) Penampilan penyuluh yang kurang pada sasaran
d) Bahasa yang digunakan kurang di mengerti oleh sasaran
e) Penyampaian yang monoton sehingga sasaran kurang
mendengarkan dan tidak tertarik pada informasi yang
disampaikan.

Faktor sasaran
a) Tingkat pendidikan yang terlalu rendah sehingga sulit
menangkap informasi yang telah disampaikan
b) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah
c) Kepercayaan dan adat istiadat yang sulit untuk di rubah
d) Kondisi lingkungan dan tempat sasaran yang tidak
mungkin di capai dan di ubah perilakunya
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan itu sendiri
dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pengetahuan sangat erat
hubungannya dengan pendidikan, di mana diharapkan bahwa dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya (Notoadmodjo, 2007, pp.10).

Anda mungkin juga menyukai