Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus

diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh

perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan

kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan

pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam rangka peningkatan mutu

dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta pengaturan hak dan kewajiban

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, perlu mengatur Rumah

Sakit dengan Undang-Undang (UU No.44 Thn 2009).


Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas

sumber daya di bidang kesehatan. Hak dalam memperoleh pelayanan

kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau untuk mendapatkan informasi

dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab, dan

berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk

tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari

tenaga kesehatan. Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan

kesehatan bertanggung jawab dalam pemberian pelayanan yang terbaik

terhadap pasien, dengan salah satu cara menghormati hak pasien dan

1
keluarga. Pelayanan rumah sakit selalu berhubungan dengan berbagai

karakter dan perilaku pasien yang berkepentingan dengan jasa perawatan

sehingga manajemen, staf perawat dan dokter harus memahami dan mengerti

hak pasien dan keluarganya, serta rumah sakit bertanggung jawab sesuai

dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. Untuk melindungi secara

efektif dan mengedepankan hak pasien, seluruh unit /staf bekerja sama dan

berusaha memahami tanggung jawab mereka dalam hubungannya dengan

komunitas yang dilayani rumah sakit


Rumah sakit menghormati hak pasien dan dalam beberapa situasi hak

istimewa keluarga pasien, untuk menentukan informasi apa saja yang

berhubungan dengan pelayanan yang boleh disampaikan kepada keluarga

atau pihak lain dalam situasi tertentu. Misalnya, pasien mungkin tidak mau

diagnosisnya diketahui keluarga.


Hak pasien dan keluarga merupakan elemen dasar dari semua kontak di

rumah sakit, stafnya, serta pasien dan keluarganya. Sebab itu, kebijakan dan

prosedur ditetapkan dan dilaksanakan untuk menjamin bahwa semua staf

mengetahui dan memberi respon terhadap isu hak pasien dan keluarga, ketika

mereka melayani pasien. Rumah sakit menggunakan pola kerjasama dalam

menyusun kebijakan dan prosedur dan bila mungkin, mengikut sertakan

pasien dan keluarga dalam proses.


Untuk meningkatkan mutu dan pelayanan RSIA Annisa berusaha

mengedepankan hak pasien dan keluarga yang berhubungan dengan

pelayanan kerohanian, pemberian privasi pasien ,perlindungan terhadap harta

benda milik pasien , perlindungan terhadap kekerasan fisik serta pelindungan

terhadap kerahasiaan informasi. Yang mengikut sertakan seluruh staf RSIA

2
Annisa untuk memahami dan menjalankan sesuai dengan peraturan

perundang undangan Negara Republik Indonesia.

1.2 Definisi
1. Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang

merupakankebutuhan pribadinya, sesuai dengan keadilan, moralitas dan

legalitas.Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap

orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus

Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar,

milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena

telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar

atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat.Kewajiban

adalah sesuatu yang harus dilakukan dan tidak boleh bila tidak

dilaksanakan. Kewajiban biasanya kita laksanakan sebelum kita menuntut

hak.
2. General Consent atau Persetujuan Umum adalah pernyataan kesepakatan

yang diberikan oleh pasien terhadap peraturan rumah sakit yang bersifat

umum, diberikanpasien pada saat masuk ruang rawat inap atau didaftar

pertama kali sebagaipasien rawat jalan. Dan biasanya menggunakan bukti

tanda tangan pasien atau keluarga pasien.


3. Informed Consent : pernyataan setuju (consent) atau ijin dari seseorang

(pasien) yang diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan

(voluntary)terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya

sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang tindakan kedokteran

yang dimaksud. Dan biasanya juga menggunakan bukti tanda tangan

pasien atau keluarga pasien.

3
4. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik

dalam keadaan sehat maupun sakit.


5. Dokter meliputi, dokter spesialis, dokter gigi dandokter gigi spesialis

lulusan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi baikdi dalam maupun

di luar negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.
6. Keluarga adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak

kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya.

1) Ayah:

- Ayah kandung

- Termasuk ayah adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan

penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum adat

2) Ibu:

- Ibu kandung.

- Termasuk ibu adalah ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan

penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum adat.

3) Suami:

- Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang

perempuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku

4) Istri:

- Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang

laki-laki berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

- Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1 (satu) istri

perlindungan hak keluarga dapat diberikan kepada salah satu dari istri

4
7. Pelayanan kerohanian adalah suatu usaha bimbingan untuk mendampingi

dan menemui pasien berobat rawat jalan maupun rawat inap, agar mampu

memahami arti dan makna hidup.


8. Rohaniawan adalah petugas pelayanan kerohanian rumah sakit RSIA

Annisa sesuai dengan agama yang dianut pasien dengan menggunakan

tanda pengenal khusus.


9. Perlindungan barang milik pasien adalah Suatu usaha Rumah Sakit untuk

melindungi harta benda milik pasien dari pencurian atau kehilangan.


10. Harta benda pasien adalah barang berharga milik pasien atau keluarga.
11. Kekerasan Fisik adalah ekspresi dari apa baik yang dilakukan secara fisik

yang mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau

martabat seseorang. Kekerasan fisik dapat dilakukan oleh perorangan atau

sekelompok orang.
12. Privasi adalah suatu kemampuan untuk mengontrol interaksi, kemampuan

untuk memperoleh pilihan pilihan atau kemampuan untuk mencapai

interaksi seperti yang diinginkan.


13. Identifikasi pasien privasi adalah suatu proses untuk mengetahui

kebutuhan privasi pasien selama dalam rumah sakit.


14. Privasi pasien adalah merupakan hak pasien yang perlu di lindungi dan

di jaga selama dalam rumah sakit .


15. Wawancara klinis / Anamnesa adalah wawancara yang dilakukan oleh

petugas medis pada pasien untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien.


16. Perlindungan Pasien Terhadap Kekerasan Fisik adalah suatu upaya rumah

sakit untuk melindungi pasien dari kekerasan fisik oleh pengunjung,

pasien lain atau staf rumah sakit.


17. Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi dalam kurun waktu satu jam

pertama kelahiran.
18. Bayi Yang Lahir Normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan

37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000

gram.

5
19. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan.


20. Lansia (Lanjut Usia)adalah seseorang yang berusia 65-90 tahun.
21. Orang Dengan Gangguan Jiwa adalah orang yang Mengalami suatu

perubahan pada fungsi kejiwaan. Keadaan ini ditandai dengan adanya

gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu

dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.


22. Kekerasan Pada Perempuanadalah segala bentuk kekerasan berbasis jender

yang berakibat menyakiti secara fisik,seksual, mental atau penderitaan

terhadap perempuan.
23. Koma dalam istilah kedokteran adalah suatu kondisi tidak sadar yang

sangat dalam, sehingga tidak memberikan respons atas rangsangan rasa

sakit atau rangsangan cahaya.


24. Pasien Koma adalah pasien yang tidak dapat dibangunkan, tidak

memberikan respons normal terhadap rasa sakit atau rangsangan cahaya,

tidak memiliki siklus tidur-bangun, dan tidak dapat melakukan tindakan

sukarela. Koma dapat timbul karena berbagai kondisi, termasuk

keracunan, keabnormalan metabolik, penyakit sistem saraf pusat, serta

luka neorologis akut seperti stroke dan hipoksia, gegar otak karena

kecelakaan berat terkena kepala dan terjadi pendarahaan di dalam

tempurung kepala. Koma juga dapatsecara sengaja ditimbulkan oleh agen

farmasentika untuk mempertahankan fungsi otak setelah timbulnya trauma

otak lain.
25. Perlindungan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti tempat

berlindung atau merupakan perbuatan (hal) melindungi, misalnya memberi

perlindungan pada orang yang lemah.


26. Kerahasian adalah praktik pertukaran informasi antara sekelompok orang,

bisa hanya sebanyak satu orang, dan menyembunyikannya terhadap orang

6
lain yang bukan anggota kelompok tersebut. Hal yang disembunyikan

tersebut di sebut dengan rahasia.


27. Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang

penting bagi sipenerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat di

rasakan dalam keputusan keputusan yang sekarang atau keputusan

keputusan yang akan datang (Gordon B. Davis)


28. Tenaga non medis adalahseseorang yang mendapatkan ilmu pengetahuan

yang tidak termasuk dalam pendidikan tenaga medis, tenaga para medis

perawatan, dan tenaga paramedis non perawatan


29. Rekam Medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam

tentang identitas , anamnesa,penentuan fisik , laboratorium, diagnosa

segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan

pengobatan baik yang dirawat inap , rawat jalan maupun

yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. (DepKes RI. 1997)


1.3 Tujuan
1. Memberikan pengetahuan dan pedoman bagi petugas, perawat dan dokter

mengenai Hak pasien dan keluarganya.


2. Mewujudkan pelayanan yang bermutu kepada setiap pasien di RSIA

Annisa.
3. Menghindari pelanggaran terhadap hak pasien dan keluarga.

7
BAB II

RUANG LINGKUP

2.1 Hak Pasien Dan Keluarga


Hak pasien selalu di hubungkan dengan pemeliharaan kesehatan yang

bertujuan agar pasien mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan , dan

bantuan dari tenaga kesehatan yang memenuhi standart pelayanan kesehatan

yang memenuhi standar pelayanan yang optimal UU No.44 tahun 2009

tentang Rumah Sakit.

1. Prinsip Dalam Pelayanan Kesehatan:

1) Bahwa upaya kesehatan yang semula dititik beratkan pada upaya

penyembuhan penderita, secara berangsur-angsur berkembang kearah

keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh.

2) Bahwa dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

seluruh masyarakat perlu adanya perlindungan hak pasien dankeluarga.

3) Bahwa keberhasilan pembangunan di berbagai bidang dan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan taraf kesejahteraan

masyarakat dan kesadaran akan hidup sehat.

4) Bahwa meningkatnya kebutuhan pelayanan dan pemerataan yang

mencakup tenaga, sarana, prasarana baik jumlah maupun mutu.

5) Bahwa pelayanan kesehatan amat penting apabila dihadapkan pada

pasien yang sangat membutuhkan pelayanan kesehatan dengan baikdan

dapat memuaskan para pasien.

8
6) Perlindungan merupakan hal yang essensial dalam kehidupan karena

merupakan sifat yang melekat pada setiap hak yang dimiliki.

7) Bahwa seseorang dapat menuntut haknya apabila telah memenuhi

kewajibannya, oleh karena itu kewajiban menjadi hak yang palingutama

dilakukan.

8) Bahwa perlindungan bagi tenaga kesehatan maupun pasien merupakan hal

yang bersifat timbale balik artinya pihka-pihak tersebut dapat terlindungi

atas hak-haknya bila melakukan kewajibannya.

9) Bahwa dalam kondisi tertentu pasien tidak memiliki kemampuan untuk

mendapatkan informasi atau penjelasan mengenai haknya sehingga akan

disampaiakan melalui keluarga.

10) Bahwa untuk mengatur pemenuhan perlindungan hak pasien dan keluarga

harus ada pedoman sebagai acuan bagi seluruh personil rumah sakit.

2. Hak Pasien dan Keluarga

Hak-hak pasien dan keluarga di RSIA Annisa Jambi yaitu:

1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku

di rumah sakit.
2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien, memberikan

informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai Hak dan Kewajiban

pasien.
3) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa

diskriminasi, memberi pelayanan Kesehatan yang aman, bermutu, anti

diskriminsi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien

sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.


4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar

profesi dan standar prosedur operasional, membuat, melaksanakan, dan

9
menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai

acuan dalam melayani pasien.


5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar

dari kerugian fisik dan materi


6) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan

peraturan yang berlaku di rumah sakit.


8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter

lain yang mempunyai SIP baik di dalam maupun diluar rumah sakit.
9) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang dideritanya

termasuk data-data medisnya.


10) Mendapat informasi mengenai diagnosis dan tata cara tindakan medis,

tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang

mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta

perkiraan biaya pengobatan.


11) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan

dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.


12) Didampingi keluarga dalam keadaan kritis.
13) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya

selama itu tidak mengganggu pasien lainnya.


14) Memperoleh keamanan dan keselamatannya dirinya selama dalam

perawatan di rumah sakit.


15) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap

dirinya.
16) Menolak bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan

kepercayaan yang dianutnya.


17) Menggugat dan/ atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga

memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baiksecara

perdata maupun pidana.

10
18) Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar

pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.
3 Kewajiban Rumah Sakit Dalam Menghormati Hak Pasien Dan Keluarga

Menurut UU no. 69 tahun 2014


1) Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada Bencana,

sesuai dengan kemampuan pelayanannya.


2) Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau

miskin.
3) Melaksanakan fungsi sosial.
4) Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana

ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui,

anak-anak, lanjut usia.


5) Melaksanakan etika Rumah Sakit.
6) Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.
7) Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara

regional maupun nasional.


8) Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau

kedokteran gigi dan Tenaga Kesehatan lainnya.


9) Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (Hospital by

Laws).
10) Mengupayakan keamanan pasien, pengunjung dan petugas di Rumah Sakit.
11) Memberlakukan seluruh lingkungan Rumah Sakit sebagai kawasan tanpa

rokok.
12) Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada

masyarakat.
13) Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan

efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar

pelayanan Rumah Sakit.


14) Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan

kemampuan pelayanannya.

11
15) Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan

di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.


16) Menyelenggarakan rekam medis.
17) Melaksanakan sistem rujukan.
18) Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan

etika serta peraturan perundang-undangan.


19) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan

kewajiban pasien.
20) Menghormati dan melindungi hak-hak pasien,
21) Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah

Sakit dalam melaksanakan tugas.


22) Menjamin hak petugas yang bekerja di Rumah Sakit.

4. Kewajiban Pasien

Kewajiban pasien menurut Permenkes No. 69 Tahun 2014 Tentang

Kewajiban RS dan Kewajiban Pasien, akan di informasikan kepada pasien

dengan menggunakan leaflet dan salah satu kewajiban pasien tentang

pembiyaan tertuang juga pada persetujuan umum atau disebut juga general

consent adalah, yaitu :

1) Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit


2) Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggung jawab.
3) Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga

Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit.


4) Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai

kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya.


5) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan

kesehatan yang dimilikinya.


6) Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga

Kesehatan di rumah sakit dan disetujui oleh pasien yang

bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan

peraturan perundang undangan.

12
7) Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk

menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga

Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh

Tenaga Kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau

masalah kesehatannya.
8) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Dalam rangka untuk memenuhi hak-hak pasien yang sudah di sebutkan

diatas, RSIA Annisa selalu mendukung pasien dan keluarga untuk

berpartisipasi dalam proses pelayanan dengan cara di buatnya prosedur

pemberian edukasi oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA), dan kebijakan

agar PPA memberikan informasi pada pasien dan keluarga tentang kondisi

medis, diagnosa pasien pada saat yang tepat, rencana pelayanan pengobatan,

dan hasil dari pelayanaan pengobatan termasuk hasil yang tidak diantisipasi

Staf diberikan pelatihan tentang komunikasi efektif agar dapat melaksanakan

kebijakan dan prosedur yang telah di buat.


Setelah pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pelayanan

pengobatannya, maka di harapkan pasien dan keluarga bisa memberi suatu

keputusan menyetujui atau menolak rencana pengobatan yang akan di

laksanakan. Jika pasien dan keluarga menolak untuk dilanjutkan pelayanan

pengobatan maka harus juga di jelaskan tentang konsekuensi dan tanggung

jawabnya. Staf juga di haruskan memberitahu tentang alternatif pelayanan

pengobatan di tempat lain pada pasien dan keluarga. Dengan demikian

pasien dan keluarga bisa membuat suatu keputusan yang bisa dipertanggung

jawabkan.
2.2 Pelayanan Kerohanian
Salah satu hak pasien yang harus dipenuhi oleh rumah sakit dalam

memberikan pelayanan kepada pasien sebagaimana yang tercantum dalam

13
UU No. 44 tahun 2009 tentang hak pasien . Pelayanan ini sangat berarti

sebagai upaya meningkatkan rasa percaya diri kepada Tuhan Sebagai Dzat

yang menentukan kehidupan manusia, sehingga motivasi ini dapat menjadi

pendorong dalam proses penyembuhan.


Bimbingan rohani pasien merupakan bagian dari bentuk pelayanan

kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan Bio-pysco-socio-spiritual

(APA,1992) yang menyeluruh karena pada dasarnya di setiap diri manusia

terdapat kebutuhan dasar spiritual.


Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi

ketetapan Undang-Undang yang menyatakan bahwa aspek agama

merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya. Oleh

karena itu di butuhkan tenaga kesehatan untuk memenuhi kebutuhan

spiritual pasien.
Pelayanan kepada pasien dilaksanakan dengan penuh perhatian dan

menghormati nilai nilai pribadi dan kepercayaan pasien. Rumah sakit

mempunyai proses untuk merespon terhadap permintaan pasien dan

keluarganya untuk pelayanan rohaniawan atau sejenisnya berkenaan

dengan kepercayaan pasien.


Hal hal yang perlu diperhatikan oleh Rumah sakit terhadap pasien :
1. Petugas Rumah Sakit harus terbuka terhadap ekspresi kesepian dan

ketidakberdayaan pasien.
2. Rumah Sakit menganjurkan untuk penggunaan sumber-sumber

spiritual yang ada


3. Rumah sakit memfasilitasi pasien dengan artikel-artikel spiritual

sesuai dengan pilihan mereka


4. Mengkonsultasikan pasien ke penasihat spiritual pilihan pasien. Jika

pasien tidak memiliki pilihan, maka rumah sakit memfasilitasi

penasehat spiritual (rohaniawan).

14
5. Petugas menggunakan teknik klarifikasi nilai untuk membantu

mengklarifikasi nilai dan kepercayaan


6. Petugas menyediakan waktu untuk mendengarkan ungkapan

perasaan pasien
7. Petugas rumah sakit harus bersikap empati pada perasaan pasien
8. Rumah sakit memfasilitasi pasien untuk melakukan kegiatan ritual

seperti meditasi, beribadah, dan aktivitas ritual keagamaan yang lain


9. Petugas rumah sakit mendengarkan baik-baik komunikasi pasien dan

membangunsense of timing untuk beribadah


10. Meyakinkan kepada pasien bahwa petugas rumah sakit akan bersedia

membantu pasien pada waktu sakit/menderita


11. Petugas rumah sakit terbuka pada perasaan pasien tentang sakit dan

mati.
12. Petugas membantu pasien untuk mengekspresikan dan mengurangi

rasa marah dengan jalan yang tepat dan benar

RSIA Annisa memberikan pelayanan kerohanian kepada semua pasien

dengan seluruh agama dan kepercayaan yang diakui di Indonesia yaitu:

1. Islam
- Pemuka agama : Ustadz, Kiai.
- Tempat ibadah : Mushola, Masjid
2. Kristen Katolik
- Pemuka Agama : Pastur.
- Tempat ibadah : Gereja
3. Kristen Protestan
- Pemuka Agama : Pendeta
- Tempat ibadah : Gereja
4. Hindu
- Pemuka Agama : Pendeta
- Tempat Ibadah : Pura
5. Budha
- Pemuka Agama : Pendeta
- Tempat Ibadah : Vihara
6. Konghucu

15
- Pemuka Agama : Pendeta (Xueshi)
- Tempat Ibadah : Kelenteng

Pelayanan bimbingan rohani dilakukan oleh pemuka agama yang telah

di hubungi oleh petugas informasi sesuai dengan agama yang dianut oleh

pasien. RSIA Annisa mempunyai nomor kontak dari setiap pemuka agama

yang akan memberikan pelayanan kerohanian pada pasien yang

membutuhkan. Nomor kontak petugas yang akan memberikan pelayanan

kerohanian terdapat di setiap unit di RSIA Annisa.


RSIA Annisa jambi memberikan bimbingan spiritual bagi pasien rawat

inap yang dilaksanakan pada saat adanya permintaan bimbingan

kerohaniaan oleh pasien atau atas permintaan keluarga.


2.3 Pelayanan Menghormati Kebutuhan Privasi Pasien
Hak Atas Privasi
Hak privasi ini bersifat umum dan berlaku untuk setiap orang. Inti dari

hak ini adalah suatu hak atau kewenangan untuk tidak diganggu. Setiap orang

berhak untuk tidak dicampuri urusan pribadinya oleh lain orang tanpa

persetujuannya. Hak atas privasi disini berkaitan dengan hubungan terapeutik

antara dokter-pasien ( fiduciary relationship ). Hubungan ini di dasarkan atas

kepercayaan bahwa dokter itu akan berupaya semaksimal mungkin untuk

memberikan pelayanan pengobatan. Pula kepercayaan bahwa penyakit yang di

derita tidak akan diungkapkan lebih lanjut kepada orang lain tanpa

persetujuannya. Dalam pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

269/Menkes/Per/III /2008 diatur bahwa penjelasan tentang isi rekam medis

hanya boleh dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien

dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.


Pada saat pemeriksaan seperti wawancara klinis, prosedur tindakan,

pengobatan, profesional pemberi asuhan (PPA) wajib melindungi privasi

16
pasien seperti data pasien, diagnosa pasien, atau pengobatan. Tindakan yang

dapat dilakukan adalah menutup korden pintu pada saat dilakukan

pemeriksaan, memberi selimut kepada pasien yang akan dipindahkan ke ruang

lain,atau hal lain yang semua bergantung dari kebutuhan pasien.


Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki

seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. tingkatan privasi yang

diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya

keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar

atau berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain.


Adapun definisi lain dari privasi yaitu sebagai suatu kemampuan untuk

mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan pilihan atau

kemampuan untuk mencapai interaksi seperti yang diinginkan. privasi jangan

dipandang hanya sebagai penarikan diri seseorang secara fisik terhadap pihak

pihak lain.

a. Faktor Privasi
Ada perbedaan jenis kelamin dalam privasi, dalam suatu penelitian pria

lebih memilih ruangan yang terdapat tiga orang sedangkan wanita tidak

memeprmasalahkanisi dalam ruangan itu. Menurut Maeshall prbedaan

dalam latar belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan privasi.


b. Faktor situasional
Kepuasan akan kebutuhan privasi sangat berhubungan dengan seberapa

besar lingkungan mengijinkan orang-orang di dalamnya untuk mandiri.


c. Faktor budaya
Pada penelitian tiap-tiap budaya tidak ditemukan perbedaan dalam

banyaknya privasi yang diinginkan tetapi berbeda dalam cara bagaimana

mereka mendapatkan privasi. Misalnya rumah orang jawa tidak terdapat

pagar dan menghadap ke jalan, tinggal dirumah kecil dengan dinding dari

bambu terdiri dari keluarga tunggal anak ayah dan ibu.

17
2.4 Pelayanan Perlindungan Barang Milik Pasien

2.4.1. Kewajiban Dan Tanggung Jawab

1. Seluruh Staf Rumah Sakit


1) Memahami dan menerapkan prosedur perlindungan harta benda pribadi

milik pasien/pengunjung.
2) Memastikan prosedur perlindungan harta benda pribadi milik

pasien/pengunjung yangbenar ketika pasien/pengunjung selarna berada di

rumah sakit.
3) Melaporkan kejadian salah prosedur perlindungan harta benda milik

pasien/pengunjung/karyawan
2. SDM yang bertugas

1) Perawat:

a. Bertanggung jawab memberikan perlindungan harta benda pasien dan

memastikan perlindungan tersebut tercatat di pada laporan di rawat

inap.
b. Memastikan harta benda tersimpan dengan baik. Jika terdapat kesalahan

penyimpanan maka penyimpanan harus clipindah tempatnya.


2) Petugas Keamanan/Security

a. Bertanggung jawab memberikan pengamanan harta benda pasien dan

mernastikan pengamanan tersebut tercatat pada laporan.

b. Memastikan harta benda tersimpan dengan baik. Jika terdapat kesalahan

penyimpanan maka penyimpanan harus dipindah tempatnya

3) Kepala Instalasi / KepalaRuang


a. Memastikan seluruh staf di Instalasi mernahami prosedur perlindungan

harta benda pasien.


b. Menyelidiki semua insiden salah perlindungan harta benda pasien dan

memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk rnencegah terulanginya

kembali kejadian tersebut.

18
4) Manajer
a. Memantau dan memastikan panduan perlindungan harta benda dikelola

dengan baik oleh Kepala Ruangan.


b. Menjaga standarisasi dalam rnenerapkan panduan perlindungan harta benda

pasien/pengunjunglkaryawan.

Prinsip

1. Semua pasien/pengunjung/karyawan yang berada dalam rumah sakit harus

mendapat perlindungan harta benda pribadi dengan benar saat masuk

rumah sakit dan selama berada dirumah sakit.


2. Setiap pasien/pengunjung/karyawan yang berada dalam rumah sakit harus

berusaha menjaga harta benda pribadi.


3. Tujuan utarna perlindungan harm benda adalah untuk menjaga keamanan

yang memiliki harta benda tersebut.


4. Perlindungan harta benda digunakan pada proses pasien/pengunjung/

karyawan masuk dalam rumah sakit atau selama berada dalam lingkungan

rurnah sakit.
2.5 Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik
Terjadinya kekerasan di lingkungan rumah sakit di sebabakan oleh

beberapa faktor , tetapi faktor individu menjadi peran utama, sebagai contoh

pasien dengan ganguan mental atau pengguna obat terlarang /alkohol yang

memungkinkan melakukan tindakan kekerasan terhadap pasien lain atau

terhadap dirinya sendiri. Faktor lingkungan , sebagai contoh terjadi nya

penculikan bayi diruangan bayi.


Dilihat dari faktor diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya

kekerasankarena adanya suatu kondisi kurangnya pengawasan dan

pemantauan terhadap tempat atau area tertentu di lingkungan rumah sakit.


Perlindungan terhadap kekerasan fisik di rumah sakit juga merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari perlindungan keselamatan kesehatan

19
pasien.dan merupakan bagian dari hak yang wajib diberikan kepada pasien

dan keluarganya.

Kekerasan Fisik Di Rumah Sakit Dapat Dialami Oleh:

1. Bayi Baru Lahir (Neonatus) dan Anak Anak Kekerasan terhadap

bayimeliputi semua bentuk tindakan/ perlakuan menyakitkan secara

fisik,pelayanan medis yang tidak standar seperti inkubator yang tidak

layak pakai, penculikan, bayi tertukar dan penelantaran bayi. Menurut data

dari Kementrian Kesehatan Kasus penculikan bayi menujukkan

peningkatan dari 72 kasus di tahun 2011 menjadi 102 di tahun 2012,

diantaranya 25% terjadi di rumah sakit, rumah bersalin, dan puskesmas.


2. Kekerasan Pada Anak (child abuse) di rumah sakit adalah perlakuan kasar

yang dapat menimbulkan penderitaan, kesengsaraan, penganiayaan fisik,

seksual, penelantara (ditinggal oleh orangtuanya di rumah sakit), maupun

emosional, yang diperoleh dari orang dewasayang ada dilingkungan rumah

sakit. Hal tersebutmungkindilakukanolehorang tuanya sendiri, pasien lain

atau pengunjung atau oleh staf rumah sakit. Terjadinya kekerasan fisik

adalah dengan penggunaan kekuasaan atau otoritasnya, terhadap anak

yang tidak berdaya yang seharusnya diberikan perlindungan.

3. Lansia
Dalam kehidupan sosial, kita mengenal adanya kelompok rentan, yaitu

semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam

menikmati standar kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku

umum bagi suatu masyarakat yang berperadaban. Salah satu contoh

kelompok rentan tersebut adalah orang-orang lanjutusia (lansia). Ternyata,

walau sudah memiliki keterbatasan,lansia juga rentan terhadap

20
kekerasan.Menurut statistik, lebih dari dua juta lansia mengalami

kekerasan setiap tahunnya. Kekerasan pada lansia adalah suatu kondisi

ketika seorang lansia mengalami kekerasan oleh orang lain. Dalam banyak

kasus ,kekerasan fisik datang dari orang-orang yang mereka percayai.

Karenanya, mencegah kekerasan pada lansia dan meningkatkan kesadaran

akan hal ini, menjadi suatu tugas yang sulit. Statistik dari Dinas Pelayanan

di New Zealand menunjukkan bahwa kebanyakan, orang-orang yang

melakukan kekerasan terhadap lansia, merupakan anggota keluarga atau

orang yang berada pada posisi yang mereka percayai, seperti:

pasanganhidup, anak, menantu, saudara, cucu, atau pun perawat.

Kekerasan fisik pada lansia di rumah sakit, yaitu bisa berupa perkosaan,

pemukulan, dipermalukan/ diancam seperti anak kecil, diabaikan /

diterlantarkan, atau mendapatkan perawatan yang tidak standar.


4. Kekerasan Pada Perempuan
Kekerasandi rumah sakit dapat berupa perkosaan, yaitu hubungan seksual

yang dilakukan seseorang atau lebih tanpa persetujuan korbannya. Namun

perkosaan tidak semata-mata sebuah serangan seksual akibat pelampiasan

dari rasa marah, bisa juga disebabkan karena godaan yang timbul sesaat

seperti melihat bagian tubuh pasien wanita yang tidak ditutupi pakaian

atau selimut, mengintip pasien pada saat mandi dan sebagainya.


5. Orang Dengan Gangguan Jiwa
Pasien dengan gangguan jiwa terkadang tidak bisa mengendalikan

perilakunya, sehingga pasien tersebut perlu dilakukan tindakan

pembatasan gerak (restraint) atau menempatkan pasien di kamar isolasi.

Tindakan ini bertujuan agarpasien dibatasi pergerakannya karena dapat

mencederai orang lain atau dicederai orang lain,Bila tindakan isolasi tidak

21
bermanfaat dan perilaku pasien tetap berbahaya, berpotensi melukai diri

sendiri atau orang lain maka alternatif lain adalah dengan melakukan

pengekangan/pengikatan fisik (restraint). Kekerasan fisik pada pasien jiwa

yang dilakukan restrain di rumah sakit, bisa disebabkan oleh tindakan

restrain yang tidak sesuai prosedur, atau menggunakan pengikat yang tidak

standar. Selain itu, pasien jiwa yang dilakukan restrain mudah menerima

kekerasan fisik, baik dari pengunjung lain, sesama pasien jiwa, maupun

oleh tenaga medis. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi pasien yang

terikat sehingga mudah mendapatkan serangan


6. Pasien Koma
Kekerasan fisik bagi pasien yang koma di rumah sakit, bisa disebabkan

oleh pemberian asuhan medis yang tidak standar, penelantaran oleh

perawat, diperlakukan secara kasar oleh tenaga kesehatan yang bertugas

sampai pada menghentikan bantuan hidup dasar pada pasien tanpa

persetujuan keluarga/wali
2.6 Pelepasan Informasi Pasien

Secara umum dapat disadari bahwa informasi yang terdapat dalam rekam

medis sifatnya rahasia dan harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter maupun

tenaga profesi kesehatan lainnya.Dari pernyataan diatas mungkin akan timbul

pertanyaan apakah rahasia kedokteranitudapat dibuka.Pitono Soeparto (2006)

dalam Etik dan Hukum di Bidang Kesehatan mengatakan bahwa di Indonesia

tidak menganut paham kewajiban menyimpan rahasia kedokteran secara

mutlak, namun terdapat pengecualian bahwa rahasia kedokteran dapat dibuka

berdasarkan beberapa alasan yaitu :

1. Karena Daya Paksa Pasal 48 KUHP yang berbunyi :

22
Barang siapa melakukan sesuatu perbuatan karena pengaruh daya paksa

tidak dapat dipidana.Dengan adanya pasal tersebut, maka tenaga

kesehatan terpaksa membuka rahasia pasien karena pengaruh daya paksa

untuk melindungi :

1) Kepentingan umum

2) Kepentingan orang yang tidak bersalah

3) Kepentingan pasien

4) Kepentingan tenaga kesehatan itu sendiri tidak dapat dipidana.

2. Karena Menjalankan Perintah Undang-Undang (Pasal 50 KUHP).

Seorang tenaga kesehatan yang dipanggil sebagai saksi ahli atau saksi

dalam siding pengadilan, kewajiban untuk menyimpan rahasia pasien dapat

gugur atas perintah hakim yang memimpin sidang (Pasal 170 ayat 2 Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana).

3. Karena Perintah Jabatan (Pasal 51 KUHP)

Seorang tenaga kesehatan yang diperintahkan untuk membuka rahasia

pasien oleh atasannya yang berhak untuk itu, tidak dapat dipidana.

4. Karena Untuk Mendapatkan Santunan Asuransi.

Seorang dokter wajib mengisi formulir yang diperlukan oleh pasien atau

keluarganya untuk mendapat santunan asuransi.Dalam hal ini kewajiban

untuk menyimpan rahasia kedokteran menjadi gugur, karena berdasarkan

peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja, tanpa keterangan

dari dokter yang merawat, maka santunanasuransi tenaga kerja tidak akan

dapat diberikan kepada yang bersangkutan.

23
Hal pembukaan rahasia kedokteran dipertegas kembali dalam Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 269/MENKES/PER/III/2008 BAB IV Pasal 10 :

Ayat (2)

Informasi tentang identitas, diagnosa, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan,

dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :

a. Untuk kepentingan kesehatan pasien

b. Memenuhi permintaan aperatur penegak hukum dalam rangka penegakan

hukum atas perintah pengadilan.

c. Permintaan dan atau persetujuan pasien sendiri.

d. Permintaan istitusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan

e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis sepanjang tidak

menyebutkan identitas pasien.

Ayat (3)

Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

Persetujuan Pelepasan Informasi Medis

Walaupun informasi yang terkandung dalam rekam medis dapat dibuka, namun

pelepasan informasi tersebut harus melalui persetujuan atau ijin tertulis dari

pasien ataupun kuasa pasien itu sendiri.Ini dimaksudkan untuk melindungi hak

privasi pasien dan melindungi sarana pelayanan kesehatan dalam tindak hukum

perlindungan hak kerahasiaan informasi pasien.

24
Ijin tertulis atau persetujuan pelepasan informasi medis ini harus dilengkapi

dengan tanda tangan pasien. Selanjutnya Huffman, 1994 menyebutkan bahwa

formulir pelepasan informasi setidaknya memuat unsur-unsur yang meliputi :

a. Nama institusi yang akan membuka informasi.

b. Nama perorangan atau institusi yang akan menerima informasi

c. Nama lengkap pasien, alamat terakhir dan tanggal lahir.

d. Maksud dibutuhkannya informasi.

e. Jenis informasi yang diinginkan termasuk tanggal pengobatan pasien. Hati-hati

perkataan apapun dan semua jenis informasi tidak dibenarkan.

f.Tanggal yang tepat, kejadian, kondisi hingga batas waktu ijin yang ditetapkan,

kecuali dicabut sebelumnya.

g. Pernyataan bahwa ijin dapat dicabut dan tidak berlaku bagi masa lampau

maupun mendatang.

h. Tanggal ijin ditanda tangani. Tanggal tanda tangan harus sebelum tanggal

membuka informasi.

i. Tanda tangan pasien/kuasa.membuka informasi harus berdasarkan ijin anak.

Kemudian WHO dalam Medical Record Manualmenjelaskan apabila suatu

permintaan dibuat untuk pelepasan informasi, permintaan tersebut harus

mengandung hal-hal sebagai berikut :

1. Nama lengkap pasien,alamat dan tanggal lahir

2. Nama orang atau lembaga yang akan meminta informasi

3. Tujuandan kebutuhan informasi yang diminta

25
4. Tingkat dan sifat informasi yang akandikeluarkan, termasuk tanggal keluar

informasi

5. Ditandatangani oleh pasien atau wakilnya yang sah (misalnya, orang tua atau

anak.

BAB III

TATA LAKSANA

3.1 Pemberian informasi Hak Pasien dan Keluarga

31.1 Pada Saat Pendaftaran.

Pada saat pendaftaran, baik di rawat jalan maupun rawat inap, pasien akan

mendapatkan informasi tentang hak pasien dengan diberikan leaflet yang

berisi hak pasien dan petugas administrasi memberi penjelasan kepada pasien

26
dengan bahasa yang mudah dimengerti mengenai 18 butir hak pasien

berdasarkan Undang Undang no 44 tentang Rumah Sakit selama pasien

dirawat di RSIA Annisa pasien diberi pemahaman bahwa pasien

sesungguhnya adalah penentu keputusan tindakan medis bagi dirinya sendiri.

Seperti yang tertera pada Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, dimana Undang Undang ini bertujuan untuk memberikan

perlindungan kepada pasien, mempertahankan dan meningkatkan mutu

pelayanan medis, dan memberikan kepastian hukum bagi pasien maupun

dokter. Adanya hak pasien membantu meningkatkan kepercayaan pasien

dengan memastikan bahwa sistem pelayanan di RSIA Annisa bersifat cukup

adil dan responsif terhadap kebutuhan mereka, memberitahukan kepada

pasien mekanisme untuk memenuhi keinginan mereka, dan mendorong

pasien untuk mengambil peran aktif serta kritis dalam meningkatkan

kesehatan mereka. Selain itu, hak dan kewajiban juga dibuat untuk

menegaskan pola hubungan yang kuat antara pasien dengan dokter.

3.1.2 Pada Saat Pengobatan.

Pada saat pasien berkunjung ke poliklinik atau sedang dirawat di ruang

perawatan, akan berlangsung tanya jawab antara pasien dan dokter

(anamnesis), pasien harus bertanya (berusaha mendapatkan hak pasien

sebagai konsumen). Bila berhadapan dengan dokter yang tidak mau

membantu mendapatkan hak pasien, itu saatnya pasien mencari dokter lain

atau mencari second opinion ditempat lain. Pasien menjadilkan dirinya

sebagai partner diskusi yang sejajar bagi dokter. Ketika pasien memperoleh

penjelasan tentang apapun, dari pihak manapun, tentunya sedikit banyak

27
harus mengetahui, apakah penjelasan tersebut benar atau tidak. Semua profesi

memiliki prosedur masing-masing, dan semua kebenaran tindakan dapat

diukur dari kesesuaian tindakan tersebut dengan standar prosedur yang

seharusnya. Begitu juga dengan dunia kedokteran.


Ada yang disebut dengan guideline atau Panduan Praktik Klinis (PPK)

dalam menangani penyakit. Lalu, dalam posisi sebagai pasien, setelah kita

mengetahui peran penting kita dalam tindakan medis, apa yang dapat

dilakukan. Karena, tindakan medis apapun, harusnya disetujui oleh pasien

(informed consent)sebelum dilakukan setelah dokter memberikan informasi

yang cukup. Bila pasien tidak menghendaki, maka tindakan medis seharusnya

tidak dapat dilakukan. Pihak dokter atau RS seharusnya memberikan

kesempatan kepada pasien untuk menyatakan persetujuan atau sebaliknya

menyatakan penolakan. Persetujuan itu dapat dinyatakan secara tulisan.

Selanjutnya, UU no. 29/2004 pada pasal 46 menyatakan dokter wajib mengisi

rekam medis untuk mencatat tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien

secara clear, correct dan complete. Dalam pasal 47, dinyatakan rekam medis

merupakan milik rumah sakityang wajib dijaga kerahasiannya, tetapi isinya

merupakan milik pasien. Artinya, pasien berhakmendapatkan salinan rekam

medis dan pasien berhak atas kerahasiaan dari isi rekam medis miliknya

tersebut, sehingga rumah sakit tidak bisa memberi informasi terkaitdata

data medis pasien kepada orang pribadi/perusahaan asuransi atau ke media

cetak / elektronik tanpa seizin dari pasiennya.

3.1.3 Pada Saat Perawatan.

28
Selama dalam perawatan, pasien akan menerima informasi tentang Hak

pasien secara berkala akan disampaikan melalui media audio speaker dengan

meninta jadwal dari bagian Rumah Sakit. dan pasien berhak mendapatkan

privasi baik saat wawancara klinis, saat dilakukan tindakan ataupun

menentukan siapa yang boleh mengunjunginya. Begitu pula untuk pelayanan

rohani, pasein berhak mendapatkan pelayanan rohani baik secara rutin

maupun secara insidensial manakala dibutuhkan.

3.2 Pelayanan Kerohanian


3.2.1. Pelayanan kerohanian pada pasien rawat jalan.
Pelayanan kerohanian pada pasien rawat jalan dilaksanakan saat pasien

meminta kepada rumah sakit untuk diberi bimbingan kerohaniaan oleh

petugas pelayanan kerohanian. Saat pasien mengajukan permintaan pelayanan

petugas/perawat yang bertugas akan memberikan formulir permintaan

pelayanan kerohanian kepada pasien untuk selanjutnya diisi oleh pasien atau

keluarga pasien yang sedang mendampingi.


Kemudian petugas akan menghubungi petugas rohaniawan sesuai dengan

agama yang dianut oleh pasien , melalui petugas informasi, yang selanjutnya

akan dikonfirmasi kepada pasien yang bersangkutan.


3.2.2. Pelayanan kerohanian pada pasien rawat inap
Pelayanan kerohanian pada pasien rawat inap dilaksanakan atas

permintaan pasien / keluarga pasien dengan menghubungi bagian pelayanan

bimbingan rohani untuk selanjutnya mengisi formulir permintaan pelayanan

kerohanian. Pelayanan bimbingan rohani dilakukan oleh pemuka agama yang

telah di hubungi oleh petugas informasi sesuai dengan agama yang dianut

oleh pasien. pelayanan akan dilakukan bedasarkan agama dan kepercayaaan

yang dianut oleh pasien.

3.3 Pelayanan Menghormati Kebutuhan Privasi Pasien.

29
RSIA Annisa sangat menhormati kebutuhan privasi pasien karena privasi

pasien sangatlah penting. Seluruh staf di RSIA Annisa dilatih untuk bisa

mengidentifikasi harapan dan kebutuhan privasi selama pelayanan dan

pengobatan, baik pada saat wawancara klinis , pemeriksaan atau pengobatan

dan transportasi Pada saat pemeriksaan seperti wawancara klinis,prosedur

tindakan,pengobatan,Profesional Pemberi Asuhan (PPA)wajib melindungi

privasi pasien seperti data pasien,diagnosa pasien,atau pengobatan. Tindakan

yang dapat dilakukan adalah menutup korden pintu pada saat dilakukan

pemeriksaan, memberi selimut kepada pasien yang akan dipindahkan ke ruang

lain,atau hal lain yang semua bergantung dari kebutuhan pasien.


3.3.1. Untuk Rawat Inap

1. Perawat menerima pasien baru dan melakukan identifikasi pasien

dengan meminta pasien menyebutkan nama lengkap dan tanggal

lahir.

2. Perawat memberikan informasi pada pasien - merujuk kepada

cek list pemberian informasi dengan menjelaskan mengenai hak

dan kewajibanya termasuk didalamnya hak akan privacy pasien

selama dalam perawatan

3. Perawat melakukan koordinasi dengan pihak terkait sesuai dengan

kebutuhan pasien guna menjaga privacynya selama dalam

perawatan:

1) Menutup acces masuk pengunjung ( baik keluarga, kerabat)

2) Menempatkan tanda/signage pada pintu masuk kamar.

3) Memastikan Prefrensi pasien untuk gender atau jenis kelamin

petugas yang diberi izin masuk kamar.

30
4. Pada semua tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh

dokter atau perawat di kamar perawatan pastikan privacy pasien

terlindungi dengan :pintu dan tirai kamar tertutup.


5. Untuk pasien yang akan transfer antar unit karena akan dilakukan

pemeriksaan penunjang atau pindah rawat/kamar, pastikan saat

transfer privacy pasien terlindungi, contoh dengan menggunakan

selimut.
6. Pastikan dokumen/ file pasien terdapat pada tempatnya.
7. Memastikan seluruh staff rumah sakit tidak membicarakan hal-hal

yang menyakut pasien di area umum.

3.3.2. Untuk Pasien Rawat Jalan

1. Pada semua tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter

atau perawat di ruang konsultasi pastikan privacy pasien

terlindungi dengan :pintu dan tirai ruang konsultasi tertutup

2. Memastikan seluruh staff rumah sakit tidak membicarakan hal-

hal yang menyakut pasien di area umum

3.4 Pelayanan Perlindungan Barang Milik Pasien


2.4.1 Perlindungan Harta Benda Pasien
Berlaku untuk pasien yang berada di rawat inap dimana dalam hal ini

pasien mengenakan perhiasan atan barang berharga lainnya dan sedang

dalam kondisi akan dilakukan tindakan pelayanan medis.


1. Tatalaksana perlindungan harta benda pasien
1) Semua pasien sebelum masuk rawat inap harus diinformasikan

bahwa rumah sakit tidak bertanggung jawab jika ada harta benda

yang hilang sebab pada saat akan masuk rawat inap sudah di

informasikan oleh Unit Pendaftaran.

31
2) Pastikan bahwa pasien sudah menyetujui dan mengerti tentang

infonnasi yang disampaikan tentang perlindungan harta benda.


3) Pastikan pasien memberikan Surat Pernyataan bahwa bersedia

tidak akan menuntut apapun pada pihak rumah sakit apabila terjadi

kehilangan harta benda karena sudah diinformasikan bahwa rumab

sakit tidak bertanggung atasa harta benda pribadi milik pasien.


4) Pastikan adanya proses serah terima penyimpanan sementara

untuk harta benda pribadi milik pasien apabila pada pasien

tersebut tidak ada keluarga yang mendampingi dan akan dilakukan

tindakan pelayanan kesehatan.


5) Segera hubungi pihak keamanan untuk kasus kehilangan harta

benda milik pasien jika ada peristiwa kehilangan.


6) Jika perlu hubungi pihak yang berwajib untuk menangani kasus

kehilangan harta benda milik pasien jika kasus tersebut berlanjut.


1) Tindakan/prosedur yang membutuhkan perlindungan harta benda

pasien.
2. Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan perlindungan

harta benda pasien:


1) Pada saat pasien tidak ada keluarga yang mendampingi sedangkan

pada pasien tersebut akan dilakukan tindakan pelayanan kesehatan.


2) Pada saat pasien mengalami hilang kesadaran/hilang ingatan
3. Para staf RSIA Annisa harus memberikan perlindungan harta benda

pasien dengan benar dengan menanyakan kejelasan inforrnasi yang

disampaikan oleh Unit Pendaftaran untuk tidak rneninggalkan harta

benda khususnya yang berharga diluar pengamatan pasien, kemudian

membandingkannya dengan adanya Surat Pernyataan yang tercantum di

rekam medis. Jangan menyebutkan sernua informasi tentang

perlindungan dan meminta pasien untuk mengkonfirmasi dengan

jawaban ya / tidak.

32
4. Jangan melakukan prosedur apapun jika pasien tidak mengetahui untuk

menjaga harta bendanya sendiri. Informasi rnengenai bahwa rumah

sakit tidak bertanggung jawab atas barang benda milik pasien

diinformasikan ulang oleh perawat yang bertugas menangani pasien

secara personal sebelum pasien menjalani suatu prosedur.


5. Perlindungan harta benda sebaiknya mencakup 2 detail wajib, yaitu :
1) Didata semua harta benda pada saat pasien masuk
2) Mendata semua pengunjung yang datang berkunjung di ruang

perawatan inap pasien dirawat.


2.4.2 Perlindungan Harta Benda Pengunjung
1. Tatalaksana perlindungan harta benda pengunjung :
1) Semua pengunjung harus diidentifikasi dengan benar sebelum masuk

dalam lingkungan rumali sakit dengan menggunakan tanda pengenal

yang masih berlaku (KTP. SIM, Paspor) dan harta benda apa saja

yang dibawa.
2) Pastikan pada pengunjung agar menjaga harm benda yang

dibawanya dan jelaskan bahwa tidak ada penitipan harta benda yang

dibawanya.
3) Perlindungan harta benda harus diberikan pada semna

pengunjungjika terjadi kecelakaan, bencana atau hilang

kesadaran/ingatan pada din pengunjung tersebut dan tidak ada

pengecualian selama herada dalain lingkungan rumah sakit.


4) Jika terjadi kecelakaan/bencana atnu hilang kesadaran/ingatan pada

pengunjung secara tiba-tiba pastikan segera berikan perlindungan

terhadap diri dan harta benda pengunjung. kernudian catat pada

buku laporan dan laporkan pada pihak manajemen rumah sakit.


5) Pada situasi di mana tidak dapat diberikan perlindungan terhadap

harta benda maka harta benda harus dipastikan dititipkan/ditinggal

33
pada pihak keamanan dan kemudian dikoordinaskan pada pihak

manajemen.
6) Harta benda pengunjung tidak boleh dititipkan kepada pihak rumah

sakit walaupun bersifat sementara dan kondisi pengunjung masih

memungkinkan untuk menjaga harta bendanya sendiri karena rurnah

sakit tidak bertanggung jawab perlindungan harta benda tersebut

kecuali dalam kondisi tertentu.


7) Pada saat menitipkan harta benda untuk sementara waktu jika

pengunjung dalam kondisi terluka atau hilang kesadaran/ingatan

maka harus memberikan Surat Pernyataan Penitipan dengan disertai

tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor) yang masih berlaku dan dibubuhi

oleh tanda tangan/cap jempol pengunjung.


8) Tanda pengenal yang disertakan di pos keamanan sebaiknya

mencakup 2 detail wajib yang dapat mengidentifikasi pengunjung,

yaitu:
a. Tanda pengenal masih berlaku.
b. Tanda pengenal harus asli/bukan fotocopy
c. Jelaskan prosedur perlrndungan harta benda sementara dan

tujuannya kepada pengunjung.


d. Periksa ulang 2 (dua) detail data di buku laporan sebelurn

memberikan perlindungan harta benda pada pengunjung.


e. Saat menanyakan identitas dan harta benda pengunjung, selalu

gunakan pertanyaan terbuka, misalnya: Siapa nama Anda?

barang apa yang anda titipkan ? (jangan rnenggunakan pertanyaan

tertutup seperti Apakah narna anda Ibu Susi?)


f. Jika pengunjung tidak mampu memberitahukan narnanya

(misalnya pada pengunjung tidak sadar, bayi, disfasia, gangguan

jiwa), verifikasi harta benda pengunjung kepada keluarga /

pengantarnya. Jika mungkin, tanda pengenal jangan dijadikan

34
satu-satunya bentuk identiflkasi pada saaat menitipkan harta

benda. Tanya ulang narna dan alarnat pengunjung, kernudian

bandingkan jawaban pengunjung dengan data yang lertulis dibuku

laporan.
g. Pengecekan buku laporan pengunjung dilakukan tiap kali

pergantian jaga petugas kearnanan.


h. Unit yang memberikan perlindungan pada harta benda

pengunjung hams menanyakan ulang identitas pengunjung dan

membandingkan data yang diperoleh dan laporan verifikasi pihak

keamanan.

i. Pada kasus pengunjung yang tidak mau diberikan perlindungan

harta benda:
Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti:
Menolak diberikan perlindungan harta benda
Tidak ada kepercayaan dari pengunjung
Proses perlindungan harta benda harus diinformasikan akan

risiko yang dapat terjadi jika tidak dilakukan. Alasan

pengunjung harus dicatat pada buku laporan petugas

kearnanan.
Jika pengunjung menolak untuk diberikan perlindungan harta

bendanya, petugas harus lebih waspada dan mencari cara lain

untuk memberikan perlindungan pada harta benda pengunjung

dengan benar sebelum dilakukan tindakan petayanan kesehatan


2. Tindakan/prosedur yang membutuhkan perlindungan harta benda
1) Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan

perlindungan harta benda pengunjung:


Pada saat terjadi bencana (kebakaran, gempa).
Pada saat evakuasi karena terjadinya bencana.
Pada saat terjadi kasus pencurian.
Pada saat pengunjung hilang kesadaran/ingatan

35
2) Para staf RSIA Annisa harus mengkonfirmasi pengunjung

dalam perlindungan harti benda dengan benar dengan

menanyakan nama dan harta benda yang akan dilindungi,

kernudian niembandingkannya dengan data berdasarkan

infornasi yang didapat dan laporan petugas keamanan. Jangan

menyebutkan nama dan harta benda yang dilindungi dan

meminta pengunjung untuk mengkonfirrnasi dengan jawaban

ya / tidak.
3) Jangan melakukan prosedur apapun jika pengunjung tidak

rnau diberikan perlindungan pada harta benda yang

dibawanya. Perlindungan harta benda harus di pastikan

diberlakukan ulang oleh petugas keamanan yang bertugas

menangani pengunjung secara personal pada saat pengunjung

datang.

3.5 Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik


3.5.1. Seluruh staf RSIA Annisa harus melindungi pasien & keluarganya dari

kekerasan fisik terutama pada pasien yang tidak mampu melindungi

dirinya seperti bayi, anak anak, manula, perempuan, pasien jiwa, pasien

koma, penyandang cacat dan lain sebagainya.


1. Pengawasan terhadap lokasi pelayanan yang terpencil dan terisolasi,

seperti pada:

- VK

- Ruang Perawatan Ibu Persalinan Baik Sc / Persalinan Normal.

- Ruang Perawatan

- Ruang HCU

36
2. Pengawasan ketat terhadap ruang perawatan bayi dan anakanak untuk

mencegahpenculikan dan perdagangan pada bayi dan anak - anak,

seperti pada :

- Ruang radiologi

- Ruang perawatan bayi

- Ruang Perinatal Risiko Tinggi

3. Penanganan pada bayi / anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya di

RSIA Annisa dengan merawat bayi tersebut agar sehat untuk

selanjutnya diserahkan ke Dinas Sosial


4. Meletakan CCTV di area area khusus seperti , di ruang perinatologi,

di ruang HCU dan Perinatal Risiko Tingg , di depan lift, di pintu masuk

dan ruang pendaftaran serta area parkir.


5. Semua pengunjung diluar jam besuk yang masuk ke RSIA Annisa harus

memakai identitas yang dapat dikeluarkan oleh Security. Pengunjung

yang mencurigakan diperiksa dan diinvestigasi oleh petugas, khususnya

oleh Security.
6. Semua pengunjung diluar jam kunjungan rumah sakit, baik di luar jam

kantor, di luar jam pelayanan maupun di luar jam besuk daftarkan dan

dicatat oleh security.


7. Kekerasan pada pada lansia, dapat dicegah dengan beberapa tindakan

preventif.
8. Membatasi jumlah pasien yang masuk ke ruang perawatan, diluar jam

besuk dengan menerapkan ketentuan hanya mereka yang

menggunakan ID Card yang boleh memasuki ruang perawatan.


3.5.2. Cara RSIA Annisa melindungi pasien dari kesalahan asuhan medis

1. Memberikan asuhan medis sesuai panduan praktekklinis dan clinical

pathway.

37
2. Mengupayakan sarana prasarana yang safety untukasuhan medik dan

keperawatan.

3. Melakukan sosialisasi kepada semua tenaga kesehatanyang bertugas.

3.6 Pelepasan Informasi Pasien

Walaupun informasi yang terkandung dalam rekam medis dapat dibuka,

namun pelepasan informasi tersebut harus melalui persetujuan atau ijin

tertulis dari pasien ataupun kuasa pasien itu sendiri.Ini dimaksudkan untuk

melindungi hak privasi pasien dan melindungi sarana pelayanan kesehatan

dalam tindak hukum perlindungan hak kerahasiaan informasi pasien.

Ijin tertulis atau persetujuan pelepasan informasi medis ini harus dilengkapi

dengan tanda tangan pasien. RSIA Annisa memberitahukan kepada pasien

tentang informasi kesehatannya selama dirawat di Rumah Sakit adalah

rahasia. Jika di perlukan untuk melepaskan informasi tentang kesehatan nya

kepada pihak-pihak tertentu yang berwenang, maka Rumah Sakit akan

meminta persetujuan kepada pasien.RSIA Annisa menghargai hak pasien

mengenai status kesehatan nya selama dirawat di rumah sakit. Petugas Medis

(dokter dan perawat) sudah disumpah untuk tidak memberikan informasi

kesehatan pasien kepada orang lain kecuali yang di izinkan oleh pasien.

Untuk staf non medis (rekam medis, kasir bagian asuransi) diangkat sumpah

oleh rumah sakit agar tidak melepaskan informasi tentang kondisi kesehatan

pasien kepada siapapun kecuali atas izin dari pasien atau untuk kepentingan

hukum,asuransi dan hal lain nya.

38
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Kebijakan Hak Pasien Dan Keluarga.


2. SPO Pelayanan Kerohanian Rawat Jalan.

39
3. SPO Pelayanan Kerohanian Rawat Inap.
4. Formulir Permintaan Pelayanan Kerohanian.
5. SPO General Consent.
6. SPO Penitipan Barang Berharga Milik Pasien
7. SPO Pengembalian Barang Berharga Milik Pasien
8. SPO Penyimpanan barang berharga milik pasien yang tidak sadar
9. Formulir Penitipan Dan Pengembalian Barang Berharga Milik

Pasien
10. SPO Pencegahan Penculikan Bayi
11. SPO Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik
12. SPO Pemantauan Lingkungan Rumah Sakit
13. SPO Pengunjung Pasien Diluar jam Besuk
14. Daftar pengunjung pasien diluar jam besuk
15. Daftar kelompok pasien berisiko
16. Kartu identitas pengunjung
17. SPO Permintaan Privasi
18. Formulir Permintaan Privasi

BAB V
PENUTUP

Hak pasien selalu di hubungkan dengan pemeliharaan kesehatan yang

bertujuan agar pasien mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan , dan

bantuan dari tenaga kesehatan yang memenuhi standart pelayanan kesehatan

yang memenuhi standar pelayanan yang optimal UU No.44 tahun 2009

tentang Rumah Sakit.


RSIA Annisa membuat panduan hak pasien dan keluarga agar bisa

dilaksanakan dalam memberikan pelayanan kepada pasien sehingga

diharapkan seluruh staff mengetahui dan memberikan pelayanan sesuai

dengan hak pasien dan keluarga.


RSIA Annisa berusaha semaksimal mungkin melaksanakan semua

yang sudah ditulis didalam panduan ini, namun dengan segala keterbatasan

seluruh staff RSIA Annisa masih banyak terdapat kekurangan dalam

pelaksanaannya.

40

Anda mungkin juga menyukai