Anda di halaman 1dari 5

Perumusan dan pengesahan Pancasila tidak bisa dipisahkan dari proses perumusan dan

pengesahan UUD 1945. Berikut akan dibahas kronologis proses perumusan dan pengesahan
Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila Dasar Negara.
1. Tanggal 7 September 1944
Proses perumusan Pembukaan UUD 1945 dimulai sejak Jepang masih menguasai tanah air
Indonesia, yaitu didalam siding siding Badan Penyelidik Usaha usaha Persiapan
Kemerdekaan yang selanjutnya disebut Badan Penyelidik. Peristiwa tersebut untuk menarik
simpati dari bangsa Indonesia, pada tanggal 7 September 1944 Pemerintah Balatentara Jepang
mengeluarkan janji kemerdekaan Indonesia di kemudian hari yang menurut rencana akan
diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945.
2. Tanggal 29 April 1945
Sebagai realisasi janji politik, pada tanggal 29 april 1945 oleh Gunseikan (kepala pemerintah
Balatentara Jepang di Jawa) dibentuk suatu badan yang diberi nama Dokuritsu zyunbi Coosakai
atau BPUPK. Badan ini bertugas untuk menyelidiki segala sesuatu mengenai persiapanm
kemerdekaan Indonesia dan beranggotakan 60 orang.
3. Tanggal 28 Mei 1945
BPUPK dilantik oleh Gunseikan dengan susunan sebagai berikut:
Ketua : Dr. Radjiman Widjodiningrat
Ketua Muda : Raden Panji Soeroso
Ketua Muda : Ichibangase (anggota luar biasa orang Jepang)
Anggota : 60 orang, tidak termasuk Ketua dan Ketua Muda
4. Tanggal 29 Mei s.d 01 Juni 1945
BPUPK mengadakan dua masa sidang, yaitu
a. Masa Sidang I : tanggal 29 Mei s.d 01 Juni 1945
b. Masa Sidang II : tanggal 10 Juli s.d 16 Juli 1945
Dalam sidang I BPUPK membicarakan atau mempersiapkan atau mempersiapkan Rancangan
Dasar Negara Indonesia Merdeka. Pada kesempatan ini telah tampil/berpidato tokoh tokoh
bangsa Indonesia untuk mengajukan konsep dasar Negara sperti :
a. Tanggal 29 Mei 1945, Prof. Mr. Moh. Yamin mengajukan prasarana/usul yang disiapkan secara
tertulis, berjudul : Azas Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia. Lima azas tersebut
adalah sebagai berikut :
- Peri Kebangsaan
- Peri Kemanusiaan
- Peri Ketuhanan
- Peri kerakyatan
- Kesjahteraan Rakyat
b. Tanggal 31 Mei 1945
1. Prof. Dr. Mr. R. Soepomo di Gedung ChuooIn berpidato dan menguraikan teori Negara secara
yuridis, berdirinya Negara, bentuk Negara dan pemerintahan serta hubungan antara Negara
dengan agama.
2. Prof. Mr. Moh. Yamin berpidato dan menguraikan tentang daerah Negara kebangsaan
Indonesia, ditinjau dari segi yuridis, historis, politis, sosiologis, dan geografis serta secara
konstitusional meliputi seluruh Nusantara Raya.
3. Pada kesempatan ini, berpidato juga P.F. Dahlan yang menguraikan masalah golongan bangsa
Indonesia peranakan Tionghoa, India, Arab, dan Eropa yang telah turun temurun tinggal di
Indonesia.
4. Di samping itu, Drs. Moh. Hatta menguraikan maslah bentuk Negara persekutuan, bentuk
Negara serikat dan bentuk Negara persatuan. Pada kesempatan yang sama diuraikan juga
masalah hubungan antara Negara dengan agama serta Negara Republik atau Monarchi.

5. Tanggal 1 Juni 1945

Pada 1 Juni 1945, sidang BPUPK I diakhiri dan dibentuk Panitia Kecil yang terdiri dari delapan
orang anggota (Panitia Delapan), yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Selengkapnya Panitia Delapan
ini adalah Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wachid Hasjim, Mr. Moh. Yamin, Sutardjo,
Oto Iskandardinata, Drs. Moh Hatta, dan AA. Maramis. Panitia ini bertugas untuk memeriksa
usul usul yang masuk, menampung dan melaporkannya kepada sidang pleno BPUPK yang
kedua. Oleh karena itu seluruh anggota BPUPK diperintahkan untuk mengajukan usul secara
tertulis selambat lambatnya tanggal 20 Juni 1945 harus sudah masuk ke Panitia Selapan.
6. Tanggal 22 Juni 1945
Pada tanggal 22 Juni 1945 bertempat di gedung kantor Besar Jawa Hookoo Kai (Himpunan
Kebaktian Rakyat Jawa) rapat yang dipimpin oleh ketua panitia delapan membicarakan usul
usul dari para anggota tentang prosedur yang harus dilalui agar upaya kita lekas mencapai
Indonesia Merdeka .
7. Tanggal 10 s.d 16 Juli 1945
Pada tanggal 10 s.d 16 Juli 1945 diadakan sidang BPUPK yang kedua dengan acara untuk
mempersiapkan Rancangan Hukum dasar, di Jl. Pejambon Jakarta. Setelah sidang yang kedua
ini ditutup, maka tugas BPUPK dianggap selesai dan kemudian dibubarkan. Hasil hasil yang
dicapai BPUPK seharusnya segera dilaporkan kepada Pemerintah Jepang di Tokyo, tetapi karena
keadaan dan posisi Jepang semakin memburuk sehingga tidak mungkin dilakukan. Kemudian
untuk melanjutkan tugas tugas BPUPK dibentuk suatu badan yang diberii nama Dokuritsu
Zyunbi Inkai atau PPKI.
8. Tanggal 9 Agustus 1945
Setelah PPKI dibentuk pada tanggal 9 agustus 1945, maka dalam tempo yang sangat cepat
Jepang telah menyerang kepada sekutu pada tanggal 14 Agutus. PPKI merupakan Badan
Bentukan Pemerintah Balatentara Jepang tetapi bukan alat Pemerintah Jepang.
9. Tanggal 17 Agustus 1945
Proklamsi Kemerdekaan Indonesia.
10. Tanggal 18 Agustus 1945
Pada jam 10.30, sidang pleno PPKI dimulai dengan acara pokok untuk membahas naskah
Rancangan Hukum Dasar dan Pengesahan Undang Undang Dasar atas kemerdekaan yang
diucapkan dalam proklamasi sehari sebelumnya.
C. Pengesahan Pembukaan UUD 1945/Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia
Pengesahan UUD Negara Republik Indonesia didahului dengan pengesahan Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia yang dipimpin langsung oleh Ketua PPKI. Sebagaimana disebutkan
diatas bahwa Piagam Jakarta dengan beberapa perubahan ditetapkan menjadi pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia, maka untuk mengetahui perubahan perubahan yang terjadi dapat
diikuti proses pengesahannya.

Perisai yang dikalungkan melambangkan pertahanan Indonesia. Pada perisai itu mengandung
lima buah simbol yang masing-masing simbol melambangkan sila-sila dari "dasar negara"
Pancasila.

1. Sila pertama dengan lambang Bintang Ketuhanan yang Maha Esa

Bintang pada lambang sila pertama artinya adalah menerangi dan memberi cahaya bagi bangsa
dan negara. Terus memberi cahaya seperti tuhan yang maknanya adalah jalan terang agar negara
dapat menempuh jalan yang benar.

2. Sila Kedua Lambang Rantai Kemanusiaan yang adil dan beradab

Rantai merupakan lambang dari sila kedua, rantai ini memiliki makna yang sangat besar dan
terdiri dari rantai bulat (melambangkan perempuan) dan rantai persegi (melambangkan laki laki).
Rantai yang saling berkait melambangkan bahwa setiap rakyat baik perempuan dan laki laki
harus bersatu padu untuk agar bisa menjadi kuat seperti rantai.

3. Sila Ketiga Lambang Pohon Beringin Persatuan Indonesia

Pohon beringin merupakan pohon yang besar memiliki ranting luas yang dapat menjadi tempat
berteduh yang menyejukkan. Selain itu pohon beringin juga memiliki akar yang sangat kuat dan
menjalar di mana mana, seperti keanekaragaman suku dan bangsa indonesia yang harus tetap
bersatu.

4. Sila Keempat Lambang Kepala Banteng kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

Kepala banteng memiliki makna bahwa hewan yang suka berkumpul dan memiliki kepala yang
tangguh. Banteng merupakan hewan yang memiliki jiwa sosial yang tinggi dan suka berkumpul.
Artinya kita harus rajin bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu masalah dan dalam
mengambil keputusan.

5. Sila Kelima Lambang Padi dan Kapas- keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Padi dan kapas ini melambangkan kebutuhan dasar manusia, padi yang menjadi dasar untuk
makanan pokok dan kapas untuk kebutuhan dasar sandang. Jadi lambang ini bertujuan untuk
memberikan kebutuhan dasar setiap bangsa Indonesia secara merata dan adil.

Arti pancasila dan lambangnya memang sangat vital bagi bangsa kita hukum dan budaya di
seluruh Indonesia hendaknya harus mematuhi dan tidak melanggar serta bertentangan dengan
pancasila. Fungsi pancasila memang telah menjadi pedoman bangsa Indonesia selama bangsa ini
berdiri.

Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok manusia dalam suatu wilayah
tertentu kerakyatan dalam hubungan dengan sila IV bahwa kekuasaan yang tertinggi berada
ditangan rakyat. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan
selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa kepentingan rakyat dan dilaksanakan
dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas
kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak
rakyat hingga mencapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mupakat.
Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedura) mengusahakan turut sertanya
rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara melalui badan-badan perwakilan.

Jadi sila ke IV adalah bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui sistem
perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musawarah dengan pikiran yang
sehat serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan yang maha Esa maupun kepada rakyat
yang diwakilinya

Dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia ada pada konstitusi kita,
yaitu Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945):

Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan
meyakini kepercayaan. Selain itu dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945juga diakui bahwa hak
untuk beragama merupakan hak asasi manusia. Selanjutnya Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 juga
menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk
agama.

Akan tetapi, hak asasi tersebut bukannya tanpa pembatasan. Dalam Pasal 28J ayat (1) UUD
1945 diatur bahwa setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain. Pasal 28J ayat (2)
UUD 1945 selanjutnya mengatur bahwa pelaksanaan hak tersebut wajib tunduk pada
pembatasan-pembatasan dalam undang-undang. Jadi, hak asasi manusia tersebut dalam
pelaksanaannya tetap patuh pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam undang-undang.

Menurut pasal 2 ayat (2) UU Penodaan Agama, kewenangan menyatakan suatu


organisasi/aliran kepercayaan yang melanggar larangan penyalahgunaan dan/atau penodaan
agama sebagai organisasi/aliran terlarang ada pada Presiden, setelah mendapat pertimbangan
dari Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri. Pada prakteknya, ada Badan
Koordinasi Pengawasan Kepercayaan Masyarakat atau biasa disingkat Bakor Pakem. Sebenarnya
yang dimaksud Bakor Pakem adalah Tim Koordinasi Pengawasan Kepercayaan yang dibentuk
berdasar Keputusan Jaksa Agung RI No.: KEP004/J.A/01/1994 tanggal 15 Januari 1994
tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat
(PAKEM).
Dalam Penjelasan pasal 1 UU Penodaan Agama dinyatakan bahwa agama-agama yang dipeluk
oleh penduduk Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu
(Confusius). Tapi, hal demikian tidak berarti bahwa agama-agama lain dilarang di Indonesia.
Penganut agama-agama di luar enam agama di atas mendapat jaminan penuh seperti yang
diberikan oleh Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 dan mereka dibiarkan keberadaanya, selama tidak
melanggar peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai