0
diskusi
Data pasien : Nama : Ny. S. 80 th No. registrasi :-
Nama klinik : - Telp : - Terdaftar sejak : -
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis : Dyspneau e.c PPOK
2. Riwayat Pengobatan : belom berobat ke dokter
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit :
4. Riwayat Keluarga/ Masyarakat : -
5. Riwayat Pekerjaan : IRT
6. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
1. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid
2. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
2. Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. Patofisiologi: Konsep klinis
proses-proses penyakit. 2005. Jakarta: EGC.
3. PDPI., 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Hasil Pembelajaran :
1. Definisi dan pengertian PPOK
2. Patogenesis terjadinya PPOK
3. Anamnesa, Pemeriksaan Fisik dan Penunjang pada PPOK
4. Penegakkan Diagnosis PPOK
5. Penatalaksanaan pada PPOK
6. Edukasi dan perawatan pada pasien PPOK
1
berhenti merokok sejak 10 tahun yang lalu, dan dirumah sering
memasak menggunakan kayu bakar. Riwayat darah tinggi disangkal,
riwayat kencing manis disangkal, riwayat kolesterol tinggi disangkal,
riwayat asam urat disangkal, riwayat sakit TB disangkal, riwayat alergi
dan asthma disangkal.
Obyektif
Pada pemeriksaan didapatkan :
Keadaan umum : Tampak Sesak
Kesadaran : CM
GCS : E4V5M6
Nadi : 110 x/menit, teratur, isi cukup
Respirasi : 40 x/menit
Suhu : 36,5 C
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Status Generalis
1. Kepala
2
3. Thoraks
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V
Perkusi : Batas atas sela iga III garis parasternal kiri
Pulmo
Anterior
Kiri Kanan
Pergerakan Pergerakan
pernafasan simetris; pernafasan simetris;
Retraksi dada (+) Retraksi dada (+)
Inspeksi
Gerakan otot Gerakan otot
bantu pernapasan bantu pernapasan
(+) (+)
Fremitus taktil =
Palpasi Fremitus taktil = kiri
kanan
Perkusi Hipersonor Hipersonor
Stridor (-)
Stridor (-)
Suara nafas
Suara nafas vesikuler
Auskultasi vesikuler
Ronkhi (+)
Ronkhi (+)
Wheezing (+)
Wheezing (+)
4. Abdomen
Inspeksi : Cembung, simetris
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Organomegali (-)
Perkusi : Timpani
5. Ekstremitas
Inspeksi : Udem tungkai -/- , Clubbing Finger (-/-), Kuku
3
Pucat (-/-), Ikterik (-/-)
Palpasi : Pitting Udem (-/-), CRT < 2
4
infeksi saluran pernapasan kambuh.
1. Kebiasaan merokok
Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking
control, rokok adalah penyebab utama timbulnya PPOK. Secara
pisiologis rokok berhubungan langsung dengan hiperflasia kelenjar
mukaos bronkusdan metaplasia skuamulus epitel saluran
pernapasan. Juga dapat menyebabkan bronkokonstriksi akut.
Menurut Crofton & Doouglas merokok menimbulkan pula inhibisi
aktivitas sel rambut getar, makrofage alveolar dan surfaktan.
a. Riwayat Perokok : 1. Perokok Aktif
2. Perokok Pasif
3. Bekas Perokok
5
b. Derajat berat merokok
( Indeks Brinkman = Jumlah rata-2 batang rokok /hr X lama
merokok /th):
1. Ringan : 0 - 200
2. Sedang : 200 - 600
3. Berat : > 600
2. Polusi udara
Polusi zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan brokhitis
adalah zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O,
hydrocarbon, aldehid dan ozon.
a. Polusi di dalam ruangan : - asap rokok
- asap kompor
b. Polusi di luar ruangan : - Gas buang kendaranan bermotor
- Debu jalanan
c. Polusi tempat kerja ( bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
3. Riwayat infeksi saluran nafas.
Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada seorang penderita
bronchitis koronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian
bawah, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Ekserbasi
bronchitis koronis disangka paling sering diawali dengan infeksi
virus, yang kemudaian menyebabkan infeksi sekunder oleh
bakteri.
4. Bersifat genetik yaitu defisiensi 1 antitripsin.
6
jugularis i leher dan edema tungkai
Penampilan pink puffer atau blue bloater
Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
Auskultasi
suara napas vesikuler normal, atau melemah
terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa
ekspirasi memanjang
bunyi jantung terdengar jauh
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan
dan pernapasan pursed lips breathing
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis,
terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral
dan perifer
Pursed - lips breathing
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan
ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh
untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme tubuh
untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.
7
A: PPOK
Farmakologi
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator
dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan
bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada
penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan
pemberian obat lepas lambat ( slow release ) atau obat berefek
panjang ( longacting ). Macam - macam bronkodilator :
- Golongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai
bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari
).
- Golongan agonis beta - 2
Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah
penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai
obat pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang berefek
panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi
eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.
Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.
- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2
Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek
bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai tempat kerja yang
berbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi lebih sederhana
8
dan mempermudah penderita.
- Golongan xantin
Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka
panjang, terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet
biasa atau puyer untuk mengatasi sesak ( pelega napas ), bentuk
suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut.
Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin
darah.
Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan nafas, termsuk
didalamnya golongan adrenergic B dan antikolinergik. Pada pasien
dapat diberikan sulbutamol 5 mg dan diberikan tiap 6 jam dengan
nebulizer atau protropium bromide 250 atau aminofilin 0,25 05 g IV
secara perlahan.
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi
jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu
terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan
minimal 250 mg.
c. Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :
- Lini I : Amoksisilin
Makrolid
- Lini II : Amoksisilin dan Asam klavulanat
Sefalosporin
Kuinolon
Makrolid baru
Perawatan di Rumah Sakit :
dapat dipilih
o Amoksilin dan klavulanat
o Sefalosporin generasi II & III injeksi
9
o Kuinolon per oral
ditambah dengan yang anti pseudomonas
o Aminoglikose per injeksi
o Kuinolon per injeksi
o Sefalosporin generasi IV per injeksi
d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup,
digunakan N - asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan
eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang
rutin
e. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan
mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik
dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK
bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
f. Antitusif
Diberikan dengan hati - hati
1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi dan polusi udara.
10
atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antiobiotik
yang lebih kuat.
o Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan
karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas CO2.
MANFAAT OKSIGEN :
1. Mengurangi sesak
2. Memperbaiki Aktiviti
3. Mengurangi hipertensi pulmonal ( Penyakit jantung )
4. Mengurangi vasokonstriksi
5. Mengurangi hematokrit
6. Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
7. Meningkatkan kualiti hidup
11
4. Sungkup Non rebreathing
o Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan
baik.
Nutrisi
12
fungsi muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari gangguan
ventilasi.
Rehabilitasi PPOK
13
napas. Teknik latihan meliputi pernapasan diafragma dan pursed lips
guna memperbaiki ventilasi dan menyinkronkan kerja otot abdomen
dan toraks. Serta berguna juga untuk melatih ekspektorasi dan
memperkuat otot ekstrimiti.
----------------------------------------------------------------------------------------
---------------------
Pendidikan : Edukasi dan memotivasi baik terhadap pasien maupun
keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita, kedisiplinan terapi
yang diberikan memperbaiki status medis pasien.
14