Konsep diri akan memberikan pengaruh terhadap proses berpikir, perasaan, keinginan, nilai maupun tujuan hidup seseorang (Clemes dan Bean, 2001, h.2).Konsep diri adalah konsep dasar tentang diri sendiri, pikiran dan opini pribadi, kesadaran tentang apa dan siapa dirinya, dan bagaimana perbandingan antara dirinya dengan orang lain serta bagaimana beberapa idealisme yang telah dikembangkannya. Konsep diri merupakan aspek diri yang sangat penting karena kepribadian dan konsep diri seseorang akan mempengaruhi seluruh tindakan orang tersebut (Wirawan, 2001, h. 16). Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya didukung oleh konsep diri yang baik dan stabil. Konsep diri adalah semua bentuk kepercayaan, perasaan, dan penilaian yang diyakini individu tentang dirinya sendiri dan mempengaruhi proses interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Konsep diri tidaklah langsung dimiliki ketika seseorang lahir di dunia melainkan suatu rangkaian proses yang terus berkembang dan membedakan individu satu dengan lainnya (Tarwoto, 2003). Perkembangan konsep diri dipengaruhi oleh berbagai faktor dimana faktor-faktor tersebut akan memunculkan stressor bagi individu yang memungkinkan memacu permasalahan gangguan konsep diridimana salah satunya merupakan konsep diri kurang (Murwani, 2008). Konsep diri adalah gambaran yang diyakini individu tentang diri termasuk didalamnya penilaian individu tentang sifat dan potensi yang dimiliki, hubungan dengan orang lain dan lingkungan sekitar, tujuan hidup, harapan, maupun keinginan (Sunaryo, 2004).Konsep diri sangat erat kaitannya dengan kehidupan individu. Konsep diri mempengaruhi kinerja dan keberhasilan manusia, karena konsep diri dapat dikatakan sebagai pengatur mental seseorang. Individu dengan konsep diri yang baik akan diimbangi dengan level prestasi hidupnya (Ardiyanto, 2010). Hariyadi (1997, h.110) mengemukakan bahwa konsep diri yaitu bagaimana individu memandang terhadap dirinya sendiri, baik pada aspek fisik, psikologis, maupun sosialnya dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang. Untuk memperoleh pengertian mengenai konsep diri secara jelas,maka berikut ini dikemukakan beberapa pengertian konsep diri. Konsepdiri adalah pandangan seseorang terhadap diri sendiri (Arini, 2006). Konsep diri adalah ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu tersebut dalam berhubungan dengan orang lain (Salbiah, 2008). Menurut Rakhmat (2001) konsep diri adalah gambaran dan penilaian tentang diri sendiri. Konsep diri adalah kesadaran atau pengertian tentang diri sendiri sehingga mampu mengeluarkan kemampuan sendiri dan persepsi mengenai diri (Tuhumena, 2006). Konsep diri adalah pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang diri sendiri atau persepsi terhadap aspek diri yang meliputi aspek fisik, aspek sosial dan aspek psikologis yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi terhadap orang lain (Sobur, 2009). Konsep diri merujuk pada evaluasi yang menyangkut berbagai bidang-bidang tertentu dari diri (Santrock, 2007). Argumentasi penulis: Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep diri adalah konsep diri tidaklah dimiliki seseorang dari lahir melainkan suatu rangkaian proses yang terus berkembang dan
3 4
membedakan individu satu dengan lainnya. Konsep diri mempengaruhi
kinerja dan keberhasilan manusia, karena konsep diri dapat dikatakan sebagai pengatur mental seseorang. Individu dengan konsep diri yang baik akan diimbangi dengan level prestasi hidupnya serta konsep diri adalah keyakinan, pandangan dan pikiran seseorang terhadap dirinya secara utuh, mencakup aspek fisik, psikologi, dan sosial.
2.2 Proses Konsep Diri
Rasa identitas diri hanya bisa berkembang jika seseorang mempunyai konsep diri yang stabil mengenai dirinya. Sulit bagi seseorang untuk menilai keadaan dirinya jika konsep dirinya belum stabil. Ada beberapa faktor yang meyebabkan ketidak-stabilan konsep diri seperti perubahan fisik, lingkungan, peran (role) (Kozier & Erb, 1987). Pada masa pubertas, ada perubahan fisik yang mendadak disertai dengan perubahan mental. Pada masa pubertas, konsep diri akan berubah dan hal ini normal terjadi. Begitu pula pada masa usia dewasa menengah, dimana fungsi reproduksi mulai menurun, begitu pula fungsi fisik. Perubahan lingkungan juga bisa mempengaruhi perubahan konsep diri. Misalnya anak yang harus berpisah dengan keluarganya karena akan kuliah ke tempat lain. Pengalaman di tempat yang baru, tentunya berbeda dengan pengalaman dengan keluarga. Perubahan peran pun dapat membawa perubahan konsep diri, apakah peran itu terpaksa dijalani, atau individu itu tidak siap dalam menjalani suatu peran baru . Perubahan peran akan menimbulkan beberapa efek salah satunya adalah kembali mempertanyakan Siapakah Saya?, selain itu juga akan menimbulkan masalah hubungan interpersonal dan juga pekerjaan, dan pada akhirnya bisa meningkatkan identitas diri yang negatif. ( Shereran & Abraham, dalam Baron , 1997) Argumentasi penulis : Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai proses konsep diri adalah perubahan fisik yang mendadak disertai dengan perubahan mental. Pada masa pubertas, konsep diri akan berubah dan hal ini normal terjadi. Begitu pula pada masa usia dewasa menengah, dimana fungsi reproduksi mulai menurun, begitu pula fungsi fisik serta suatu perubahan fisik, linkungan, dan peran akan menimbulkan efek perubahan konsep diri seseorang.
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri diantaranya faktor orang lain (affective other) dan kelompok rujukan (reference group). Affective other yaitu orang lain yang mempunyai ikatan emosi dengan kita. Mereka perlahan-lahan membentuk konsep diri kita, senyuman, pujian, penghargaan dan pelukan mereka, menyebabkan kita menilai diri secara positif. Sebaliknya, ejekan, cemoohan dan hardikan membuat kita memandang diri kita secara negatif. Dalam kaitannya dengan reference group, dimaksudkan bahwa dalam pergaulan bermasyarakat, kita pasti menjadi anggota berbagai kelompok, misalnya di sekolah ada bermacam-macam kelompok siswa. Setiap kelompok mempunyai norma tertentu. Dengan melihat kelompok ini, orang akan mengarahkan perilakunya dan mnenyesuaikan diri dengan ciri-ciri kelompoknya termasuk dalam perilaku menjaga dan merawat organ reproduksi (Rakhmat, 2001). Pendapat yang lain menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu usia kematangan, penampilan diri, 5
nama dan julukan, hubungan keluarga, teman-teman sebaya, kreativitas dan
cita-cita (Hurlock, 2008). Menurut Rini (2002) ada berbagai faktor dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang, seperti: a. Pola asuh orangtua Pola asuh orang tua merupakan faktor yang signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai dan semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang. b. Kegagalan Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna. c. Depresi Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif. Misalnya, tidak diundang ke sebuah pesta, maka berpikir bahwa karena saya "miskin" maka saya tidak pantas diundang. Orang yang depresi sulit melihat apakah dirinya mampu survive menjalani kehidupan selanjutnya. Orang yang depresi akan menjadi super sensitif dan cenderung mudah tersinggung atau "termakan" ucapan orang. d. Kritik internal Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu rambu dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.
2.4 Aspek-aspek Konsep Diri
Fits (1993) dalam Pratiwi (2009) mengungkapkan bahwa konsep diri merupakan cara seseorang menilai diri sendiri yang mengandung apsek aspek sebagai berukut : a. Identitas, yaitu sebagai apakah individu itu b. Kepuasan, yaitu bagaimana individu tersebut merasakan tentang dirinya yang dipersepsikannya. c. Tingkah laku, yaitu bagaimana individu tersebut mempersepsikan tingkah lakunya sendiri. d. Daya fisik, yaitu bagaimana individu memandang kesehatan tubuh,penampilan, kelebihan, dan kekurangan dari segi fisik. e. Diri pribadi, yaitu bagaimana individu memandang dan menilai keberadaan dirinya sendiri. f. Diri sosial, yaitu bagaimana individu memandang dirinya dalam hubungan dengan orang lain dan menilai apakah cukup memadai dalam interaksi sosialnya dengan orang lain. 6
Menurut Berzonsky, 1981 (dalam Sandhaningrum, 2009) bahwa
aspek konsep diri adalah; a. Aspek fisik, yaitu bagaimana penilaian individu terhadap segala sesuatu byang terlihat secara fisik yang dimilikinya seperti tubuh, kesehatan, pakaian penampilan. b. Aspek sosial, yaitu bagaimana peranan sosial yang perankan individu mencakup hubungan antara individu dengan keluarga dan individu dengan lingkungan. c. Aspek moral, merupakan nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah dalam kehidupan individu dan memandang nilai etika moral dirinya seperti kejujuran, tanggungjawab atas kegagalan yang dialaminya, religiusitas serta perilakunya. Apakah perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi sesuai dengan norma yang ada dan tidak mengganggu kepentingan masyarakat sekitar. d. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki individu terhadap dirinya sendiri. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dari konsep diri meliputi identitas, kepuasan, tingkah laku, pribadi, fisik, sosial, moral dan psikis.
2.5 Komponen Konsep Diri
2.5.1 Gambaran diri (body image) Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar atau tidak sadar termasuk persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. . (Stuart & Sundeen, 2005) Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi (Potter & Perry, 2005). Argumentasi penulis : Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya baik disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman- pengalaman baru. 2.5.2 Ideal diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar ini dapat berhubungan dengan tipe orang atau sejumlah aspirasi cita-cita nilai yang di capai. (Stuart & Sundeen, 2005) Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental. Argumentasi penulis : Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang 7
memberikan harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya
waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab. 2.5.3 Harga diri Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang akan dicapai dengan analisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri. (Stuart & Sundeen, 2005) Argumentasi penulis : Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri. 2.5.4 Identitas Identitas adalah kesadaran akan diri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. (Stuart & Sundeen, 2005) Argumentasi penulis : Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.
2.6 Analisa jurnal
2.6.1 Hubungan Konsep Diri Dan Kematangan Emosi Dengan Penyesuaian Diri Istri Yang Tinggal Bersama Keluarga Suami Hasil penelitian : Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi dua prediktor dan analisis korelasi parsial. Berdasarkan analisis regresi dua prediktor diperoleh nilai korelasi Rx12y = 0,603, F = 16,247 dengan p = 0,000 (p < 0,01), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara konsep diri dan kematangan emosi dengan penyesuaian diri istri yang tinggal bersama keluarga suami. Dengan demikian, hipotesis mayor dalam penelitian ini diterima. Besarnya koefisien determinasi diketahui sebesar 0,363, yang berarti bahwa sumbangan efektif dari variabel konsep diri dan kematangan emosi terhadap penyesuaian diri sebesar 36,3%, sedangkan sisanya 63,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak ditelit, seperti: komunikasi interpersonal, persepsi, sikap, intelegensi, kepribadian, pola asuh orangtua, lingkungan sosial. Selanjutnya, hasil analisis korelasi parsial diperoleh koefisien korelasi rx1y-2 = 0,362 dengan p = 0,005 (p < 0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan sangat signifikan antara konsep diri dengan penyesuaian diri istri yang tinggal bersama keluarga suami dengan mengendalikan kematangan emosi, sehingga hipotesis minor yang pertama diterima. 8
Diperoleh koefisien korelasi rx2y-2 = 0,336 dengan p = 0,009 (p <
0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan sangat signifikan antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri istri yang tinggal bersama keluarga suami dengan mengendalikan konsep diri, sehingga hipotesis minor yang kedua diterima. Kesimpulan dari hasil jurnal : ada hubungan antara konsep diri dan kematangan emosi dengan penyesuaian diri istri yang tinggal bersama keluarga suami, Karena ada hubungan positif dan sangat signifikan antara kematangan emosi dengan penyesuian diri istri.
2.6.2 Hubungan Konsep Diri Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa
Keperawatan Hasil penelitian : perhitungan statistik dengan menggunakan rumus Chi Square didapatkan P value sebesar 0,001 nilai tersebut lebih kecil jika di banding dengan derajat signifikan yaitu 0,05, ini berarti P value lebih kecil dari pada nilai signifikan. Responden dengan konsep diri baik mayoritas memiliki prestasi akademik sangat memuaskan yaitu sebesar 73,3% (11 responden). Responden dengan konsep diri cukup mayoritas memiliki prestasi akademik sangat memuaskan yaitu sebesar 51,3% (20 responden). Responden dengan konsep diri kurang mayoritas memiliki prestasi akademik memuaskan yaitu sebesar 100% (11 responden). Oleh karena itu, pada penelitian ini hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsep p diri dengan pencapaian IPK mahasiswa. Penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada mahasiswa semester VI di PSIK FK UNDIP mayoritas adalah berjenis kelamin perempuan (81,5%). Hasil penelitian bahwa proporsi mahasiswa keperawatan yang didominasi oleh perempuan adalah senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Naam Syahputra (2009) dengan sampel penelitian S1 PSIK FK USU. Diungkapkan oleh Naam bahwa proporsi perempuan dalam pendidikan keperawatan memang jauh lebih besar daripada laki-laki. Kesimpulan dari hasil jurnal : Responden Responden dengan konsep diri baik mayoritas memiliki prestasi akademik sangat memuaskan yaitu sebesar 73,3% (11 responden). Responden dengan konsep diri cukup mayoritas memiliki prestasi akademik sangat memuaskan yaitu sebesar 51,3% (20 responden). Responden dengan konsep diri kurang mayoritas memiliki prestasi akademik memuaskan yaitu sebesar 100% (11 responden).
2.6.3 Hubungan Antara Konsep Diri Perawat Denagn Perilaku Caring
Terhadap Pasien Rawat Inap Di Rsud Ambarawa Kabupaten Semarang Hasil penelitian : Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa perawat dengan konsep diri negatif sebagian besar memiliki perilaku caring baik sejumlah 71,7%, sedangkan perawat dengan konsep diri positif sebagian besar memiliki perilaku caring baik sejumlah 90,0%. Berdasarkan uji Fisher Exact diperoleh pvalue 0,429. Oleh karena p-value = 0,429 > (0,05), disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri perawat dengan perilaku caring terhadap pasien rawat inap di RSUD Ambawara. 9
Konsep diri berperan penting dalam menentukan arah pikiran,
keyakinan, dan pandangan seseorang karena konsep diri pada dasarnya mempengaruhi seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Seperti hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa perawat dengan konsep diri yang positif cenderung memiliki perilaku caring yang baik daripada perawat yang memiliki konsep diri yang negatif, walaupun demikian konsep diri perawat tidak terlalu berpengaruh terhadap perilaku yang diberikan kepada lawan interaksinya, hal ini dapat ditunjukkan dari hasil penelitian yang ada bahwa perilaku caring perawat rata-rata baik kepada pasien rawat inap di RSUD Ambarawa. Ini terjadi karena konsep diri hanya berada pada diri individu itu sendiri dan tidak berperan besar dalam menentukan perilaku perawat untuk berbuat baik terhadap seseorang meskipun ada pengaruhnya tetapi dapat dikatakan tidak terlalu signifikan. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Rinindy (2012) mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan perilaku caring. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan bahwa tidak terdapat hubungan yang siginifikan antara konsep diri perawat dengan perilaku caring terhadap pasien rawat inap di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. Kesimpulan dari hasil jurnal : Berdasarkan jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa perawat dengan konsep diri negatif sebagian besar memiliki perilaku caring baik sejumlah 71,7%, sedangkan perawat dengan konsep diri positif sebagian besar memiliki perilaku caring baik sejumlah 90,0%.