Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

HUKUM PIDANA MENURUT HUKUM ISLAM DI INDONESIA

OLEH:

NAMA:ROLI SATRIA PERMANA

NIM:14034009

PRODI:FISIKA

MATA KULIAH UMUM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2015
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim

Asslamualaikum Wr. Wb

Segala puji milik Allah SWT. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan pada
Rasulullah SAW. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini.

Hukum adalah sebagai salah satu alat memperjuangkan Hak Asasi Manusia, namun
realita yang ada hukum positif yang sekarang dipakai dianggap mengalami
kebuntuan dalam hal efektifitasnya, Beranjak dari permasalahan tersebut, sudah
saatnya pidana Islam menjadi solusi atas permsalahan hukum yang ada di bumi
Pertiwi. Di dalam penyusunan karya tulis ini, tidak sedikit kendala yang penulis
hadapi. tetapi penulis mengerti bahwa kelancaran didalam penyusunan karya tulis
ini tidak lain berkat pertolongan, dorongan, serta tuntunan semua pihak, hingga
kendala-kendala yang penulis hadapi bisa diselesaikan.

Karya tulis ini disusun supaya pembaca bisa memperluas pengetahuan perihal
permasalahan hukum yang ada, khusunya bagi kaum muslimin. yang di sajikan
menurut pengamatan dari beragam sumber informasi, referensi, serta berita.

Semoga Karya tulis ini bisa memberikan wawasan yang lebih luas serta jadi
sumbangan pemikiran bagi para pembaca terutama para pejuang-pejuang Islam
dalam menegakan syariat Islam. Penulis sadar bahwa makalah ini ada banyak
kekurangan serta jauh dari sempurna. oleh karena itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun demi kebaikan karya tullis kedepanya. Terima kasih
atas perhatinya, kebenaran datang dati Allah SWT, kesalahan datangnya dari setan.
Mohon maaf bila banyak kesalahan.

Wassalamualaikum Wr. Wb
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam, pada dasarnya memperjuangkan


syariat Islam merupakan suatu keharusan baginya Salah satunya memberlakukan
hukum pidana Islam di Indonesia. Namun, kejam dan tidak manusiawi. begitulah
kesan sebagian masyarakat terhadap hukum pidana Islam (Fiqh Jinayah). Tiap
mendengar pidana Islam, yang terbayang biasanya hukuman potong tangan, rajam
dan qishash yang dapat dikaegorikan sebagai `vonis`. Padahal, studi yang obyektif
dan mendalam terhadap hukum ini kana menunjukan bahwa kesan sperti ini
muncul, karena hukum pidana Islam dilihat secara tidak utuh atau parsial.

Seharusnya, hukum pidana Islam dibaca dalam konteks yang menyeluruh dengan
bagian lain dari syariat Islam. Hukum potong tangan contohnya, sering dituding
telalu lampau kejam dan tidak adil. padahal, hukuman ini baru dijatuhkan ketika
sejumlah syarat yang ketat telah dipenuhi. Selain itu, situasi dan kondisi pada
lingkungan masyarakat itu menjadi pertimbangan diberlakukanya hukum pidana
Islam. Sebagai contoh, di masa kahlifah Umar bin Khotob, hukuman potoang tangan
tidak pernah diberlakukan karna terjadinya krisis kebutuhan pokok dimasyarakat.
Kalau hukuman itu diberlakukan, maka ini tidak sesuai dengan maqosid asy-syariat
atau tujuan hukumnya.

Saat ini, di negeri kita marak terjadi akasi kejahatan yang amat meresahkan dan
menakutkan masyarakat. seperti pembegalan dijalan-jalan, pencurian, pencopetan,
bahkan pada bulan Juli 2001, di sekitar Bekasi terjadi pembunuhan yang didahului
pemerkosaan terhadap ibu dua orang anak dua. Mayat korban lalu dibakar dan
dikubur di tempat kejadian. Sementara itu, kejahatan seksualpun merebak dengan
pesat. pornografi makin tak terkendali, pelecehan seksual terjadi dimana-mana.
penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang semakin bertambah, dan
tindak pidana korupsi yang kian tak terbendung.

Dalam kondisi seperti ini, reaksi masyarakat terhadap pelaku kejahatan juga kian
tak terkontrol. sudah lebih dari sepuluh orang yang yang dianggap mencuri hangus
dibakar oleh massa, sudah puluha nyawa melayang sia0sia karena salah sasaran.
Masyarakat marah dan geram karena kejahatan begitu mudah mengambil korban.
huku, seolah tak lahi ada, karena daya efektifitasnya melemah. Para pelaku
kejahatan sepertinya tidak lagi takut pada sanski. Penjara pun menjadi tempat yang
paling aman untuk berlibur dan transaksi narkoba.

Disaat seperti inilah, masyarakat butuh suatu sistem penanggulangan kejahatan


yang betul-betul melindungi dan member rasa aman. namun sayangnya, ketika
berbicara soal hukum pidana Islam dan sanskinya, sebagian masyarakat sudah
bersikap apriori.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas,dapat dirumuskan persamalahan yang ada, yaitu:

1. Landasan atau teori apa yang melatarbelakangi perlu diberlakukan hukum Islam?

2. Mengapa hukum pidana Islam belum bisa ditegakan di Indonesia secara


menyeluruh?

3. Bagaimana cara agar Hukum pidana Islam bisa menjadi solusi kebuntuan Hukum
Nasional?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan karya tulis ini agar dapat mengetahui dan memahami:

1. Landasan atau teori apa yang melatarbelakangi perlu diberlakukan hukum Islam

2. Mengapa hukum pidana Islam belum bisa ditegakan di Indonesia secara


menyeluruh
3. Bagaimana cara agar Hukum pidana Islam bisa menjadi solusi kebuntuan Hukum
Nasional

BAB II
PEMBAHASAN

2.2 TEORI BERLAKUNYA HUKUM ISLAM DI INDONESIA

Teori- teori berlakunya hukum Islam di Indonesia, yaitu:

a. Teori HAR Gibb

Teori ini di kemukakan oleh HAR Gibb dalam bukunya The Moderm Trends Of
Islam. Teori ini mengatakan bahwa orang Islam kalau sudah menerima Islam
sebagai agamanya maka ia menerima otoritas hukum Islam terhadap dirinya.
Ichtijianto, menyebut teori ini dengan teori penerimaan otoritas hukum. Gibb,
menggambarkan bahwa dalam masyrakat Islam ada dalam hukum Islam karena
ditaati oleh orang-orang Islam. Orang Islam menaati hukum Islam karena
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, karena kalau mereka telah menerima islam
sebagai agamanya, mereka menerima otoritas hukum islam terhdap dirinya. HAR
Gibb juga berpendapat bahwa hukum Islam berdeda dengan hukum Romawi dan
hukum modern pada umunya, hukum Islam bukanlah hasil karya budaya yang
gradual dari manusia, melainkan ketentuan agama.

b. Teori Receptio In Complexu

Teori ini dikemukana oleh Prof. Mr. Lodewijk Willem Cristiaan van den Berg (1845-
1927), yang mengatakan Bahwa bagi orang Islam berlaku penuh hukum Islam
sebab dia telah memeluk agama Islam walaupun dalam pelaksanaanya terdapat
penyimpangan-penyimpangan. atau bagi rakyat pribumi maka berlaku bagi
mereka adalah hukum agamanya.
2.3 PENGERTIAN HUKUM PIDANA ISLAM

Istilah hukum Islam berasal dari tiga kata dasar, yaitu hukum, pidana, dan Islam.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata hukum diartikan dengan (1) peraturan
atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa,
pemerintah, atau otoritas; (2) undang-undang, peraturan, dsb. untuk mengatur
pergaulan hidup masyarakat; (3) patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa
(alam dsb.) yang tertentu; dan (4) keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh
hakim (dalam pengadilan); vonis (Tim Penyusun Kamus, 1997: 360).

Secara sederhana hukum dapat dipahami sebagai peraturan-peraturan atau norma-


norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik
peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan
ditegakkan oleh penguasa (M. Daud Ali, 1996: 38). Dalam ujudnya, hukum ada yang
tertulis dalam bentuk undang-undang seperti hukum modern (hukum Barat) dan
ada yang tidak tertulis seperti hukum adat dan hukum Islam.

Kata yang kedua, yaitu pidana, berarti kejahatan, (tentang pembunuhan,


perampokan, korupsi, dan lain sebagainya); kriminal (Tim Penyusun Kamus, 1997:
871). Adapun kata yang ketiga, yaitu Islam, oleh Mahmud Syaltut didefinisikan
sebagai agama Allah yang diamanatkan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk
mengajarkan dasar-dasar dan syariatnya dan juga mendakwahkannya kepada
semua manusia serta mengajak mereka untuk memeluknya (Syaltut, 1966: 9).
Dengan pengertian yang sederhana, Islam berarti agama Allah yang dibawa oleh
Nabi Muhammad Saw. untuk disampaikan kepada umat manusia untuk mencapai
kesejahteraan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Dari gabungan ketiga kata di atas muncul istilah hukum pidana Islam. Dengan
memahami arti dari ketiga kata itu, dapatlah dipahami bahwa hukum pidana Islam
merupakan seperangkat norma atau peraturan yang bersumber dari Allah dan Nabi
Muhammad Saw. untuk mengatur kejahatan manusia di tengah-tengah
masyarakatnya. Dengan kalimat yang lebih singkat, hukum pidana Islam dapat
diartikan sebagai hukum tentang kejahatan yang bersumber dari ajaran Islam.
Hukum Pidana Islam (HPI) dalam khazanah literatur Islam biasa disebut Al-Ahkam
Al-Jinaiyyah , yang mengatur pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh orang
mukallaf dan hukuman-hukuman baginya (Khallaf, 1978: 32). Para ulama
menggunakan istilah jinayah bisa dalam dua arti, yakni arti luas dan arti sempit.

Dalam arti luas, jinayah merupakan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Syara
dan dapat mengakibatkan hukuman had (hukuman yang ada ketentuan nash-nya
seperti hukuman bagi pencuri, pembunuh, dll), atau tazir (hukuman yang tidak ada
ketentuan nash-nya seperti pelanggaran lalu lintas, percobaan melakukan tindak
pidana, dll) Dalam arti sempit, jinayah merupakan perbuatan-perbuatan yang 6
dilarang oleh Syara dan dapat menimbulkan hukuman had, bukan tazir (A. Jazuli,
2000: 2). Istilah lain yang identik dengan jinayah adalah jarimah.

2.4 TUJUAN HUKUM PIDANA ISLAM

Tujuan hukum pidana Islam sejalan dengan tujuan hidup manusia serta potensi
yang ada dalam dirinya dan tidak menyimpang dari cita-cita nasional re[ublik
Indonesia dan potensi yang datang dari luardirinya, yakni kebahagiaan hidup baik di
dunia maupun di akhirat, atau dengan ungkapan yang singkat, untuk kemaslahatan
manusia. Tujuan ini dapat dicapai dengan cara mengambil segala hal yang memiliki
kemaslahatan dan menolak segala hal yang merusak dalam rangka menuju
keridoan Allah sesuai dengan prinsip tauhid. Menurut al-Syathibi, salah satu
pendukung Mazhab Maliki yang terkenal, kemaslahatan itu dapat terwujud apabila
terwujud juga lima unsur pokok. Kelima unsur pokok itu adalah agama, jiwa,
keturunan, akal, dan harta (Bakri, 1996: 71).

Menurut al-Syathibi, penetapan kelima pokok kebutuhan manusia di atas didasarkan


pada dalil-dalil al-Quran dan Hadis. Dalil-dalil tersebut berfungsi sebagai al-qawaid
al-kulliyyah (kaidah-kaidah umum) dalam menetapkan al-kulliyyah al-khamsah (lima
kebutuhan pokok). Ayat-ayat al-Quran yang dijadikan dasar pada umumnya adalah
ayat-ayat Makkiyah yang tidak dinasakh (dihapus hukumnya) dan ayat-ayat
Madaniyah yang mengukuhkan ayat-ayat Makkiyah. Tujuan berikutnya adalah
menjamin keperluan hidup (keperluan sekunder) atau Hajiyat. tujuan ketiga dari
perundang-undangan Islam adlah membuat berbagai perbaikan, yaitu menjadikan
manusia mampu mengatur dan menghiasi kehidupan sosialnya lebih baik
(keperluan tersier) atau tahsinat.

2.5 PELUANG, HAMBATAN, DAN TANTANGAN HUKUM PIDANA ISLAM DI INDONESIA

a. Peluang

1. Sejarah panjang eksistensi hukum Islam sebagai the living law

2. Semaraknya kegiatan Islam

3. Ajaran Islam yang bersifat terbuka untuk semua manusia

4. Pemidanaan dalam Islam sesuai dengan prinsip keadilan dan kemanusiaan

5. Indonesia oleh beberapa kalangan dikategorikan sbg negara Islam

b. Hambatan:
1. Kendala Kultural atau sosiologis yaitu adanya Umat Islam yang masih belum bisa
menerima hukum pidana Islam diberlakukan;

2. Kendala Fikrah (Pemikiran), yaitu banyaknya pandangan negatif terhadap hukum


pidana Islam dan kurang yakin dengan efektifitasnya;

3. Kendala Filosofis berupa tuduhan bahwa hukum ini tidak adil bahkan kejam dan
ketinggalan zaman serta bertentangan dengan cita-cita hukum nasional;

4. Kendala yuridis yang tercermin dari belum adanya ketentuan hukum pidana yang
bersumber dari syariat Islam;

5. Kendala konsolidasi, yakni belum bertemunya para pendukung permberlakuan


syariat Islam (dari berbagai kalangan) yang masih menonjolkan dalil (argument)
dan metode penerapanya masing-masing;

6. Kendala akademis, terlihat dari belum meluasnya pengajaran hukum pidana


Islam di kampus-kampus

secara komprehensif;

7. Kendala perumusan yang terlihat dari belum adanya upaya yang sistematis untuk
merumuskan hukum pidana yang sesuai syariat Islam sebagai persiapan mengganti
hukum pidana Barat;

8. Kendala struktural yang terlihat dari belum adanya struktur hukum yang dapat
mendukung penerapan hukum pidana Islam;

9. Kendala ilmiah, tercermin dari kurang banyaknya literatur ilmiah yang mengulas
tentang hukum pidana Islam; dan

10. Kendala politis, terlihat dari tidak cukupnya kekuatan politik untuk menggolkan
penegakan hukum pidana Islam melalui proses politik.

11. Ada anggapan bahwa Indonesia bukan negara Islam

12. Munculnya organisasi dan partai yang berasas nasionalis tetapi didukung oleh
mayoritas muslim

13. Kondisi plural dari segi agama

c. Tantangan:

1. Globalisasi dunia berhadapan antara penegakan pidana Islam versus HAM

2. Dikotomi hukum Islam versus hukum umum


3. Politik pecah belah dan hancurkan Islam dan umatnya

4. Pertentangan hukum Islam, hukum adat, dan hukum Barat

Semua Hambatan dan tantangan diatas seyogianya menjadi perhatian kita semua
yang hasrus selalu berjuang menegakan syariat Islam di negara ini.

2.6 STRATEGI DAN TAKTIK MEREALISASIKAN HUKUM PIDANA ISLAM DI INDONEISA

Dari berbagai hambatan yang ada, penulis mencoba merumuskan solusi-solusinya,


yaitu:

1. Mulai pribadi muslim sendiri, agar memantapkan iman terhadap Allah SWT,
memahami hukum pidana Islam itu sendiri, serta menyakini bahwa syariat-Nya lah
yang paling benar. Setelah itu memberikan kenyakinan / memotivasi/ berdakwah
kepada kaum muslimin yang lain (mentranformasikan aura positif hukum pidana
Islam).

2. Agar orang yakin dengan efektifitas hukum pidana Islam, maka kita harus
memberikan penjelasan tentang keunggulan-keunggulan hukum pidana Islam.
Serta bukti-bukti yang telah memberlakukan hukum tersbut. seperti Arab Saudi,
Yaman Utara, Libya, Pakistan, Iran, Sudan dan lain-lain.

3. Memberikan pemahaman secara menyeluruh tentang hukum pidana Islam,


bahwa tujuan hukum pidana Islam sama dengan cita-cita bangsa, yaitu
mensejahrakan rakyat, memberikan rasa keadilan yang beradab melalui hukum.

4. Ahli Hukum Islam, ulama, cendikiawan muslim dan umat islam bersama-sama
Membuat rancangan seperti RUU KUHP yang didalamnya di isi syariat Islam.

5. sudah saatnya kaum muslimin bersatu dalam hal menegakan syariat Islam,
jangan sampai ego sentries yang dikedepankan dari setiap golongan yang berada di
agama Islam. meraka harus duduk bersmusyawah untuk membela umat melalui
hukum.

6. Pembelajaran tentang hukum Islam diberbagai kampus Islam khususnya harus


secara komprehensip dilakukan dipelajari.

7. Para ahli hukum pidana Islam dan umat Islam harus sudah saatnya
menyebarluaskan tentang hukum ini, melalui karya-karya Ilmiah, seperti buku,
artikel dam lain-lain.
8. Kita harus menagendakan/mendukung Politisi Islam yang akan memperjuangkan
hukum pidana Islam, atau kita menyuruh atau mendukung para ulam untuk menjadi
politisi agar bisa mengususlkan memperjuangan hukum pidana Islam.

9. Sosialisasi lewar jeraring sosial, media, seminar-seminar, dan lain-lain. berikan


pemahaman syariat Islam yang mendalam, agar orang tidak paham terhadap hpi.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kita sebagai umat Islam, sudah menjadi kewajiban dalam menjalankan syriat Islam
karena itu sudah menjadi ketentuan Allah SWT. Khususnya dalam upaya
merealisasikan Hukum Pidana Islam sebagai salah satu solusi hukum pada saat ini
yang di anggap buntu.

Para ahli mengemukakan beberapa teori berlakunya hukum Islam di Indonesia,


yiatu :
1. Teori HAR Gibb, yaitu Teori ini mengatakan bahwa orang Islam kalau sudah
menerima Islam sebagai agamanya maka ia menerima otoritas hukum Islam
terhadap dirinya. Ichtijianto, menyebut teori ini dengan teori penerimaan otoritas
hukum.

2. Teori Receptio In Complexu, adalahTeori ini dikemukana oleh Prof. Mr. Lodewijk
Willem Cristiaan van den Berg (1845-1927), yang mengatakan Bahwa bagi orang
Islam berlaku penuh hukum Islam sebab dia telah memeluk agama Islam walaupun
dalam pelaksanaanya terdapat penyimpangan-penyimpangan.

Berbagai peluang dan hambatan dalam pengupayaan berlakunya hukum Pidana


Islam di Indonesia perlu menjadi renungan dan perhatian kita agar mencari solusi
konkrit dalam realisasinya kedepan agar terciptanya masyarakat yang memiliki rasa
aman, tentram dan bahagia dunia akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Akademi Pressindo,


1992).

Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Hukum dan


Pengembangan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005.

Ichjianto, Hukum Islam Dan Hukum Nasional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991)

Santoso, Topo. Membumikan Hukum Pidana Islam( Jakarta: Gema Insani, 2003)

Santoso, Topo. Menggagas Hukum Pidana Islam ( Bandung: Asy Syaamil Prees &
Grafika, 2003)
Yesmil Anwar dan Adang, Sistem Peradilan Pidana, Konsep, Komponen, &
Pelaksaannya dalam Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta: Widya Pandjadjaran,
2009.

Kurniahidayati.2011.hukum-pidana-islam-dalam-konsep. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai