Anda di halaman 1dari 4

Operasi Plastik dan Etika Kristen

Definisi Operasi Plastik


Kata plasik berasal dari bahasa Yunani plasso, yang berarti membentuk atau member
bentuk.[1] Dari kata tersebut operasi plastik dapat diartikan sebagai usaha untuk membentuk dan
memperbaiki cacat dan cidera pada jaringan tubuh, di mana kulit merupakan jaringan utama
yang terlibat.[2]
Pengertian tersebut jelas bahwa operasi plastik hanya dilakukan bagi mereka yang
mengalami cacat dibagian kulit yang memang harus diperbaiki. Seperti, luka bakar, bibir
sumbing dan cacat-cacat lainnya
Dampak Negatif Operasi Plastik
Adapun dampak-dampak negatif yang ditimbulkan operasi kosmetik , yaitu: [44]
Pertama, terjadinya pembengkakan otot, persendian atau kelenjar.
Kedua, luka memar dan infeksi.
Ketiga, alat protetis seperti bantal dagu, pipi dan payudara dapt berpindah tempat atau
bergeser.
Keempat, dapat mengakibatkan mati rasa.
Kelima, menyebabkan rambut rontok, bekas parut, lumpuh permanen
Keenam, blepharoplasti atau operasi kelopak mata dapat merusak kelenjar air mata dan
sindrom mata kering.
Ketujuh, operasi hidung mungkin mengakibatkan pendarahan.
Kedelapan, operasi payudara dapat mengakibatkan terbentuknya jaringan sehingga
tampak seperti bola tenis.
Kesembilan, terjadi rasa nyeri pada otot dan persendian.
Kesepuluh, kulit menjadi merah atau ruam, juga kulit akan terasa tebal.
Kesebelas, daerah disekitar jaringan yang ditanam terasa mengeras dan juga biasanya
akan terasa lembek.
Kedua belas, rasa lelah terus menerus yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Ketiga belas, edema atau cairan tubuh tak dapat mengalir, biasanya akan tampak pada
tangan, kaki, dan pergelangan kaki.
PANDANGAN ALKITAB DAN ETIKA KRISTEN
Pandangan Alkitab Tentang Manusia
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang termulia, berbeda denga ciptaan yang lainnya karena
penciptaan manusia didahului oleh keputusan yang tegas serta tindakan nyata pada pihak Allah.
[1] Manusia berbeda dengan ciptaan yang lainnya karena pada waktu menciptakan manusia
Allah berkata, Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita (Kej 1:26)
dimana perkataan Allah itu tidak pernah dikatakan pada waktu Ia menciptakan ciptaan yang
lainnya.[2] Pernyataan ini mengangkat manusia sebagai karya ciptaan Allah yang terbesar, di
mana manusia dalah satu-satunya ciptaan di antara ciptaan-ciptaan yang lainnya yang dapat
memasuki hubungan persekutuan dengan Allah Pencipta.[3]
Selanjutnya manusia yang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah mempunyai
kewajiban untuk memuliakan Tuhan (Filipi 1:20, 1 Kor 10:31).
Manusia yang mempunyai kewajiban untuk memuliakan Tuhan juga telah ditebus dari
perbuatan-perbuatan dosa (1 Korintus 6:19-20)
Beberapa Pendapat Mengenai Manusia
Menurut Harun Hadiwijono, manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah,
maksudnya adalah gambar itu benar-benar serupa dengan memiliki gambar itu. Jadi arti
ungkapan tersebut adalah bahwa gambar yang baik, gambar yang cocok dengan yang
digambarkan, bukan karikatur, bukan gambar ejekan.[4]
Menurut Willian Dyrness, gambar Allah menunjuk kepada keberadaan manusia yang
berkepribadian dan bertanggung jawab di hadapan Allah, yang pantas untuk mencerminkan
Pencipta mereka dalam pekerjaan yang mereka lakukan, serta mengenal dan mengasihi Dia
dalam segala perbuatan mereka. [5]
Menurut Ruth F. Selan, harga diri adalah kebutuhan dasar manusia sebagai seorang
pribadi yang berintelek, berperasaan dan berkehendak.[6]Namun, banyak orang meletakkan
dasar harga diri pada kesuksesan/kedudukan, penampilan (kecantikan), kekayaan, dan lain-lain
untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.
Pengertian Etika
Etimologi
Menurut Verkuyl, kata etika berasal dari bahasa Yunani yang hampir sama bunyinya,
yaitu ethos dan thos. Kata ethos artinya kebiasaan, adat sedangkan kata thos berarti
kesusilaan, perasaan batin, tau kecendrungan hati dengan mana seseorang melaksanakan sesuatu
perbuatan.[7]
Menurut K. Bertens istilah etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos,yang dalam
bentuk tunggal mempunyai banyak arti, yaitu: tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berfikir. Dan dalam bentuk jamak
berarti adat kebiasaan.[8]
Terminologi
Etika berkaitan dengan apa yang secara moral benar dan salah.[9] Etika adalah suatu ilmu
tentang norma-norma. Ilmu ini mencari dasar-dasar utama yang menentukan hal-hal yang wajib
atau yang merupakan keharusan, terutama menyangkut perintah dan berbagai alasan filosofi
yang mendasari perintah-perintah itu.[10]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).[11]
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan tidak,
sesuai dengan ukuran moral atau akhlak yang dianut oleh masyarakat luas, ukuran nilai
mengenai yang salah dan yang benar sesuai dengan anggapan umum (antar) masyarakat.[12]
Jadi, etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan buruk, sesuai dengan nilai-nilai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok untuk
mengatur tingkah lakunya, menyangkut penyebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan.
Namun, perlu diingat di dalam etika bukan saja perbuatan lahir yang dipentingkan, tetapi
juga motif-motif yaitu apa yang menggerakkan atau menyebabkan seseorang melakukan
perbuatan itu.[13]
Memperbaiki Bagian Tubuh Yang Cacat/Sakit
Pelaksanaan operasi plastik haruslah bergantung kepada apa yang menjadi tujuan
dilakukannya operasi tersebut. Apakah operasi plastik tersebut dilakukan untuk memperbaiki
bagian tubuh yang cacat/sakit akibat-akibat kejadian/kecelakaan yang tidak diinginkan atau
apakah hanya untuk mengubah bagian tubuh yang tidak disukai supaya mendapat sanjungan dari
orang lain, mendapat pujian dari orang lain, atau untuk persaingan dalam hal kecantikan.
Melakukan operasi plastik terhadap bagian tubuh yang cacat atau sakit seperti, operasi
bibir sumbing, luka bakar sama dengan mengobati atau mengurangi penderitaan sang penderita.
Dalam Markus 5:25-34 merupakan kegiatan Tuhan Yesus untuk mengobati, menyembuhkan dan
mengeluarkan orang-orang dari penderitaan sakit penyakitnya. Jadi, operasi plastik dengan
tujuan untuk mengobati dan mengurangi penderitaan orang lain adalah hal yang sah untuk
dilakukan berdasarkan firman Tuhan, karena Tuhan Yesus sendiri yang memerintahkannya (Mat
10:8) dan hal tersebut tidak bertentangan dengan firman Tuhan.
Motivasi yang salah pasti menghasilkan sesuatu yang tidak baik, demikian pun halnya
dengan motivasi dalam melakukan operasi plastik. Dan tugas para medis seharusnya adalah
untuk meningkatkan hidup manusia, bukan menciptakan hidup manusia.
Mengubah Bagian Tubuh
Diri manusia bukanlah miliknya sendiri tetapi milik Allah, karena Dia telah menjadikan
manusia dan manusia adalah kepunyaan-nya. Jadi manusia tidak mempunyai hak untuk berlaku
sesuka hati atas hidupnya.
Mengubah bagian tubuh dengan alasan untuk dihargai dan mencari pengakuan dari orang
lain tidak dapat diterima. Karena itu sama saja tidak menghargai Allah yang telah menganggap
manusia berharga di mata-Nya (Yes 43:4) Atau dengan kata lain, manusia lebih mengutamakan
penghargaan dari manusia daripada penghargaan dari Allah.[15]
Merusak tubuh demi menyenangkan diri sendiri tidak dikehendaki oleh Allah karena
tubuh ini bukan milik sendiri lagi dan bukan untuk dirusak, tetapi harus dipersembahkan untuk
memuliakan Tuhan ( 1 Kor 6:13b,19,20).
Kecantikan fisik hanya bersifat sementara dan sangatlah berlebihan jika manusia terlalu
mengagungkan kecantikan fisik itu. Firman Tuhan dalam 1 Pet 3:3-4 berkata, Perhiasanmu
janganlah secara lahiriah, , tetapi perhiasanmu adalah manusia batiniah yang tersembunyi
dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tentram, yang
sangat berharga di mata Allah. Manusia hanya memandang rupa, tetapi Tuhan melihat kecantikan
batiniah yang mungkin diabaikan oleh banyak orang. Kecantikan batiniah itu tidak akan pudar,
atau rusak melainkan kecantikan itu abadi dan tak ternilai. Allah menghargainya dan Dia
menjaga dan melindungi apa yang mulian dan berharga bagi-Nya.[16]

Anda mungkin juga menyukai