Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Baku Pembuatan Magnesium Oksida

Bahan baku adalah bahan utama yang diolah dalam proses produksi menjadi
produk jadi. Bahan-bahan baku yang dapat digunakan dalam pembuatan Magnesium
Oksida terdiri dari Mineral Dolomit dan Batu Kapur.

2.1.1. Mineral Dolomit

Mineral dolomit merupakan variasi dari batu gamping (CaCO 3) dengan


kandungan mineral karbonat > 50%. Istilah dolomit pertama kali digunakan untuk
batuan karbonat tertentu yang terdapat di daerah Tyrolean Alpina (Pettijohn, 1956).

Mineral dolomit di alam terbentuk dari batu gamping yang memiliki


komposisi 100% berat kalsium karbonat (CaCO3), dimana proses pembentukannya
(dolomitisasi) disebabkan oleh adanya pengaruh peresapan unsur-unsur magnesium
dari air laut ke dalam batu gamping, sehingga nantinya terjadi proses penggantian
unsur Ca dalam batu gamping tersebut dengan unsur Mg. Berkaitan dengan hal ini,
kebanyakan mineral dolomit diperoleh di bagian bawah dari satu seri/paket batu
gamping yang terletak di daerah dekat laut. (Marietta, M., 2001)

Metode pengambilan Mg atau MgO dari sember mineral yang beragam


telah banyak dikembangkan, sedangkan pengambilan Mg atau MgO dari dolomit
umumnya dilakukan dengan proses pirometalurgi. Proses kalsinasi pada temperatur
tinggi umumnya diterapkan pada material dolomit guna melepaskan gas CO 2.
Bergantung pada tingginya temperatur kalsinasi, maka dolomit sebagai material
fasa tunggal dapat berubah menjadi material campuran antara kalsium karbonat
(CaCO3) dan magnesium oksida (MgO) atau juga dapat berupa campuran CaO dan
MgO. (Anani, A., 1984)

Keterdapatan dolomit di alam tidak seperti batugamping, namun tersebar


cukup luas dan dalam jumlah relatif banyak. Hingga saat ini, mula jadi mineral
dolomit masih menjadi tanda tanya dan masih diperdebatkan oleh para ahli. Proses
hidrotermal adalah salah satu teori mula jadi dolomit. Walaupun demikian ada
beberapa teori mula jadi dolomit,diantaranya adalah:
13
cara primer; merupakan sedimentasi langsung dari air laut yang belum dapat
dibuktikan. Secara umum, dolomit berbentuk urat, yang terbentuk bersama-sama
dalam cebakan bijih.

cara sekunder; yaitu mineral dolomit terjadi karena penggantian mineral kalsit.
Beberapa mineral sekunder membentuk kristal yang tidak sempurna karena
peresapan magnesium dari air laut ke dalam batugamping, yang lebih dikenal
dengan proses dolomitisasi, yaitu proses perubahan mineral kalsit menjadi dolomit.
Dolomit sekunder dapat juga terbentuk karena proses presifitasi sebagai endapan
evaporit. (Pramod Alexander, 2009)

Dolomit dapat terbentuk baik secara primer maupun sekunder. Secara


primer dolomit biasanya terbentuk bersamaan dengan proses mineralisasi yang
umumnya berbentuk urat-urat. Secara sekunder, dolomit umumnya terjadi karena
terjadi pelindihan (leaching) atau peresapan unsur magnesium dari air laut kedalam
batu gamping atau istilah ilmiahnya proses dolomitisasi. Proses dolomitisasi adalah
proses perubahan mineral kalsit menjadi dolomit. Hal-hal yang mempengaruhi
pembentukan dolomit yaitu tekanan air laut yang banyak mengandung unsur
magnesium dalam jangka waktu yang relatif lama. Dolomit berwarna putih ke abu-
abuan atau ke biru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari batugamping, yaitu
berkisar antara 3,50 - 4,00, bersifat pejal, berat jenis antara 2,80 - 2,90, berbutir
halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah menyerap air serta mudah
dihancurkan. Klasifikasi dolomit dalam perdagangan mineral industri didasarkan
atas kandungan unsur magnesium (Mg), kandungan mineral dolomit dan unsur
kalsium (Ca). Kandungan unsur magnesium ini menentukan nama dolomit tersebut.
Misalnya, batu gamping mengandung 10 % MgCO3 disebut batu gamping
dolomitan, sedangkan bila mengandung 19 % MgCO3 disebut dolomit. (Pramod
Alexander, 2009)

Dolomit terdapat dalam batuan segala umur, terutama yang lebih tua dari
Holosen dan biasanya terdapat bersama-sama dengan kalsit. Disebut juga dengan
dolomitisasi dan dedolomitisasi. Proses dolomitisasi sering terjadi apabila kalsit
berubah menjadi mineral dolomit, sedangkan dedolomitisasi bila dolomit berubah
kembali menjadi mineral kalsit. Secara umum proses dolomitisasi dapat terjadi
sebagai berikut :

14
Pemompaan kembalinya air laut yang terperangkap melalui batugamping;

Pencampuran antara air laut dan air tanah dalam lapisan batugamping;

Pengaruh air hujan yang melarutkan dan memindahkan ion magnesium dari mineral
kalsit yang satu ke mineral kalsit lain atau yang dari mineral lempung;

Proses penguapan dan pengendapan dari air laut;

Proses hidrotermal;

Peresapan air laut yang terperangkap ke dalam lapisan batugamping dibawahnya.

(Shelby James, 1995)

Pengolahan dolomit yang paling sederhana ialah dengan cara pembakaran.


Pada pembakaran tersebut dolomit akan melepaskan karbon dioksida (CO2). Suhu
yang diperlukan untuk melepaskan CO2 pada tekanan 1 atmosfir kira-kira 725 oC.
Perubahan suhu tergantung dari jenis tanur (kiln) yang digunakan dan kadang-
kadang juga dipengaruhi oleh pengotor yang terdapat di dalam dolomit. Hasil
pembakaran ini disebut doloma tohor (CaMgO2) yang masih bersifat reaktif.
Apabila bercampur dengan air, maka terbentuklah doloma padam. Pembakaran
dolomit dapat dilakukan dalam tanur tegak atau tanur berputar. Penggunaan tanur
berputar berkapasitas tinggi dapat mengurangi biaya. Biasanya dolomit harus
dihancurkan terlebih dahulu menjadi partikel berukuran 3 - 40 mm. Dalam tanur
tegak, ukuran yang dipakai adalah 40 - 150 mm dan menghasilkan dolama yang
bermutu baik, terutama untuk pembuatan bata tahan api. (Pramod Alexander, 2009)

Faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan dolomit sekunder, antara


lain adanya tekanan air yang banyak mengandung unsur magnesium dan prosesnya
berlangsung dalam waktu lama. Semakin tua umur batugamping, semakin besar
kemungkinan untuk berubah menjadi dolomit. Dapat dikatakan bahwa dolomit
yang dikenal dan dijumpai terbentuk karena proses perubahan (diagenesis),
peralihan mineral kalsit dan aragonit. (Boggs, 1987)

Sifat Fisika
1. Fase : Padat
15
2. Warna : Putih
3. Densitas : 181 lb/ft3
4. Titik leleh : 730 -760 C
5. Kekerasan : 3,5 4,0 mohs
(Perry, 1984)
Sifat Kimia
1. Bereaksi dengan asam klorida membentuk kalsium klorida dan magnesium
klorida.
CaMg(CO3)2 + 4 HCl CaCl2 + MgCl2 + 2 CO2 + 2H2O
2. Bereaksi dengan asam asetat membentuk kalsium asetat dan magnesium

asetat.
CaMg(CO3)2 + 4 CH3COOH Ca(CH3CO2)2 + Mg(CH3CO2)2 + 2

CO2 + H2O
(Leonard K., 2001)
2.1.2. Batu Kapur
Batu kapur (CaCO3) merupakan mineral karbonat, dapat terjadi dari
penguapan langsung air laut atau melalui binatang yang dipisahkan oleh air laut
untuk membuat cangkang. Selain itu, batu kapur juga terdiri dari sisa-sisa organik
misalnya rumah kerang. (Plumer dan Geary, 1991)
Pada dasarnya batu gamping adalah batuan alam yang banyak mengandung
CaCO3 dimana terbentuk karena adanya proses pengendapan kimiawi maupun
pengendapan sisa-sisa organisme seperti algae, foraminifer atau coral. Batu
gamping merupakan sumber CaO yang utama dalam reaksi sintering yang terjadi di
kiln membentuk mineral kristal yang terdapat dalam semen yaitu C3S, C2S, C3A,
C4AF. (H. Duda, 1968)
Batu kapur ialah jenis batuan sedimen yang mengandung senyawa karbonat.
Pada umumnya batu kapur yang banyak terdapat adalah batu kapur yang mengandung
kalsit. Batu kapur memiliki warna putih, putih kekuningan, abuabu hingga hitam.
Pembentukan warna ini tergantung dari campuran yang ada dalam batu kapur tersebut,
misalnya : lempung, kwarts, oksida besi, mangan dan unsur organik. Batu kapur
terbentuk dari sisasisa kerang di laut maupun dari proses presipitasi kimia. Berat jenis
batu kapur berkisar 2,6 - 2,8 gr/cm3, dalam keadaan murni dengan bentuk kristal kalsit
(CaCO3), sedangkan berat volumenya berkisar 1,7 2,6 gr/cm 3. Jenis batuan karbonat
dapat dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu batu kapur (limestone) dan dolomit
(dolostone). (Boggs, 1987)
Batu kapur murni digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kaca,
kalsinasi dan beberapa kapur digunakan dalam pengolahan dari campuran struktural
semen. Batu kapur digunakan dalam pembuatan dari bubuk pemucat dimana

16
digunakan dalam bidang tekstil dan kertas gulung. Kini batu kapur banyak
digunakan sebagai bahan baku semen Portland. (Zubkov, 1967)
Pada umumnya batu kapur dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara
organik, secara mekanik, dan secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang ada di
alam terjadi secara organik. Batu kapur jenis ini berasal dari pengendapan
cangkang kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, serta berasal dari
kerangka binatang kerang. Batu kapur yang terbentuk secara mekanik bahannya
tidak jauh berbeda dengan jenis batu kapur yang terjadi secara organik. Yang
membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut
yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat
semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batu kapur yang terjadi
karena kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air
tawar.
Sumber utama dari kalsit dalam batu kapur adalah organisme laut. Beberapa
organisme ini dapat membangun gundukan batu yang dikenal sebagai terumbu. Di
bawah 3.000 meter, tekanan air dan kondisi suhu menyebabkan pembubaran
kalsit untuk meningkatkan nonlinearly, sehingga kapur biasanya tidak terbentuk di
perairan yang lebih dalam. (Trewin, N.H., 1999)
Kapur merupakan elemen penting dari semen biru. Cangkang tiram secara
komersial adalah sumber penting kalsium yang berasal dari hewan. (Ullmann,
2005)

Ada banyak nama berbeda digunakan untuk batugamping. Nama-nama ini


didasarkan pada bagaimana batugamping terbentuk, penampilannya (tekstur),
komposisi mineral penyusunnya, dan beberapa faktor lainnya. Berikut ini adalah
beberapa jenis batugamping yang namanya lebih umum digunakan :

1. Chalk: merupakan sebuah batugamping lembut dengan tekstur yang sangat


halus, biasanya berwarna putih atau abu-abu. Batuan ini terbentuk terutama dari
cangkang berkapur organisme laut mikroskopis seperti foraminifera atau dari
berbagai jenis ganggang laut.

2. Coquina: merupakan sebuah batugamping kasar yang tersemenkan, yang


tersusun oleh sisa-sisa cangkang organisme. Batuan ini sering terbentuk pada

17
daerah pantai dimana terjadi pemisahaan fragmen cangkang dengan ukuran
yang sama oleh gelombang laut.

3. Fossiliferous Limestone: merupakan sebuah batugamping yang mengandung


banyak fosil. Batuan ini dominan tersusun atas cangkang dan skeleton fosil
suatu organisme.

4. Lithographic Limestone: merupakan sebuah batugamping padat dengan ukuran


butir sangat halus dan sangat seragam, yang terjadi di dalam sebuah lapisan
tipis membentuk permukaan sangat halus.

5. Oolitic Limestone: merupakan sebuah batugamping yang terutama tersusun


oleh kalsium karbonat "oolites", berbentuk bulatan kecil yang terbentuk oleh
hasil presipitasi konsentris kalsium karbonat pada butir pasir atau cangkang
fragmen.

6. Travertine: merupakan sebuah batugamping yang terbentuk oleh presipitasi


evaporasi, sering terbentuk di dalam gua, yang menghasilkan deposit seperti
stalaktit, stalakmit dan flowstone.

(Pramod Alexander, 2009)

Sifat Fisika
1. Fase : Padat
2. Warna : Putih
3. Densitas : 2,711 gr/ml
4. Titik leleh : 2570oC
5. Titik didih : 2850oC
(Kirk - Othmer, 1979)
Sifat Kimia
1. Kalsium karbonat terbentuk dari pemanasan kalsium monoksida oleh
karbon dioksida
CaCO3 CaO + CO2

(Ullmann, 2005)
2. Bereaksi dengan Air membentuk Kalsium Hidroksida.
CaCO3 + H2O Ca(OH)2 + CO2
(Perry, 1984)
3. Direaksikan dengan Sulfur dioksida akan menghasilkan kalsium sulfat
SO2 + CaCO3 + H2O CaSO3 . H2O + CO2

18
(Ullmann, 2005)

2.1.3. Asam Klorida (HCl)

Asam Klorida adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam
asam lambung. Senyawa ini digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida
harus ditangani dengan mengutamakan keselamatan yang tepat karena merupakan
cairan yang sangat korosif. Asam Klorida atau Hidrogen klorida (HCl) adalah asam
monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat terdisosiasi (terionisasi) melepaskan satu
H+ (sebuah proton tunggal) hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini
bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium (H3O+). (Perry's, 1985)

Asam klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan


jumlah basa. Asam yang lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh
karena titik akhir yang jelas. Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat
digunakan sebagai standar primer dalam analisis kuantitatif, walaupun
konsentrasinya bergantung pada tekanan atmosfernya ketika dibuat. (Mendham, J.
dkk., 2000)

Asam klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat
berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida H + ini
bergabung dengan molekul air membentuk ion hydronium H3O+.

HCl + H2O H3O+ + Cl-

Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida ( Cl - ), asam klorida oleh
karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium klorida.

Asam klorida adalah asam anorganik kuat yang digunakan dalam berbagai
proses industri seperti pengolahan logam. Aplikasi ini sering menentukan kualitas
produk yang diperlukan. Salah satu aplikasi yang paling penting dari asam klorida
yaitu dalam pengawetan baja, untuk menghilangkan karat atau kerak oksida dari
besi atau baja sebelum pengolahan selanjutnya, seperti ekstrusi, rolling, galvanisasi,
dan teknik lainnya. HCl berderajatkemurnian teknis dengan konsentrasi 18% adalah
yang paling umum digunakan sebagai pengawet untuk pengawetan baja karbon.
(Greenwood, 1997)

19
Asam klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan
jumlah basa. Asam yang lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh
karena titik akhir yang jelas. Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat
digunakan sebagai standar primer dalam analisis kuantitatif, walaupun
konsentrasinya bergantung pada tekanan atmosfernya ketika dibuat. (Ullmann,
2005)
Asam klorida diproduksi dalam bentuk larutan 38% HCl (pekat).
Konsentrasi yang lebih besar dari 40% dimungkinkan secara kimiawi, namun laju
penguapan sangatlah tinggi, sehingga penyimpanan dan penanganannya harus
dilakukan dengan ekstra hati-hati, misalnya dalam suhu dan tekanan rendah.
Konsentrasi HCl yang paling optimal untuk transportasi dengan meminimalisasi
kehilangan produk karena penguapan adalah 30% sampai dengan 34%. Konsentrasi
yang lebih tinggi memerlukan penambahan tekanan dan pendinginan untuk
mengurangi kehilangan akibat penguapan. Di Amerika Serikat, larutan antara 20%
hingga 32% dijual sebagai asam muriatat. Kandungan asam klorida pada
kebanyakan cairan pembersih umumnya berkisar antara 10% sampai dengan 12%.
Cairan pembersih tersebut harus diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
(Cheremisinoff, 2000).

Asam klorida pekat (asam klorida berasap) akan membentuk kabut asam.
Baik kabut dan larutan tersebut bersifat korosif terhadap jaringan tubuh, dengan
potensi kerusakan pada organ pernapasan, mata, kulit, dan usus. Seketika asam
klorida bercampur dengan bahan kimia oksidator lainnya, seperti natrium hipoklorit
(pemutih NaClO) atau kalium permanganat (KMnO 4), gas beracun klorin akan
terbentuk. Mengingat tingkat bahaya dari Asam Klorida maka dalam menangani
bahan ini diharuskan menggunakan alat pelindung diri berupa peralatan bernapas,
masker gas, sarung tangan karet berlapis, apron, mantel, sepatu. Adapun gejala
yang timbul akibat paparan: Menghirup hasil asap di batuk dan tersedak sensasi,
dan iritasi hidung dan paru-paru. Cair menyebabkan luka bakar. Berikut ini adalah
sifat fisika dan kimia dari asam klorida.

Sifat Fisika
1. Fase : Cair
2. Densitas : 0,630 g/cm3
3. Titik Leleh : -114,22 oC
4. Titik Didih : -85,05 oC

20
5. Viskositas : 0,405 mPa
6. Kelarutan : 82.3 Kg/ 100 Kg Air

(Kirk and Othmer, 1998)

Sifat Kimia HCl


1. Reaksi klorinasi yang melibatkan Magnesium Hidroksida dengan Asam
Klorida menghasilkan Magnesium Klorida adalah sebagai berikut :

.Mg(OH) + 2 HCl(aq) MgCl2(aq) + 2 H2O


2(s)

2. Metil Klorida dihasilkan oleh reaksi antara Metanol dengan Asam Klorida
dengan bantuan katalis pada reaktor fixed bed.
.CH OH + HCl CH Cl + H O
3 3 2

(Thyagarajan, M.S. dkk, 1966)


3. Asam klorida dapat digunakan untuk mengatur keasaman (pH) larutan.
Dalam industri yang menuntut kemurnian tinggi (makanan, farmasi, air
minum), asam klorida berkualitas tinggi digunakan untuk mengontrol pH
aliran air proses. Dalam industri yang tidak menuntut kualitas terlalu tinggi,
asam klorida teknis cukup untuk menetralisir aliran limbah dan
pengendalian pH kolam renang
.OH + HCl H O + Cl
-
2
-

(Greenwood, 1997)

2.2.2. Soda Kaustik (NaOH)

Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai alkali dan soda kaustik,
yang merupakan senyawa anorganik. Natrium Hidroksida berbentuk kristal solid
putih dan sangat kaustik dan tersedia dalam bentuk pelet, serpih, butiran, dan dapat
terlarut pada stiap konsentrasi yang berbeda. Natrium hidroksida membentuk
sekitar 50% (massa) larutan jenuh dengan air. Natrium hidroksida larut dalam air,
etanol, dan metanol serta mudah menyerap kelembaban dan karbon dioksida di
udara. (Ullmanns 7th ed, 2005)

Natrium Hidroksida murni diproduksi dalam bentuk Kristal keputihan yang


solid, yang dijual dengan bentuk pelet, serpih, dan granular, serta dalam larutan.
Natrium Hidoksida sangat larut dalam air, dan memiliki kelarutan yang rendah

21
dalam etanol dan metanol, tetapi tidak larut dalam eter dan pelarut non-polar
lainnya (Perry, 1997).

Natrium hidroksida digunakan di banyak industri, terutama sebagai dasar


kimia yang kuat dalam pembuatan pulp dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan
deterjen dan sebagai pembersih saluran air (Ullmanns 7 th ed, 2005). Berdasarkan
sifatnya yang merupakan basa, NaOH banyak digunakan sebagai bahan pembuat
sabun. NaOH dapat menyabunkan kotoran-kotoran yang menempel di suatu bahan,
seperti piring. Kotoran yang kebanyakan berupa lemak akan disabunkan oleh
NaOH sehingga sabun hasil reaksi penyabunan ini akan larut dalam air membentuk
misel. Tetapi sekarang ini sabun yang menggunakan bahan aktif basa NaOH sudah
tidak banyak lagi digunakan, karena sabun ini akan menjadi tidak aktif jika air yang
digunakan bersifat sadah. Dalam industri pembuatan kertas, NaOH digunakan
untuk melarutkan lignin yang merupakan pengotor selulosa. Bahan baku selulosa
yang diperoleh dari serat-serat kayu dikumpulkan dan dilakukan perendaman dalam
larutan NaOH agar lignin larut oleh NaOH. Dengan dilarutkannya lignin maka akan
diperoleh selulosa yang baik untuk pembuatan kertas.
Natrium Hidroksida adalah basa kuat sehingga untuk penanganannya
dianjurkan menggunakan alat pelindung diri, seperti topi dengan tepi lebar,
kacamata keselamatan dengan sisi pelindung karet, sarung tangan karet, masker,
sepatu boot karet, dan apron. Gejala yang terjadi setelah paparan diantaranya
berupa luka bakar pada mata, kulit, dan membrane mukosa (Cheremisinoff, 2000).

Dalam dunia industri, NaOH banyak digunakan dalam industri pembuatan


sabun, detergen, industri tekstil, pemurnian minyak bumi, dan pembuatan senyawa
natrium lainnya. Berdasarkan sifatnya yang merupakan basa, NaOH banyak
digunakan sebagai bahan pembuat sabun. NaOH dapat menyabunkan kotoran-
kotoran yang menempel di suatu bahan, seperti piring. Kotoran yang kebanyakan
berupa lemak akan disabunkan oleh NaOH sehingga sabun hasil reaksi penyabunan
ini akan larut dalam air membentuk misel. Tetapi sekarang ini sabun yang
menggunakan bahan aktif basa NaOH sudah tidak banyak lagi digunakan, karena
sabun ini akan menjadi tidak aktif jika air yang digunakan bersifat sadah. Dalam
industri pembuatan kertas, NaOH digunakan untuk melarutkan lignin yang
merupakan pengotor selulosa. Bahan baku selulosa yang diperoleh dari serat-
serat kayu dikumpulkan dan dilakukan perendaman dalam larutan NaOH agar

22
lignin larut oleh NaOH. Dengan dilarutkannya lignin maka akan diperoleh selulosa
yang baik untuk pembuatan kertas.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan apabila terjadi paparan :
Terkena mata bilas dengan air setidaknya 15 menit,
Kulit siram dengan air secara menyeluruh dan kemudian bilas dengan dilute
vinegar (Asam Asetat).
Tertelan segera minum air dan susu, jangan memaksakan muntah dan segera
hubungi dokter.
(Cheremisinoff, 2000)

Sifat Fisika NaOH


1. Fase : Cair
2. Warna : Bening
3. Bau : Tidak berbau
4. Densitas : 2,130 gr/ml
5. Titik didih : 1388 oC
6. Titik leleh : 318 oC
7. Kelarutan : 109 kg/100 kg air
8. Viskositas : 0,64 cP
(Perry, 1984)

Sifat Kimia NaOH


1 Bereaksi dengan gas CO2 dari udara sesuai reaksi sebagai berikut :.
2 NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O .

2 Natrium Hidroksida beraksi dengan asam kuat untuk menghasilkan air dan
garam. Seperti reaksi antara Natrium Hidroksida dengan Asam Klorida
menghasilkan air dan Natrium Klorida, reaksinya dapat digambarkan
sebagai berikut :
.HCl + NaOH NaCl + H2O.
(Perry, 1997)

3 Beberapa metode pembuatan Sodium Sulfida adalah dengan mereaksikan


Hidrogen Sulfat dengan Sodium Hidroksida sehingga reaksinya sebagai
beikut :
H2S + NaOH NaHS + H2O.
NaHS + NaOH Na2S + H2O
(Austin, 5thed 1984)
4 Natrium hidroksida juga bereaksi dengan oksida asam, seperti sulfur
dioksida. Reaksi seperti ini sering digunakan untuk "scruber" gas asam
berbahaya (seperti SO2 dan H2S) yang dihasilkan dalam pembakaran
batubara dan dengan demikian mencegah pembebasan mereka ke atmosfir.
23
.2 NaOH + SO Na2SO3 + H2O
2

2 NaOH + H2S Na2S + 2H2O


(Kirk-Othmer, 2004)

2.3. Bahan Pembantu


Bahan pembantu adalah bahan yang berfungsi sebagai bahan pembantu dalam
proses pembuatan produk tapi bahan tersebut tidak ada didalam produk. Bahan pembantu
yang digunakan dalam pembuatan Magnesium Oksida diantaranya adalah air.

2.3.1. Air

Air adalah senyawa kimia yang paling berlimpah di bumi mencakup sekitar
tiga per empat dari permukaan bumi, termasuk lautan, danau air tawar, dan sejumlah
besar es diaerah kutub dan pengunungan. Air memiliki berat molekul 18 gr/mol. Air
hadir di semua organisme hidup, tubuh manusia mengandung lebih dari dua per tiga
air. Air sangat penting untuk proses kehidupan, misalnya media tanaman mengambil
bahan nutrisi dari tanah dan proses metabolisme. (Eblin, 1965)
Jika udara tidak selalu mengandung uap air, kehidupan akan mustahil terjadi
karena pengeringan cepat dan fatal yang akan menimpa semua organism. Udara jenuh
dengan uap air disebut kelembapan relatif. Air menjadi salah satu faktor dalam
perubahan geologi. Sebagian besar permukaan bumi telah dipahat oleh hujan yang
jatuh, sungai mengalir, dan gletser. Dalam kimia air digunakan sebagai pelarut dan
sebagai reagen. Dari semua pelarut yang paling murah adalah air. Namun pentingnya
dikaitkan dengan kemampuannya untuk melarutkan berbagai bahan. Akibatnya,
larutan kimia sering berair. Salah satu sifat yang membedakan air dari sebagian besar
cairan lain adalah kemampuannya yang tidak bisa untuk melarutkan elektrolit. (Kirk,
2004)
Air adalah salah satu senyawa yang paling bisa ditemukan di alam. Banyak
dari sifat fisik air membuatnya tampak normal dibandingkan dengan senyawa lain.
Dalam keadaan murni air dalam bentuk cairan tidak berwarna, transparan, tidak
berbau, dan tidak berasa. Air memiliki kepadatan yang lebih besar daripada dalam
keadaan padat. Kebanyakan padatan tenggelam didalam cairan mereka sendiri, tapi es
mengapung di atas air. Kepadatan air pada titik beku 0 oC adalah 0,9998 g/ml, namun
kepadatan es pada suhu yang sama adalah 0,917 g/ml. Ini kaitannya dengan fenomena
alam adalah bahwa penting memperluas pembekuan air dan es yang mengapung di
atas air. Jika es lebih berat daripada air, ini akan tenggelam ke dasar dan mengekpos
24
cairan atasnya untuk lebih dingin dan beku sehingga air sungai dan danau akhirnya
akan menjadi benar-benar beku dari atas ke bawah. (Rayner-Canham, 2003)
Pelapukan batuan terjadi karena tekanan yang diberikan oleh pembekuan air di
celah-celah. Sebagian cairan menjadi kurang padat dengan meningkatnya suhu. Di atas
suhu 4oC air mengembang dengan kenaikan suhu, tetapi di bawah 4 oC memperluas
turunnya suhu. Pada 8oC kepadatan sama seperti suhu 0 oC. Dalam sebuah danau air
tertutup es, air hangat di bagian bawah karena suhu kepadatan maksimum adalah 4 oC
di atas titik beku. Dengan air terdingin di dekat permukaan, lapisan es menebal dari
atas ke bawah, tetapi tingkat panas yang hilang ke udara dari air hangat yang lumayan
berkurang oleh lapisan atasnya es dan air. Oleh karena itu, laju pembekuan secara
substansial terkendali. (Rayner-Canham, 2003)

Sifat Fisika Air


1. Fase : Cair
2. Densitas : 1 gr/cm3
3. Titik didih : 100oC
4. Titik lebur : 0oC
5. Warna : Tidak berwarna
6. Bau : Tidak berbau
7. Viskositas : 0,8949 cp
8. Kapasitas panas : 1 kal/g
(Perry, 2008)
Sifat Kimia Air
Kemampuan air untuk melarutkan jumlah besar senyawa hidrogen tertentu
terkait dengan kecenderungan untuk membentuk ikatan hidrogen dengan mereka.
Senyawa yang sangat larut tersebut termasuk metal alcohol (CH 3OH) dan amonia
(NH3) yang keduanya membentuk ikatan hidrogen sendiri. Agar zat larut dalam air,
molekul air harus menjadi tak terikat satu sama lain dan membentuk ikatan, sebaliknya
dengan partikel zat pelarutan. Zat non polar seperti metana yang tidak larut dalam air
(molekul air polar tidak pecah dan tidak membentuk ikatan dengan molekul non
polar).
Kemampuan air untuk melarutkan senyawa ionik ditempatkan dalam kontak
dengan air, molekul air polar menarik ion dari kristal padat dan mengurangi kekuatan
ikatan ionic dalam kristal. Negatif oksigen dari molekul air menarik ion positif dari
kristal, dan positif hidrogen menarik ion negatif. Hasilnya adalah bahwa ion
dipisahkan satu sama lain dan tersebar melalui air. Senyawa ion tidak larut dalam
pelarut non polar seperti karbon tertaklorida. Dalam larutan air, seperti dalam keadaan

25
cair zat ionik melakukan arus listrik. Di bawah kedua kondisi ion bebas bergerak
dalam menanggapi kekuatan listrik.
Flour adalah satu-satunya yang bukan logam yang menghasilkan oksigen dari
air, reaksinya sebagai berikut :
2 F2 + 2 H2O 2 HF + O2
Klorin beraksi dengan air sebagai berikut :
Cl2 + H2O HCL + HCIO
Oksida logam alkali (golongan IA) bereaksi dengan air akan membentuk panas
dan membentuk hidroksida basa kuat yang larut, reaksinya sebagai berikut :
Na O + H O 2Na+ + 2OH-
2 2

Oksida logam alkali tanah (golongan II A) bereaksi dengan air menghasilkan


hidroksida yang kurang larut, reaksinya sebagai berikut :
CaO + H O Ca(OH)
2 2

(Eblin, 1965)
2.4. Magnesium Oksida

Magnesium Oksiada (MgO) ialah suatu mineral padat higroskopis berwarna putih
yang terjadi secara alami sebagai periklas dan merupakan sumber magnesium (lihat juga
oksida). Magnesium oksida memiliki rumus empiris MgO dan terdiri dari satu kisi ion
Mg2+ dan ion O2 yang berpegangan melalui ikatan ionik. Magnesium hidroksida terbentuk
dengan adanya air (MgO + H2O Mg(OH)2), tetapi sebaliknya dengan pemanasan akan
melepaskan air kembali. Magnesium oksida secara historis dikenal sebagai magnesia alba
(secara literatur, mineral putih ini dari Magnesiasumber lain yang memberikan magnesia
alba sebagai MgCO3), untuk membedakannya dari magnesia negra, suatu mineral hitam
yang mengandung apa yang kini dikenal sebagai mangan. (Pettijhon,2002)

Magnesium oksida berarti senyawa MgO, magnesium peroksida MgO2 juga dikenal
sebagai senyawa metastabil. Menurut prediksi struktur kristal evolusi, MgO 2 stabil secara
termodinamika pada tekanan di atas 116 GPa, dan secara total semikonduktor baru
suboksida Mg3O2 secara termodinamika stabil di atas 500 GPa. (Alexander,1998)

Magnesium oksida diproduksi melalui kalsinasi magnesium karbonat atau


magnesium hidroksida atau melalui pengolahan magnesium klorida dengan kapur yang
diikuti dengan pemanasan. MgO merupakan salah satu dari bahan mentah untuk
pembuatan semen Portland di kilang pengolahan kering. Bila terlalu banyak MgO
ditambahkan, semen mungkin menjadi ekspansif. Produksi semen berbasis-MgO

26
menggunakan serpentinit dan limbah karbon dioksida (CO2) (sebagai lawan semen
berbasis-CaO konvensional menggunakan bahan bakar fosil) dapat mengurangi emisi
antropogenik CO2. (Peray,1979)

MgO adalah pengering (desiccant) relatif miskin, tetapi karena menetralkan asam-
asam dari oksida sulfuryang terbentuk oleh oksidasi kertas yang diproses dengan cara
Kraft, digunakan oleh banyak perpustakaan untuk melestarikan buku. (Pettijhon,2002)

Sebagai obat, magnesium oksida digunakan untuk untuk menghilangkan mulas dan
perut sakit, sebagai antasida, suplemen magnesium, dan sebagai pencahar jangka pendek.
MgO juga digunakan untuk meningkatkan gejala gangguan pencernaan. Efek samping dari
magnesium oksida dapat mencakup mual dan kram. Dalam jumlah yang cukup untuk
mendapatkan efek pencahar, efek samping dari penggunaan jangka panjang
termasuk enterolith mengakibatkan obstruksi usus.(Raymond,1980)

Magnesium oksida dapat terbentuk sebagai mineral alam, dimana ditemukan pada
batas kapur metamorf dan dolomit metamorf, pada lahar gunung dan pada batu serpentin.
Dalam hal ini tidak membentuk deposit garam atau batuan, sebab dikonversi menjadi
magnesium hidroksida dengan uap air di atmosfir. (Matabola and Kgabo Phillemon, 2006)

Doping MgO telah terbukti efektif menghambat pertumbuhan butiran pada keramik
dan meningkatkan ketangguh-an patah mereka dengan mengubah mekanisme pertumbuhan
retak pada skala nano. (Peray,1979)

Penggunaan magnesium oksida dalam aplikasi sangat bergantung pada temperatur


kalsinasi yang diberikan. Dead-burnt digunakan dalam bentuk refraktory brick pada
cement kiln, furnace, ladles, glass-tanks checkers dan secondary refiring vessels pada
industi pengolahan kembali logam dan sebagai komponen dari campuran refractory
gunning (spayed). Magnesium oksida dengan grade refractory memiliki resistansi yang
sangat tinggi terhadap syok termal dan banyak digunakan dalam produksi baja untuk
perlindungan dan replaceable linings untuk peralatan yang digunakan memegang baja cair.
Fused magnesia mempunyai kekuatan yang sangat bagus, tahan terhadap abrasi dan
kestabilan kimia yang cukup bagus. (Kreuwh and Matthew, 2003)

Sifat Fisika
1. Fase : Padat
2. Densitas : 3,65 g/cm3
3. Titik Didih : 850 oC

27
4. Titik Leleh : 300 oC
5. Indeks Bias : 1,736
6. Kelarutan : 0,00342/100 gr Air

(Jiashun, 2005)

Sifat Kimia
1. Direaksikan dengan Asam Sulfat membentuk Magnesium Sulfat
Reaksi :
MgO + H2SO4 MgSO4 + H2O
2. Direaksikan dengan logam reaktif, seperti silikon membentuk Oksida stabil
Reaksi :
2 MgO + Si 2 Mg + SiO2
(Kirk and Othmer 1998)
2. Reaksi sederhana pembentukan magnesium klorida dari magnesium oksida
mengikuti reaksi.
MgO + HCl MgCl2 + H2O
3. Magnesium oksida direaksikan dengan ammonium klorida akan
menghasilkan magnesium klorida.
MgO + NH4Cl MgCl2 + NH3 + H2O
(Raschman, 2000)

2.5. Proses Pembuatan Magnesium Oksida

Magnesium Oksida (MgO) dapat diproduksi dengan beberapa proses, diantaranya


adalah Proses Slaking dan Proses Digestion.

2.5.1. Proses Slaking

Proses pembuatan MgO dengan proses ini dilakukan dengan tahapan proses
DOLOMITE
kalsinasi, mereaksikan dengan asam klorida, pengkalsinasian MgO menggunakan
hidrokarbon
INTERNALLY dan pengkristalan
FIRED ROTARY KILN CaCl2
CALCINED DOLOMITE
a. Kalsinasi Dolomit
WATER
Dalam proses kalsinasi gas CO2 dibebaskan. Temperature yang digunakan
dalam proses ini adalah sekitar 750 C dan tekanan 1 atm. Pada kondisi ini dolomit
SLAKING
terdekomposisi CHAMBER
membentuk magnesium oksida dan kalsium oksida. Reaksi yang
SLURRY
terjadi : SEA WATER
CaCO3. MgCO3(S) MgO (S) + CaO(s) + 2CO2(g) (1)

MAGNESIUM HYDROXIDE REACTION VESSEL

CRYSTALLINE MAGNESIUM HYDROXIDE


28

MAGNESIUM OXIDE
INTERNALLY FIRED ROTARY KILN
b. Pemberian Air (Slaking)
Dolomit yang terkalsinasi direaksikan dengan air berlebih. Penambahan air
didasarkan pada kandungan CaO dan MgO. Kedua senyawa ini direaksikan dengan air
membentuk Ca(OH)2 dan Mg(OH)2. Reaksi yang terjadi :
CaO (S) + MgO(S) + 2 H2O(l) Ca(OH)2(s) + Mg(OH)2(S) (2)

c. Reaksi dengan HCl


Hasil produk dari tahap sebelumnya ditambahkan HCl berlebih untuk membentuk
senyawa klorida. Reaksi yang terjadi :
Ca(OH)2(S) + 2 HCl (l) CaCl2(l) + 2 H2O(l) (3)

Mg(OH)2(S) + 2 HCl (l) MgCl2(l) + 2 H2O (l) ... (4)


Ca(OH)2(S) + MgCl2(l) Mg(OH)2(S) + CaCl2(l) ... (5)
d. Kalsinasi Mg(OH)2 dan Kristalisasi Larutan CaCl2
Mg(OH)2 dan CaCl2 dipisahkan dengan penyaringan vakum. Mg (OH)2 sebagai

produk utama kemudian dikalsinasi pada suhu 800C selama 3 jam. Reaksi yang

terjadi adalah :
Mg(OH)2(S) MgO(s) + H2O(l)
CaCl2 sebagai produk intermediet dievaporasi atau diuapkan pada temperature

110oC.
Reaksi yang terjadi adalah :
CaCl2(aq) CaCl2 (aq saturated) + H2O(g)
Produk yang dihasilkan mengandung MgO lebih dari 80%.
Dengan percobaan menggunakan bahan baku sebanyak 100 kg dolomit, maka

diperoleh yield sebesar 19,0 kg MgO dengan tingkat kemurnian 87%. Berikut

adalah gambar diagram alir pembuatan Magnesium Oksida dengan Proses Slaking.
DOLOMITE

INTERNALLY FIRED ROTARY KILN


CALCINED DOLOMITE

WATER

SLAKING CHAMBER
SLURRY
SEA WATER

Gambar
MAGNESIUM 2.1. Diagram
HYDROXIDE Alir Magnesium
REACTION VESSEL Oksida dengan Proses Slaking
(Sumber:U.S Patent2354584A)

CRYSTALLINE MAGNESIUM HYDROXIDE


29

MAGNESIUM OXIDE
INTERNALLY FIRED ROTARY KILN
2.5.2. Proses Digestion

Proses ekstraksi magnesium oksida dapat pula dilakukan dengan proses


digestion, pengendapan, penyaringan, dan kalsinasi.

a. Pelarutan Padatan (Digestion)


Dolomit dilarutkan dalam HCl yang kemudian akan menghasilkan garam
klorida, sejumlah CO2 dilepaskan. Reaksi yang terjadi adalah :
CaMg (CO3)2(S) + 4HCl(l) CaCl2(l) + MgCl2(l) + 2H2O(l) + 2CO2(g)
b. Pengendapan
Suspensi yang dihasilkan diendapkan dengan penambahan NaOH
sehingga akan membentuk endapan. Mg(OH)2 yang terbentuk berupa padatan,
dengan prinsip gravimetri diendapkan untuk pemisahan padatan dari larutan
suspensi karena Mg(OH)2 memiliki berat jenis yang lebih berat dibandingkan
air. Kemudian dilakukan proses pengentalan dengan menambahkan air yang
dimaksudkan untuk melarutkan garam-garam klorida dan memisahkannya dari
padatan.
CaCl2(l) + MgCl2(l) + 4NaOH(l) + H2O Mg(OH)2(s) + 4NaCl(l) +
Ca(OH)2(l) + H2O(g)
c. Penyaringan
Endapan Mg(OH)2 kemudian disaring menggunakan filter untuk
menghilangkan kandungan air dalam endapan.
d. Kalsinasi
Tahap akhir proses adalah kalsinasi, proses ini dilakukan pada temperature
700oC dan menghasilkan MgO yang diharapkan memiliki kemurnian sampai
dengan 91%. Reaksi yang terjadi adalah:

Mg(OH)2(s) MgO(s) + H2O


700oC

Gambar 2.2. Diagram Alir Magnesium Oksida Dengan Proses Digestion


(sumber: U.S. Patent5039509)

30
2.6. Hasil Samping
Hasil samping dari pembuatan Magnesium oksida adalah Karbon dioksida (CO 2),
Natrium klorida (NaCl) dan Kalsium hidroksida (Ca(OH)2).
2.6.1. Karbon Dioksida

Karbon dioksida (CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia
yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom
karbon. Berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di
atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira
387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi tergantung pada
lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia
menyerap gelombang inframerah dengan kuat. (Keeling, T.P., 2005)

Karbon dioksida (CO2) mempunyai peranan yang sangat besar bagi


kehidupan organisme air. Senyawa tersebut dapat membantu dalam proses
dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri. Namun jika dalam
keadaan yang berlebihan dapat mengganggu bahkan menjadi racun bagi beberapa
jenis ikan (Barus, 2002)

Kandungan CO2 diperairan digunakan untuk melarutkan kapur, yaitu untuk


mengubah senyawa menjadi kalsium bikarbonat Ca(HCO3-). Agar supaya
bikarbonat menjadi mantap sejumlah karbondioksida (CO 2) tertentu harus tetap
berada dalam larutan Yang dapat memperbaiki dan mempertahankan kalsium.
(Barus, 2002)

Karbon dioksida adalah gas tidak berwarna dengan bau samar tajam dan
berasa asam yang pertama kali dihasilkan dari pembakaran arang dan fermentasi
pada abad ke enam belas. Karbon dioksida adalah produk sampingan dari banyak
proses komersial diantaranya adalah produksi amonia sintetik, produksi hidrogen,
pengganti produksi gas alam, fermentasi, kapur kalsinasi, sintesis kimia tertentu
yang melibatkan karbon monoksida dan reaksi asam sulfat dengan dolomit.
Umumnya sebagai salah satu campuran gas, kemudian karbon dioksida dipisahkan
dan siap untuk komersial digunakan sebagai padat, cair, atau gas. (Kirk-Othmer,
1998)

Karbon dioksida banyak dihasilkan dari amonia dan tanaman hidrogen


dibandingkan dari sumber yang lain. Kedua tanaman ini menghasilkan hidrogen

31
dan karbon dioksida dari reaksi antara hidrokarbon dan uap. Dalam kasus tanaman
hidrogen, hidrogen pulih sebagai gas murni. Untuk tanaman amonia hidrogen
diproduksi di udara, dikendalikan untuk memberikan perbandingan volume antara
hidrogen dan nitrogen yang diperlukan untuk mensintesis amonia. Hal ini bertujuan
untuk menghasilkan produk yang baik dengan menghilangkan karbon dioksida.
(Kirk-Othmer, 1998)

Karbon dioksida agresif adalah CO2 dalam air yang dapat bereaksi dengan
CaCO3. Dapat melarutkan logam dalam pipa logam. Karbon dioksida merupakan
salah satu gas yang terdapat dalam air. (Peray,1979)

Berdasarkan bentuk dari gas karbondioksida didalam air. CO 2 dibedakan


menjadi tiga yaitu CO2 bebas yang merupakan CO2 yang larut dalam air, CO2 dalam
kesetimbangan, CO2 agresif dari ketiga bentuk karbondioksida yang terdapat dalam
air, CO2 agresif yang paling berbahaya karena kadar CO2 agresif lebih tinggi dan
dapat menyebabkan terjadinya korosi sehingga berakibat kerusakan pada logam-
logam dan beton. (Peray,1979)

Lima ratus juta tahun yang lalu, keberadaan karbon dioksida 20 kali lipat
lebih besar dari yang sekarang dan menurun 4-5 kali lipat semasa periode Jura dan
secara lambat menurun sampai dengan revolusi industri. Sampai dengan 40% dari
gas yang dimuntahkan oleh gunung berapi semasa ledakan subaerial adalah karbon
dioksida. Menurut perkiraan paling canggih, gunung berapi melepaskan sekitar
130-230 juta ton CO2 ke atmosfer setiap tahun. (Sigurdsson, H., 2000)

Karbon dioksida secara garis besar dihasilkan dari enam proses:

1. sebagai hasil samping dari pengilangan ammonia dan hidrogen, di mana


metana dikonversikan menjadi CO2.
2. Dari pembakaran kayu dan bahan bakar fosil.
3. Sebagai hasil samping dari fermentasi gula pada proses peragian bir, wiski,
dan minuman beralkohol lainnya.
4. Dari proses penguraian termal batu kapur, CaCO3.
5. Secara langsung di ambil dari mata air yang karbon dioksidanya dihasilkan
dari pengasaman air pada batu kapur atau dolomit.
(Pierantozzi and Ronald, 2001)
Sifat Fisika
1. Fase : Gas
2. Densitas : 1,98 gr/cm3

32
3. Titik didih : -78oC
4. Titik lebur : -57oC
5. Warna : Tidak berwarna
6. Bau : Tidak berbau
7. Viskositas : 0,07 cp
8. Kelarutan : 1,45 g/l
(Yaws C.L, 1974)
Sifat Kimia
1. Karbon dioksida bereaksi dengan amonia sebagai tahap pertama pembuatan
urea untuk membentuk amonium karbamat.
CO2 + 2 NH3 NH2COONH4
(Kirk-Othmer, 1998)
2. Pada tekanan atmosfer karbon dioksida bereaksi dengan kalsium monoksida
akan membentuk kalsium karbonat.
CaCO3 CaO + CO2
(Perry, 1984)
3. Pembakaran dari semua bahan bakar yang mengandung karbon seperti
metana akan menghasilkan karbon dioksida.
CH4 + O2 CO2 + H2O
(Pierantozzi and Ronald, 2001)
4. Besi direduksi dari oksida besi dengan kokas pada tungku sembur,
menghasilkan pig iron dan karbon dioksida:
2Fe2O3 + 3C 4Fe + 3CO2
(Pettijhon,2002)
2.6.2. Natrium Klorida

Natrium klorida (NaCl), umumnya dikenal sebagai garam. Bahan yang


penting bagi kehidupan ini ditemukan di seluruh bumi dalam jumlah banyak
sebagai garam karang mineral dan campuran di danau garam. Garam merupakan
komponen terbesar dari padatan terlarut yang ditemukan dalam air laut. Satu
kilometer kubik air laut mengandung hampir 458 x 10 6 TON natrium klorida, 66 x
106 ton magnesium klorida, dan 30 x 106 TON dari kalsium sulfat.
Produsen garam mengklasifikasikan ada tiga metode yang digunakan untuk
produksi: penguapan mekanik larutan air garam, seperti evaporasi butiran garam;
tambang bawah tanah yaitu, garam batu; dan penguapan dari air laut dengan
matahari, air garam alami, atau larutan air garam tambang, seperti garam surya.
Garam yang biasa digunakan untuk produksi bahan kimia adalah garam hasil
tambang bawah tanah. (Kirk-Othmer 5th edition, 2004)
Batu garam telah ditambang di Eropa kurang lebih 3000 tahun. Deposit
garam di dekat permukaan tanah di Timur Pegunungan Alpen dikembangkan oleh

33
tunneling dan bekerja dengan penggalian sekitar 1000 SM daerah batuan garam
yang dinyatakan dengan keberadan permukaan mata air garam, dan ini adalah
daerah di mana kemungkinan pertambangan selalu dilakukan. Kemurnian garam
ditambang dari deposit batu garam adalah antara 90 sampai 99% NaCl, dan kadang-
kadang lebih tinggi. Mineral lainnya hadir dalam batu garam terutama tanah liat
dan anhidrit. (Ullmanns 7th ed, 2005)
Garam dikenal memiliki lebih dari 14.000 kegunaan. Industri garam
umumnya mengklasifikasikan garam menggunakan dengan lima kategori
penggunaan utama yaitu pengolahan makanan, pertanian, air pengobatan, kimia,
anti-icing dan deicing, metode standar pengujian analisa natrium klorida, dan lain-
lain. (Ullmanns 7th ed, 2005)

Gambar 2.4 Struktur kimia NaCl (sumber :


pubchem)

Natrium klorida merupakan nutrisi penting untuk fungsi normal tubuh. Hal
ini penting bagi konduksi saraf, kontraksi otot, keseimbangan osmotik yang benar
cairan ekstraseluler, dan penyerapan nutrisi lainnya. Sodium, bersama dengan
kalium, merupakan mineral penting untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh.
Sodium adalah kation paling melimpah di cairan ekstraselular, dan natrium dalam
garam selama lebih dari 90% dari zat terlarut osmotik aktif dalam plasma darah.
Sodium adalah kation utama plasma darah. Klorida juga penting dalam menjaga
keseimbangan cairan dan merupakan komponen penting dari lambung dan sekresi
usus. (Ullmanns 7th ed, 2005)
Kebutuhan natrium pada tubuh manusia yang sehat adalah 100 g atau 60
mmol / kg berat badan, 95% dari yang ditemukan di ekstraseluler dan 5% di ruang
intrasel. Sekitar sepertiga disimpan dalam bentuk terikat di tulang sebagai
cadangan, yang berarti bahwa sekitar 70% dari natrium tubuh, sesuai dengan sekitar
40 mmol / kg berat badan, bisa cepat ditukar. Natrium konsentrasi dalam plasma
darah biasanya antara 135 dan 145 mmol / L, sesuai dengan 3105-3335 mg / L.
(Ullmanns 7th ed, 2005)

34
Natrium klorida bukan bahan berbahaya. FDA menganggap NaCl sebagai
bahan yang aman bila digunakan sebagai aditif makanan. Meskipun jarang,
toksisitas akut dapat disebabkan oleh konsumsi 0.5- 1 g natrium klorida per
kilogram berat badan. Gejala termasuk muntah, ulserasi pada saluran pencernaan,
kelemahan otot, dan kerusakan ginjal, menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik,
dan efek saraf yang parah perifer dan sentral. Dosis yang mematikan akut bagi
manusia diberikan sebagai 0,75-3 g / kg berat badan. (Ullmanns 7th ed, 2005)
Natrium klorida ada secara alami berbentuk kristal. Dalam keadaan murni,
tidak berwarna dan terdiri dari 60,663 wt% Cl, dan 39,337% berat Na,. Natrium
klorida yang telah diproduksi secara komersial dalam bentuk kristal diskrit dalam
berbagai ukuran atau dalam bentuk blok. Bila diamati menggunakan pembesaran,
semua bentuk natrium klorida adalah kristal. Garam larut dalam pelarut polar, dan
nonpolar. Kelarutan Natrium Klorida murni dalam air dan lainnya larutan murni
natrium klorida memiliki pH 7.
Sifat Fisika
1. Fase : Padat
2. Densitas : 2,165 gr/ml
3. Titik didih : 1413oC
4. Kelarutan : 0,05 kg/100 kg Air
(Kirk-Othmer,2004)
Sifat Kimia
1. Gas Cl2 dapat di peroleh melalui elektrolisis lelehan NaCl maupun
elektrolisis larutan NaCl. Melalui kedua elektrolisis tersebut, ion Cl akan
teroksidasi membentuk gas Cl2 di anoda. Gas Cl2 juga dapat diperoleh
melalui proses klor-alkali, yaitu elektrolisis larutan NaCl pekat. Reaksi yang
terjadi pada elektrolisis brine adalah sebagai berikut :
NaCl(aq) + 2 H2O(l) 2 NaOH(aq) + H2(g) + Cl2(g)
2. Unsur Klor dapat diperoleh melalui reaksi alkali halida (NaCl, NaBr, NaI)
dengan asam sulfat pekat yang dipercepat dengan penambahan MnO2 sebagai
katalis. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
MnO2(s) + 2H2SO4(aq) + 2NaCl(aq) MnSO4(aq) + Na2SO4(aq) +
2H2O(l) + Cl2(g)
3. Natrium Nitrat dapat disintesa dengan meraksikan asam nitrat dengan natrium
klorida dengan reaksi sebagai berikut :
3NaCl(s) + 4HNO3(l) 3NaNO3(s) + NOCl(g) + Cl2(g) + 2H2O(l)
(Austin, 1997)

35
2.6.3. Kalsium Hidroksida
Kalsium hidroksida adalah suatu bahan yang bersifat basa kuat dengan pH
12-13. Bahan ini sering digunakan pada direct pulp capping. Jika diletakkan kontak
dengan jaringan pulpa, bahan ini dapat mempertahankan vitalitas pulpa tanpa
menimbulkan reaksi radang, dan dapat menstimulasi terbentuknya batas jaringan
termineralisasi atau jembatan terkalsifikasi pada atap pulpa (pulpa yang terbuka).
Sifat bahan yang alkali inilah yang banyak memberikan pengaruh pada jaringan.
Bentuk terlarut dari bahan ini akan terpecah menjadi ion-ion kalsium dan hidroksil.
(Castagnola dan Orlay, 1956)

Kalsium hidroksida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia Ca(OH) 2.


Kalsium hidrokida dapat berupa kristal tak berwarna atau bubuk putih. Kalsium
hidroksida dihasilkan melalui reaksi kalsium oksida (CaO) dengan air. Senyawa ini
juga dapat dihasilkan dalam bentuk endapan melalui pencampuran larutan kalsium
klorida (CaCl2) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH). (David R. Lide, 2005)

Salah satu aplikasi penting dari kalsium hidroksida adalah sebagai flokulan,
dalam air dan pengolahan limbah. Kaalsium Hidroksida membantu dalam
penghapusan partikel yang lebih kecil dari air, sehingga menghasilkan produk yang
lebih baik. Kalsiu Hidroksida juga digunakan dalam pengolahan air untuk
menaikkan pH air sehingga pipa tidak akan menimbulkan korosi di mana air dapat
bersifat asam karena tidak menaikkan pH terlalu banyak. (Kirk-Othmer, 2004).

Aplikasi besar lainnya adalah dalam industri kertas, di mana Kalsium


Hidroksida digunakan sebagai perantara dalam reaksi dalam produksi natrium
hidroksida. Konversi ini merupakan bagian dari langkah causticizing dalam proses
Kraft untuk membuat pulp. Dalam causticizing operasi dibakar furnace
ditambahkan ke cairan hijau yang merupakan pelarut natrium karbonat dan natrium
sulfat (Kirk-Othmer, 2004).

Terpapar dengan Ca(OH)2 dapat meningkatkan risiko kesehatan, sehingga


harus dibatasi. Hal ini dapat menyebabkan iritasi parah pada kulit, luka bakar
kimia, kebutaan atau kerusakan paru-paru. Cara pencegahan yang
direkomendasikan adalah diharuskan menggunakan alat pelindung diri berupa
peralatan bernapas, masker gas, sarung tangan karet berlapis, mantel, sepatu

36
pelindung mata, hidung dan tenggorokan. Beberapa cara berikut ini dapat diakukan
untuk menangani paparan Asam Klorida, adalah sebagai berikut :

Tertelan: segera minum air atau susu; TIDAK dimuntahkan.


MATA: segera bilas dengan banyak air selama minimal 15 menit. dan
mendapatkan perhatian medis; terus pembilasan selama 15 menit. jika
dokter tidak datang segera.
KULIT: segera basuh kulit dan pakaian yang terkontaminasi; segera
konsutasikan ke dokter.
(Cheremisinoff, 2000)

Sifat Fisika
1. Fase : Padat
2. Warna : Putih
3. Bau : Seperti asam asetat
4. Densitas : 2,165 gr/ml
5. Titik didih : 1388oC
6. Titik leleh : 580oC
7. Kelarutan : 106 kg/100 kg Air
(David R. Lide,2005)
Sifat Kimia
1. Gipsum dihasilkan dari reaksi netralisasi kalsium hidroksida dengan asam
sulfat. Reaksi ini berjalan secara isothermal pada suhu 90C dan tekanan 1
atm. Untuk mengurangi kadar air dalam gipsum maka digunakan rotary
dryer.

Ca(OH)2 + H2SO4 CaSO4.2H2O

(Kirk-Othmer, 3ed, Vol 24,1978)

2. Asam asetat dengan kalsium hidroksida dan magnesium hidroksida


.Ca(OH)2 + 2CH3COOH (CH3COO)2Ca + 2H2O.
(Austin, 5thed 1984)

3. Dekomposisi Kalsium Hidroksida menjadi kalsium oksida dan


air terjadi pada suhu 512oC dengan reaksi sebagai berikut.
Ca(OH)2 CaO + H2O
(Halstead, 1957)
4. Dekomposisi membentuk endapan bila dicampurkan dengan larutan kalsium
klorida dengan Natrium Hidroksida.
CaCl2 + NaOH Ca(OH)2
(Moore,1957)

2.6. Pemilihan Proses

37
Pemilihan proses pembuatan Magnesium Oksida ditinjau dari beberapah hal
sebagai berikut:

Tabel 2.1. Perbandingan Proses Pembuatan Magnesium Oksida


Proses

Parameter Slaking Digestion

Bahan Baku Mineral Dolomit Mineral Dolomit


HCl HCl
Bahan Tambahan
NaOH
Bahan Pembantu Air Air
Kondisi Operasi :
Tekanan 1 atm 1 atm
Temperatur 750oC 800oC 700oC
Waktu reaksi Batch Continous
Konversi 88% 95%
Spesifikasi Produk :
87% 91%
1) Kemurnian

2) Warna
Putih Putih
- Rotary kiln - Reaktor CSTR
- Slaking Chamber - Tangki Pengendapan
- Reaktor CSTR - Tangki Pencucian
Alat Utama - Rotary kiln - Spray dryer
- Rotary kiln
- Rotary cooler
- Ball Mill
CO2 CO2
Produk Samping CaCl2 NaCl
Na(OH)2 Ca(OH)2

Proses untuk memperoleh ekstrasi MgO dari dolomit dapat dilakukan dua cara,

yaitu proses slaking dan proses digestion. Berdasarkan dari tabel 2.1, dapat dilihat pada

proses digestion mempunyai tingkat efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan proses

slaking. Jadi proses digestion dapat dipilih dari kondisi operasi yang lebih rendah, dengan

hasil kemurnian produk 91%.

38
39

Anda mungkin juga menyukai