Anda di halaman 1dari 4

TEKS DRAMA KERAJAAN MAJAPAHIT

Di ceritakan Raden Wijaya yang merupakan keturunan dari Kertanegara, dihadiahi tanah di Hutan
Tarik oleh Jayakatwang. Beserta dengan para prajuritnya, ia sedang mencari lahan yang cocok untuk
mendirikan sebuah kerajaan. Namun di tengah perjalanannya, Raden Wijaya berkehendak untuk
beristirahat. Ingin tahu kelanjutan ceritanya, lansung saja kita lihat di TKP.

Raden Wijaya : Patihku, hari ini matahari bersinar cukup terik, mari kita beristirahat sejenak di
tempat ini!
Patih : Baik Baginda. Prajurit sekalian, perjalanan kita hentikan sejenak, mari kita
beristirahat bersama.
Semua Prajurit : Baik Yang Mulia.
Semua prajurit pun beristirahat, sembari beristirahat beberapa prajurit membabat
hutan dan ada juga yang mencarikan makanan berupa buah-buahan hutan, untuk
Raden Wijaya dan untuk yang lainnya.
Patih : Baginda, ini ada sedikit buah Maja untuk baginda makan.
Raden Wijaya : Oh, terima kasih patihku, memang aku sedikit lapar. Tiba-tiba dipikiranku
terlintas jika kerajaan yang akan kita dirikan bernama Majapahit. Nama itu ku
berikan, karena disini terdapat pohon Maja yang terasa pahit.
Akhirnya pada tahun 1293 didirikanllah kerajaan Majapahit yang terletak di
selatan Sungai Brantas yang berpusat di Trowulan, Mojokerto. Setelah kerajaan
Majapahit berjalan, Raden Wijaya memiliki patih yang bernama Ranggalawe
dan Lembu Sora. Diceritakan raden Wijaya bersama Patihnya sedang berada di
ruang kerajaan. Ingin tahu kelanjutan ceritanya, lansung saja kita lihat di TKP.
Raden Wijaya : Wahai patih-patihku, berjanjilah kalian akan setia kepadaku, dan rakyat
Majapahit. Apakah kalian mengerti?
Ranggalawe dan Sora : (serentak) Siap mengerti.
Usai mengobrol di ruang kerajaan, ternyata Ranggalawe dan Lembu Sora
merencanakan pemberontakan untuk merebut tahta kerajaan dari Raden Wijaya.
Ranggalawe : Temanku, aku tak puas dengan kedudukan yang
diberikan Raden Wijaya padaku, aku sudah tidak sabar untuk
merebut tahtanya.
Lembu Sora : Benar, aku juga. Dan telah ada banyak prajurit yang siap
membantu kita.
Ranggalawe dan Sora : Hahaha (tertawa dengan keras)
Akhirnya pemberontakanpun terjadi, dan mengakibatkan Raden Wijaya
meninggal, dan untuk menghormati Raden Wijaya dibuatlah patung dalam
bentuk Dewa Wisnu dan Siwa. Raden Wijaya pun digantikan oleh Jayanegara.
Saat masa awal pemerintahan Jayanegara, ia mulai dihasut oleh Mahapatihnya
yang licik. Ingin tahu kelanjutan ceritanya, lansung saja kita lihat di TKP.
Mahapatih : Baginda Baginda (masuk tergesa-gesa)
Jayanegara : Ada apa Mahapatih, kenapa kau terlihat cemas??
Mahapatih : Sepertinya keadaan di kerajaan semakin gawat Baginda, banyak pejabat yang
ingin menghianatimu, mereka harus segera di hukum.
Jayanegara : Apa? Kalau begitu kau harus segera bertindak, cepat bereskan mereka semua,
Mahapatih!
Mahapatih : Baik Baginda ( sambil tersenyum licik )
Seiring dengan berjalannya waktu akhirnya, Jayanegara sadar akan kesalahannya
mempercayai sang Mahapatih begitu saja. Akhirnya Jayanegara memutuskan
untuk menghukum mati Mahapatih tersebut.
Jayanegara : Dasar kau licik Mahapatih, kau menghasutku demi mendapatkan tahta kerajaan
(marah)
Mahapatih : Maafkan hamba Baginda Raja. (memelas)
Setelah Mahapatih tersebut di hukum mati, kondisi kerajaan mulai normal.
Namun tidak disangka, Jayanegara bermain intrik dengan istri seorang tabib yang
bernama tabib Tanca. Tanpa sepengetahuan Jayanegara, tabib Tanca ternyata
telah mengetahui hal tersebut. Hingga pada akhirnya, pada malam saat semua
telah terlelap, tabib Tanca memasuki kamar Jayanegara.
Jayanegara : Hai Tanca, ada apa gerangan malam-malam kau ada di
kamarku?
Tanca : Tak usah berpura-pura, aku telah mengetahui keburukanmu, kau telah
berselingkuh dengan istriku, aku sudah tidak tahan dengan semua ini Jayanegara!
Jayanegara : Hah.. kau sudah tahu akan hal itu, maafkan aku Tanca, aku telah
membohongimu.
Tanca : Aku tak bisa memaafkanmu Jayanegara,. Kini telah saatnya aku membunuhmu,
bersiaplah untuk mati Jayanegara! (sambil menusuk Jayanegara)
Setelah peristiwa pembunuhan itu terjadi, Jayanegara digantikan oleh sepupunya
Tribhuwanatunggadewi Jayawardhani. Di dalam masa pemerintahannya banyak
terjadi pemberontakan, salah satunya adalah pemberontakan di Sadeng dan Kuti
tahun 1331, yang tercantum dalam Kitab Negarakertagama, dan pemberontakan
ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada.
Atas jasa-jasanya, Gajah Mada akhirnya ia diangkat menjadi Patih Mangkubumi.
Ingin tahu kelanjutan ceritanya, lansung saja kita lihat di TKP.
Tribhuwana : Gajah Mada, kau telah berhasil membantuku dalam pemberontakan di Sadeng
dan Kuti, aku sangat barterimakasih kepadamu, dan berkat pengabdianmu
terhadap kerajaan, aku mengangkatmu menjadi Patih Mangkubumi.
Gajah Mada :Baginda, sungguhkah engkau menganugrahiku gelar
Patih Mangkubumi?
Tribhuwana :Tentu saja, engkau pantas mendapatkannya sebagai buah
dari pengabdianmu
Gajah Mada : Terima kasih yang mulia, karena Yang Mulia telah menganugerahiku gelar
terhormat tersebut, maka saya berjanji di hadapan para pembesar kerajaan, saya
tidak ingin melepaskan puasa, bila telah menguasai Nusantara, dan mengalahkan
Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang,
Tumasik, demikianlah saya baru akan melepaskan puasa.
Setelah Gajah Mada mengucapkan janjinya, langkah pertama yang dilakukannya
adalah dengan menundukan Bali pada tahun 1343 dan dilanjutkan dengan
menaklukan seluruh wilayah Nusantara pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk : Hai.. Gajah Mada, kau memang seorang Patih yang sangat hebat, kau dapat
menalukan Nusantara dengan Sumpah Palapamu
Gajah Mada :Terima kasih Baginda, karena engkau telah membantuku, tanpamu juga aku tak
akan bisa memperoleh semua ini.
Pada masa pemerintahan Hayam wuruk, terjadi perang Bubat. Peristiwa ini
terjadi di ibukota Majapahit. Awalnya ini adalah sebuah tipu muslihat Gajah
Mada untuk menundukkan kerajaan Sunda Padjajaran. Gajah Mada telah berhasil
mendatangkan Raja Sunda, Sri Baduga Maharaja dan putrinya, Dyah Pitaloka.
Ingin tahu kelanjutan ceritanya, lansung saja kita lihat di TKP.
Hayam Wuruk : Mahapatihku, ku kira usiaku kini sudah cukup dewasa, melihat putri dari Sri
Baduga Maharaja, aku ingin meminangnya, ini akan mempererat hubungan
kerajaan kita dengan kerajaan Sunda Padjajaran.
Gajah Mada :Tidak Baginda, hamba akan menjodohkan Baginda dengan Dyah Pitaloka, namun
perjodohan ini kita gunakan agar kerajaan Sunda Padjajaran mau mengakui
kedaulatan kita. Bagaimana, apakah Baginda setuju?
Hayam Wuruk :Baiklah Mahapatihku, ku rasa itu ide yang bagus, ku serahkan semua urusannya
padamu.
Di lapangan luas, saat Gajah Mada dan Sri Baduga Maharaja dipertemukan.
Gajah Mada :Hai.. Sri Baduga, Rajaku Hayam Wuruk ingin meminang putrimu, namun kau
harus mengakui kedaulatan Majapahit, apa kau setuju?
Sri Baduga :Aku tidak setuju, aku tidak mau putriku menjadi
permainan politikmu!
Gajah Mada :Dasar kau! Jika kau tidak ingn prajuritmu gugur dan terjadi peperangan, lebih
baik kau terima penawaran ini, apa kau mengerti!
Tiba-tiba dari kejauhan datang Dyah Pitaloka
Dyah Pitaloka : (sambil berlari) tidak!!! Aku akan setia pada kerajaan, aku tidak akan mau
menikah dengan rajamu!
Gajah Mada : Jika itu maumu, akan terjadi peperangan besar di tempat ini, kau salah bila tak
mau menerima penawaranku. Menikahlah dengan rajaku!
Dyah Pitaloka : Aku tetap tidak mau, aku tak mau hidup bersama rajamu, lebih baik aku mati
daripada harus mengakui kedaulatan kerajaanmu! Aku tidak sudi, aku akan
membunuh diriku sebagai tanda aku akan tetap setia pada kerajaanku.
Sri Baduga : Jangan anakku! Ayah tidak ingin kau mati, terimalah perjodohan itu, ayah rela
anakku.
Dyah Pitaloka : Tidak ayah! Mafkan aku (sambil menusuk tubuhnya
sendiri dengan pedang)
Sri Baduga tidak dapat menghalangi keinginan putrinya, dan Dyah Pitaloka pun
mati. Terjadilah sebuah peperangan besar yang melibatkan 2 kerajaan tersebut.
Gajah Mada : Kau harus mengakui kedaulatan Majapahit.
Sri Baduga : Aku tidak akan sudi.
Gajah Mada : Sekali lagi kukatakan, jika kau tidak ingn kerajaanmu binasa, lebih baik kau
mengakui kedaulatan Majapahit!
Sri Baduga :Tidak, demi mempertahankan kehormatan kerajaan, aku dan rakyatku akan
berjuang sampai titik darah penghabisan! Hyaaaaaat!!!
Gajah Mada : Baik, kalau itu keputusanmu. Hyaaaaaat..!!!
Karena ketidak seimbangnya antara pasukan Gajah Mada yang berjumlah besar,
dengan pasukan Sri Baduga yang berjumlah kecil, peristiwa itupun berakhir
dengan gugurnya Sri Baduga, para menteri, pejabat, beserta segenap keluarga
kerajaan Sunda. Kerajaan Sundapun binasa di lapangan Bubat, sehingga disebut
Perang Bubat.
Hayam Wuruk : Patihku, terima kasih selama ini kau telah mengabdi pada kerajaan, jasamu akan
dicatat oleh sejarah. Walaupun kini kau sudah tak menjadi patihku lagi.
Gajah Mada : (sambil mengangguk) saya akan tetap dan selalu berjuang demi kerajaaan
Majapahit, Baginda.
Kondisi ekonomi masyarakat Majapahit terbilang mahsyur. Hubungan
persahabatan yang dijalin dengan negara tentangga itu sangat mendukung
dalam bidang perekonomian (pelayaran dan perdagangan). Wilayah
kerajaan Majapahit terdiri atas pulau dan daerah kepulauan yang
menghasilkan berbagai sumber barang dagangan, seperti beras, lada,
gading, timah, besi, intan, ikan, cengkeh, pala, kapas dan kayu cendana.
Dalam dunia perdagangan, kerajaan Majapahit memegang dua peranan
yang sangat penting, yaitu
sebagai kerajaan Produsen Majapahit mempunyai wilayah yang sangat
luas dengan kondisi tanah yang sangat subur, sehingga kerajaan Majapahit
merupakan produsen barang dagangan.Sebagai Kerajaan Perantara
Kerajaan Majapahit membawa hasil bumi dari daerah yang satu ke daerah
yang lainnya.
Setelah beberapa lama Majapahit berjaya, ternyata tibalah masa
keruntuhannya.Karena kematian Gajah Mada dan ibunya
Tribhuwanatunggadewi, hayam Wuruk kehilangan penasehatnya dan
menyebabkan kerajaan menjadi gunjang ganjing. Persaingan dan intrik
politik diantara keluarga kerajaan pun terjadi setelah Hayam Wuruk
meninggal pada tahun 1389.
Salah satu penyebab lemahnya kerajaan Majapahit, yaitu adanya perang
saudara antara keluarga kerajaan. Ingin tahu kelanjutan ceritanya, lansung
saja kita lihat di TKP.
Bhre Wirabhumi : Wardhani, kaulah yang pantas untuk menjadi raja, bukan suami mu itu! Dia tak
pantas menjadi raja!
Wardhani : Kak, bukan maksudku untuk tidak menjadi raja, namun aku tidak siap menjadi
raja dari kerajaan ini, kak.
Bhre Wirabhumi : Apa..? kau tidak siap...? Kau siap menjadi raja jika kau mau, karena ini memang
hak mu, bukan suami mu!
Wardhana : Istriku, jika memang kau tidak siap menjadi raja, aku siap menggantikanmu..
Bhre Wirabhumi : Apa..? Kau bangga sekali mengatakan itu. Bila kau menjadi raja, ku yakin
kerajaan ini akan runtuh!
Kemarahan Bhre Wirabhui semakin tak terbendung lagi setelah
Wikramawardhana menyerahkan kekuasaannya pada Suhita anaknya, dan
akhirnya terjadilah peperangan diantara mereka yang disebut perang Paregreg
yang mengakibatkan terbunuhnya Wirabhumi dan secara tidak langsung
menyebabkan semakin melemahnya kerajaan Majapahit serta timbullah benih
balas dendam di kalangan keluarga kerajaan.
Dengan melemahnya kerajaanMajapahit, terjadilah penyerangan oleh pasukan
Kerajaan Islam Demak pimpinan Raden Patah yang menyebabkann keruntuhan
Majapahit.
Raden Patah : Runtuhkanlah Majapahit!
Prajurit : Hyaaaat!

Akhirnya kerajaan Majapahitpun runtuh. Bukti sejarah adanya kerajaan Majapahit, yaitu:

1. Prasasti Butok. Prasasti ini dikeluarkan oleh Raden Wijaya setelah ia berhasil naik tahta
kerajaan. Prasasti ini memuat peristiwa keruntuhan kerajaan Singasari dan perjuangan Raden
Wijaya untuk mendirikan kerajaan.
2. Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama, kedua kidung ini menceritakan Raden
Wijaya ketika menghadapi musuh dari kediri dan tahun-tahun awal perkembangan Majapahit
3. Kitab Pararaton, menceritakan tentang pemerintahan raja-raja Singasari dan Majapahit.
4. Kitab Negarakertagama, menceritakan tentang perjalanan Rajam Hayam Wuruk ke Jawa
Timur.
Peninggalan-peninggalan bersejarah Kerajaan Majapahit, yaitu:
Candi : Antara lain candi Penataran (Blitar), Candi Tegalwangi dan candi Tikus (Trowulan).
Sastra : Hasil sastra zaman Majapahit dapat kita bedakan menjadi
Sastra Zaman Majapahit Awal

Kitab Negarakertagama, karangan Mpu Prapanca

Kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular

Kitab Arjunawiwaha, karangan Mpu Tantular

Kitab Kunjarakarna

Kitab Parhayajna

Sastra Zaman Majapahit Akhir

Hasil sastra zaman Majapahit akhir ditulis dalam bahasa Jawa Tengah, diantaranya ada
yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) dan yang ditulis dalam bentuk gancaran
(prosa). Hasil sastra terpenting antara lain :

Kitab Prapanca, isinya menceritakan raja-raja Singasari dan Majapahit

Kitab Sundayana, isinya tentang peristiwa Bubat

Kitab Sarandaka, isinya tentang pemberontakan sora

Kitab Ranggalawe, isinya tentang pemberontakan Ranggalawe

Panjiwijayakrama, isinya menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai menjadi raja

Kitab Usana Jawa, isinya tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan
Aryadamar, pemindahan Keraton Majapahit ke Gelgel dan penumpasan raja raksasa
bernama Maya Denawa.

Kitab Usana Bali, isinya tentanng kekacauan di Pulau Bali.

Selain kitab-kitab tersebut masih ada lagi kitab sastra yang penting pada zaman Majapahit akhir
seperti Kitab Paman Cangah, Tantu Pagelaran, Calon Arang, Korawasrama, Babhulisah, Tantri
Kamandaka dan Pancatantra.

Anda mungkin juga menyukai