PENERAPAN ILMU PSIKOLOGI DALAM UPAYA PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT A. Ilmu Psikologi Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagal ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis. Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung. Dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa atau mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa atau mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada menifestasi dan ekspresi dari jiwa atau mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga psikologi dapat di definisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang memperlajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak di sadari.
B. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Definisi ilmu kesehatan masyarakat (bahasa Inggris: public health) menurut profesor Winslow dari Universitas Yale (Leavel and Clark, 1958) dari adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya. Ikatan Dokter Amerika, AMA, (1948) mendefinisikan Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
C. Peranan Ilmu Psikologi dalam Meningkatkan Derajat Kesehatan
Masyarakat Kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Secara umum kesehatan dibedakan atas kesehatan individu dan kesehatan masyarakat. Kesehatan individu tercermin dari kesehatan fisik dan kesehatan mental seseorang. Sehat secara fisik apabila seseorang merasa dirinya sehat dan dapat dibuktikan secara klinis ketika organ-organ didalam tubuh berfungsi normal. Sedangkan sehat secara mental meliputi sehat pada pikiran, emosional dan spiritual. Untuk mencapai derajat kesehatan setinggi- tingginya, diperlukan suatu upaya yang dikenal dengan istilah kesehatan masyarakat. Menurut Winslow, Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk: a. Perbaikan sanitasi lingkungan; b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular; c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan; d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan; e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya. Kesehatan masyarakat sebagai sebuah cabang keilmuan mempelajari cara-cara pencegahan penyakit dengan mengenali faktor-faktor risiko penyakit sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sejalan dengan kesehatan masyarakat yang lebih menekankan usaha preventif dan promotif, aspek utama yang menjadi sasaran adalah aspek perilaku. Untuk memasyarakatkan pemeliharaan kesehatan melalui pola hidup sehat, maka pendekatan ilmu perilaku sangat penting. Menurut L. Green, perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yakni faktor predisposisi, faktor pemungkin (enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors). Faktor predisposisi meliputi pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat sosial-ekonomi, dan sebagainya. Faktor pemungkin mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya ketersediaan air bersih, tempat pembuangan sampah dan tinja, ketersediaan makanan bergizi, termasuk keterjangkauan pada sarana pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu, Polindes, dan sebagainya. Sedangkan faktor penguat mencakup faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, perilaku petugas kesehatan, serta peraturan perundang-undangan dibidang kesehatan mulai dari undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan teknis dibidang kesehatan. Untuk mempengaruhi perilaku masyarakat agar menerapkan pola hidup sehat, pendekatan penyuluhan kesehatan mutlak dilakukan. Karena pada dasarnya, penyuluhan adalah sebuah proses sosialisasi ilmu dan nilai untuk mempengaruhi orang lain secara individu atau kelompok agar mau mengikuti ilmu dan nilai yang diajarkan seorang penyuluh kesehatan. Unsur-unsur dalam penyuluhan kesehatan untuk mempengaruhi perilaku seseorang adalah unsur input dan unsur output. Unsur input seperti sarana penyuluhan dan tenaga penyuluh sedang unsur output yakni proses penyuluhan yang dilakukan sebagai upaya untuk mempengaruhi orang lain agar melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penyuluh. Dalam hal ini, Psikologi dibutuhkan untuk membantu mempelajari dan memahami perilaku individu sehingga pendekatan yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan kesehatan masyarakat melalui penyuluhan dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Sebagai contoh, dalam upaya penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada anak. Sebelum memberikan intervensi, harus dipahami terlebih dahulu bagaimana cara penyampaian yang baik kepada anak supaya anak bisa mengerti apa pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Tentu saja penyampaian materi terkait PHBS pada anak tidak bisa disamakan dengan penyampaian materi PHBS terhadap Ibu Rumah Tangga karena secara umur, kedua kelompok tersebut jauh berbeda dan ini berarti pola pikir keduanya pun berbeda. Dengan ilmu psikologi, dapat diketahui bagaimana pola pikir individu yang menjadi sasaran program kesehatan masyarakat. Pengetahuan tentang karakteristik pola pikir individu bisa didapatkan melalui penjelasan mengenai Human Development yang menjelaskan tentang perkembangan kognitif pada anak, remaja, dewasa muda, dewasa madya, dan lansia. Human Development : 1. Anak Teori Perkembangan Kognitif Piaget : a. stadium sensory motorik (0-18 bulan) intelegensi anak tampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulasi sensorik. Hal yg konkrit yg dapat diterima. b. stadium pra-operasional (18 bulan-7 thn) dimulai dengan penguasaan bahasa yg sistematis, imitasi dsbnya. Bersifat egosentris, belum mampu utk mengambil perspektif orang lain. c. stadium pra operasional konkrit (7-11 thn) mampu menghubungkan dimensi-dimensi satu sama lain namun masih bersifat konkrit. d. stadium operasional formal (mulai 11 thn) mulai mampu berpikir analitis & kombinatoris 2. Remaja Tahap Formal Operations dari Piaget : Merupakan tahapan tertinggi dari perkembangan kognitif, dimana remaja dapat mengembangkan kapasitas berpikir abstrak. Pada periode ini remaja juga sudah mampu untuk menerapkan hypothetical-deductive reasoning, dimana remaja dapat mengembangkan, memperhatikan, dan menguji hipotesa. Kemampuan ini membuat remaja dapat memecahkan masalah, mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks. 3. Dewasa Muda Neo-Piagetian : Meskipun Piaget menyatakan bahwa tahap berpikir formal operations sebagai tahapan yang terakhir, namun beberapa ilmuwan menyatakan bahwa perkembangan kognitif terus berlanjut diluar tahapan tersebut. Beberapa teori yang menyempurnakan pandangan Piaget ini adalah : a. Reflective Thinking, merupakan jenis berpikir logis yang terjadi pada masa dewasa, dimana terjadi proses informasi dan keyakinan yang berkelanjutan, evaluasi aktif berdasarkan bukti dan implikasi. Pertama kali dikemukakan oleh John Dewey. b. Postformal thought, tahap kognisi orang dewasa yang tertinggi. Ditandai dengan kemampuan untuk menghadapi ketidakpstian, tidak konsistensi, kontradiksi, ketidaksempurnaan, dan kompromi. Beberapa kriteria dari postformal thought ini, yaitu : Shifting gears : mampu mengalihkan antara penalaran abstrak dan praktis. Problem definition : mampu mendefinisikan masalah. Process-product shift : mampu menyelesaikan masalah baik melalui proses umum lewat permasalahan yang hampir sama maupun melalui solusi kongkrit. Pragmatism : mampu memilih yang terbaik dari antara solusi logis. Multiple solution : kesadaran bahwa masalah memiliki lebih dari 1 penyebab Awareness of paradox : mengenali bahwa masalah atau solusi merupakan konflik yang tidak tuntas. Self-referential thought : kesadaran untuk melakukan penilaian terhadap solusi mana yang logis. Dapat dikatakan orang tersebut menggunakan postformal thought. 4. Dewasa Madya Perbedaan tahap pemikiran pada usia dewasa: a. Tahap mencari prestasi Terjadi pada masa dewasa awal Berkaitan dengan perencanaan masa depan (karir dan perolehan pengetahuan) b. Tahap tanggung jawab Dimulai sejak masa dewasa awal Terjadi ketika keluarga sudah terbentuk c. Tahap eksekutif Terjadi pada masa dewasa madya Individu bertanggung jawab terhadao sistem di lingkungannya terutama yang berkaitan dengan keorganisasian d. Tahap reintegratif Terjadi pada masa dewasa akhir Individu memfokuskan pada kegiatan yang bermakna bagi dirinya 5. Lansia a. Inteligensi/Kecerdasan Menurun atau tidaknya kecerdasan lansia tergantung pada kemampuan yang diukur. Bisa saja ketika pengukuran tidak memahami instruksi karena keterbatasan pendengaran dan penglihatan. Sehingga tes kecerdasan dengan batasan waktu sulit untuk dilakukan pada lansia. b. Memory/Ingatan Gagalnya mengingat sesuatu seringkali menjadi tanda penuaan. Seperti halnya fungsi kognitif lainnya, sebenarnya ingatan mengalami penurunan yang perlahan dan sangat beragam kondisinya. Ingatan Jangka Pendek (STM) : mengalami sedikit penurunan pada sensory memory sedangkan working memory mengalami penurunan yang besar. Ingatan Jangka Panjang (LTM) : episodic memory mengalami kemunduran, semantic memory mengalami penurunan yang kecil, dan procedural memory tidak dipengaruhi oleh bertambahnya usia. c. Wisdom/Kearifan Penelitian wisdom terfokus pada : social judgments/penilaian sosial : prototipe orang arif dan mencari kesamaan diantara mereka. personality/kepribadian : Jung dan Erikson memandang wisdom sebagai puncak dari pertumbuhan dan perkembangan ego sepanjang hidup. Setelah diketahui karakteristik pola pikir individu, barulah dapat dikembangkan pendekatan yang tepat untuk sasaran program kesehatan masyarakat. Selain mempelajari karakteristik individu, psikologi juga mempelajari proses belajar manusia. Dari berbagai macam proses belajar, dapat dipilih salah satu alternatif pembelajaran yang dinilai cukup efektif dalam penerapan program kesehatan masyarakat. Misalnya dalam membiasakan anak menggosok gigi sebelum tidur, orang tua menerapkan proses belajar yang dikembangkan oleh Skinner. Menurut Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement) yang berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu: Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk- bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). Penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk- bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll). Jadi, agar anak mau menggosok gigi setiap hari, orang tua menjanjikan hadiah kepada anaknya apabila anaknya mau menggosok gigi sebelum tidur. Intinya adalah psikologi dan kesehatan masyarakat sama-sama mempelajari aspek perilaku dan dalam hal ini, psikologi memberikan andil dalam membantu memahami karakteristik pola pikir individu yang menjadi sasaran program kesehatan masyarakat, sehingga dapat direncanakan pendekatan yang sesuai agar program yang dijalankan dapat diterima oleh sasaran yang dituju sehingga upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat berjalan dengan baik.