Anda di halaman 1dari 15

PENGAUDITAN II

SAMPLING AUDIT

KELOMPOK 9 :

PUTU AGUS NADIARTA (1406305109)


LUH PUTU CINYTA WIJAYANTI (1406305115)
PUTU PUTRI SAWITRI (1406305128)
CHRISTINA AYU MAHA DEWI (1406305161)
I MADE PUTRA WIRYA BRATA (1406305189)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2016/2017
1.1 SAMPEL REPRESENTATIF

Sampel representatif adalah sampel yang karakteristiknya sama dengan yang dimiliki
populasi, dimana unsur yang dijadikan sampel populasi serupa dengan unsur yang tidak
dijadikan sampel. Cara untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif adalah
dengan melakukan audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan. Auditor dapat
meningkatkan kemungkinan sampel representatif dengan menggunakannya ketika merancang
proses sampling, pemilihan sampel, dan evaluasi sampel. Hasil sampel dapat menjadi non-
representatif akibat kesalahan non-sampling atau kesalahan sampling. Risiko dari dua jenis
kesalahan yang terjadi tersebut disebut sebagai risiko non-sampling dan risiko sampling.
Risiko non-sampling adalah risiko bahwa pengujian audit tidak menemukan
pengecualian yang ada dalam sampel. Prosedur audit yang tidak efektif untuk mendeteksi
pengecualian yang diragukan adalah dengan memeriksa sampel dokumen pengiriman dan
menentukan apakah masing-masing telah dilampirkan ke faktur penjualan, dan bukan
memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk menentukan apakah dokumen pengiriman
telah dilampirkan. Cara untuk mengendalikan risiko non-sampling yaitu dengan merancang
prosedur audit dengan cermat, instruksi yang tepat, pengawasan dan melakukan review.
Risiko sampling adalah risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan yang salah karena
sampel populasi yang tidak representatif. Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan
risiko sampling:
1. Menyesuaikan ukuran sampel.
2. Menggunakan metode pemilihan unsur sampel yang tepat dari populasi.

1.2 SAMPLING STATISTIK DAN SAMPLING NON STATISTIK SERTA


PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK DAN NON-PROBABILISTIK

SAMPLING STATISTIK DAN NON-STATISTIK


Metode sampling audit dapat dibagi menjadi 2, yaitu sampling statistik dan sampling
non-statistik. Kategori tersebut serupa karena keduanya melibatkan tiga tahapan yaitu :
1. Perencanaan sampel
2. Memilih sampel dan melakukan pengujian
3. Mengevaluasian hasil
Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan pengujian audit dilakukan
sedemikian rupa sehingga menghasilkan risiko sampling yang diinginkan dan meminimalkan
kemungkinan kesalahan non-sampling.
Sampling statistik berbeda dari sampling nonstatistik. Dalam metoda sampling
statistik, dengan menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi (mengukur)
risiko sampling dalam merencanakan sampel dan dalam mengevaluasi hasil. Dalam sampling
non-statistik, auditor tidak mengkuantifikasikan risiko sampling. Auditor memilih unsur
sampel yang diyakini akan memberikan informasi yang paling bermanfaat dan mencapai
kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan.

PEMILIHAN SAMPEL PROBABILITAS DAN NON-PROBABILITAS


Apabila menggunakan pemilihan sampel probabilistik, auditor memlih secara acak
unsur sampel sehingga setiap unsur populasi memiliki unsur probabilitas yang sama untuk
dimasukkan dalam sampel yang memerlukan ketelitian sangat tinggi. Dalam pemilihan
sampel non-probabilistik, auditor memilih unsur sampel dengan menggunakan pertimbangan
yang professional dan bukan metode probabilistik. Auditor dapat menggunakan salah satu
dari beberapa metode pemilihan sampel non-probabilistik.

PENERAPAN SAMPLING STATISTIK DAN NON-STATISTIK DALAM PRAKTIK


SERTA METODA PEMILIHAN SAMPEL
Jika sampling statistik digunakan, sampel harus bersifat probabilistik dan metode
evaluasi statistik yang tepat harus digunakan dengan sampel untuk melakukan perhitungan
risiko sampling. Auditor juga dapat melakukan evaluasi non-statistik apabila menggunakan
pemilihan probabilistik, tetapi jarang dapat diterima mengevaluasi sampel non-probabilistik
dengan menggunakan metode statistik.
Metode pemilihan sampel non-probabilistik (pertimbangan) terdiri dari:
1. Pemilihan sampel langsung
2. Pemilihan sampel blok
3. Pemilihan sampe sembarangan
Metode pemilihan sampel probabilistik terdiri dari:
1. Pemilihan sampel acak sederhana
2. Pemilihan sampel sistematik
3. Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran
4. Pemilihan sampel yang berjenjang
1.3 METODA PEMILIHAN SAMPEL NON-PROBABILISTIK
Metode pemilihan sampel nonprobabilistik adalah metode yang tidak memenuhi
persyaratan teknis bagi pemilihan sampel non-probabilistik.

PEMILIHAN SAMPEL LANGSUNG


Dalam metoda pemilihan sampel langsung, auditor secara sengaja memilih setiap
unsur di dalam sampel berdasarkan kriteria menurut pertimbangannya sendiri dan tidak
memilihnya secara acak. Dewasa ini pendekatan yang digunakan terdiri dari:

Unsur yang Paling Mungkin Berisi Kesalahan Penyajian


Auditor bisa mengidentifikasi unsur populasi yang mana mungkin berisi kesalahan penyajian.

Unsur yang Berisi Karakteristik Populasi Tertentu


Dengan memilih satu atau lebih unsur yang memiliki karakteristik populasi yang berbeda,
auditor mungkin bisa merancang sampel yang representatif.

Unsur Bernilai Rupiah Besar


Auditor kadang-kadang dapat memilih suatu sampel yang mencakup sebagian besar dari total
rupiah populasi dan dengan cara itu dapat mengurangi risiko menarik kesimpulan yang tidak
tepat karena memeriksa unsur-unsur yang kecil.

PEMILIHAN SAMPEL BLOK


Pemilihan sampel blok, auditor memilih pos pertama dalam satu blok, dan sisanya
dipilih secara berurutan. Biasanya penggunaan sampel blok hanya dapat diterima jika jumlah
blok yang digunakan masuk akal.
Pemilihan Sampel Sembarang (Haphazard)
Pemilihan sampel sembarang adalah pemilihan unsur tanpa bias yang disadari auditor.
Dalam kasus semacam itu, auditor memilih unsur populasi tanpa memandang ukurannya,
sumber, atau karakteristik lainnya yang membedakan. Kekurangan pemilihan sampel
sembarangan yang paling serius adalah sulitnya menjaga agar tetap tidak bias dalam
melakukan pemilihan.

1.4 METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK


Sampel statistik mengharuskan sampel probabilistik mengukur risiko sampling. Untuk
sampel probabilistik, auditor tidak menggunakan pertimbangan mengenai unsur atau sampel
mana yang akan dipilih.
PEMILIHAN SAMPEL ACAK SEDERHANA
Auditor menggunakan sampling acak sederhana untuk populasi sampel apabila tidak
ada kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih unsur populasi. Apabila auditor
menggunakan sampel acak sederhana, ia dapat menggunakan metoda tersebut apabila semua
unsur dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama dalam pemilihan. Nomor-nomor
acak adalah serangkaian angka yang memiliki probabilitas sama untuk terjadi dalam jangka
panjang dan tidak memiliki pola tertentu. Para auditor sering menghasilkan nomor-nomor
acak dengan menggunakan salah satu dari tiga teknik pemilihan sampel berbantuan komputer
yaitu : electronic spreadsheet, random number generators, dan generalized audit software.
Program komputer menawarkan beberapa keunggulan: penghematan waktu, berkurangnya
kemungkinan kesalahan auditor dalam memilih angka, dan dokumentasi otomatis.

PEMILIHAN SAMPEL SISTEMATIK


Pemilihan sampel sistematik, auditor menghitung suatu interval dan kemudian
memilih unsur yang akan dijadikan sampel berdasarkan ukuran interval tersebut. Interval
ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan. Dalam
sebagian besar populasi, sampel sistematis dapat diambil dengan cepat dan pendekatannya
secara otomatis akan menempatkan nomor lain dalam urutan, yang membuatnya lebih mudah
dalam mengembangkan dokumentasi yang sesuai.

PEMILIHAN SAMPEL PROBABILITAS PROPORSIONALTERHADAP UKURAN


DAN SAMPEL BERJENJANG
Dalam banyak situasi, jauh lebih menguntungkan memilih sampel yang menekankan
pada unsur populasi dengan jumlah yang besar. Ada dua cara untuk memperolehnya yaitu:
1. Mengambil sampel dimana probabilitas pemilihan setiap unsure populasi individual
bersifat proporsional dengan jumlah tercatatnya. Metode ini disebut sampling dengan
probabilitas proporsional dengan ukuran.
2. Membagi populasi kedalam sub populasi, dan mengambil sampel yang lebih besar dari
sub populasi itu dengan ukuran yang lebih besar. Hal ini disebut sebagai sampling
bertahap, dan dievaluasi dengan menggunakan sampling non-statistik atau sampling
statistik variabel.
1.5 PEMILIHAN SAMPEL UNTUK TINGKAT PENYIMPANGAN
Auditor menggunakan sampel pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi untuk mengestimasi persentase unsur dalam populasi yang berisi karakteristik atau
atribut. Persentase ini disebut tingkat keterjadian atau tingkat penyimpangan. Auditor sangat
memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi:
1. Penyimpangan dari pengendalian yang ditetapkan klien
2. Salah saji rupiah dalam populasi data transaksi
3. Salah saji rupiah dalam populasi detil saldo akun
Auditor menggunakan secara ekspensif sampling audit yang mengukur tingkat
pengecualian ketika melakukan pengujian pengendalian dan pengujian ekspensif atas
transaksi. Untuk penyimpangan tipe tiga, biasanya auditor harus mengestimasi jumlah total
rupiah penyimpangan karena mereka harus memutuskan apakah salah saji bersifat material.
Jika ingin mengetahui jumlah salah saji, auditor akan menggunakan metoda yang mengukur
rupiah, bukan tingkat penyimpangan.

1.6 PENERAPAN PEMILIHAN SAMPEL AUDIT NONSTATISTIK


Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk menerapkan
sampling audit pada pengujian substantif dan pengujian pengendalian atas transaksi, dan
langkah tersebut dibagi kedalam 3 tahap.
Merencanakan Sampel
a. Menyatakan tujuan audit
b. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan
c. Mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian
d. Mendefinisikan populasi
e. Mendefinisikan unit sampling
f. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi
g. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penilaian risiko pengendalian rendah
h. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi
i. Menentukan ukuran sampel awal

Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit


j. Memilih sampel
k. Melaksanakan prosedur audit

Tahap Mengevaluasi Hasil


l. Menggeneralisasi dari smpel ke populasi
m. Menganalisis pengecualian
n. Memutuskam akseptabilitas populasi

MENETAPKAN TUJUAN PENGUJIAN AUDIT


Biasanya auditor merumuskan tujuan pengauditan pengendalian dan pengujian
substantif transaksi sebagai berikut:

Menguji efektivitas operasi pengendalian.


Menentukan apakah transaksi berisi kesalahan penyajian rupiah.

Tujuan pengujian ini dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang adalah untuk
menguji efektivitas pengendalian intern untuk penjualan dan penerimaan kas dan menentukan
apakah transaksi penjualan dan penerimaan kas berisi kesalahan penyajian rupiah.

MENENTUKAN APAKAH SAMPLING AUDIT BISA DITERAPKAN


Audit sampling bisa diterapkan apabila auditor merencanakan untuk memperoleh
kesimpulan tentang populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor harus melihat ke program
audit dan memilih prosedur mana yang bisa diterapkan dengan menggunakan sampling audit.

MERUMUSKAN ATRIBUT DAN KONDISI-KONDISI PENYIMPANGAN


Apabila menggunakan sampling audit, auditor merumuskan atribut yang akan diuji
dan kondisi penyimpangan. Apabila atribut tidak dirumuskan, maka para staf audit tidak
memiliki pegangan untuk mengidentifikasi penyimpangan. Atribut dan kondisi
penyimpangan untuk sampling audit diambil langsung dari prosedur audit yang ditetapkan.

PERUMUSAN POPULASI
Auditor bisa merumuskan populasi untuk mengikutsertakan setiap unsur yang
diinginkan, tetapi ketika mereka menarik sampel, unsur tersebut harus terpilih dari
keseluruhan populasi sebagaimana yang telah dirumuskan. Auditor hanya bisa melakukan
generalisasi tentang populasi yang telah disampel. Auditor harus dengan cermat merumuskan
populasi di muka, konsisten dengan tujuan pengauditan audit.

PERUMUSAN UNIT SAMPLING


Unit sampling adalah unit fisik yang berkaitan dengan nomor-nomor acak yang akan
digeneralisasi oleh auditor. Untuk siklus penjualan dan pengumpulan piutang, unit sampling
biasanya adalah nomor-nomor faktur penjualan dan dokumen pengiriman barang.

MENETAPKAN TINGKAT PENYIMPANGAN BISA DITOLERANSI


Penetapan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi atau tolerable exception rate (TER)
untuk setiap atribut membutuhkan pertimbangan profesional auditor. TER mencerminkan
tingkat penyimpangan tertinggi yang bisa diterima auditor dalam suatu pengendalian yang
sedang diuji dan masih dapat disimpulkan bahwa pegendalian berjalan efektif.
Seberapa besar TER yang dipandang memadai, berkaitan dengan materialistis dan
oleh karena itu dipengaruhi oleh perumusan atribut dan arti pentingnya atribut dalam
perencanaan audit. TER akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ukuran sampel.

MERUMUSKAN RISIKO YANG BISA DITERIMA UNTUK PENETAPAN RISIKO


PENGENDALIAN TERLALU RENDAH
Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi, risiko tersebut disebut risiko yang bisa diterima untuk penetapan risiko
pengendalian terlalu rendah atau acceptable risk of assesing control risk too low (ARACR).
ARACR mengukur risiko yang bisa diterima auditor untuk menerima bahwa pengendalian
efektif padahal tingkat penyimpangan populasi yang sesungguhnya lebih besar daripada TER.
Dalam memilih ARACR yang tepat, auditor hendaknya menggunakan pertimbangan
profesional terbaiknya. Pertimbangan utama adalah seberapa besar auditor merencanakan
untuk mengurangi risiko pengendalian yang ditetapkan sebagai dasar untuk menentukan
luasnya pengujian detil saldo. ARACR yang rendah berimplikasi bahwa pengujian
pengendalian penting dan akan bersangkutan dengan risiko pengendalian yang ditetapkan
rendah dan mengurangi pengujian substantif atas saldo.

MENAKSIR TINGKAT PENYIMPANGAN POPULASI


Auditor harus menaksir di muka tingkat penyimpangan populasi untuk merencanakan
ukuran sampel yang tepat. Apabila taksiran tingkat penyimpangan populasi atau estimated
population exception rate (EPER) rendah, maka ukuran sampel yang relatif kecil akan
memuaskan tingkat penyimpangan yang bisa ditoleransi sebagaimana ditetapkan auditor,
karena hanya diperlukan suatu tingkat ketepatan taksiran yang rendah.

MENENTUKAN UKURAN SAMPEL AWAL


Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel awal untuk sampling audit, yaitu:
ukuran populasi, TER, ARACR, dan EPER. Auditor menggunakan sampling non-statistik
dalam penentuan ukuran sampel apabila ia bermaksud akan menggunakan pertimbangan
profesional, tidak menggunakan formula statistik. Setelah ketiga faktor yang mempengaruhi
ukuran sampel ditentukan, auditor dapat memutuskan ukuran sampel awal. Disebut "ukuran
sampel awal" karena penyimpangan dalam sampel yang sesungguhnya harus dievaluasi
sebelum auditor memutuskan apakah sampel cukup besar untuk mencapai tujuan pengujian.

Sensitivitas Ukuran Sampel Terhadap Suatu Perubahan dalam Faktor Penentu


Untuk memahami konsep yang melandasi sampling dalam pengauditan, anda harus
memahami pengaruh dari kenaikan atau penurunan yang terjadi pada salah satu dari keempat
faktor yang menentukan ukuran sampel, dengan asumsi bahwa faktor lainnya konstan.

MEMILIH SAMPEL
Setelah auditor menentukan ukuran sampel awal untuk penerapan sampling audit,
auditor harus memilih unsur-unsur dalam populasi yang akan diikutsertakan dalam sampel.
Auditor dapat melakukan pemilihan sampel dengan metoda probabilistik atau non-
probabilistik. Untuk memperkecil kemungkinan klien mengubah unsur sampel, auditor tidak
memberi tahu klien terlalu jauh sebelumnya mengenai unsur sampel yang akan dipilih.
Auditor juga harus mengontrol sampel setelah klien menyerahkan dokumen.

MELAKSANAKAN PROSEDUR AUDIT


Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa unsur-unsur dalam sampel
untuk menentukan apakah unsur tersebut konsisten dengan definisi dari atribut dan dengan
mencatat semua penyimpangan yang ditemukan. Apabila prosedur audit telah selesai
diterapkan pada sampel, auditor telah memiliki suatu ukuran sampel dan sejumlah
penyimpangan untuk setiap atribut. Untuk mendokumentasikan pengujian dan memberi
informasi untuk keperluan review, auditor biasanya membuat suatu daftar hasil.

GENERALISASI DARI SAMPEL KE POPULASI


Tingkat penyimpangan sampel atau sample exception rate (SER) sama dengan jumlah
penyimpangan sesungguhnya dibagi dengan ukuran sampel sesungguhnya. Untuk metoda
non-statistik, auditor menggunakan dua cara melakukan generalisasi dari sampel ke populasi.
1. Tambahkan suatu taksiran kesalahan sampling (estimated sampling error) ke SER
sehingga diperoleh tingkat batas atas penyimpangan terhitung (computed upper
exception rate/CUER) untuk suatu ARACR tertentu.
2. Kurangkan suatu tingkat penyimpangan sampel dari tingkat penyimpangan bisa
ditoleransi sehingga bisa diketahui kesalahan sampling terhitung (calculated sampling
error): (TER -SER).
MENGANALISIS PENYIMPANGAN
Sebagai tambahan atas penentuan SER untuk setiap atribut dan mengevaluasi apakah
penyimpangan sesungguhnya kemungkinan lebih besar dari tingkat penyimpangan bisa
ditoleransi, auditor harus menganalisis penyimpangan individual untuk menentukan titik
lemah dalam pengendalian interen yang memungkinkan terjadinya penyimpangan.
Penyimpangan bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti misalnya kecerobohan pegawai,
salah mengartikan instruksi, atau kesalahan yang disengaja dalam melaksanakan prosedur.

MEMUTUSKAN AKSEPTABILITAS POPULASI


Pada saat melakukan generalisasi dari sampel ke populasi, kebanyakan auditor yang
menggunakan sampling non-statistik mengurangkan SER dari TER dan mengevaluasi apakah
selisihnya cukup besar. Apabila auditor berkesimpulan selisih cukup besar, maka
pengendalian yang diuji dapat digunakan untuk mengurangi penetapan risiko pengendalian
sebagaimana direncanakan, dengan asumsi analisis yang cermat tentang penyimpangan tidak
menunjukkan kemungkinan adanya masalah signifikan lain dalam pengendalian internal.
Apabila auditor berpendapat bahwa TER-SER adalah terlalu kecil untuk menyimpulkan
bahwa populasi bisa diterima, auditor harus mengikuti salah satu dari empat tindakan berikut:

Merevisi TER atau ARACR


Alternatif ini harus diikuti hanya apabila auditor telah berkesimpulan bahwa
spesifikasi aslinya terlalu konservatit. Melonggarkan baik TER maupun ARACR akan sulit
untuk dipertahankan apabila seandainya I auditor direview oleh pengadilan atau oleh komisi.

Memperbesar Ukuran Sampel


Peningkatan dalam ukuran sampel akan berpengaruh pada penurunan kesalahan
sampling apabila tingkat penyimpangan sampel sesungguhnya tidak meningkat. Sudah
barang tentu SER bisa meningkat atau menurun apabila dipilih lagi tambahan unsur.
Peningkatan ukuran ampel akan tepat apabila auditor berkeyakinan bahwa sampel asli tidak
representatif, atau apabila diperlukan untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian berjalan
dengan efektif.

Merevisi Penetapan Risiko Pengendalian


Apabila hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi tidak
mendukung penetapan risiko pengendalian pendahuluan, auditor harus merevisi penetapan
risiko pengendalian ke atas. Hal ini kemungkinan berakibat auditor menaikkan pengujian
substantif transaksi dan pengujian detil atas saldo.
Berkomunikasi dengan Komite Audit atau Manajemen
Apabila auditor memutuskan bahwa pengendalian internal tidak berjalan dengan
efektif, manajemen harus diberi informasi secepatnya. Dalam keadaan tertentu, bisa saja
auditor hanya memberi laporan tertulis kepada manajemen apabila TER SER terlalu kecil.
Hal ini terjadi apabila auditor tidak bermaksud untuk mengurangi tingkat penetapan risiko

PENDOKUMENTASIAN YANG MEMADAI


Auditor harus menyimpan catatan yang memadai tentang prosedur-prosedur yang
telah dilakukan, metoda yang telah digunakan dalam memilih sampel dan pelaksanaan
pengujian, hasil yang diperoleh dari pengujian, dan kesimpulan yang dicapai. Dokumentasi
diperlukan baik untuk sampling statistik maupun non-statistik untuk mengevaluasi hasil dari
semua pengujian dan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan audit jika diperlukan.

1.7 SAMPLING AUDIT STATISTIK


Metoda sampling statistik yang paling umum digunakan untuk pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi adalah sampling atribut. Penerapan
sampling atribut untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi lebih
banyak persamaannya dengan sampling nonstatistik dibandingkan dengan perbedaannya.
Perbedaan utama terletak pada perhitungan ukuran sampel awal yang dilakukan dengan
menggunakan label yang dikembangkan dari distribusi probabilitas statistik dan perhitungan
taksiran batas atas penyimpangan dengan menggunakan tabel yang sama seperti yang
digunakan untuk menghitung ukuran sampel.

1.8 DISTRIBUSI SAMPLING


Distribusi sampling adalah frekuensi distribusi hasil dari seluruh sampel yang
mungkin dari suatu ukuran tertentu yang bisa dicapai dari suatu populasi yang berisi sejumlah
karakteristik spesifik. Distribusi sampling memungkinkan auditor untuk membuat pernyataan
probabilitas tentang kemungkinan keterwakilan setiap sampel yang ada dalam distribusi.
Sampling atribut didasarkan pada distribusi binomial, dimana setiap sampel yang mungkin
dalam populasi memiliki satu atau dua kemungkinan nilai. Karena kemungkinan juga untuk
menghitung probabilitas distribusi dengan tingkat penyimpangan populasi yang lain, auditor
menggunakan ini untuk menarik kesimpulan statistik tentang populasi yang tidak diketahui
yang disampel. Distribusi sampling ini adalah dasar untuk membuat tabel yang digunakan
auditor untuk sampling atribut.

1.9 PENERAPAN SAMPLING ATRIBUT


Merencanakan Sampel

1. Menetapkan tujuan pengujian audit. Sama, baik untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
2. Memastikan apakah sampling audit bisa diterapkan. Sama, baik untuk sampling atribut
maupun sampling nonstatistik.
3. Merumuskan atribut dan kondisi penyimpangan. Sama, baik untuk sampling atribut
maupun sampling nonstatistik.
4. Merumuskan populasi. Sama', baik untuk sampling atribut maupun sampling
nonstatistik.
5. Merumuskan unit sampling. Sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling
nonstatistik.
6. Merumuskan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi. Sama, baik untuk sampling atribut
maupun sampling nonstatistik.
7. Menetapkan risiko bisa diterima untuk penetapan risiko pengendalian terlalu rendah.
Konsep untuk perumusan risiko sama, baik untuk sampling statistik maupun
nonstatistik, tetapi metoda untuk mengkuantifikasi biasanya berbeda.
8. Menaksir tingkat penyimpangan populasi. Sama, baik untuk sampling atribut maupun
sampling nonstatistik.
9. Menentukan ukuran sampel awal. Ada empat faktor yang menentukan ukuran sampel
awal, baik untuk sampling statistik maupun nonstatistik, yaitu: ukuran populasi, TER,
ARACR, dan ERER. Dalam sampling atribut, auditor menentukan ukuran sampel
menggunakan program komputer atau tabel yang dikembangkan dari formula statistik.

Penggunaan Tabel
Apabila auditor akan menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal, harus
diikuti empat tahap berikut ini:

i. Pilih tabel yang cocok dengan ARACR


ii. Tentukan lokasiTERpadabagianatastabel.
iii. Tentukan lokasi EPER pada kolom paling kiri.
iv. Baca kolom TER yang sesuai ke bawah hingga memotong baris EPER yang sesuai.
Angka yang tertulis dalam titik perpotongan itu menunjukkan ukuran sampel awal.
Pengaruh dari Ukuran Populasi
Teori statistika menunjukkan bahwa pada populasi di mana diterapkan sampling
atribut, ukuran populasi hanya menjadi pertimbangan kecil dalam penentuan ukuran sampel.
Mengingat bahwa kebanyakan auditor menggunakan sampling atribut untuk populasi yang
besar, maka pengurangan ukuran sampeluntuk populasi yang lebih kecil kita abaikan.

Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit


10. Memilih sampel. Berbeda dengan metoda nonstatistik, pemilihan sampel pada metoda
statistika harus menggunakan metoda probabilistik.

11 . Melaksanakan prosedur audit.Sama, baik untuk sampling atribut maupun untuk


sampling nonstatistik.

Menilai hasil

12. Generalisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor menghitung batas
presisi atas CUER pada ARACR dengan menggunakan program komputer khusus.

Menggunakan Tabel
Penggunaan tabel untuk menghitung CUER terdiri dari empat tahapan, yakni:

a. Memilih tabel yang sesuai dengan ARACR yang ditetapkan auditor. ARACR ini harus
sama dengan ARACR yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel awal.
b. Menentukan lokasi jumlah penyimpangan sesungguhnya yang ditemukan dalam
pengujian audit pada bagian atas tabel.
c. Menentukan lokasi ukuran sampel sesungguhnya pada kolom ( paling kiri.
d. Baca kolom jumlah penyimpangan sesungguhnya yang sesuai ke bawah sampai
memotong baris ukuran sampel yang sesuai maka yang tercantum nada titik
pemotongan adalah CUER.

KEBUTUHAN AKAN PERTIMBANGAN PROFESIONAL


Salah satu kritik terhadap pemakaian sampling statistik adalah bahwa metoda statistik
telah mengurangi penggunaan pertimbangan professional auditor. Untuk memilih ukuran
sampel awal, auditor terutama akan menggantungkan pada TER dan ARACR yang
membutuhkan pertimbangan profesional tingkat tinggi, demikian pulauntuk EPER diperlukan
penaksiran yang cermat. Hal yang sama jugaterjadi dalam penilaian akhir tentang kecukupan
penerapan samplingatribut keseluruhan, termasuk kecukupan ukuran sampel, juga harus
didasarkan pada pertimbangan profesional tingkat tinggi.
REFERENSI

Jusup, Al. Haryono (2014). Pengauditan. Berbasis ISA. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE
YKPN

Anda mungkin juga menyukai