BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga
perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.
kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis
(Dahlan.M, 2004)
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi
operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen (Dahlan.M, 2004)
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
jenis organisme yang bertanggung jawab. Gejala-gejala utama adalah sakit perut,
muntah, abdomen tegang, kaku, nyeri dan tanpa bunyi, demam dan leukositosis
penggantian cairan dan elektrolit yang hilang secara intravena, tirah baring dalam
posisi fowler, pembuangan fokus septik (apendiks, dsb) atau penyebab inflamasi
lainnya (bila mungkin), dan tindakan untuk menghilangkan nyeri (Price & Wilson,
2005).
Angka kejadian penyakit peritonitis di Amerika pada tahun 2011
diperkirakan 750 ribu pertahun dan akan meningkat bila pasien jatuh dalam
wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, jumlah pasien yang
peritonitis tertinggi ada di Kota Semarang, yakni 970 orang. (Dinkes Jateng,2009).
KUDUS, dalam kurun waktu enam bulan terakhir dari bulan Januari 2014 sampai
bulan Juni 2014 tercatat ada 32 pasien dengan diagnosa Peritonitis dari 236 pasien
yang dirawat, dengan presentase 3,8%. Atas dasar karakteristik itulah penyusun
Kabupaten Kudus
3
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan Usulan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Asuhan
C. Tujuan Penyusunan
1. Tujuan Umum.
Adapun tujuan yang diinginkan penulis yaitu mampu mendokumetasikan
asuhan keperawatan pada Tn. S dengan Peritonitis di Ruang ICU RSUD Kab.
Kudus
2. Tujuan Khusus.
a. Dapat mendokumentasikan pengkajian keperawatan pada klien dengan
Peritonitis.
b. Dapat mendokumentasikan masalah keperawatan klien dengan Peritonitis.
c. Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan Peritonis.
d. Dapat mendokumentasikan tindakan keperawatan sesuai perencanaan
dengan Peritonitis.
e. Dapat mendokumentasikan evaluasi keperawatan dengan Peritonitis.
D. Metode Penyusunan.
Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini adalah metode
relevan dengan kasus yang diambil sebagai bahan dalam pembuatan karya
tulis.
5
E. Sistematika Penyusunan
Penyusunan laporan kasus ini terdiri dari 5 bab yaitu :
Bab I Berisi Pendahuluan
Yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penyusunan, ruang
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
6
pankreatitis, dan lain-lain) ruptur saluran cerna dan luka tembus abdomen.
(Padila, 2012).
bakteri ( misalnya dari perforasi usus ) atau akibat pelepasan iritan kimiawi,
B. ETIOLOGI
a. Infeksi bakteri
4) Tukak thypoid.
7) Salpingitis
adalah clostrdiumwechii.
C. KLASIFIKASI
a. Peritonitis Primer
b. Peritonitis Sekunder
cukup banyak.
D. KOMPLIKASI
2012)
E. MANIFESTASI KLINIS
a Distensi abdomen
a Rigiditas abdomen
d Demam
f Takikardia
g Takipnea
F. PATOFISIOLOGI
dan pertambahan eksudat. Cairan dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan
bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak dan
oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan didalam usus besar.
dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapat menimbulkan kematian sel.
G. PATHWAYS
Mikroorganisme, apenddiksitis, Inflamasi pada
tukak peptik, disentri, peritonium
divertilikus, dan operasi yg tidak
steril
peritonitis
(Padila, 2012)
H. PENATALAKSANAAN
sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen dengan kanul nasal atau
hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolik dan terapi
dada bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah
eksplorasi bedah, tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa tanda-tanda sepsis
hilangnya bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli dan rektum,
adanya udara bebas intraperitonel dan lavase peritoneal yang positif juga
pasien berobat atau keluhan saat awal dilakukan pengkajian pertama kali
sebelah kanan.
2) Riwayat kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang adalah menggambarkan riwayat
cerna, komplikasi post operasi, operasi yang tidak steril dan akibat
pembedahan, trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa dan ruptur hati.
c. Pada penulisan ini menggunakan pendekaatan pola fungsi kesehatan menurut
Gordon:
klien, dan tindakan apa yang dilakukan sebelum masuk rumah sakit.
6) Pola Nutrisi-Metabolik
7) Pola Eliminasi
9) Pola Aktivitas/Latihan
Menggambarkan tingkat kemampuan aktivitas dan latihan, selain
karena nyeri.
selama sakit.
terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri,
tingkat berat
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien Peritonitis:
spoor, koma dan delirium, dan status gizinya, GCS (Glasow Coma
Skala).
Pemeriksaan Laboratorium
kemih
Pemeriksaan Radiologi
(4) USG
edema dan pembentukan gas dalam usus halus dan usus besar
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual atau
K. Perencanaan Keperawatan
1) Tujuan
2) Kriteria hasil
normal
Data objektif: membran mukosa lembab, tanda-tanda dehidrasi
menurun
Intervensi Rasional
1. Monitor TTV 1. Membantu dalam mengobservasi dan
mengevaluasi deficit / keefektipan
penggatian terapi cairan dan respon
terhadap pengobatan.
NANDA, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa,
1 Tujuan:
2 Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan nutrisi pasien. 1. Sebagai informasi dasar untuk
perencanaan awal da palidasi data.
intrabdomen.
1 Tujuan:
3 Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
1. Observasi kualitas nyeri pasien 1. Mengidentifikasi kebutuhan untuk
perhatian.
1 Tujuan:
4 Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
1. Monitor warna dan suhu kulit 1. Tindakan ini sebagai dasar untuk
Intervensi Rasional
1. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range 1. Meningkatkan aliran darah kesemua
of motion) dan mobilisasi jika mungkin daerah
NANDA, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa,
Gosyen Publishing.
Jakarta: EGC.
Dahlan. M., Jusi. D., Sjamsuhidajat. R., 2000, Gawat Abdomen dalam Buku Ajar Ilmu
Kowalak, J. P., & Hughes, A. S. (2010). Buku Saku Tanda dan Gejala: Pemeriksaan
Kowalak, j. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:
EGC.
NANDA, (2006). Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa,
Prima Medika,
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nim : XIII.11.1043
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn.S
Umur : 22Tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : tani
Suku/Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : belum kawin
Alamat : Jati Wetan 07/02
Tanggal masuk RS : 10 November 2013
No. RM :
Diagnose Medis : Peritonitis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. K
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat 27 Wetan
: Jati
Hubungan dengan pasien : Kakak Pasien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama tidak didapatkan, karena pasien soporocoma
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 Minggu pasien mengeluh perut sakit terutama ulu
sebelumnya.
pasie
Keterangan :
n : Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
3. Pola Fungsional
Menurut Virgina Henderson :
a. Pola pernafasan
Selama sakit
Pasien mengatakan sesak nafas, ada pernafasan cuping hidung,
cepat.
b. Pola nutrisi
Selama sakit
Makan : pasien hanya mendapatkan asupan nutrisi cair dari
-05.00 WIB tapi sering terbangun pada malam hari, pasien tidur
nacl+betadine.
Keterangan 0 1 2 3 4
dideritanya.
n. Kebutuhan belajar
Selama sakit
Pasien hanya berbaring di tempat tidur.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : lemah
b. Kesadaran : Sopor E2 M3 V1
c. TTV :
Tekanan darah : 127/ 78 mmHg
Nadi : 141x/menit
Respirasi : 18x/menit
Suhu : 3780 C
Spo2 : 89%
d. Kepala : mesochepal, rambut hitam kotor, ada ketombe, rambut
tidak bercabang, rambut tipis, tidak ada kutu, rambut mudah rontok,
kulit kepala.
e. Wajah : simetris, wajah terlihat gelisah, pucat, tidak moon face,
ki/ka
g. Hidung : simetris, tidak ada pembesaran polip, bisa mencium bau
dengan normal, bisa membedakan bau (minyak kayu putih dan kulit
jeruk)
h. Mulut : bibir sianosis, mukosa bibit kering, tidak ada perdarahan
sama
Pa : vocal premitus teraba kanan kiri sama, tidak ada nyeri
tekan
Pe : sonor
A : bunyi nafas vesikuler
Jantung :
I : ictus cordis tidak terlihat
Pa : ictus cordis teraba di intercosta ke 5 linea mid clavikula
Pe : pekak
A : S1 dan S2 reguler, tidak terdapat bunyi tambahan S3 dan S4
m. Abdomen
I : perut datar, tidak ada bekas operasi, tidak ada lesi, tidak ada
jejas
A : peristaltic usus 18x/menit
Pe : Tympani
Pa: nyeri tekan pada kuadra 4
n. Genetalia : bersih, tidak ada flur albus, terpasang kateter 16
o. Ekstermitas :
Atas : pergerakan pasif, tidak ada oedem, tangan kiri terpasang
141x/mnit.
Input :
- Nutrisi cair NGT = 750 cc
- Infus Rexamin
- Infus RL/NS = 1200
- Infus Triopusin 1950 cc
Output :
- Urin = 2500 cc
- BAB 2 x 150 = 300 cc
2800 cc
IWL = 15xBB/24
= 15x47/24
= 29,37 cc
Balance Cairan = input output
= 1950 cc 2800 cc
= - 850 cc
2 2
2 2
Antropometri
BB : 47 kg
TB : 165 cm
Lila : 23 cm
IMT : BB(kg)/TB(m)2
: 47/1.62
: 17,4
BBI :Tb-100 (Tb-100) 10%
: 165-100 (165-100) 10%
: 65 6,5
: 58,5 sampai 71,5 Kg
Biocemical
Hb : 7,3 g/dl
Albumin : 2 g/dl
Clinical
KU : Lemah, Kesadaran spoor
kulit
mber deritanya, badannya lemah pasien
C. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan out put cairan berlebih
3780 C, N : 141x/mnit.
Input :
- Nutrisi cair NGT = 750 cc
- Infus Rexamin
- Infus RL/NS = 1200 cc
- Infus Triopusin 1950 cc
Output :
- Urin = 2500 cc
- BAB 2 x 150 = 300 cc
2800 cc
IWL = 15xBB/24
= 15x47/24
= 29,37 cc
Balance Cairan = input output
= 1950 cc 2800 cc
= - 850 cc
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Antropometri
2 2
BB : 47 kg
2 cm 2
TB : 165
Lila : 23 cm
IMT : BB(kg)/TB(m)2
: 47/1.62
: 17,4
BBI :Tb-100 (Tb-100) 10%
: 165-100 (165-100) 10%
: 65 6,5
: 58,5 sampai 71,5 Kg
Biocemical
Hb : 7,3 g/dl
Albumin : 2 g/dl
Clinical
KU : Lemah, Kesadaran spoor E3 M4 V1, Rambut berwarna hitam,
tidak mudah rontok, rambut tipis, Konjungtiva anemis, turgor kulit
jelek
Diet
Makan : pasien hanya mendapatkan asupan nutrisi cair dari NGT
3x/hari jumlah 750 cc. peristaltic usus 18x/menit
3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
lembab.
KU : Lemah, Kesadaran spoor E3 M4 V1
TTV :
Tekanan darah : 127/ 78 mmHg
Nadi : 141x/menit
Respirasi : 18x/menit
Suhu : 3780 C
Spo2 : 99%
D. Intervensi Keperawatan
Hari/Tg No.
Tujuan Intervensi Rasional
l Dx
6. Tanda tanda
adekuat. kehilangan
cairan
pemberian cairan
IV. 7. Untuk
mempertahan
kan
keseimbangan
elektrolit.
8. Untuk
memperbaiki
cairan yang
hilang.
Kamis II. Setelah dilakukan 1. Kaji kebutuhan 1. Sebagai
pemberian nutrisi
menghindarka
4. Klaborasi dengan ahli
n mual.
gizi dalam diet
4. Agar dapat
memberikan
nutrisi yang
Kamis III.
Setelah dilakukan 1. Anjurkan untuk 1. Meningkatkan
19
tindakan keperawatan melakukan latihan aliran darah
Septemb
selama 3x24 jam tidak ROM (range of kesemua
er 2013
terjadi kerusakan motion) dan
integritas kuli dengan mobilisasi jika daerah
KH: mungkin.
meningkatkan
4. Warna kulit tidak pucat
aliran darah
3. Gunakan bantal air
lunak di bawah
3. Menghindari
daerah-daerah yang
tekanan yang
menonjol.
berlebih pada
daerah yang
menonjol
4. Lakukan massage
mengalami tekanan
posisi. kerusakan-
kerusakan
kapiler-kapiler
5. Observasi terhadap
eritema dan 5. Hangat dan
posisi.
6. Mempertahank
6. Jaga kebersihan kulit
an keutuhan
dan seminimal
kulit
mungkin hindari
trauma, panas
terhadap kulit
E. Implementasi Keperawatan
Hari/Tg No.
Implementasi Respon TTD
l Dx
DS:-
12.15 I Pertahankan intake dan DO:pasien hanya mendapatkan
750 cc
12.40 Tingkatkan intake pemberian
III DS:-
nutrisi (susu) sajikan dalam DO: nutrisi cair dari NGT
Output :
- Urin = 2500 cc
- BAB 2 x 150= 300 cc
2800 cc
IWL = 15xBB/24
= 15x47/24
= 29,37 cc
Balance Cairan
= input output
= 1950 cc 2800 cc
= - 850 cc
septemb mmHg
Nadi : 151x/menit
er 2013 Respirasi : 18x/menit
08.30 Suhu : 3780 C
Spo2 : 78%
II
DS: -
09.00 Kaji kebutuhan nutrisi DO:
Antropometri
pasien. BB : 47 kg
TB : 165 cm
Lila : 23 cm
IMT : BB(kg)/TB(m)2
: 47/1.62
: 17,4
BBI :Tb-100 (Tb-100) 10%
: 165-100 (165-100) 10%
: 65 6,5
: 58,5 sampai 71,5 Kg
Biocemical
Hb : 7,3 g/dl
Albumin : 2gr/dl
Clinical
KU : Lemah, Kesadaran
kulit jelek
Diit
III Makan : pasien hanya
( kelembaban membran
DS: -
mukosa, Tugor kulit dan DO: mukosa bibir kering,
750 cc
DS:-
Tingkatkan intake pemberian DO: nutrisi cair dari NGT
III
nutrisi (susu) sajikan dalam 3x/hari jumlah 750 cc
kondisi hangat. dalam keadaan hangat.
DS:-
Gunakan bantal air atau DO:pasien terlihat nyaman,
pengganjal yang lunak di
berubah posisi.
septemb mmHg
Nadi : 148x/menit
er 2013 Respirasi : 18x/menit
08.30 Suhu : 370 C
Spo2 : 89%
II
DS: -
09.00 Kaji kebutuhan nutrisi DO:
Antropometri
pasien. BB : 47 kg
TB : 165 cm
Lila : 23 cm
IMT : BB(kg)/TB(m)2
: 47/1.62
: 17,4
BBI : Tb-100 (Tb-100) 10%
:165-100 (165-100) 10%
: 65 6,5
: 58,5 sampai 71,5 Kg
Biocemical
Hb : 7,7 g/dl
Clinical
KU : Lemah, Kesadaran
kulit jelek
Diit
Makan : pasien hanya
( kelembaban membran
13.15 750 cc
Tingkatkan intake pemberian
III DS:-
nutrisi (susu) sajikan dalam DO: nutrisi cair dari NGT
menonjol.
Kolaborasi untuk pemberian DS:-
DO: Cefotaxime 2 x 1000 mg
cairan IV. Ranitidine 2 x 100 mg
DS:-
Klaborasi dengan ahli gizi DO: pasien mendapatkan
F. Evaluasi Keperawatan
No.
Hari/Tgl Evaluasi TTD
Dx
Kamis 19 I S :-
Output :
- Urin = 2500 cc
- BAB 2 x 150= 300 cc
2800 cc
IWL = 15xBB/24
= 15x47/24
= 29,37 cc
Balance Cairan = input output
= 1950 cc 2800 cc
= - 850 cc
Tekanan darah : 127/ 78 mmHg
Nadi : 141x/menit
Respirasi : 18x/menit
Suhu : 3780 C
Spo2 : 99%
A :masalah belum teratasi
II P :lanjutkan semua intervensi
S:-
O:
Antropometri
BB : 47 kg
TB : 165 cm
Lila : 23 cm
IMT : BB(kg)/TB(m)2
: 47/1.62
: 17,4
BBI :Tb-100 (Tb-100) 10%
: 165-100 (165-100) 10%
: 65 6,5
: 58,5 sampai 71,5 Kg
Biocemical
Hb : 7,3 g/dl
Albumin : 2 g/dl
Clinical
KU : Lemah, Kesadaran spoor E3 M4 V1, Rambut
S: -
O : - punggung teraba hangat, lemabab, kemerahan.
- paisen terlihat nyaman, dan tidak ada benjolan yang
abnormal.
A ; Masalah teratasi
P: Pertahankan semua intervensi.
Jumat 20 I S :-
O : mukosa bibir kering, tugor kulit jelek,
septembe Input :
- Nutrisi cair NGT = 750 cc
r 2013 - Infus Rexamin
13.45 - Infus RL/NS 1200 cc
- Infus Triopusin 1950 cc
Output :
- Urin = 2800 cc
- BAB 1 x 150= 150 cc
2950 cc
IWL = 15xBB/24
= 15x47/24
= 29,37 cc
Balance Cairan = input output
= 1950 cc 2950 cc
= - 1000 cc
pasien hanya mendapatkan asupan nutrisi cair dari NGT
Sabtu I S :-
21 O :Tekanan darah : 137/ 88 mmHg
Nadi : 148x/menit
septembe Respirasi : 18x/menit
Suhu : 370 C
r 2013 Spo2 : 89%
13.45 mukosa bibir kering, tugor kulit jelek,
Input :
- Nutrisi cair NGT = 750 cc
- Infus Rexamin
- Infus RL/NS 1200 cc
- Infus Triopusin 1950 cc
Output :
- Urin = 2550 cc
- BAB 2 x 150= 300 cc
2850 cc
IWL = 15xBB/24
= 15x47/24
= 29,37 cc
Balance Cairan = input output
= 1950 cc 2850 cc
= - 800 cc
A :masalah belum teratasi
II P :lanjutkan semua intervensi
S:-
O : Antropometri
BB : 47 kg
TB : 165 cm
Lila : 23 cm
IMT : BB(kg)/TB(m)2
: 47/1.62
: 17,4
BBI : Tb-100 (Tb-100) 10%
:165-100 (165-100) 10%
: 65 6,5
: 58,5 sampai 71,5 Kg
Biocemical
Hb : 7,7 g/dl
Clinical
KU : Lemah, Kesadaran spoor E3 M4 V1, Rambut
PEMBAHASAN
BAB V
PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis menarik kesimpulan dari uraian BAB terdahulu yang
berkaitan dengan tujuan yang ditetapkan.
A. KESIMPULAN
1. Peritonitis merupakan suatu masalah pada sistem pencernaan, dalam
menerapkan proses keperawatan pada TnS penulis bekerja sama
dengan perawat yang bertugas di ruangan tersebut. Masalah
keperawatan dapat muncul saat pengkajian dan sering kali masalah
baru muncul pada saat intervensi, implementasi, dan evaluasi. Untuk
itu perawat atau penulis harus memantau Tn S secara intensif dengan
cara apabila diluar jam dinas atau praktek melakukan pendelegasian
dengan perawat jaga.
2. Pada asuhan keperawatan pada Tn S yang telah dilaksanakan selama
3 hari dari tanggal 19 21 september 2013 muncul 3 masalah
keperawatan yaitu : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
out put cairan berlebih, Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubuga dengan ketidak mampuan
mencerna makanan, Resiko gangguan integritas kulit berhubungan
dengan tirah baring lama. Sedangkan diagnosa yang tidak diangkat
oleh penulis antara lain : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik, Hipertemi berhubungan dengan penyakit
3. Penulis melakukan evaluasi yaitu : Respon pasien secara formatif
Merupakan evaluasi yang di lakukan pada saat memberikan intervensi
dengan respon segera dan evaluasi sumatif Merupakan rekapitulasi dari
hasil observasi dan analisis status pasien pada saat tertentu berdasarkan
tujuan rekapitulasi dari hasil yang direncanakan pada tahap
perencanaan.
untuk mengetahui perkembangan dan kemungkinan adanya masalah
baru yag timbul.
4. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan. penulis mengalami
kesulitan dalam mencari dokumentasi karena dokumentasi tersebut di
73
bawa para praktekan terutama para calon dokter,dan sulit mendapatkan
studi kepustakaan karena keterbatasn buku. dan penulis hanya dapat
sift selama 3 hari di ruang Dahlia. Tetapi masalah tersebut
terselesaikan dengan kerjasama antara tim kesehatan, dan teman-teman
praktekan.serta pihak keluarga pasien dan pasien yang kooperative.
B. Saran
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara holistik
hendaknya penulis memiliki skill dan pengetahuan yang cukup dan
mampu bekerja sama dengan TIM kesehatan lain.
2. Diharapkan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan
melakukan pendelegasian tugas secara baik karena dalam
melekukan asukah keperawatan tidak hanya dilakukan dalam satu
siff tetapi 24 jam sehingga tercipta pelayanan yang komprehensif.
3. Untuk mengidentifikasi masalah secara dini hendaknya penulis
waspada terhadap perubahan yang terjadi pada pasien.
4. Diharapkan keluarga bisa ikut berperan serta atau terlibat berperan
serta atau terlibat dalam pemberian perawatan pada pasien karena
keluarganya dapat memberikan support dalm proses penyembuhan.