Anda di halaman 1dari 6

FAKTOR-FAKTOR VIRULENSI YANG TERDAPAT PADA BAKTER

E.COLI PATOGEN DAN BAKTERI SALMONELLA SERTA


COLIBACILLOSIS PADA RUMINANSIA

Virulensi

Virulensi adalah ukuran patogenitas organisme. Tingkat virulensi


berbanding lurus dengan kemampuan organisme menyebabkan penyakit. Tingkat
virulensi dipengaruhi oleh jumlah bakteri, jalur masuk ke tubuh inang, mekanisme
pertahanan inang, dan faktor virulensi bakteri. Secara eksperimental virulensi
diukur dengan menentukan jumlah bakteri yang menyebabkan kematian, sakit,
atau lesi dalam waktu yang ditentukan setelah introduksi. Virulensi berkaitan erat
dengan infeksi dan penyakit, infeksi merujuk pada suatu situasi di mana suatu
mikroorganisme telah menetap dan tumbuh pada suatu inang, dalam hal ini
mikrorganisme tersebut dapat melukai atau tidak melukai inangnya.

Faktor Virulensi Bakteri Patogen Beberapa bakteri mengeluarkan bahan


atau senyawa yang mendukung virulensinya, yang memiliki struktur khusus.
Namun, pada beberapa mikroorganisme, komponen yang membuat virulensi tidak
jelas dan tidak diketahui. Beberapa faktor virulensi bakteri patogen yang sudah
diketahui seperti faktor Virulensi yang Berperan dalam Kolonisasi Dalam
interaksi antara bakteri patogen Gram-negatif dengan organisme tingkat tinggi,
struktur permukaan bakteri (fimbria, flagela, antigen kapsul, enzim, dan
komponen membran luar) memainkan peranan penting yang sama fungsinya
dengan faktor-faktor pada jaringan inang. Struktur permukaan penting dalam hal
virulensi bakteri, terutama kemampuannya melekat kemudian pembentukan
koloni sebagai tahap awal infeksi.

Faktor-faktor Virulensi yang Terdapat pada Bakteri E.coli Patogen.

Escherichia coli mempunyai beberapa faktor virulensi yang berhubungan


dengan proses resistensi terhadap pertahanan tubuh, kemampuan hidup dalam
cairan fisiologis dan efek sitotoksik (Altekruse, 2001). Faktor virulensi E. coli
juga disebabkan oleh enterotoksin, hemolisin, kolisin, siderophor, dan molekul
pengikat besi (aerobaktin dan entrobaktin) (Quinn et al.2002).

Enterotoksin merupakan eksotoksin yang beraksi dalam usus halus,


umumnya menyebabkan pengeluaran cairan secara besar-besaran ke dalam lumen
usus, menimbulkan symptom diare. Enterotoksin E. coli dikode oleh plasmid.
Kemungkinan plasmid ini juga mengkode untuk sintesis antigen permukaan
spesifik yang sangat dibutuhkan untuk penyerangan enteropatogenik E. coli
kepada sel epitel internal.

Hemolisin merupakan enzim ekstraseluler yang bersifat toksik. Toksin ini


merupakan bahan yang menghancurkan sel darah merah dan melepaskan
hemoglobin. Sebenarnya strain hemolitik bakteri patogen lebih virulen daripada
beberapa spesies strain nonhemolitik. Hemolisin bakteri dari beberapa spesies
yang berbeda dalam senyawa kimia alaminya dan cara aksinya.

Endotoksin adalah bagian dari dinding sel luar bakteri yang berkaitan
dengan bakteri Gram negatif karena membentuk komponen membran luar dari
dinding sel bakteri tersebut. Aktivitas biologi endotoksin diakitkan dengan
lipopolisakarida (LPS). Toksisitas LPS tergantung pada komponen lipid A dan
imunogenitasnya bergantung pada komponen polisakarida. Antigen dinding sel
(antigen O) bakteri Gram negatif merupakan komponen LPS. LPS sering terlibat
dalam proses patologi bakteri Gram negatif. Terdapat tiga jenis antigen utama
pada Escherichia coli yaitu somatik (antigen O), kapsul (antigen K), dan flagela
(antigen H). Dilaporkan terdapat lebih dari 200 jenis antigen O, 80 antigen K dan
lebih dari 50 antigen jenis H. Gabungan dari antigen0antigen ini menghasilkan
berbagai jenis serotipe Escherichia coli (Smith, 1980).

Salah satu faktor adesi adalah fimbriae menunjukkan


virulensi Escherichia coli (Arne et al.,2000). Antigen K-1 juga merupakan
penentu virulensi pada Escherichia coli. Antigen K-1 berperan dalam
menghambat kerja komplemen, proses fisiologis dan respon imunologis lainnya.
Dua jenis enterotoksin yang diproduksi oleh golongan enterotoksigenik yaitu heat
labile toxin (LT) dan heat stabile toxin (ST) (Todar, 2002).
Faktor-faktor Virulensi yang Terdapat pada Bakteri Salmonella

Bakteri Salmonella mempunyai beberapa faktor virulensi yang berhubungan


dengan proses resistensi terhadap pertahanan tubuh, kemampuan hidup dalam
cairan fisiologis dan efek sitotoksik antara lain;

1. Daya invasi; Dalam usus halus, bakteri Salmonella yang berpenetrasi di epitel
dan masuk ke dalam jaringan sub-epitel sampai lamina propia. Mekanisme
biokimia yang terjadi saat penetrasi belum diketahui dengan jelas, tetapi
prosesnya menyerupai fagositosis. Setelah penetrasi, bakteri difagosit oleh
makrofag, berkembang biak, dan dibawa oleh makrofag ke bagian tubuh yang
lain.
2. Endotoksin Kemampuan; Salmonella yang hidup intra seluler diduga karena
memiliki antigen permukaan (antigen Vi). Simpai sel Salmonella
mengandung kompleks lipopolisakarida (LPS) yang berfungsi sebagai
endotoksin dan merupakan faktor virulensi. Endotoksin dapat merangsang
pelepasan zat pirogen dari sel-sel makrofag dan sel-sel polimorfonunuklear
(PMN) sehingga mengakibatkan demam. Selain itu, endotoksin dapat
merangsang aktifasi sistem komplemen, pelepasan kinin, dan mempengaruhi
limfosit. Sirkulasi endotoksin dalam peredaran darah dapat menyebabkan
kejang akibat infeksi.
3. Enterotoksin dan sitotoksin Toksin lain yang dihasilkan oleh Salmonella
adalah enterotoksin dan sitotoksin. Kedua toksin ini diduga juga dapat
meningkatkan daya invasi dan merupakan faktor virulensi Salmonella.

Ciri khas penyakit yang ditimbulkan bakteri E.coli patogen dan bakteri
Salmonella

a. Penyakit yang ditimbulkan bakteri E.coli patogen


Infeksi EPEC
Escherichia coli tipe enteropatogenik melekat pada mukosa usus dan
mengubah kapasitas absorpsi usus, menyebabkan muntah, diare, nyeri
abdomen serta demam.
Infeksi ETEC
Efeknya pada kesehatan diperantarai oleh enterotoksin. Gejalanya meliputi
diare (yang berkisar dari diare afebril ringan sampai sindrom mirip-kolera
dengan diare yang banyak tanpa darah atau mukus), kram abdomen serta
muntah, yang kadang-kadang menimbulkan dehidrasi dan syok.
Infeksi EIEC
Kelainan inflamasi pada mukosa dan submukosa usus yang disebabkan oleh
invasi dan multiplikasi EIEC dalam sel epitel kolon. Gejalanya meliputi
demam, nyeri abdomen yang hebat, muntah dan diare cair (pada <10%
kasus, tinjanya mungkin mengandung darah dan mengandung mukus).
Infeksi EHEC
Kram abdomen, diare cair yang dapat berubah menjadi diare berdarah
(kolitis hemoragik). Demam dan muntah juga dapat terjadi.
b. Penyakit yang ditimbulkan bakteri Salmonella
Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ
pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut
salmonellosis.Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare,
keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan
yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit
kepala, mual dan muntah-muntah.Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica
adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan
penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam
pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan
makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual,
muntah dan kematian.

Colibacillosis pada ruminansia

Colibacillosis pada sapi

Colibacillosis adalah penyakit pada hewan, terutama yang berumur muda yang
disebabkan oleh bakteri Esherichia coli (E.coli). pada anak sapi dikenal ada 3
bentuk colibacillosis pada anak sapi yang masing-masing dapat berdiri sendiri
atau bersama-sama.

a. Enteric-toxaemic colibacillosis, anak sapi terserang dapat kolaps dan


akhirnya mengalami kematian dalam waktu 2-6 jam. Gejala klinis yang
menonjol adalah koma,suhu subnormal, selaput lendir pucat, sekitar mulut
basah, denyut jantung tak teraturdan lambat disertai gerakan konvultasi
ringan, tidak disertai diare.
b. Septicaemic colibacillosis. Sering dijumpai pada anak sapi berumur
sampai 4 hari. Penyakit ini bersifat akut, kematian dapat terjadi dalam 24-
96 jam tanpa gejala klinis yang jelas. Bila terdapat tanda-tanda klinis,
hewan akan menjadi lemah dan depresi, tidak nafsu makan suhu tubuh dan
denyut jantungyang semula naik dengan cepat menurun hingga subnormal
berbarengan dengan adanya diare. Gejala lain yang mungkin dilihat antara
lain lumpuh, sendi bengkak dan sakit, meningitis dan diikuti dengan
panophhthalmitis.

(Gambar 1. Pedet diare karena Colibacillosis)


Sumber;http://www.afrivet.co.za/veld_talk_printing
%5Cveld_talk_print_8.htm
c. Enteric colibacillosis. Paling serig dijumpai pada anak sapi umur
seminggu sampai 3 minggu. Fases encer atau serupa pasta berwarna putih
sampai kuning dan menggandung noda darah. Fases berbau tengik dan
mengotori sekitar anus dan ekornya. Denyut nadi dan suhu tubuh naik
mencapai 40.5 derajat celsius. Penderita terlihat apatis, lemah , berheti
minum dan secara cepat mengalami dehidrasi. Pada palpasi perut
ditemukan reaksi nyeri. Tanpa pengobatan, hewan dapat mati dalam waktu
3-5 hari.

Colibacillosis pada Domba

Manefestasi penyakit pada anak domba hampir selalu sama dalam bentuk
septisemik yang perakut, walaupun beberapa menunjukan bentuk enterik yang
kronik. Dua kelompok umur yang rentan terhadap penyakit yaitu anak domba
umur 1-2 hari dan umur 3-8 minggu. Kejadian perakut ditandai dengan
kematian mendadak tanpa gejala klinis. Kejadian akut ditandai dengan jalan
kaku pada awalnya, kemudian hewan rebah. Terdapat hyperaestesia dan
konvulasi tetanik. Kejadian kronik ditandai dengan arthritis.

Cara Penularan Colibacillosis

Fases hewan penderita , lingkungan sekitar yang tercemar dan saluran kelmin
induk pada hampir semua hewan merupakan sumber penularan penyakit.
Penulran bakteri ini juga dapat ditularkan dengan cara;

1. Melalui sistem pencernaan, misalnya akibat terminum susu yang


mengandung E.coli patogen
2. Melalui pusar yang masih basah dan tercemar material mengandung E.coli
patogen dan intra uterina.

Pengelolahan peternak yang buruk merupakan faktor perluasan penyakit,


misalnya melalui pencemaran ambing induk, tempat pakan maupun tempat
minum. Ditemukanya E.coli dalam pakan dan minum merupakan pertada
bahwa bahan-bahan tersebut tercemar oleh fases hewan.

Sifat alami E.coli

E.coli mudah ditumbuhkan pada berbagai media biakan laboraturium biakan


diatas umur muda berbentuk granular halus yang menjadi kasar bila umur
biakan bertambah tua. Pada medium agar Mac. Concey pertumbuhan E.coli
ditunjukan dengan koloni berwarna merah dadu. Dalam media cair
pertumbuhan bakteri ini ditandai kekeruhan dan ada sedimen dibagian bawah
tabung. E.coli dapat bertahan hidup berminggu-minggu hingga beberapa bulan
di dalam fases, air, dan kandang. E.coli tidak tahan terhadap suasana kerinng
anatu disinfekta.

Anda mungkin juga menyukai