Anda di halaman 1dari 5

/BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis Paru
1. Definisi
Tuberkulosis Paru (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh
mycrobacterium tuberkuolosis, yaitu kuman aerob yang dapat hidup
terutama di paru atau organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan
parsial oksigen yang tinggi (Tabrani, 2010).
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim
paru-paru, penyakit ini juga dapat menyerang berbagai organ lainnya
seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Soemantri, 2009).

2. Jenis Tuberkulosis
Tuberkulosis menurut Isa (2001) dalam muttaqin (2008), jenis
tuberkulosis ada 2, yaitu Tuberkulosis Primer dan Sukender.
a. Tuberkulosis Primer
Adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai
reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri terhirup dari udara
melalui saluran pernapasan dan mencapai alveoli atau bagian saluran
pernafasan lainnya, maka bakteri akan ditangkap dan dihancurkan
oleh makrofag yang berada di alveoli. Jika pada proses ini bakteri di
tangkap oleh makrofag lemah maka bakteri akan berkembang baik di
dalam tubuh makrofag yang lemah sehingga menghancurkan
makrofag, TB primer merupakan infeksi yang bersifat sistematis.
b. Tuberkulosis Sukunder
Setelah terjadi perubahan dari infeksi primer, sejumlah kecil
bakteri TB masih hidup dalam keadaan yang dominan di jarigan parut.
Sebanyak 90% diantaranya infeksi tidak mengalami kekambuhan.
Kembalinya penyakit TB sukender terjadi bila daya tahan tubuh
menurun, alkoholisme, keganasan, silikosis, diabtes millitus, serta
AIDS. Berbeda dengan TB primer, pada TB sekunder kelenjar limfe
regional dan organ jaringan lainnya terkena, lesi lebih terbatas dan
terlokalisasi. TB paru sekunder dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan
dari sumber oksigen, terutama pada usia dengan riwayat semasa muda
pernah terinfeksi TB paru.

3. Etiologi TB Paru

4. Patofisiologi TB Paru
Menurut Somantri (2008), iinfeksi diawali karena seseorang sering
menghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar
melalui jalan nafas menuju alveoli kemudian berkembang biak dan terlihat
bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat dapat
menjangkau area lain dari paru (lobus atas). Basil ini juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang
dan kortek serebri). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan
respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan magrofag
melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-
tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal.
Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu stelah terpapar
bakteri. Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekbalan
tubuh pada awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang
disebut dengan granuloma. Granuloma terdiri dari atas gumpalan basil
hidup dan mati yang di keliligi oleh magrofag seperti dinding. Granuloma
selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa, bagian tengah
dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas
magrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik selanjutnya akan menjadi
materi yang berbentuk seperti keju (necrotic caseosa). Hal ini akan
menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian
bakteri menjadi nonaktif.
Setelah infeksi awal terjadi jika respon sistem inum tidak adekuat
maka penyakit akan lebih parah. Penyakit yang tambah parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali
menjadi aktif, pada kasus ini ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga
menghasilkan necrotic caseosa di dalam bronkus. Tuberkel yang yang
ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.
Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, menimbulkan
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus-
menerus dan basil di fagosit atau berkembang biak dalam sel. Makrofag
yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
membentuk sel tuberkel epiteloid yang di kelilingi oleh limfosit
(membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan
jaringan granulasi yang di kelilingi oleh sel epitloid dan fibroblas akan
memberikan respon yang berbeda kemudian pada akhirnya membentuk
suatu kapsul yang di kelilingi oleh tuberkel (Widagdo, 2011).

5. Cara penularan
Menurut Kemenkes (2014) ada beberapa cara penularan Tuberkulosis Paru
yakni :
a) Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percikan
dahak yang dikeluarkannya. Namun, bukan berarti pasien TB dengan
hasil pemeriksaan BTA negatif tidak mengandung kuman dalam
dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadi oleh karena jumlah kuman
yang terkandung dalam contoh uji 5.000 kuman/cc dahak sehingga
sulitdideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung.
b) Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
untuk menularkan pernyakit TB. Tingkat penularan pada pasien TB
BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur
positif adalah sekitar 26% sedangkan untuk hasil kultur negatif dan
foto thoraks positif adalah 17%.
c) Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang
mengandung percik renik dahak yang infeksius.
d) pada waktu orang batuk/bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percik renik). Sekali
batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak.

6. Gejala Penyakit TB
Gejala penyakit TB di bagi menjadi 2 bagian yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal
berupa gejala respiratorik (PDPI, 2011).
1) Gejala respiratorik
Gejala respiratorik sangat bervariasi, mulai dari yang tidak bergejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Gejala
respiratorik terdiri dari yaitu :
a. Batuk : Merupakan gejala yang paling awal dan gejala yang sering
dikeluhkan. Batuk timbul karena bronkus sudah terlibat, batuk
yangsudah berlangsung >2 minggu harus diperkirakan adanya
tuberkulosis.
b. Batuk darah : Darah yang dikeluarkan dapat berupa garis-garis atau
bercak-bercak atau darah segar dalam jumlah yang banyak. Batuk
darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah.
c. Sesak nafas : Dijumpai jika proses penyakit sudah lanjut dan
terdapat kerusakan paru yang cukup luas.
d. Nyeri dada : Timbul apabila sistem pernafasan yang ada di pleura
sudah terlibat.
2) Gejala sistemi
a. Demam
b. Keringat di malam hari tanpa ada kegiatan fisik.
c. Anoreksia yaitu menurunnya selera makan dan terjadinya
penurunan berat badan.

7. Komplikasi
Menurut Somantri (2009) dan Miller (2002), TB yang tidak segera di
tangani akan menyebabkan komplikasi. Komplikasi terbagi menjadi 2
bagian, yaitu :
a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empisema, laringitis, dan
poncets arthropathy.
b. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom Obstuksi
Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat SOPT/fibros paru,
kor pulmonal. Amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas
dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB miller dan kavasitas TB.

8. Penatalaksanaan medis
Menurut Zain (2001) dalam muttaqin (2008), penatalaksanaan tuberkulosis
paru ada tiga bagian, yaitu

9. DOTS (Directly Treatment Short)

10. Sejarah DOTS


B. Dukungan Keluarga

C. Self efficacy

D. Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai