Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini sangat
mendukung dalam kehidupan manusia di Indonesia bahkan di dunia, penemuan yang setiap
waktu terjadi dan para peneliti terus berusaha dalam penelitiannya demi kemajuan dan
kemudahan dalam beraktivitas.

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan social secara
lengkap dan bukan hanya adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan
dengan system reproduksi dan fungsi-fungsi serta prosesnya. MenurutDepartemen Kesehatan RI
yaitu suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial yang
berkaitan dengan definisi kesehatan reproduksi, pendekatan siklus hidup, hak hak reproduksi,
dan keadilan dan kesetaraan gender.

Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para bidan atau
spesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki khususnya oleh para istri-istri atau
perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya demi kesehatan, dan kesejahteraan
meraka.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian Kesehatan Reproduksi.
2. Untuk mengetahui pendekatan siklus hidup.
3. Untuk mengetahui hak yang terkait dengan Kesehatan Reproduksi.
4. Untuk mengetahui kesetaraan dan keadilan gender.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENDEKATAN SIKLUS HIDUP

2.1.1 Kesehatan Reproduksi dan Pendekatan Siklus hidup

Istilah reproduksi berasal dari kata re yang artinya kembali dan kata produksi yang
artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses
kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang
disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia.

Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.

Menurut Depkes RI, 2000 kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara
menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi
serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari
penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah.

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental
dan kehidupan sosial, yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi. Dengan
demikian kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi bebas dari penyakit,melainkan bagaimana
seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum menikah dan
sesudah menikah.
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup kesehatan reproduksi
adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan penanganan
sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar-fase kehidupan
tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat
diperkirakan, yang bila tak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa
kehidupan selanjutnya.

Konsepsi

Komponen Kesejahteraan Ibu dan Anak Peristiwa kehamilan, persalinan dan masa nifas
merupakan kurun kehidupan wanita yang paling tinggi resikonya karena dapat membawa
kematian, dan makna kematian seorang ibu bukan hanya satu anggota keluarga tetapi
hilangnya kehidupan sebuah keluarga. Peran ibu sebagai wakil pimpinan rumah tangga
sulit digantikan. Untuk mengurangi terjadinya kematian ibu karena kehamilan dan
persalinan, harus dilakukan pemantauan sejak dini agar dapat mengambil tindakan yang
cepat dan tepat sebelum berlanjut pada keadaan kebidanan darurat. Upaya intervensi
dapat berupa pelayanan ante natal, pelayanan persalinan/partus dan pelayanan postnatal
atau masa nifas. Informasi yang akurat perlu diberikan atas ketidaktahuan bahwa
hubungan seks yang dilakukan, akan mengakibatkan kehamilan, dan bahwa tanpa
menggunakan kotrasepsi kehamilan yang tidak diinginkan bisa terjadi. Dengan demikian
tidak perlu dilakukan pengguguran yang dapat mengancam jiwa. Pendekatan dengan cara
a. Perlakukan sama terhadap janin laki-laki atau perempuan

b. Palayanan antenatal, persalinan, dan nifas yang aman serta pelayanan bayi baru lahir

Bayi dan Anak

a. ASI eksklusif dan penyapihan yang layak

b. Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang

c. Imunisasi, manajemen terpadu balita sakit (MTBS) dan manajemen terpadu bayi muda
(MTBM)

d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan

e. Pendidikan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang sama pada laki-laki
dan perempuan

Remaja

Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu diarahkan pada
masa remaja, dimana terjadi peralihan dari masa anak menjadi dewasa, dan perubahan-
perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Hal ini ditandai
dengan berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara pesat,
menyebabkan remaja secara fisik mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi
belum dapat mempertanggungjawabkan akibat dari proses reproduksi tersebut. Informasi
dan penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi
masalah kesehatan reproduksi remaja ini. Pendekatan dengan cara :

a. Gizi seimbang

b. Informasi tentang kesehatan reproduksi

c. Pencegahan kekerasan sosial

d. Pencegahan terhadap ketergantungan narkotik, psikotropika, dan zat adiktif

e. Perkawinan pada usia yang wajar

f. Pendidikan dan peningkatan keterampilan

g. Peningkatan penghargaan diri


h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman

Usia Subur

a. Kehamilan dan persalinan yang aman

b. Pencegahan kecacatan da kematian akibat kehamilan akibat kehamilan pada ibu dan
bayi

c. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi atau
KB

d. Pencegahan erhadap PMS atau HIV/AIDS

e. Pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas

f. Pencegahan penanggulangan masalah aborsi secara rasional

g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim

h. Pencegahan dan manajemen infertilitas

Usia Lanjut

Melengkapi siklus kehidupan keluarga, komponen ini akan mempromosikan peningkatan


kualitas penduduk usia lanjut pada saat menjelang dan setelah akhir kurun usia
reproduksi (menopouse/adropause). Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui skrining
keganansan organ reproduksi misalnya kan ker rahim pada wanita, kanker prostat pada
pria serta pencegahan defesiensi hormonal dan akibatnya seperti kerapuhan tulang dan
lain-lain. Pendekatan dengan cara :

a. Perhatian terhadap menopause/andropause

b. Perhatian penyakit utama degeneratif termasuk rabun, gangguan morbilin dan


esteoporosis

c. Deteksi dini kanker rahim dan kanker prostat


2.2 HAK-HAK REPRODUKSI

2.2.1 Pengertian Hak-hak Reproduksi

Hak reproduksi secara umum diartikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu baik laki-
laki maupun perempuan yang berkaitan dengan keadaan reproduksinya. Hak-hak reproduksi
sebenarnya mempunyai landasan adanya pengakuan terhadap hak asasi setiap pasangan dan
individu untuk secara bebas dan bertanggung jawab menetapkan jumlah, jarak dan waktu
kelahiran anaknya, hak untuk memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi, hak untuk
mencapai tingkat kesehatan reproduksi dan seksual, hak untuk mengambil keputusan tentang
reproduksinya yang bebas dari pembedaan, pemaksaan dan kekerasan. Hak-hak reproduksi
memberikan informasi yang benar seputar kesehatan organ Reproduksi manusia.

2.2.2 Macam-macam Hak-hak reproduksi

Berdasarkan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo


1994, ditentukan ada 12 hak-hak reproduksi. Namun demikian, hak reproduksi bagi remaja yang
paling dominan dan secara sosial dan budaya dapat diterima di Indonesia mencakup 11 hak,
yaitu:

1. Hak Untuk Hidup (Hak Untuk Dilindungi Dari Kematian Karena Kehamilan Dan Proses
Melahirkan)

Setiap perempuan yang hamil dan akan melahirkan berhak untuk mendapatkan
perlindungan dalam arti mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik sehingga terhindar
dari kemungkinan kematian dalam proses kehamilan dan melahirkan tersebut. Contoh:
Pada saat melahirkan seorang perempuan mempunyai hak untuk mengambil keputusan
bagi dirinya secara cepat terutama jika proses kelahiran tersebut berisiko untuk terjadinya
komplikasi atau bahkan kematian. Keluarga tidak boleh menghalangi dengan berbagai
alasan.

2. Hak Atas Kebebasan Dan Keamanan Berkaitan Dengan Kehidupan Reproduksi.

Hak ini terkait dengan adanya kebebasan berpikir dan menentukan sendiri kehidupan
reproduksi yang dimiliki oleh seseorang. Contoh: Dalam konteks adanya hak tersebut,
maka seseorang harus dijamin keamanannya agar tidak terjadi pemaksaaan atau
pengucilan atau munculnya ketakutan dalam diri individu karena memiliki hak
kebebasan tersebut.

3. Hak Untuk Bebas Dari Segala Bentuk Diskriminasi Dalam Kehidupan Berkeluarga Dan
Kehidupan Reproduksi.

Setiap orang tidak boleh mendapatkan perlakuan diskriminatif berkaitan dengan


kesehatan reproduksi karena ras, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi,
keyakinan/agamanya dan kebangsaannya. Contoh: Orang tidak mampu harus
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas (bukan sekedar atau asal-
asalan) yang tentu saja sesuai dengan kondisi yang melingkupinya. Demikian pula
seseorang tidak boleh mendapatkan perlakuan yang berbeda dalam hal mendapatkan
pelayanan kesehatan reproduksi hanya karena yang bersangkutan memiliki keyakinan
berbeda dalam kehidupan reproduksi. Misalnya seseorang tidak mendapatkan pelayanan
pemeriksaan kehamilan secara benar, hanya karena yang bersangkutan tidak ber-KB atau
pernah menyampaikan suatu aspirasi yang berbeda dengan masyarakat sekitar. Pelayanan
juga tidak boleh membedakan apakah seseorang tersebut perempuan atau laki-laki. Hal
ini disebut dengan diskriminasi gender.

4. Hak Atas Kerahasiaan Pribadi Dengan Kehidupan Reproduksinya terkait dengan


informasi pendidikan dan pelayanan.

Setiap individu harus dijamin kerahasiaan kehidupan kesehatan reproduksinya terkait


dengan informasi pendidikan dan pelayanan misalnya informasi tentang kehidupan
seksual, masa menstruasi dan lain sebagainya. Contoh: Petugas atau seseorang yang
memiliki informasi tentang kehidupan reproduksi seseorang tidak boleh membocorkan
atau dengan sengaja memberikan informasi yang dimilikinya kepada orang lain. Jika
informasi dibutuhkan sebagai data untuk penunjang pelaksanaan program, misalnya data
tentang prosentase pemakaian alat kontrasepsi masih tetap dimungkinkan informasi
tersebut dipublikasikan sepanjang tidak mencantumkan indentitas yang bersangkutan.

5. Hak Untuk Kebebasan Berfikir Tentang Kesehatan Reproduksi.

Setiap remaja berhak untuk berpikir atau mengungkapkan pikirannya tentang kehidupan
yang diyakininya. Perbedaan yang ada harus diakui dan tidak boleh menyebabkan
terjadinya kerugian atas diri yang bersangkutan. Orang lain dapat saja berupaya merubah
pikiran atau keyakinan tersebut namun tidak dengan pemaksaan akan tetapi dengan
melakukan upaya advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). Contoh:
seseorang dapat saja mempunyai pikiran bahwa banyak anak menguntungkan bagi
dirinya dan keluarganya. Bila ini terjadi maka orang tersebut tidak boleh serta merta
dikucilkan atau dijauhi dalam pergaulan. Upaya merubah pikiran atau keyakinan tersebut
boleh dilakukan sepanjang dilakukan sendiri oleh yang bersangkutan setelah
mempertimbangkan berbagai hal sebagai dampak dari advokasi dan KIE yang dilakukan
petugas.

6. Hak Mendapatkan Informasi Dan Pendidikan Kesehatan Reproduksi.

Setiap remaja berhak mendapatkan informasi dan pendidikan yang jelas dan benar
tentang berbagai aspek terkait dengan masalah kesehatan reproduksi. Contohnya: seorang
remaja harus mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.

7. Hak Membangun Dan Merencanakan Keluarga

Setiap individu dijamin haknya: kapan, dimana, dengan siapa, serta bagaimana ia akan
membangun keluarganya. Tentu saja kesemuanya ini tidak terlepas dari norma agama,
sosial dan budaya yang berlaku (ingat tentang adanya kewajiban yang menyertai adanya
hak reproduksi). Contoh: Seseorang akan menikah dalam usia yang masih muda, maka
petugas tidak bisa memaksa orang tersebut untuk membatalkan pernikahannya. Yang bisa
diupayakan adalah memberitahu orang tersebut tentang peraturan yang berlaku di
Indonesia tentang batas usia terendah untuk menikah dan yang penting adalah
memberitahutu tentang dampak negatif dari menikah dan hamil pada usia muda.

8. Hak Untuk Menentukan Jumlah Anak Dan Jarak Kelahiran

Setiap orang berhak untuk menentukan jumlah anak yang dimilikinya serta jarak
kelahiran yang diinginkan. Contoh: Dalam konteks program KB, pemerintah,
masyarakat, dan lingkungan tidak boleh melakukan pemaksaan jika seseorang ingin
memiliki anak dalam jumlah besar. Yang harus dilakukan adalah memberikan
pemahaman sejelas-jelasnya dan sebenar-benarnya mengenai dampak negative dari
memiliki anak jumlah besar dan dampak positif dari memiliki jumlah anak sedikit.
Jikapun klien berkeputusan untuk memiliki anak sedikit, hal tersebut harus merupakan
keputusan klien itu sendiri.

9. Hak Mendapatkan Pelayanan Dan Perlindungan Kesehatan Reproduksi.

Setiap remaja memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan dan perlindungan kehidupan
reproduksinya termasuk perlindungan dari resiko kematian akibat proses reproduksi.
Contoh: seorang remaja yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan harus tetap
mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik agar proses kehamilan dan kelahirannya
dapat berjalan dengan baik.

10. Hak Mendapatkan Manfaat Dari Kemajuan Ilmu Pengetahuan Yang Terkait Dengan
Kesehatan Reproduksi

Setiap remaja berhak mendapatkan manfaat dari kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi, serta mendapatkan informasi yang
sejelas-jelasnya dan sebenar-benarnya dan kemudahan akses untuk mendapatkan
pelayanan informasi tentang Kesehatan Reproduksi Remaja. Contoh: Jika petugas
mengetahui tentang Kesehatan Reproduksi Remaja, maka petugas berkewajiban untuk
memberi informasi kepada remaja, karena mungkin pengetahuan tersebut adalah hal yang
paling baru untuk remaja.

11. Hak Atas Kebebasan Berkumpul Dan Berpartisipasi Dalam Politik Yang Berkaitan
Dengan Kesehatan Reproduksi.

Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat atau aspirasinya baik melalui
pernyataan pribadi atau pernyataan melalui suatu kelompok atau partai politik yang
berkaitan dengan kehidupan reproduksi. Contoh: seseorang berhak menyuarakan
penentangan atau persetujuan terhadap aborsi baik sebagai individu maupun bersama
dengan kelompok. Yang perlu diingatkan adalah dalam menyampaikan pendapat atau
aspirasi tersebut harus memperhatikan azas demokrasi dan dalam arti tidak boleh
memaksakan kehendak dan menghargai pendapat orang lain serta taat kepada hukum dan
peraturan peraturan yang berlaku.

12. Hak Untuk Bebas Dari Penganiayaan Dan Perlakuan Buruk Termasuk Perlindungan Dari
Perkosaan, Kekerasaan, Penyiksaan Dan Pelecehan Seksual.

Remaja laki-laki maupun perempuan berhak mendapatkan perlindungan dari


kemungkinan berbagai perlakuan buruk di atas karena akan sangat berpengaruh pada
kehidupan reproduksi. Contoh: Perkosaan terhadap remaja putri misalnya dapat
berdampak pada munculnya kehamilan yang tidak diinginkan oleh yang bersangkutan
maupun oleh keluarga dan lingkungannya. Penganiayaan atau tindakan kekekerasan
lainnya dapat berdampak pada trauma fisik maupun psikis yang kemudian dapat saja
berpengaruh pada kehidupan reproduksinya
2.3 KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER

2.3.1 Defenisi Kesetaraan dan Keadilan Gender

Dalam kehidupan, masyarakat sering mengganggap bahwa gender mempunyai arti yang
sama dengan seks. Sebenarnya kedua kata tersebut mempunyai arti yang sangat berbeda.
Kurangnya pemahaman tentang pengertian gender menjadi salah satu penyebab dalam
pertentangan menerima suatu analisis gender di suatu persoalan ketidakadilan social.

Hungu (2007) mengatakan seks ( jenis kelamin ) merupakan perbedaan antara perempuan
dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks ( jenis kelamin ) berkaitan dengan
tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara perempuan
menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui.
Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan
diantara keduanya...

Sedangkan secara etimologis, gender memiliki arti sebagai perbedaan jenis kelamin yang
diciptakan oleh seseorang itu sendiri melalui proses social budaya yang panjang. perbedaan
perilaku antara laki laki dengan perempuan selain disebabkan oleh factor biologis juga factor
proses social dan cultural. oleh sebab itu gender dapat berubah ubah dari tempat ke tempat,
waktu ke waktu, bahkan antar kelas social ekonomi masyarakat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan perbedaan antara jenis kelamin dengan gender yaitu,
jenis kelamin lebih condong terhadap fisik seseorang sedangkan gender lebih condong terhadap
tingkah lakunya. selain itu jenis kelamin merupakan status yang melekat / bawaan sedangkan
gender merupakan status yang diperoleh / diperoleh. Gender tidak bersifat biologis, melainkan
dikontruksikan secara sosial. Karena gender tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari
melalui sosialisasi, oleh sebab itu gender dapat berubah.

Setelah mengetahui perbedaan jenis kelamin dengan gender, maka langkah selanjutnya
yaitu kita dapat memahami pengertian Kesetaraan Gender. Kesetaraan Gender merupakan
kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya
sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum,
ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta
kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi
penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun
perempuan.

Sejarah perbedaan gender antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan terjadi
melalui proses yang sangat panjang dan dibentuk oleh beberapa sebab, seperti kondisi sosial
budaya, kondisi keagamaan, dan kondisi kenegaraan. Dengan proses yang panjang ini, perbedaan
gender akhirnya sering dianggap menjadi ketentuan Tuhan yang bersifat kodrati atau seolah-olah
bersifat biologis yang tidak dapat diubah lagi. Inilah sebenarnya yang menyebabkan awal
terjadinya ketidakadilan gender di tengah-tengah masyarakat. Gender memiliki kedudukan yang
penting dalam kehidupan seseorang dan dapat menentukan pengalaman hidup yang akan
ditempuhnya. Gender dapat menentukan akses seseorang terhadap pendidikan, dunia kerja, dan
sektor-sektor publik lainnyaGender juga dapat menentukan kesehatan, harapan hidup, dan
kebebasan gerak seseorang. Jelasnya, gender akan menentukan seksualitas, hubungan, dan
kemampuan seseorang untuk membuat keputusan dan bertindak secara otonom. Akhirnya,
genderlah yang banyak menentukan seseroang akan menjadi apa nantinya.

Kesetaraan gender memiliki kaitan dengan keadilan gender. keadilan gender merupakan
suatu proses dan perlakuan adil terhadap laki laki dan perempuan. terwujudnya kesetaraan dan
keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi baik terhadap laki laki maupun
perempuan. sehingga denga hal ini setiap orang memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan
control atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan
tersebut.

Memiliki akses di atas mempunyai tafsiran yaitu setiap orang mempunyai peluang /
kesempatan dalam memperoleh akses yang adil dan setara terhadap sumber daya dan memiliki
wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya
tersebut. Memiliki partisipasi berarti mempunyai kesempatan untuk berkreasi / ikut andil dalam
pembangunan nasional. Sedangkan memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan untuk
mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat
yang sama dari pembangunan.

2.3.2 Contoh Kesenjangan Gender


1. Pola Pernikahan yang merugikan pihak perempuan

Pernikahan dini adalah suatu hal yang lazim di Indonesia, khususnya di daerah
pedesaan. Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2004 memperkirakan 13% dari
perempuan Indonesia menikah di umur 15 19 tahun. Dalam hukum Islam, laki-laki
memang diperbolehkan memperistri lebih dari satu orang. Akan tetapi, dalam Undang-
Undang Perkawinan Tahun 1974 menyatakan bahwa izin untuk memiliki banyak istri
dapat diberikan jika seseorang dapat memberikan bukti bahwa istri pertamanya tidak
dapat melaksanakan tanggung jawabnya sebagai istri. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Indonesia pun dilarang mempraktekkan poligami. Hukum perkawinan di Indonesia
menganggap pria sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah keluarga. Sedangkan,
tugas-tugas rumah tangga termasuk membesarkan anak umumnya dilakukan oleh
perempuan.

2. Kesenjangan Gender di pasar kerja

Adanya segmentasi jenis kelamin angkatan kerja, praktik penerimaan dan promosi
karyawan yang bersifat deskriminatif atas dasar gender membuat perempuan
terkonsentrasi dalam sejumlah kecil sektor perekonomian, umumnya pada pekerjaan-
pekerjaan berstatus lebih rendah daripada laki-laki. Asumsi masyarakat yang menyatakan
bahwa pekerjaan perempuan hanya sekedar tambahan peran dan tambahan penghasilan
keluarga juga menjadi salah satu sebab rendahnya tingkat partisipasi tenaga kerja
perempuan.
3. Kekerasan Fisik

Indonesia telah menetapkan berbagai undang-undang untuk melindungi perempuan


dari kekerasan fisik. Akan tetapi, terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa
kekerasan terhadap perempuan adalah umum di Indonesia. Menurut survey Demografi
dan Kesehatan 2003, hampir 25% perempuan yang pernah menikah menyetujui anggapan
bahwa suami dibenarkan dalam memukul istrinya karena salah satu alasan berikut: istri
berbeda pendapat, istri pergi tanpa memberitahu, istri mengabaikan anak, atau istri
menolak untuk melakukan hubungan intim dengan suami. Perdagangan perempuan dan
prostitusi juga merupakan ancaman serius bagi perempuan Indonesia, terutama mereka
yang miskin dan kurang berpendidikan. Meskipun pelecehan seksual dianggap kejahatan,
akan tetapi hal itu umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Departemen Kesehatan
Indonesia tahun 2004 menemukan bahwa 90% perempuan mengaku telah mengalami
beberapa bentuk pelecehan seksual di tempat kerja.

4. Hak Kepemilikan

Hukum Perdata di Indonesia menetapkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki


hak kepemilikan yang sama. Perempuan di Indonesia memiliki hak hukum untuk akses
ke properti, tanah dan memiliki akses ke pinjaman bank dan kredit, meskipun terkadang
masih terdapat diskriminasi di beberapa bagian contohnya: suami berhak untuk memiliki
nomor pajak pribadi, sedangkan istri harus dimasukkan nomor pajak mereka dalam
catatan suami.

2.3.3 Kesetaraan Gender dalam Masyarakat


a. Marginalisasi Perempuan

Salah satu bentuk ketidakadilan terhadap gender yaitu marginalisasi perempuan.


Marginalisasi perempuan ( penyingkiran / pemiskinan ) kerap terjadi di lingkungan sekitar.
Nampak contohnya yaitu banyak pekerja perempuan yang tersingkir dan menjadi miskin akibat
dari program pembangunan seperti internsifikasi pertanian yang hanya memfokuskan petani laki-
laki. Perempuan dipinggirkan dari berbagai jenis kegiatan pertanian dan industri yang lebih
memerlukan keterampilan yang biasanya lebih banyak dimiliki laki-laki, dan perkembangan
teknologi telah menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara manual oleh perempuan
diambil alih oleh mesin yang umumnya dikerjakan oleh tenaga laki-laki. Dengan hal ini banyak
sekali kaum pria yang beranggapan bahwa perempuan hanya mempunyai tugas di sekitar rumah
saja.

b. Subordinasi

Selain Marginalisasi, terdapat juga bentuk keadilan yang berupa subordinasi. Subordinasi
memiliki pengertian yaitu keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau
lebih utama dibandingkan jenis kelamin lainnya. Sudah sejak dahulu terdapat pandanganyang
menempatkan kedudukan dan peran perempuan yang lebih rendah dari laki laki. Salah satu
contohnya yaitu perempuan di anggap makhluk yang lemah, sehingga sering sekali kaum adam
bersikap seolah olah berkuasa (wanita tidak mampu mengalahkan kehebatan laki laki).
Kadang kala kaum pria beranggapan bahwa ruang lingkup pekerjaan kaum wanita hanyalah
disekitar rumah. Dengan pandangan seperti itu, maka sama halnya dengan tidak memberikan
kaum perempuan untuk mengapresiasikan pikirannya di luar rumah.

c. Pandangan stereotype

Setereotype dimaksud adalah citra baku tentang individu atau kelompok yang tidak sesuai
dengan kenyataan empiris yang ada. Pelabelan negatif secara umum selalu melahirkan
ketidakadilan. Salah satu stereotipe yang berkembang berdasarkan pengertian gender, yakni
terjadi terhadap salah satu jenis kelamin, (perempuan), Hal ini mengakibatkan terjadinya
diskriminasi dan berbagai ketidakadilan yang merugikan kaum perempuan. Misalnya pandangan
terhadap perempuan yang tugas dan fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan
dengan pekerjaan domistik atau kerumahtanggaan. Hal ini tidak hanya terjadi dalam lingkup
rumah tangga tetapi juga terjadi di tempat kerja dan masyaraklat, bahkan di tingkat pemerintah
dan negara.

Apabila seorang laki-laki marah, ia dianggap tegas, tetapi bila perempuan marah atau
tersinggung dianggap emosional dan tidak dapat menahan diri. Standar nilai terhadap perilaku
perempuan dan laki-laki berbeda, namun standar nilai tersebut banyak menghakimi dan
merugikan perempuan. Label kaum perempuan sebagai ibu rumah tangga merugikan, jika
hendak aktif dalam kegiatan laki-laki seperti berpolitik, bisnis atau birokrat. Sementara label
laki-laki sebagai pencari nafkah utama, (breadwinner) mengakibatkan apa saja yang dihasilkan
oleh perempuan dianggap sebagai sambilan atau tambahan dan cenderung tidak diperhitungkan.

d. Beban Ganda

Bentuk lain dari diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah beban ganda yang harus
dilakukan oleh salah satu jenis kalamin tertentu secara berlebihan. Dalam suatu rumah tangga
pada umumnya beberapa jenis kegiatan dilakukan laki-laki, dan beberapa dilakukan oleh
perempuan. Berbagai observasi, menunjukkan perempuan mengerjakan hampir 90% dari
pekerjaan dalam rumah tangga. Sehingga bagi mereka yang bekerja, selain bekerja di tempat
kerja juga masih harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dalam proses pembangunan,
kenyataannya perempuan sebagai sumber daya insani masih mendapat pembedan perlakuan,
terutama bila bergerak dalam bidang publik. Dirasakan banyak ketimpangan, meskipun ada juga
ketimpangan yang dialami kaum laki-laki di satu sisi.

2.3.4 Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan di Indonesia

Perempuan sesungguhnya membutuhkan pendidikan seperti halnya dengan laki laki.


Akan terlihat jelas apabila dilihat dari sejarah masa lalu saat Indonesia masih di jajah, Para
penjajah kurang menghargai kaum perempuan. Mereka berlaku sewenang wenang sesuka hati
terhadap kaum perempuan di Indonesia. Peristiwa ini menggambarkan bahwa kesetaraan gender
sama sekali belum ditegakkan. Dampak dari peristiwa tersebut, pandangan pandangan
masyarakat sepeninggalnya yaitu terdapat masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan
belum memiliki kesempatan untuk berperan sentral diberbagai bidang seperti sekarang ini. Orang
tua yang memiliki pandangan seperti itu, akan menyekolahkan anak laki lakinya setinggi
tingginya sedangkan anak perempuan tidak harus bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Salah
satu factor peristiwa tersebut yaitu orang tua hanya beranggaoan bahwa peran perempuan dalam
kehidupan tidak lain adalah sebagai ibu rumah tangga yang tak perlu sekolah tinggi tinggi.

Namun saat ini pemerintahan telah berupaya untuk menegakkan kesetaraan gender. Hal ini
terbukti dengan adanya program pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia, dengan hal ini
banyak generasi penerus bangsa yang merupakan calon pembangunan Negara ini mendapatkan
mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan. Terlepas dari permasalahan
pendidikan yang ada, namun dapat diakui bahwa pandangan orang tua kolot masa lalu yang tidak
menyekolahkan anak perempuannya kini telah berubah. Terlihat bahwa pada saat sekarang kaum
perempuan pun banyak yang bersekolah hingga jenjang yang tinggi. Selain hak untuk
mendapatkan pendidikan, di Negara Indonesia sebenarnya telah menerapkan kesetaraan gender
dalam tatanan organisasi dari mulai organisasi yang kecil hingga pemerintahan. Buktinya ialah
perempuan pun memiliki peranan yang sama dalam hal menduduki jabatan tertentu dalam suatu
institusi. Presiden Negara Indonesia yang pernah diduduki oleh seorang perempuan yaitu
Megawati Soekarno Putri merupakan bukti real-nya.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup kesehatan reproduksi


adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar-
fase kehidupan tersebut. Siklus kehidupan dimulai dari konsepsi bayi dan anak, remaja,
usia subur dan usia lanjut.

Hak-hak reproduksi mempunyai landasan adanya pengakuan terhadap hak asasi setiap
pasangan dan individu untuk secara bebas dan bertanggung jawab menetapkan jumlah,
jarak dan waktu kelahiran anaknya, hak untuk memperoleh informasi tentang kesehatan
reproduksi, hak untuk mencapai tingkat kesehatan reproduksi dan seksual, hak untuk
mengambil keputusan tentang reproduksinya yang bebas dari pembedaan, pemaksaan dan
kekerasan.

Kesetaraan Gender merupakan kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan
pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan
ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

3.2 SARAN
1. Melakukan pemantauan sejak dini agar dapat mengambil tindakan yang cepat dan
tepat sebelum berlanjut pada keadaan kebidanan darurat
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak reproduksi.
3. Adanya upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat agar terciptanya
kesejahteraan dan keadian gender.
DAFTAR PUSTAKA

http://kertasputih15.blogspot.com/2012/06/pengertian-dan-jenis-hak-hak-reproduksi.html
http://nciez-k.blogspot.com/2013/08/makalah-tentang-kesetaraan-gender.html
http://mjeducation.co/kesetaraan-gender-untuk-kesejahteraan-negara/
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/19/kesetaraan-gender-diterapkan-
dalam-pendidikan-464068.html
https://www.google.com/search?
q=pendekatan+siklus+hidup+dalam+kesehatan+reproduksi&oq=pendekatan+&aqs=chrome.1.69
i57j69i59l2j69i61j69i60.4332j0j7&sourceid=chrome&es_sm=93&ie=UTF-
8#q=pendekatan+siklus+hidup+dalam+kesehatan+reproduksi&start=30
http://caramembuatmakalah1.blogspot.com/2014/02/pendekatan-siklus-hidup-dan-hak.html
http://pendidikanremajasebaya.blogspot.com/2013/05/siklus-hidup-kesehatan-dan-peran-
sosial.html
http://wwwyfebriany.blogspot.com/2011/04/konsep-dasar-kesehatan-reproduksi.html
https://realtechnetcenter.wordpress.com/tutorial/kesehatan-reproduksi/
https://www.google.com/search?
q=pendekatan+siklus+hidup+dalam+kesehatan+reproduksi&biw=1241&bih=615&source=lnms
&tbm=isch&sa=X&ei=L8fcVJeCAtWHuATxz4LQBw&ved=0CAcQ_AUoAg#tbm=isch&q=pe
ndekatan+siklus+hidup+dalam+kesehatan+reproduksi

Anda mungkin juga menyukai