Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konsep Diri


Konsep diri akan memberikan pengaruh terhadap proses berpikir,
perasaan, keinginan, nilai maupun tujuan hidup seseorang (Clemes dan
Bean, 2001, h.2).Konsep diri adalah konsep dasar tentang diri sendiri, pikiran
dan opini pribadi, kesadaran tentang apa dan siapa dirinya, dan bagaimana
perbandingan antara dirinya dengan orang lain serta bagaimana beberapa
idealisme yang telah dikembangkannya. Konsep diri merupakan aspek diri
yang sangat penting karena kepribadian dan konsep diri seseorang akan
mempengaruhi seluruh tindakan orang tersebut (Wirawan, 2001, h. 16).
Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang
sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya didukung oleh konsep diri
yang baik dan stabil.
Konsep diri adalah semua bentuk kepercayaan, perasaan, dan
penilaian yang diyakini individu tentang dirinya sendiri dan mempengaruhi
proses interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Konsep diri tidaklah
langsung dimiliki ketika seseorang lahir di dunia melainkan suatu rangkaian
proses yang terus berkembang dan membedakan individu satu dengan
lainnya (Tarwoto, 2003). Perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh
berbagai faktor dimana faktor-faktor tersebut akan memunculkan stressor
bagi individu yang memungkinkan memacu permasalahan gangguan konsep
diridimana salah satunya merupakan konsep diri kurang (Murwani, 2008).
Konsep diri adalah gambaran yang diyakini individu tentang diri
termasuk didalamnya penilaian individu tentang sifat dan potensi yang
dimiliki, hubungan dengan orang lain dan lingkungan sekitar, tujuan hidup,
harapan, maupun keinginan (Sunaryo, 2004).Konsep diri sangat erat
kaitannya dengan kehidupan individu. Konsep diri mempengaruhi kinerja dan
keberhasilan manusia, karena konsep diri dapat dikatakan sebagai pengatur
mental seseorang. Individu dengan konsep diri yang baik akan diimbangi
dengan level prestasi hidupnya (Ardiyanto, 2010).
Hariyadi (1997, h.110) mengemukakan bahwa konsep diri yaitu
bagaimana individu memandang terhadap dirinya sendiri, baik pada aspek
fisik, psikologis, maupun sosialnya dapat mempengaruhi proses penyesuaian
diri yang dilakukan oleh seseorang.
Untuk memperoleh pengertian mengenai konsep diri secara
jelas,maka berikut ini dikemukakan beberapa pengertian konsep diri.
Konsepdiri adalah pandangan seseorang terhadap diri sendiri (Arini, 2006).
Konsep diri adalah ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu tersebut dalam
berhubungan dengan orang lain (Salbiah, 2008). Menurut Rakhmat (2001)
konsep diri adalah gambaran dan penilaian tentang diri sendiri. Konsep diri
adalah kesadaran atau pengertian tentang diri sendiri sehingga mampu
mengeluarkan kemampuan sendiri dan persepsi mengenai diri (Tuhumena,
2006). Konsep diri adalah pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang
diri sendiri atau persepsi terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek
sosial dan aspek psikologis yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi
terhadap orang lain (Sobur, 2009). Konsep diri merujuk pada evaluasi yang
menyangkut berbagai bidang-bidang tertentu dari diri (Santrock, 2007).
Argumentasi penulis: Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa konsep diri adalah konsep diri tidaklah dimiliki seseorang
dari lahir melainkan suatu rangkaian proses yang terus berkembang dan

3
4

membedakan individu satu dengan lainnya. Konsep diri mempengaruhi


kinerja dan keberhasilan manusia, karena konsep diri dapat dikatakan
sebagai pengatur mental seseorang. Individu dengan konsep diri yang baik
akan diimbangi dengan level prestasi hidupnya serta konsep diri adalah
keyakinan, pandangan dan pikiran seseorang terhadap dirinya secara utuh,
mencakup aspek fisik, psikologi, dan sosial.

2.2 Proses Konsep Diri


Rasa identitas diri hanya bisa berkembang jika seseorang mempunyai
konsep diri yang stabil mengenai dirinya. Sulit bagi seseorang untuk menilai
keadaan dirinya jika konsep dirinya belum stabil. Ada beberapa faktor yang
meyebabkan ketidak-stabilan konsep diri seperti perubahan fisik, lingkungan,
peran (role) (Kozier & Erb, 1987). Pada masa pubertas, ada perubahan fisik
yang mendadak disertai dengan perubahan mental. Pada masa pubertas,
konsep diri akan berubah dan hal ini normal terjadi. Begitu pula pada masa
usia dewasa menengah, dimana fungsi reproduksi mulai menurun, begitu
pula fungsi fisik.
Perubahan lingkungan juga bisa mempengaruhi perubahan konsep
diri. Misalnya anak yang harus berpisah dengan keluarganya karena akan
kuliah ke tempat lain. Pengalaman di tempat yang baru, tentunya berbeda
dengan pengalaman dengan keluarga. Perubahan peran pun dapat
membawa perubahan konsep diri, apakah peran itu terpaksa dijalani, atau
individu itu tidak siap dalam menjalani suatu peran baru .
Perubahan peran akan menimbulkan beberapa efek salah satunya
adalah kembali mempertanyakan Siapakah Saya?, selain itu juga akan
menimbulkan masalah hubungan interpersonal dan juga pekerjaan, dan pada
akhirnya bisa meningkatkan identitas diri yang negatif. ( Shereran &
Abraham, dalam Baron , 1997)
Argumentasi penulis : Berdasarkan beberapa pendapat diatas
mengenai proses konsep diri adalah perubahan fisik yang mendadak disertai
dengan perubahan mental. Pada masa pubertas, konsep diri akan berubah
dan hal ini normal terjadi. Begitu pula pada masa usia dewasa menengah,
dimana fungsi reproduksi mulai menurun, begitu pula fungsi fisik serta suatu
perubahan fisik, linkungan, dan peran akan menimbulkan efek perubahan
konsep diri seseorang.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


Banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri diantaranya
faktor orang lain (affective other) dan kelompok rujukan (reference group).
Affective other yaitu orang lain yang mempunyai ikatan emosi dengan kita.
Mereka perlahan-lahan membentuk konsep diri kita, senyuman, pujian,
penghargaan dan pelukan mereka, menyebabkan kita menilai diri secara
positif. Sebaliknya, ejekan, cemoohan dan hardikan membuat kita
memandang diri kita secara negatif.
Dalam kaitannya dengan reference group, dimaksudkan bahwa dalam
pergaulan bermasyarakat, kita pasti menjadi anggota berbagai kelompok,
misalnya di sekolah ada bermacam-macam kelompok siswa. Setiap
kelompok mempunyai norma tertentu. Dengan melihat kelompok ini, orang
akan mengarahkan perilakunya dan mnenyesuaikan diri dengan ciri-ciri
kelompoknya termasuk dalam perilaku menjaga dan merawat organ
reproduksi (Rakhmat, 2001). Pendapat yang lain menyebutkan faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep diri yaitu usia kematangan, penampilan diri,
5

nama dan julukan, hubungan keluarga, teman-teman sebaya, kreativitas dan


cita-cita (Hurlock, 2008).
Menurut Rini (2002) ada berbagai faktor dapat mempengaruhi proses
pembentukan konsep diri seseorang, seperti:
a. Pola asuh orangtua
Pola asuh orang tua merupakan faktor yang signifikan dalam
mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orang tua
yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran
yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang
tua akan mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan
asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk
disayangi dan dihargai dan semua itu akibat kekurangan yang ada
padanya sehingga orang tua tidak sayang.
b. Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan
pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan
bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan
membuat orang merasa dirinya tidak berguna.
c. Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran
yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala
sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri. Segala situasi atau stimulus
yang netral akan dipersepsi secara negatif. Misalnya, tidak diundang
ke sebuah pesta, maka berpikir bahwa karena saya "miskin" maka
saya tidak pantas diundang. Orang yang depresi sulit melihat apakah
dirinya mampu survive menjalani kehidupan selanjutnya. Orang yang
depresi akan menjadi super sensitif dan cenderung mudah
tersinggung atau "termakan" ucapan orang.
d. Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk
menyadarkan seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik
terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu
rambu dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan kita diterima
oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.

2.4 Aspek-aspek Konsep Diri


Fits (1993) dalam Pratiwi (2009) mengungkapkan bahwa konsep diri
merupakan cara seseorang menilai diri sendiri yang mengandung apsek
aspek sebagai berukut :
a. Identitas, yaitu sebagai apakah individu itu
b. Kepuasan, yaitu bagaimana individu tersebut merasakan tentang
dirinya yang dipersepsikannya.
c. Tingkah laku, yaitu bagaimana individu tersebut mempersepsikan
tingkah lakunya sendiri.
d. Daya fisik, yaitu bagaimana individu memandang kesehatan
tubuh,penampilan, kelebihan, dan kekurangan dari segi fisik.
e. Diri pribadi, yaitu bagaimana individu memandang dan menilai
keberadaan dirinya sendiri.
f. Diri sosial, yaitu bagaimana individu memandang dirinya dalam
hubungan dengan orang lain dan menilai apakah cukup memadai
dalam interaksi sosialnya dengan orang lain.
6

Menurut Berzonsky, 1981 (dalam Sandhaningrum, 2009) bahwa


aspek konsep diri adalah;
a. Aspek fisik, yaitu bagaimana penilaian individu terhadap segala
sesuatu byang terlihat secara fisik yang dimilikinya seperti tubuh,
kesehatan, pakaian penampilan.
b. Aspek sosial, yaitu bagaimana peranan sosial yang perankan individu
mencakup hubungan antara individu dengan keluarga dan individu
dengan lingkungan.
c. Aspek moral, merupakan nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah
dalam kehidupan individu dan memandang nilai etika moral dirinya
seperti kejujuran, tanggungjawab atas kegagalan yang dialaminya,
religiusitas serta perilakunya. Apakah perilaku dalam menjaga
kebersihan organ reproduksi sesuai dengan norma yang ada dan
tidak mengganggu kepentingan masyarakat sekitar.
d. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki
individu terhadap dirinya sendiri. Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa aspek-aspek dari konsep diri meliputi identitas, kepuasan,
tingkah laku, pribadi, fisik, sosial, moral dan psikis.

2.5 Komponen Konsep Diri


2.5.1 Gambaran diri (body image)
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar atau tidak sadar termasuk persepsi dan perasaan tentang ukuran
dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. .
(Stuart & Sundeen, 2005)
Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun
dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi,
kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat
berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung
pada stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam
penampilan, stuktur dan fungsi (Potter & Perry, 2005).
Argumentasi penulis : Body Image (citra tubuh) adalah sikap
individu terhadap dirinya baik disadari maupun tidak disadari meliputi
persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena
secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-
pengalaman baru.
2.5.2 Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berprilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar ini dapat berhubungan
dengan tipe orang atau sejumlah aspirasi cita-cita nilai yang di capai.
(Stuart & Sundeen, 2005)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia
seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat
berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan
cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di
masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal
diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu
mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang
membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan
dan keseimbangan mental.
Argumentasi penulis : Pembentukan ideal diri dimulai pada
masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang
7

memberikan harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya


waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan
membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan
terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman.
Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan
berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.
2.5.3 Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang akan
dicapai dengan analisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri. (Stuart
& Sundeen, 2005)
Argumentasi penulis : Harga diri dibentuk sejak kecil dari
adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai
dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada
saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan,
karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri.
2.5.4 Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek
konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. (Stuart & Sundeen, 2005)
Argumentasi penulis : Identitas diri adalah kesadaran tentang
diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian
dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain.
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan
memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya.
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan
berkembangnya konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu
mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri,
mengatur diri dan menerima diri.

2.6 Analisa jurnal


2.6.1 Hubungan Konsep Diri Dan Kematangan Emosi Dengan
Penyesuaian Diri Istri Yang Tinggal Bersama Keluarga Suami
Hasil penelitian :
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
regresi dua prediktor dan analisis korelasi parsial. Berdasarkan analisis
regresi dua prediktor diperoleh nilai korelasi Rx12y = 0,603, F = 16,247
dengan p = 0,000 (p < 0,01), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara konsep diri dan kematangan emosi dengan
penyesuaian diri istri yang tinggal bersama keluarga suami. Dengan
demikian, hipotesis mayor dalam penelitian ini diterima. Besarnya
koefisien determinasi diketahui sebesar 0,363, yang berarti bahwa
sumbangan efektif dari variabel konsep diri dan kematangan emosi
terhadap penyesuaian diri sebesar 36,3%, sedangkan sisanya 63,7%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak ditelit, seperti: komunikasi
interpersonal, persepsi, sikap, intelegensi, kepribadian, pola asuh
orangtua, lingkungan sosial.
Selanjutnya, hasil analisis korelasi parsial diperoleh koefisien
korelasi rx1y-2 = 0,362 dengan p = 0,005 (p < 0,01). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan sangat signifikan antara
konsep diri dengan penyesuaian diri istri yang tinggal bersama keluarga
suami dengan mengendalikan kematangan emosi, sehingga hipotesis
minor yang pertama diterima.
8

Diperoleh koefisien korelasi rx2y-2 = 0,336 dengan p = 0,009 (p <


0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan
sangat signifikan antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri istri
yang tinggal bersama keluarga suami dengan mengendalikan konsep diri,
sehingga hipotesis minor yang kedua diterima.
Kesimpulan dari hasil jurnal : ada hubungan antara konsep diri
dan kematangan emosi dengan penyesuaian diri istri yang tinggal
bersama keluarga suami, Karena ada hubungan positif dan sangat
signifikan antara kematangan emosi dengan penyesuian diri istri.

2.6.2 Hubungan Konsep Diri Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa


Keperawatan
Hasil penelitian :
perhitungan statistik dengan menggunakan rumus Chi Square
didapatkan P value sebesar 0,001 nilai tersebut lebih kecil jika di banding
dengan derajat signifikan yaitu 0,05, ini berarti P value lebih kecil dari
pada nilai signifikan. Responden dengan konsep diri baik mayoritas
memiliki prestasi akademik sangat memuaskan yaitu sebesar 73,3% (11
responden). Responden dengan konsep diri cukup mayoritas memiliki
prestasi akademik sangat memuaskan yaitu sebesar 51,3% (20
responden). Responden dengan konsep diri kurang mayoritas memiliki
prestasi akademik memuaskan yaitu sebesar 100% (11 responden). Oleh
karena itu, pada penelitian ini hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis
alternatif (Ha) diterima sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara konsep p diri dengan pencapaian IPK mahasiswa.
Penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada
mahasiswa semester VI di PSIK FK UNDIP mayoritas adalah berjenis
kelamin perempuan (81,5%). Hasil penelitian bahwa proporsi mahasiswa
keperawatan yang didominasi oleh perempuan adalah senada dengan
penelitian yang dilakukan oleh Naam Syahputra (2009) dengan sampel
penelitian S1 PSIK FK USU. Diungkapkan oleh Naam bahwa proporsi
perempuan dalam pendidikan keperawatan memang jauh lebih besar
daripada laki-laki.
Kesimpulan dari hasil jurnal : Responden Responden dengan
konsep diri baik mayoritas memiliki prestasi akademik sangat memuaskan
yaitu sebesar 73,3% (11 responden). Responden dengan konsep diri
cukup mayoritas memiliki prestasi akademik sangat memuaskan yaitu
sebesar 51,3% (20 responden). Responden dengan konsep diri kurang
mayoritas memiliki prestasi akademik memuaskan yaitu sebesar 100%
(11 responden).

2.6.3 Hubungan Antara Konsep Diri Perawat Denagn Perilaku Caring


Terhadap Pasien Rawat Inap Di Rsud Ambarawa Kabupaten
Semarang
Hasil penelitian :
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa perawat dengan konsep diri negatif sebagian besar memiliki
perilaku caring baik sejumlah 71,7%, sedangkan perawat dengan konsep
diri positif sebagian besar memiliki perilaku caring baik sejumlah 90,0%.
Berdasarkan uji Fisher Exact diperoleh pvalue 0,429. Oleh karena
p-value = 0,429 > (0,05), disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara konsep diri perawat dengan perilaku caring terhadap
pasien rawat inap di RSUD Ambawara.
9

Konsep diri berperan penting dalam menentukan arah pikiran,


keyakinan, dan pandangan seseorang karena konsep diri pada dasarnya
mempengaruhi seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Seperti
hasil
penelitian diatas menunjukkan bahwa perawat dengan konsep diri yang
positif cenderung memiliki perilaku caring yang baik daripada perawat
yang memiliki konsep diri yang negatif, walaupun demikian konsep diri
perawat tidak terlalu berpengaruh terhadap perilaku yang diberikan
kepada lawan interaksinya, hal ini dapat ditunjukkan dari hasil penelitian
yang ada bahwa perilaku caring perawat rata-rata baik kepada pasien
rawat inap di RSUD Ambarawa. Ini terjadi karena konsep diri hanya
berada pada diri individu itu sendiri dan tidak berperan besar dalam
menentukan perilaku perawat untuk berbuat baik terhadap seseorang
meskipun ada pengaruhnya tetapi dapat dikatakan tidak terlalu signifikan.
Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Rinindy (2012)
mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
konsep diri dengan perilaku caring. Hal ini sama dengan hasil penelitian
yang telah peneliti lakukan bahwa tidak terdapat hubungan yang
siginifikan antara konsep diri perawat dengan perilaku caring terhadap
pasien rawat inap di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.
Kesimpulan dari hasil jurnal : Berdasarkan jurnal diatas dapat
disimpulkan bahwa perawat dengan konsep diri negatif sebagian besar
memiliki perilaku caring baik sejumlah 71,7%, sedangkan perawat dengan
konsep diri positif sebagian besar memiliki perilaku caring baik sejumlah
90,0%.

Anda mungkin juga menyukai