Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam era reformasi saat ini, hukum memegang peran penting dalam
berbagai segi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang, yang merupakan bagian
integral dari kesejahteraan, diperlukan dukungan hukum bagi penyelenggaraan
berbagai kegiatan di bidang kesehatan. Perubahan konsep pemikiran
penyelenggaraan pembangunan kesehatan tidak dapat dielakkan. Pada
awalnya pembangunan kesehatan bertumpu pada upaya pengobatan penyakit
dan pemulihan kesehatan, bergeser pada penyelenggaraan upaya kesehatan
yang menyeluruh dengan penekanan pada upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan.
Paradigma ini dikenal dalam kalangan kesehatan sebagai paradigma sehat.
Sebagai konsekuensi logis dari diterimanya paradigma sehat maka segala
kegiatan apapun harus berorientasi pada wawasan kesehatan, tetap
dilakukannya pemeliharaan dan peningkatan kualitas individu, keluarga dan
masyarakat serta lingkungan dan secara terus menerus memelihara dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau
serta mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Secara ringkas untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap
orang maka harus secara terus menerus dilakukan perhatian yang sungguh-
sungguh bagi penyelenggaraan pembangunan nasional yang berwawasan
kesehatan, adanya jaminan atas pemeliharaan kesehatan, ditingkatkannya
profesionalisme dan dilakukannya desentralisasi bidang kesehatan. Kegiatan-
kegiatan tersebut sudah barang tentu memerlukan perangkat hukum kesehatan
yang memadai. Perangkat hukum kesehatan yang memadai dimaksudkan agar
adanya kepastian hukum dan perlindungan yang menyeluruh baik bagi
penyelenggara upaya kesehatan maupun masyarakat penerima pelayanan
kesehatan. Pertanyaan yang muncul adalah siapa saja tenaga kesehatan itu dan
keterkaitannya dengan sumpah atau kode etik tenaga kesehatan dokter dan

1
bidan, Dan apakah yang dimaksud dengan hukum kesehatan, apa yang
menjadi landasan hukum kesehatan, materi muatan peraturan perundang-
undangan bidang kesehatan, dan hukum kesehatan di masa mendatang.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Jelaskan sejarah hukum kesehatan!
2. Jelaskan pengertian hukum kesehatan!
3. Jelaskan sumber hukum kesehatan!
4. Apa sajakah yang termasuk azas hukum kesehatan?
5. Apa sajakah yang termasuk fungsi hukum kesehatan?
6. Apa sajakah yang termasuk tujuan hukum kesehatan?
7. Jelaskan pengelompokan hukum kesehatan?
8. Jelaskan penerapan hukum kesehatan dengan hukum lain!

1.3 TUJUAN MAKALAH


1. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah hukum kesehatan
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian hukum kesehatan
3. Mahasiswa dapat mengetahui sumber hukum kesehatan
4. Mahasiswa dapat mengetahui azas hukum kesehatan
5. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi hukum kesehatan
6. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan hukum kesehatan
7. Mahasiswa dapat mengetahui pengelompokan hukum kesehatan
8. Mahasiswa dapat mengetahui penerapan hukum kesehatan dengan hukum
lain

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH HUKUM KESEHATAN


Pada awalnya masyarakat menganggap penyakit sebagai misteri, sehingga
tidak ada seorangpun yang dapat menjelaskan secara benar tentang mengapa suatu

2
penyakit menyerang seseorang dan tidak menyerang lainnya. Pemahaman yang
berkembang selalu dikaitkan dengan kekuatan yang bersifat supranatural.
Penyakit dianggap sebagai hukuman Tuhan atas orang-orang yang yang
melanggar hukumNya atau disebabkan oleh perbuatan roh-roh jahat yang
berperang melawan dewa pelindung manusia. Pengobatannya hanya bisa
dilakukan oleh para pendeta atau pemuka agama melalui doa atau upacara
pengorbanan. Pada masa itu profesi kedokteran menjadi monopoli kaum pendeta,
oleh karena itu mereka merupakan kelompok yang tertutup, yang mengajarkan
ilmu kesehatan hanya di kalangan mereka sendiri serta merekrtu muridnya dari
kalangan atas. Memiliki kewenangan untuk membuat undang-undang, karena
dipercayai sebagai wakil Tuhan untuk membuat undang-undang di muka bumi.
Undang-undang yang mereka buat memberi ancaman hukuman yang
berat, misalnya hukuman potong tangan bagi seseorang yang melakukan
pekerjaan dokter dengan menggunakan metode yang menyimpang dari buku yang
ditulis sebelumnya, sehingga orang enggan memasuki profesi ini. Di Mesir pada
tahun 2000 SM tidak hanya maju di bidang kedokteran tetapi juga memiliki
hukum kesehatan. konsep pelayanan kesehatan sudah mulai dikembangkan
dimana penderita/psien tidak ditarik biaya oleh petugas kesehatan yang dibiayai
oleh masyarakat. peraturan ketat diberlakukan bagi pengobatan yang bersifat
eksperimen. tidak ada hukuman bagi dokter atas kegagalannya selama buku
standar diikuti. profesi kedokteran masih di dominasi kaum kasta pendeta dan bau
mistik tetap saja mewarnai kedokteran. sebenarnya ilmu kedokteran sudah maju di
Babylonia (Raja Hammurabi 2200 SM) dimana praktek pembedahan sudah mulai
dikembangkan oleh para dokter, dan sudah diatur tentang sistem imbalan jasa
dokter, status pasien, besar bayarannya. (dari sini lah Hukum Kesehatan berasal,
bukan dari Mesir)

2.2 PENGERTIAN HUKUM KESEHATAN


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan

3
termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses
membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara
kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal
yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan
kewajiban individu, kelompok atau masyarakat sebagai penerima pelayanan
kesehatan pada satu pihak, hak dan kewajiban tenaga kesehatan dan sarana
kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan di pihak lain yang
mengikat masing-masing pihak dalam sebuah perjanjian terapeutik dan ketentuan-
ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan
lainnya yang berlaku secara lokal, regional, nasional dan internasional
Definisi Hukum Kesehatan Menurut pakar ahli hokum:
Van Der Mijn, pengertian dari hukum kesehatan diartikan sebagai hukum
yang berhubungan secara langsung dengan pemeliharaan kesehatan yang meliputi
penerapan perangkat hukum perdata, pidana dan tata usaha negara atau definisi
hukum kesehatan adalah sebagai keseluruhan aktifitas juridis dan peraturan
hukum dalam bidang kesehatan dan juga studi ilmiahnya.
Leenen Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan
peraturan hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.
Pasal 1 butir (1) Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentgang kesehatan
menyatakan yang disebut sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum
Kesehatan Indonesia (PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan / pelayanan kesehatan dan
penerapannya. Hal ini menyangkut hak dan kewajiban baik dari perorangan dan
segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari
pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi,
sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu pengetahuan kesehatan dan
hukum serta sumber-sumber hukum lainnya. Hukum kedokteran merupakan

4
bagian dari hukum kesehatan, yaitu yang menyangkut asuhan / pelayanan
kedokteran (medical care / sevice).
Subjek dan Objek:
Subjek Hukum Kesehatan adalah Pasien dan tenaga kesehatan termasuk
institusi kesehatan sedangkan objek Hukum Kesehatan adalah perawatan
kesehatan (Zorg voor de gezondheid).

2.3 SUMBER HUKUM KESEHATAN


Hukum Kesehatan tidak hanya bersumber pada hukum tertulis saja tetapi
juga yurisprudensi, traktat, Konvensi, doktrin, konsensus dan pendapat para ahli
hukum maupun kedokteran. Hukum tertulis, traktat, Konvensi atau yurisprudensi,
mempunyai kekuatan mengikat (the binding authority), tetapi doktrin, konsensus
atau pendapat para ahli tidak mempunyai kekuatan mengikat, tetapi dapat
dijadikan pertimbangan oleh hakim dalam melaksanakan kewenangannya, yaitu
menemukan hukum baru.
Zevenbergen mengartikan sumber hukum adalah sumber terjadinya
hukum; sumber yang menimbulkan hukum. Sedangkan Achmad Ali, sumber
hukum adalah tempat di mana kita dapat menemukan hukum.
Sumber hukum dapat dibedakan ke dalam :
a. Sumber hukum materiil adalah faktor-faktor yang turut
menentukan isi hukum. Misalnya, hubungan sosial/
kemasyarakatan, kondisi atau struktur ekonomi, hubungan
kekuatan politik, pandangan keagamaan, kesusilaan dsb
b. Sumber hukum formal merupakan tempat atau sumber dari mana
suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum; melihat sumber
hukum dari segi bentuknya.
Yang termasuk sumber hukum formal, adalah :
1. Undang-undang (UU)
Undang-undang ialah peraturan negara yang dibentuk oleh alat
perlengkapan negara yang berwenang, dan mengikat masyarakat.
UU di sini identik dengan hukum tertulis (Ius scripta) sebagai lawan
dari hukum yang tidak tertulis. (Ius non scripta). Istilah tertulis tidak

5
bisa diaertikan secara harafiah, tetapi dirumuskan secara tertulis oleh
pembentuk hukum khusus (speciali rechtsvormende organen).
UU dapat dibedakan dalam arti :
a. UU dalam arti formal, yaitu keputusan penguasa yang dilihat
dari bentuk dan cara terjadinya, sehingga disebut UU. Jadi
merupakan ketetapan penguasa yang memperoleh sebutan UU
karena cara pembentukannya. Di Indonesia UU dalam arti
formal dibentuk oleh Presiden dengan persetujuan DPR (pasal
5 ayat 1 UUD45).
b. UU dalam arti materiil, yaitu keputusan atau ketetapan
penguasa, yang dilihat dari isinya dinamai UU dan mengikat
semua orang secara umum.
2. Kebiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang
dilakukan berulang-ulang. Kebiasaan ini kemudian mempunyai
kekuatan normatif, kekuatan mengikat. Kebiasaan biasa disebut
dengan istilah adat, yang berasal dari bahasa Arab yang maksudnya
kebiasaan. Adat istiadat merupakan kaidah sosial yang sudah sejak
lama ada dan merupakan tradisi yang mengatur tata kehidupan
masyarakat tertentu. Dari adat kebiasaan itu dapat menimbulkan
adanya hukum adat.
3. Yurisprudensi
Adalah keputusan hakim/ pengadilan terhadap persoalan tertentu,
yang menjadi dasar bagi hakim-hakim yang lain dalam memutuskan
perkara, sehingga keputusan hakim itu menjadi keputusan hakim
yang tetap.
4. Traktat (Perjanjian antar negara)
Dalam pasal 11 UUD 1945, menyatakan bahwa Presiden dengan
persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan
membuat perjanjian dengan negara lain. Perjanjian antaranegara
yang sudah disahkan berlaku dan mengikat negara peserta, termasuk
warga negaranya masing-masing.

6
5. Perjanjian
Perjanjian merupakan salah satu sumber hukum karena perjanjian
yang telah dibuat oleh kedua belah pihak (para pihak) mengikat para
pihak itu sebagai undang-undang. Hal ini diatur dalam pasal 1338
ayat 1 KUH Perdata.
Ada 3 asas yang berlaku dalam perjanjian, yaitu :
a. Asas konsensualisme (kesepakatan), yaitu perjanjian itu
telah terjadi (sah dan mengikat) apabila telah terjadi
kesepakatan antara para pihak yang mengadakan
perjanjian.
b. Asas kebebasan berkontrak, artinya seseorang bebas untuk
mengadakan perjanjian, bebas menentukan bentuk
perjanjian, bebas menentukan isi perjanjian dan dengan
siapa (subyek hukum) mana ia mengadakan perjanjian,
asal tidak bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban
umum dan undang-undang.
c. Asas Pacta Sunt Servanda, adalah perjanjian yang telah
dibuat oleh para pihak (telah disepakati) berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.
6. Doktrin
Adalah pendapat para sarjana hukum terkemuka yang besar
pengaruhnya bagi pengadilan (hakim) dalam mengambil
keputusannya. Doktrin untuk dapat menjadi salah satu sumber
hukum (formal) harus telah menjelma menjadi keputusan hakim.

2.4 AZAS HUKUM KESEHATAN


1) Asas perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dilandasi atas
perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan
tidak membeda-bedakan golongan, agama, dan bangsa;
2) Asas manfaat berarti memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kemanusiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga negara;

7
3) Asas usaha bersama dan kekeluargaan
Berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan
yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan dijiwai oleh semangat
kekeluargaan;
4) Asas adil dan merata
Berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat
dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat;
5) Asas perikehidupan dalam keseimbangan
Berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dilaksanakan seimbang
antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental,
antara materiel dan spiritual;
6) Asas kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan sendiri
Berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus berlandaskan pada
kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri dengan memanfaatkan
potensi nasional seluas-luasnya.

2.5 RUANG LINGKUP HUKUM KESEHATAN


1. Hukum Medis (Medical Law);
2. Hukum Keperawatan (Nurse Law);
3. Hukum Rumah Sakit (Hospital Law);
4. Hukum Pencemaran Lingkungan (Environmental Law);
5. Hukum Limbah (dari industri, rumah tangga, dsb);
6. Hukum peralatan yang memakai X-ray (Cobalt, nuclear);
7. Hukum Keselamatan Kerja;
8. Peraturan-peraturan lainnya yang ada kaitan langsung yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia.
Menurut Leenen, masalah kesehatan dikelompokkan dalam 15 kelompok:
(Pasal 11 UUK)
1) Kesehatan keluarga
2) Perbaikan gizi
3) Pengemanan makanan dan minuman

8
4) Kesehatan lingkungan
5) Kesehatan kerja
6) Kesehatan jiwa
7) Pemberantasan penyakit
8) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
9) Penyuluhan kesehatan
10) Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11) Pengamanan zat adiktif
12) Kesehatan sekolah
13) Kesehatan olah raga
14) Pengobatan tradisional
15) Kesehatan matra
Latar Belakang disusunnya peraturan perundang-undnagan di bidang pelayanan
kesehatan, adalah: karena adanya kebutuhan:
1. Pengaturan pemberian jasa keahlian
2. Tingkat kualitas keahlian tenaga kesehatan
3. Keterarahan
4. Pengendalian biaya
5. Kebebasan warga masyarakat untuk menentukan kepentingannya serta
identifikasi kewajiban pemerintah
6. Perlindungan hukum pasien
7. Perlindungan hukum tenaga kesehatan
8. Perlindungan hukum pihak ketiga
9. Perlindungan hukum bagi kepentingan umum

2.6 FUNGSI HUKUM KESEHATAN


A. menjaga ketertiban di dalam masyarakat. Meskipun hanya mengatur tata
kehidupan di dalam sub sektor yang kecil tetapi keberadaannya dapat
memberi sumbangan yang besar bagi ketertiban masyarakat secara
keseluruhan.

9
B. Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat (khususnya di
bidang kesehatan). Benturan antara kepentingan individu dengan
kepentingan masyarakat.
C. Merekayasa masyarakat (social engineering). Jika masyarakat
menghalang-halangi dokter untuk melakukan pertolongan terhadap
penjahat yang luka-luka karena tembakan, maka tindakan tersebut
sebenarnya keliru dan perlu diluruskan.
Contoh lain: mengenai pandangan masyarakat yang menganggap doktrer
sebagai dewa yang tidak dapat berbuat salah. Pandangan ini juga salah,
mengingat dokter adalah manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan
di dalam menjalankan profesinya, sehingga ia perlu dihukum jika
perbuatannya memang pantas untuk dihukum.
Keberadaan Hukum Kesehatan di sini tidak saja perlu untuk meluruskan
sikap dan pandangan masyarakat, tetapi juga sikap dan pandangan
kelompok dokter yang sering merasa tidak senang jika berhadapan
dengan proses peradilan
Sedangkan Menurut bredemeier Fungsi Hukum Kesehatan yaitu
menertibkan pemecahan konflik -konflik misalnya kelalaian
penyelenggaraan pelayanan bersumber dari kelalaian tenaga kesehatan
dalam menjalankan tugasnya

2.7 TUJUAN HUKUM KESEHATAN


Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang
berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan,
pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan
pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat
kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia,
pemerintah dan swasta bersama-sama.
Tujuan hukum Kesehatan pada intinya adalah menciptakan tatanan
masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan
tercapainya ketertiban didalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia

10
akan terpenuhi dan terlindungi (Mertokusumo, 1986). Dengan demikian jelas
terlihat bahwa tujuan hukum kesehatanpun tidak akan banyak menyimpang
dari tujuan umum hukum. Hal ini dilihat dari bidang kesehatan sendiri yang
mencakup aspek sosial dan kemasyarakatan dimana banyak kepentingan harus
dapat diakomodir dengan baik.

2.8 PENGELOMPOKAN HUKUM KESEHATAN


Hukum kesehatan dapat di kelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:
1. Hukum kesehatan yang terkait langsung dengan pelayanan kesehatan yaitu
antara lain :
A. UU No. 23/ 1992 Tentang Kesehatan yang telah diubah menjadi
UU No 36/2009 tentang Kesehatan
B. UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran
C. UU No, 44/ 2009 tentang Rumah sakit
D. PP No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan
E. Permenkes 161/2010 tentang Uji kompetensi
2. Hukum Kesehatan yang tidak secara laingsung terkait dengan pelayanan
Kesehatan antara lain:
A. Hukum Pidana
Pasal-pasal hukum pidana yang terkait dengan pelayanan
kesehatan. Misalnya Pasal 359 KUHP tentang kewajiban untuk
bertanggung jawab secara pidana bagi tenaga kesehatan atau sarana
kesehatan yang dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
menyebabkan pasien mengalami cacat, gangguan fungsi organ
tubuh atau kematian akibat kelalaian atau kesalahan yang
dilakukannya.
B. Hukum Perdata.
Pasal-pasal Hukum perdata yang terkait dengan pelayanan
kesehatan. Misalnya Pasal 1365 KUHPerd.Mengatur tentang
kewajiban hukum untuk mengganti kerugian yang dialami oleh
pasien akibat adanya perbuatan wanprestasi dan atau perbuatan

11
melawan hukum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan sarana
kesehatan dalam memberikan pelayanan terhadap pasien
C. Hukum Administrasi
Ketentuan-ketentuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan baik
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun oleh sarana
kesehatan yang melanggar hukum adminstrasi yang menyebabkan
kerugian pada pada pasien menjadi tanggung jawab hukum dari
penyelenggara pelayanan kesehatan tersebut
3. Hukum Kesehatan yang berlaku secara Internasional
A. Konvensi
B. Yurisprudensi
C. Hukum Kebiasaan
4. Hukum Otonomi
A. Perda tentang kesehatan
B. Kode etik profesi
2.9 PENERAPAN HUKUM KESEHATAN DENGAN HUKUM LAIN
1. Hukum Perdata
Yaitu : hubungan antara dokter dengan pasien bias merupaka relasi medis,
relasi hukum yang biasa disebut dengan perjanjian medis dalam hal
penyembuhan pasien disebut dengan Kontrak Terapeutis.
Pasal-pasal yang dapat diterapkan:
A) Pasal 1320 BW (KUH PERDATA) tentang syarat-syarat sahnya perjanjian.
B) Pasal 1365 BW (KUH PERDATA).
Perlu diketahui bahwa kontrak medis bisa tertulis dan bias juga tidak
tertulis. Dan bila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya bias disebut
dengan wan-prestasi.
2. Hukum Pidana
Pasal pasal yang dapat diterapkan adalah:
A) Pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang mengakibatkan kematian
B) Pasal 360 KUHP kelalaian yang mengakibatkan luka berat atau cacat.
3. Hukum Administrasi Negara
A) Izin yang dikeluarkan oleh pihak Depkes harus dimiliki oleh dokter

12
B) Perizinan Rumah sakit dan Apotek harus melalui Depkes.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari data yang telah kita peroleh dapat disimpulkan bahwa hukum
kesehatan memegang peran penting dalam berbagai segi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi setiap orang, yang merupakan bagian integral dari
kesejahteraan, diperlukan dukungan hukum bagi penyelenggaraan
berbagai kegiatan di bidang kesehatan. Dan tentunya hukum kesehatan
tersebut tidak terlepas dari landasan-landasan hukum, profesi, etika
dan sumpah beserta peraturan undang-undang yang berlaku.
Demikianlah hasil dari makalah yang kami buat selama lebih kurang 1
(satu) minggu dalam rangka memperdalam wawasan kami tentang
Hukum Kesehatan. Semoga dengan terbentuknya makalah ini, kami
dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada semua orang yang
membacanya dan terutama bagi mahasiswa dan mahasiswi fakultas

13
hukum Universitas Gunung Rinjani. Kami juga berharap bahwa
terbentuknya makalah ini, semua orang yang membutuhkan informasi
yang terkait dengan hukum kesehatan menjadi tertolong dan tidak
kesulitan mencari informasi yang dibutuhkan. Makalah ini kami
persembahkan bagi perkembangan struktur pendidikan, semoga apa
yang tertulis dalam makalah ini selalu abadi dan memberikan berkah
yang tiada hentinya dalam kehidupan kita bersama.
Terima kasih atas segala pihak dan dosen pembimbing beserta teman-
teman yang telah memberikan informasi dan sangat membantu
terbentuknya makalah ini serta semoga bantuan tersebut menjadi tidak
sia-sia nantinya.
3.2 SARAN
Sebagai seorang tenaga medis / kesehatan ( perawat pada
khususnya ) haruslah mengerti hukum kesehtan yang tidak
hanya dimiliki tetapi dihayati dan diterapkan dalam menjalankan
tugas-tugas untuk melaksanakan asuhan keperawatan terhadap
klien / pasien. Pasien tidak hanya dijadikan klien namun juga
dijadikan parner aktif dalam pemberian / peningkatan derajat
kesehatannya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia bahasa Indonesia
Dewi,A.I,2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Book Publisher:
Yogyakarta

15

Anda mungkin juga menyukai