Anda di halaman 1dari 1

RINGKASAN

Depresi merupakan suatu gangguan mood. Mood adalah suasana perasaan yang
meresap dan menetap yang dialami secara internal dan yang mempengaruhi perilaku
seseorang dan persepsinya terhadap dunia . Depresi merupakan problem kesehatan
masyarakat yang cukup serius. WHO menyatakan bahwa depresi berada pada urutan
ke empat penyakit dunia. Depresi mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki
dalam kehidupan (Nurmiati, 2005). Depresi digunakan dalam arti yang luas untuk
menggambarkan suatu sindrom yang mencakup kumpulan dari manifestasi
fisiologis, afektif dan kognitif.
Depresi adalah gangguan kejiwaan yag paling umum pada usia lanjut, Depresi
merupakan gangguan yang paling sering muncul pada masa masa terakhir
kehidupan individu., depresi bukan merupakan bagian dari proses penuaan normal.
Anggapan ini menyebabkan kurangnya respon penderita maupun orang disekitarnya
terhadap gejala yang timbul sehingga depresi sering tidak terdiagnosis dan tidak
mendapatkan penanganan yang tepat.
Lansia memiliki resiko yang besar untuk mengalami depresi. Depresi dapat
menyebabkan penurunan kualitas hidup pada lansia. Terdapat banyak faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya depresi pada lansia, baik berupa faktor internal
ataupun eksternal. Etiologi depresi adalah multifaktorial, salah satu faktor yang
berperan penting adalah faktor neurobiologi.Neurotransmitter yang berperan utama
pada regulasi emosi adalah serotonin. Serotonin didapat dari hasil metabolisme asam
amino triptofan.Faktor lain yang ikut memengaruhi kadar serotonin adalah proses
reuptake serotonin. Faktor tersebut terjadi dalam suatu regulasi untuk menjaga kadar
serotonin tetap stabil.Asam amino triptofan merupakan asam amino esensial yaitu
asam amino yang harus ditambah dari luar tubuh melalui makanan karena tidak
terdapat dalam tubuh. Pola makan protein dan karbohidrat menentukan kadar
triptofan. Triptofan dapat mengurangi status depresi karena triptofan merupakan
bahan baku produksi serotonin. Konsentrasi triptofan dalam tubuh merupakan substrat
yang penting sebagai precursor pembentukan serotonin. Serotonin merupakan
neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi depresi (Kaplan, 2010).
Serotonin yang rendah dapat menyebabkan seseorang dapat menjadi mudah marah,
menarik diri dan depresi
(Brunner and Suddarth, 2001).
Serotonin dalam otak dapat membuat tubuh menjadi tenang dan lebih mudah
untuk tidur (Erliana, 2008). Berdasarkan penelitian Lee, dkk., (2013) yang
menyatakan bahwa tikus yang kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung
triptofan mampu menurunkan 40% serotonin dalam otak. Hal ini sesuai dengan
Blokland, dkk., (2002) yang menyatakan bahwa penurunan triptofan dalam plasma
dan otak serta penurunan sintesa serotonin dalam otak secara bersama-sama terjadi
perubahan fungsi kognitif dan perilaku seperti depresi dan kecemasan pada tikus.
Hasil dari penelitian diaharapkan dapat memberikan suatu jawaban mengenai
hubungan asupan trypthopan dengan kejadian depresi pada lansia .

1Mahasiswa program pendidikan S-1 kedokteran umum


FK UNDIP Semarang 2Staf Subbagian Geriatri, SMF
Penyakit Dalam, RSUP Dr. Kariadi Semarang

Anda mungkin juga menyukai