Anda di halaman 1dari 4

Meraih Asa

Karya : syifa Fadlya Zahira

Pagi itu Musya bangun dari tidurnya, ia sudah terbiasa terbangun oleh
hembusan lembut angin dipagi buta, ia langsung bangun dan melipat alas
tidurnya yang hanya berupa kasur kapuk tipis yang lebih tipis dari badannya
yang hanya berupa tulang terbalut kulit putih kusam. Lalu ia berlalu ke toilet
mesjid tepat didepan kamar dimana ia menumpang tidur semenjak umur 3
tahun dimesjid tersebut. ia mandi dan mengambil air wudhu. Lalu ia masuk
kedalam masjid dan merapihkan mesjid untuk siap menyambut jamaah
sholat Subuh. Selesai sholat subuh ia mempersiapkan diri berganti baju dan
siap untuk berkeliling kompleks untuk memungut plastik plastik disekitar
kompleks. Begitulah keseharian Musya dipagi hari.

Ia harus rela mencari uang untuk mencari sesuap nasi , walau di


hatinya ia iri melihat anak anak seumurnya keluar dari rumahnya setiap
pagi dengan seragam putih abu dan tas penuh buku, ia bukan tak mau
sekolah tapi ia tak mampu untuk meanggung biaya sekolah sendirian. Musya
sudah ditelantarkan oleh orang tuanya yang ia tak ingat seperti apa rupanya
sejak ia berumur 3 tahun, ia diterlantarkan didepan masjid, dulu di masjid
tersebut ada sorang kakek kakek penjaga masjid, kakek Hasan namanya, ia
yang merawat Musya sampai Musya berumur sekitar 7 tahun, namun ia
meniggal karena sakit jantung yang dideritanya, dan meninggalkan Musya
sendiri dimasjid itu, untung Pak Haji Sukur baik ia memperbolehkan Musya
untuk tinggal dimasjid.

Jalanan kompleks ia susuri, setiap bak sampah yang ia lewati tak


terlewat satupun untuk ia masuki, ia sudah terbiasa dengan bau busuk
sampah sampah, ya sejak 5 tahun ia ikut membantu kakek Hasan
memungut plastik plastik bekas dikompleks. Senja pun tiba ia harus
bergegas menuju pengepul, karung yang ia bawa hari ini penuh. Ia
mendatangi rumah Bu Sida sang pengepul, ia mendapatakan selembar uang
kertas berwarna hijau dari hasil memumgutnya hari ini. Tak tupa ia
mengucap syukur pada Bu Sida dan Allah. Ia lalu berlari menuju mesjid,
untuk mempersiapkan mesjid yang akan digunakan jamaah untuk shalat
Maghrib. Namun hari itu Musya tak sampai kemesjid diperjalanan ada
sebuah mobil menabrak dirinya, ia terpental jauh dan tidak sadarkan diri.
Seorang eksekutif yang umurnya sudah tak muda lagi yang membawa mobil
tersebut, lalu orang itu membawa Musya ke rumah sakit.

Musya tidak sadarkan diri selama 5 hari, saat itu Musya mengalami
perjalanan spriritual, ia bertemu dengan kakek Hasan dalam komanya, ia
ingat sekali ia bertemu dengan Kakek Hasan disebuah tempat yang indah,
yang berupa taman, kakek Hasan berpesan kembalilah kesana ini belum
waktumu, jangan pernah tinggalkan shalat, dan selalu bersyukur pada Allah
lalu Kakek Hasan menunjuk ke sebuah cahaya yang terang sekali tanpa
bicara apapun lagi, Musya mendekati cahaya tersebut lalu ia terbangun dari
komanya.

Kepalanya terasa pusing, dan ia merasa sangat lapar dan haus setelah
5 hari tak beranjak sedikitpin dari tempat tidur. Allhamdullillah akhirnya
kamu bangun juga nak ujar seorang bapak bapak berseragam hitam
sebentar ya saya panggilakan dokter dan suster bapak bapak itu berlalu
meninggalkan Musya sambil menelfon seseorang.

Bapak- bapak itu kembali dengan seorang dokter dan seorang suster,
tak lama dating seorang bapak bapak lainnya yang berpakaian rapih
dengan dasi, jas hitam, dan sepatu kulit. Ia menghampiri Musya dan berkata

Allahmdullillah akhirnya kamu bangun juga bapak bapak itu tersenyum

nama kamu siapa nak? ia meneruskan

Musya pak Musya berusaha menjawab

Oke Musya, Saya Haryanto, saya minta maaf karena 5 hari yang lalu saya
menabrak kamu, hingga kamu tak sadarkan diri, tapi tenang semua biaya
saya yang menanggung ujar Pak Haryanto

Kamu tinngal dimana Sya? lanjutnya

Terima kasih pak, saya tinggal di masjid As-Syifa pak, di kampung dukuh
ujar Musya

Pak Haryanto tersenyum menatap Musya penuh kasih saying, 2 hari


kemudian Musya diperbolehkan pulang , Pak Jufra yang menunggu Musya
sampai Musya tebangun ternyata salah satu supir Pak Haryanto ia
mengantarkan Musya ke kampung dukuh, Pak Haryanto ikut bersamanya,
sesampai disana Musya mendatangi rumah Pak Haji Sukur, seperti apa yang
diduga, Pak Sukur kebingungan akan hilangnya Musya beberapa hari lalu,
lalu Pak Haryanto mencoba menjelasakan apa yang terjadi, Pak Haji
mengerti, lalu mereka datang ke mesjid, saat Pak Haryanto tahu, Musya
tinggal sendirian dimasjid tersebut, Pak Haryanto tak tega meninggalkan
Musya karena ia masih butuh rawat jalan, ia menewarkan Musya tinggal
bersamanya sebagai anak angkatnya, awalnya Musya menolak, karena ia
merasa telah banyak merepotkan Pak Haryanto, tapi Pak Haryanto
memaksa, dan ia berjanji akan menjamin hidupnya Musya. Akhirnya Musya
menurut, Musya berpamitan pada Pak Haji Sukur, ia menangis dan terus
berterimakasih atas jasa Pak Haji selama ini.

Musya masuk kedalam mobil dengan mata sembab, ia tertidur


diperjalanan, lalu ia dibangunkan dengan halus oleh Pak Haryanto, sebuah
rumah megah ada didepan matanya, rumah itu sangat luas,Pak Haryanto
membawa masuk Musya kedalam, Musya begitu terkejut dengan isi rumah
yang megah, perhatian Muusya teralihkan oleh seorang wanita berumur
sekitar 48 tahun duduk termenung dipojok rumah, ia mengenakan kursi roda,
ternyata itu Ibu Harum, ia istri Pak Haryanto, ia sakit stroke semenjak 2
tahun lalu ketika ia tahu anak semata wayangnya meninggal Karen
kecelakaan pesawat, Musya menghampiri Bu Harum, Ibu Harum
menyambutnya dengan pelukan hangat sorang ibu.

Fadlan sayang, ohhh sayang bunda ucap Bu Harum

Musya mengerti mengapa Bu Harum bertingkah seperti itu, Pak


Haryanto memandangi dengan mata nanar, Pak Haryanto menceritakan
semua yang terjadi. Seminggu kemudian Musya didaftarkan sekolah
homeschooling, karena Pak Haryanto tau Musya belum mengenyam
pendidikan dasar sekalipun, ternyata jauh dari perkiraan, Musya memiliki
bakat yang terpendam, ia mampu menyelesaikan sekolahnya selama 9
tahun dan ia dinyatakan lulus dari bangku sekolah menengah atas, sekarang
umur Musya genap 28 tahun, ia masuk perkuliahan bisnis management,
dengan status cumlaude, lalu ia menerusakan S2nya di Belanda dan S3 di
Jerman.

Hari ini hari ulang tahun Pak Haryato yang ke 60, sebuah pesta meriah
diadakan,Pak Haryanto berdiri di atas panggung untuk berpidato ditemani Bu
Harum yang sekarang sudah bias berjalan dan keadaanya membaik
semenjak ada Musya dirumahnya, dalam pidatonya Pak Hryanto
menyampaikan terima kasih pada semua tamu dan menyampaikan suatu hal
yang penting, Pak Haryanto yang kini dipanggil papah oleh Musya
memanggil Musya untuk naik ke atas panggung. Pak Haryanto
memperkenalkan Musya pada tamu undangan dan Pak Haryanto berkata

Kini umur saya sudah tidak muda lagi, saya rasa sudah cukup pengabdian
saya diperusahaan milik saya dan sekarang saya memperkenalkan Musya
anak saya kepada anda semua sebagai Direktur baru perusahaan saya
menggantikan kedudukan saya

Musya kaget dengan keputusan papahnya, ia tak percaya ia diamati


perusahaan besar milik Pak Haryanto yang sedang maju pesat. Tapi Musya
membuktikan bahwa ia mampu mengemban amanat itu, sekarangdibawah
kepemimpinanya perusahaan maju lebih pesat hingga menembus manca
Negara,kini Musya memiliki 2 orang anak dari pernikahannya dengan Lukma,
wanita yang umurnya 10 tahun lebih muda darinya yang ia kenal yang
merupakan anak dari pemilik saham diperusahaannya, teman papahnya, dan
sekarang Musya kecil yang hanya hidup dari mengumpulkan plastik sudah
tumbuh menjadi seorang pengusaha sukses dan hidup bergelimang harta,
tapi Musya tetap memegang teguh pendiriannya sesuai dengan amanat
yang disampaikan Kakek Hasan untuk selalu bersyukur.

Anda mungkin juga menyukai