Kelompok 7
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan kasih-Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah penulis terima,
serta petunjuk-Nya sehingga memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyusun
makalah ini.
Didalam makalah ini penulis selaku penyusun hanya bisa memberikan sebatas
ilmu yang dirangkum kedalam topik Pemotongan/Penghematan dana APBN dan
Dampaknya terhadap Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah. Dimana didalam
topik ini ada beberapa hal yang penting untuk dipahami dan dianalisa oleh masyarakat
luas, terutama untuk pemerintah daerah.
Semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita semua. Tidak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terkait didalam pembuatan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan 2
BAB II : LANDASAN TEORI 3
2.1 Pengertian dan Fungsi APBN 3
2.2 Pemotongan / Penghematan Dana APBN 4
BAB III : PEMBAHASAN 6
3.1 Dampak Pemotongan / Penghematan Dana APBN terhadap Pengelolaan 6
Keuangan Negara dan Daerah
3.2 Dampak Remunerasi terhadap Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah 6
BAB IV : PENUTUP 10
4.1 Kesimpulan 10
4.2 Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Awal tahun 80-an, pemikiran tentang perlunya undang-undang yang mengatur tentang
hubungan keuangan Pusat dan daerah (HKPD) sudah ada. Namun demikian, sebagaimana
kita ketahui bersama, UU 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (PKPD)
baru bisa lahir bersamaan dengan adanya tuntutan reformasi di berbagai bidang, atau setelah
berakhirnya Orde Baru. Pemikiran terhadap perlunya undang-undang yang mengatur HKPD
timbul atas pengalaman selama ini khususnya berkaitan dengan siklus pengelolaan dana yang
berasal dari Pusat kepada Daerah, terakhir berupa Subsidi (untuk belanja rutin daerah) dan
Bantuan berupa Inpres (untuk belanja pembangunan daerah) sering kurang jelas. Paling tidak,
permasalahan yang sering timbul adalah :
Sementara APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara merupakan salah
satu kebijakan fiskal yang mana termasuk dalam konteks pembangunan Indonesia. Pada
hakikatna Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bertujuan sebagai pedoman penerimaan
dan pengeluaran negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan untuk meningkatkan
produksi, memberi kesempatan kerja dan menumbuhkan perekonomian yang makmur guna
mencapai kemakmuran masyarakat.
1
Dalam mengelola sumber pendapatan dan pengeluaran, pemerintah melakukan
kebijakan-kebijakan yang akan memberikan dampak terhadap pengelolaan keuangan negara
dan daerah dan berpengaruh terhadap pemerintah dalam menjalankan kegiatan di bidang
perekonomian di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas adalah :
1. Bagi penulisan, agar dapat memperdalam ilmu dan pemahaman penulis mengenai
Pemotongan/ Penghematan Dana APBN dan Dampaknya terhadap Pengelolaan
Keuangan Negara dan Daerah
2. Bagi pembaca, agar bisa menambah wawasan pembaca mengenai Pemotongan/
Penghematan Dana APBN dan Dampaknya terhadap Pengelolaan Keuangan
Negara dan Daerah
2
BAB II
LANDASAN TEORI
a. Fungsi Otorisasi
Merupakan anggaran negara dan daerah menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
b. Fungsi Perencanaan
Merupakan anggaran negara atau daerah menjadi pedoman bagi menajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi Pengawasan
Merupakan anggaran negara atau daerah yang menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyeleggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
d. Fungsi Alokasi
Merupakan anggaran negara atau daerah yang harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektifitas perekonomian.
e. Fungsi Distribusi
3
Merupakan kebijakan anggaran negara atua daerah harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatuhan.
Tujuan penyusunan APBN atau APBD adalah sebagai pedoman, penerimaan, dan
pengeluaran negara atau daerah agar terjadi kesinambungan yang dinamis, demi tercapainya
peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi. Dengan begitu tujuan akhirnya adlaah untuk mencapai masyarakat yang adil dan
makmur secara material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUN 1945.
a. Pendapatan negara dan hibah (penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak)\
b. Belanja negara
c. Keseimbangan primer
d. Surplus/defisit negara
e. Pembiyaan
4
tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga
dalam rangka Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2014 yang ditandatangani Presiden SBY
tanggal 19 Mei 2014.
Untuk itu diputuskan dengan Inpres Nomor 4 tanggal 12 Mei 2016 mengenai
pemotongan anggaran APBN 2016 dengan total Rp. 50,016 Triliun yang terdiri dari :
Menurut mentri keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati, dilakukan pemangkasan anggran
ini agar alokasi anggaran lebih efisien yang mana anggaran yang dipotong berasal dari
anggaran kegiatan yang tidak mendesak (seperti : anggaran belanja dinas) dan yang memekan
anggaran banyak.
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
bagian anggaran yang tidak dikelompokkan dalam BA-K/L dan menampung pengelolaan
utang pemerintah, hibah, belanja subsidi, belanja lainnya dan transaksi khusus yang pagu
anggarannya tidak dialokasikan dalam BA-K/L.
Alokasi anggaran tunjangan kinerja 28 K/L pada semester II TA 2013 mencapai 3,55 Triliun
atau 7,1 Triliun per tahun. Dengan jumlah K/L dan pegawai yang lebih sedikit tentunya
anggaran remunerasi bagi 13 K/L atau yang disetujui pasti lebih sedikit. Namun sayangnya,
persetujuan penganggaran batch 2014 ini sangat tergantung dengan dengan proses politik
yang dialami Indonesia setiap lima tahun yang menjadi faktor berikutnya.
Presiden SBY sudah memasuki periode terakhir dan akan digantikan pemerintahan
yang baru yang akan dilantik 20 Oktober 2014 mendatang. Sebelumnya tanggal 1 Oktober
2014 didahului pelantikan anggota DPR periode 2014 2019. Semoga saja sebelum
pergantian pemerintahan yang baru sudah ada titik terang dalam pembahasan dengan DPR.
Dampak Kegiatan
Data dalam lampiran Inpres No.4 Tahun 2014 menunjukkan lima K/L yang mendapatkan
nilai pemotongan anggaran terbesar (Tabel 1.)
7
Sedangkan 5 (lima) K/L yang mendapatkan pemotongan paling kecil (Tabel 2)
Persentese pemotongan pada tabel 1 di atas berkisar antara 12 27 % dari total anggaran
masing-masing K/L. Untuk menunjukkan pengaruh akibat pemotongan ini harus dilihat
rincian atau struktur anggaran K/L di atas. Rincian anggaran belanja pemerintah pusat
berdasarkan jenis belanja terdiri atas belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan
bantuan sosial.
Penghematan dan pemotongan belanja K/L sudah pasti tidak dikenakan pada belanja pegawai
namun dampaknya pada belanja barang, modal atau bantuan sosial yang merupakan faktor
utama penggerak kegiatan perekonomian secara nasional, lihat Tabel 3 dibawah ini:
8
Sumber: Keppres No 29 Tahun 2013 tentang RABPP 2014
Sebagai contoh, Polri dengan pagu Rp 44,9 triliun ternyata sebagian besar anggarannya
dialokasikan untuk belanja pegawai Rp 29,3 triliun atau 65%. Sedangkan besaran target
penghematan sesuai Inpres Rp 5,78 triliun, dengan perkiraan (moderat) per Mei 2014
penyerapan anggaran mencapai 20% maka perkiraan anggaran yang tersisa sekitar Rp 6,8
triliun yang digunakan untuk membiayai operasional Kepolisian seluruh Indonesia dalam
jangka waktu tujuh bulan ke depan (itu termasuk belanja modal).
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
10
DAFTAR PUSTAKA
http://www.storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/Keuangan/Keuangan_434.pdf
http://www.bpk.go.id/assets/files/storage/2013/12/file_storage_1386152419.pdf
11