Anda di halaman 1dari 8

BAB III

PEMBAHASAN

Pada praktikum petrografi acara batuan ubahan, dilakukan pengamatan


dua sayatan batuan di bawah mikroskop polarisasi. Pengamatan meliputi
kenampakan fisik mineral yang meliputi tekstur umum, komposisi, kelimpahan
mineral pada sayatan batuan, dan sketsa. Berikut pembahasan dari kedua sayatan
batuan yang diamati saat pengamatan petrografis acara batuan ubahan.

3.1 Sayatan Tipis UB-6


Pada pengamatan sayatan batuan pertama, dilakukan pengamatan pada
sayatan dengan kode preparat UB-6 dengan perbesaran 4 kali. Sayatan batuan
ini merupakan sayatan dari batuan beku. Hal ini diketahui setelah melakukan
deskripsi tekstur umum dan komposisi mineralnya. Tekstur umum pada
batuan ini yaitu holokristalin, inequigranular (faneroporfiritik) dan subhedral
dengan ukuran butir rata rata 1 mm. Hubungan antar butir merupakan
subhedral karena sebagian bidang kristal dibatasi oleh bidang Kristal mineral
itu sendiri dan sebagian bidang lain dibatasi oleh mineral lain. Tekstur ini
menunjukkan pembekuan magma yang tidak sama antara mineral yang
berukuran besar dan mineral yang berukuran kecil. Mineral yang berukuran
besar menandakan waktu pembekuannya berlangsung lambat sehingga
mineral yang terbentuk dapat berkembang dan membentuk batas-batas yang
jelas sedangkan mineral yang lebih halus terbentuk dalam waktu yang lebih
singkat sehingga mineral tidak berkembang seperti pada mineral yang
berukuran lebih besar. Sedangkan berdasarkan ukuran relative antara Kristal-
kristal pada sayatan ini yaitu Inequigranular faneroporfiritik. Inequigranular
faneroporfiritik yaitu ukuran mineral pada batuan ini tidak seragam antara
satu dengan dengan yang lain, terdapat mineral yang berukuran besar dan
terdapat kelompok mineral yang berukuran lebih kecil, dan mineral dengan
ukuran yang lebih kecil merupakan mineral yang berwujud Kristal dan masih
dapat diidentifikasi. Kristalinitasnya berupa holokristalin yang berarti
keseluruhan mineral pada batuan ini berwujud Kristal 100% tanpa disertai
dengan gelasan.
Pada batuan ini terdapat mineral primer yang merupakan mineral hasil
pembekuan magma langsung dan mineral sekunder yang merupakan mineral
hasil ubahan dari mineral yang telah ada sebelumnya. Mineral primer pada
batuan ini yaitu kuarsa dan plagioklas. Kuarsa pada pengamatan di bawah
mikroskop polarisasi memiliki kenampakan yaitu colorless pada nikol sejajar
dengan relief yang rendah. Memiliki bentuk yang anhedral dengan tepi yang
tidak beraturan. Tidak memiliki belahan, memiliki gelapan bergelombang.
Persentase dari mineral ini dalam tiga medan pandang memiliki rata-rata
10%. Sedangkan plagioklas memiliki kenampakan yaitu colorless pada nikol
sejajar dengan relief yang rendah sampai sedang. Memiliki kembaran albit
atau Carlsbad albit. Persentase dari mineral ini dalam tiga medan pandang
memiliki rata-rata 30 %.
Selain mineral primer, juga terdapat mineral sekunder yang merupakan
mineral hasil ubahan dari mineral yang sebelumnya akibat adanya proses
alterasi fluida hidrothermal. Pada batuan ini mineral sekunder berupa kuarsa
sekunder klorit dan serisit. Klorit memiliki kenampakan yang khas pada nikol
sejajar dengan adanya mineral yang berwarna hijau muda, sedangkan poada
nikol bersilang klorit berwarna hijau tua, namun pada pengamatan nikol
bersilang, klorit lebih sulit dibedakan dengan mineral lain. Klorit merupakan
mineral ubahan dari mineral mafik terutama piroksen, hornblende dan biotit.
Pembentukan mineral klorit ini karena reaksi antara mineral piroksen dengan
larutan hydrothermal hal ini dapat diketahui berdasarkan belahan yang
diketahui 1 arah dan relief yang rendah pada mineral klorit. Persentase dari
mineral ini dalam tiga medan pandang memiliki rata-rata 15 %. Mineral
kuarsa sekunder hampir sama kenampakannya dengan mineral kuarsa primer.
Namun yang membedakan adalah pada mineral kuarsa sekunder ini
tergabung dari beberapa mineral kuarsa primer sehingga ketika dalam
keadaan xpl terlihat gelapan bergelombang yang beragam. Persentase dari
mineral ini dalam tiga medan pandang memiliki rata-rata 30 %. Sedangkan
serisit memiliki kenampakan colorless pada pengamatan nikol sejajar dengan
relief rendah. Mineral serisit berasosiasi dengan mineral plagioklas. Mineral
serisit terbentuk pada proses hydrogen metasomatis yang merupakan dasar
dari alterasi serisit yang menyebabkan mineral feldspar yang stabil menjadi
rusak dan teralterasi menjadi serisit. Persentase dari mineral ini dalam tiga
medan pandang memiliki rata-rata 10 %. Selain mineral diatas terdapat
mineral yang berwarna hitam pada kenampakan PPL, XPL, maupun baji
kuarsa, mineral ini merupakan mineral opaq dengan kelimpahan 5 %.

Foto 1.
Kenampakan
Sayatan UB-6
Batuan ini telah
mengalami
proses alterasi
yang ditandai dengan keterdapatan mineral sekunder pada sayatan batuan ini.
Proses alterasi pada batuan ini telah mengubah sifat fisika dan kimia mineral
yang terkandung di dalam batuan ini. Terjadi perubahan sifat dan komposisi
kimia disebabkan karena adanya penambahan dan pengurangan unsur unsur
tertentu pada mineral akibat reaksi dengan fluida hydrothermal. Berbeda
dengan proses metamorfisme yang bersifat isokimia, atau berada pada
kondisi kimia yang sama, proses alterasi tidak bersifat isokimia. Proses
alterasi disebabkan oleh air hydrothermal yang bergerak mengikuti suatu pola
arah tertentu bergerak melewati batuan dinding (Wall Rock) yang dilaluinya
dan mengubah mineral pada batuan dinding. Mineral yang terbentuk
memiliki asosiasi mineral tertentu sesuai dengan komposisi unsur yang
terdapat dalam batuan dinding dan lamanya proses alterasi. Semakin lama
proses alterasi akan semakin banyak mineral yang terubahkan. Suhu tinggi
pada air hydrothermal juga merupakan factor pendorong terbentuknya
mineral ubahan.
Berdasarkan asosiasi mineral yang terdapat dalam batuan ini, maka
dikatakan batuan ini memiliki tipe alterasi Propilitik, yang mana pada tipe
alterasi ini terdapat mineral klorit yang dominan. Zona propilitik merupakan
tipe alterasi yang menghasilkan mineral-mineral seperti epidot, klorit dan
karbonat yang menggantikan komposisi mineral plagioklas serta hornblenda-
biotit pada batuan. Terbentuk pada temperatur 200-300C pada pH
mendekati netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada daerah yang
mempunyai permeabilitas rendah. Terjadi juga proses metasomatisme pada
alkali tanah atau proses leaching yang tidak berpengaruh.

Gambar 1. Ilustrasi Lokasi Zona Alterasi Sayatan UB-6

3.2 Sayatan Tipis UB-2


Pada pengamatan sayatan batuan pertama, dilakukan pengamatan pada
sayatan dengan kode preparat UB-2 dengan perbesaran 4 kali. Sayatan batuan
ini merupakan sayatan dari batuan beku. Hal ini diketahui setelah melakukan
deskripsi tekstur umum dan komposisi mineralnya. Tekstur umum pada
batuan ini yaitu holokristalin, inequigranular (faneroporfiritik) dan subhedral
dengan ukuran butir rata rata 0,5 mm. Hubungan antar butir merupakan
subhedral karena sebagian bidang kristal dibatasi oleh bidang Kristal mineral
itu sendiri dan sebagian bidang lain dibatasi oleh mineral lain. Tekstur ini
menunjukkan pembekuan magma yang tidak sama antara mineral yang
berukuran besar dan mineral yang berukuran kecil. Mineral yang berukuran
besar menandakan waktu pembekuannya berlangsung lambat sehingga
mineral yang terbentuk dapat berkembang dan membentuk batas-batas yang
jelas sedangkan mineral yang lebih halus terbentuk dalam waktu yang lebih
singkat sehingga mineral tidak berkembang seperti pada mineral yang
berukuran lebih besar. Sedangkan berdasarkan ukuran relative antara Kristal-
kristal pada sayatan ini yaitu Inequigranular faneroporfiritik. Inequigranular
faneroporfiritik yaitu ukuran mineral pada batuan ini tidak seragam antara
satu dengan dengan yang lain, terdapat mineral yang berukuran besar dan
terdapat kelompok mineral yang berukuran lebih kecil, dan mineral dengan
ukuran yang lebih kecil merupakan mineral yang berwujud Kristal dan masih
dapat diidentifikasi. Kristalinitasnya berupa holokristalin yang berarti
keseluruhan mineral pada batuan ini berwujud Kristal 100% tanpa disertai
dengan gelasan.
Pada batuan ini terdapat mineral primer yang merupakan mineral hasil
pembekuan magma langsung dan mineral sekunder yang merupakan mineral
hasil ubahan dari mineral yang telah ada sebelumnya. Mineral primer pada
batuan ini yaitu kuarsa dan plagioklas. Kuarsa pada pengamatan di bawah
mikroskop polarisasi memiliki kenampakan yaitu colorless pada nikol sejajar
dengan relief yang rendah. Memiliki bentuk yang anhedral dengan tepi yang
tidak beraturan. Tidak memiliki belahan, memiliki gelapan bergelombang.
Persentase dari mineral kuarsa ini dalam tiga medan pandang memiliki rata-
rata 5 %. Sedangkan plagioklas memiliki kenampakan yaitu colorless pada
nikol sejajar dengan relief yang rendah sampai sedang. Memiliki kembaran
albit atau Carlsbad albit. Persentase dari mineral ini dalam tiga medan
pandang memiliki rata-rata 25 %.
Selain mineral primer, juga terdapat mineral sekunder yang merupakan
mineral hasil ubahan dari mineral yang sebelumnya akibat adanya proses
alterasi fluida hidrothermal. Pada batuan ini mineral sekunder berupa kuarsa
sekunder klorit dan serisit. Klorit memiliki kenampakan yang khas pada nikol
sejajar dengan adanya mineral yang berwarna hijau muda, sedangkan poada
nikol bersilang klorit berwarna hijau tua, namun pada pengamatan nikol
bersilang, klorit lebih sulit dibedakan dengan mineral lain. Klorit merupakan
mineral ubahan dari mineral mafik terutama piroksen, hornblende dan biotit.
Pembentukan mineral klorit ini karena reaksi antara mineral piroksen dengan
larutan hydrothermal hal ini dapat diketahui berdasarkan belahan yang
diketahui 1 arah dan relief yang rendah pada mineral klorit. Persentase dari
mineral ini dalam tiga medan pandang memiliki rata-rata 15 %. Mineral
kuarsa sekunder hampir sama kenampakannya dengan mineral kuarsa primer.
Namun yang membedakan adalah pada mineral kuarsa sekunder ini
tergabung dari beberapa mineral kuarsa primer sehingga ketika dalam
keadaan xpl terlihat gelapan bergelombang yang beragam. Persentase dari
mineral ini dalam tiga medan pandang memiliki rata-rata 35 %. Sedangkan
serisit memiliki kenampakan colorless pada pengamatan nikol sejajar dengan
relief rendah. Mineral serisit berasosiasi dengan mineral plagioklas. Mineral
serisit terbentuk pada proses hydrogen metasomatis yang merupakan dasar
dari alterasi serisit yang menyebabkan mineral feldspar yang stabil menjadi
rusak dan teralterasi menjadi serisit. Persentase dari mineral ini dalam tiga
medan pandang memiliki rata-rata 15 %. Selain mineral diatas terdapat
mineral yang berwarna hitam pada kenampakan PPL, XPL, maupun baji
kuarsa, mineral ini merupakan mineral opaq dengan kelimpahan 5 %.
Foto 2. Kenampakan Sayatan UB-6
Batuan ini telah mengalami proses alterasi yang ditandai dengan
keterdapatan mineral sekunder pada sayatan batuan ini. Proses alterasi fluida
hidrothermal pada batuan ini telah mengubah sifat fisika dan kimia mineral
yang terkandung di dalam batuan ini. Terjadi perubahan sifat dan komposisi
kimia disebabkan karena adanya penambahan dan pengurangan unsur unsur
tertentu pada mineral akibat reaksi dengan fluida hydrothermal. Berbeda
dengan proses metamorfisme yang bersifat isokimia, atau berada pada
kondisi kimia yang sama, proses alterasi tidak bersifat isokimia. Proses
alterasi disebabkan oleh air hydrothermal yang bergerak mengikuti suatu pola
arah tertentu bergerak melewati batuan dinding (Wall Rock) yang dilaluinya
dan mengubah mineral pada batuan dinding. Mineral yang terbentuk
memiliki asosiasi mineral tertentu sesuai dengan komposisi unsur yang
terdapat dalam batuan dinding dan lamanya proses alterasi. Semakin lama
proses alterasi akan semakin banyak mineral yang terubahkan. Suhu tinggi
pada air hydrothermal juga merupakan factor pendorong terbentuknya
mineral ubahan.
Berdasarkan asosiasi mineral yang terdapat dalam batuan ini, maka
dikatakan batuan ini memiliki tipe alterasi Propilitik, yang mana pada tipe
alterasi ini terdapat mineral klorit yang cukup dominan. Zona propilitik
merupakan tipe alterasi yang menghasilkan mineral-mineral seperti epidot,
klorit dan karbonat yang menggantikan komposisi mineral plagioklas serta
hornblenda-biotit pada batuan. Terbentuk pada temperatur 200-300C pada
pH mendekati netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada daerah yang
mempunyai permeabilitas rendah. Terjadi juga proses metasomatisme pada
alkali tanah atau proses leaching yang tidak berpengaruh.
Gambar 2. Ilustrasi Lokasi Zona Alterasi Sayatan UB-2

Anda mungkin juga menyukai