Anda di halaman 1dari 22

KONSEP GEOMORFOLOGI DAN KEDUDUKAN

DALAM ILMU KEBUMIAN

TUGAS I
GEOMORFOLOGI

DISUSUN OLEH :

BINSAR MARTUA MANULLANG


11.2015.1.00564

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul "Geomorfologi Dasar". Atas dukungan moral
dan materail yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada ;
Bapak Jhon Jone,S.T, selaku dosen mata kuliah Geomorfologi, yang
memberikan bimbingan, saran, ide dan lain lain.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

SURABAYA, 2 OKTOBER 2015


PENYUSUN

BINSAR MARTUA MANULLANG

ii
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
........................................................................................ 1
1.2. Tujuan .................................................................................................... 1
1.3. Pokok Pembahasan ............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Geomorfologi
............................................................................ 2
2.2. Perkembangan Geomorfologi Sebagai Suatu Sains Bumi...........................
3
2.3. Konsep Dasar Geomorfologi ................................................................ 5
2.3.1.Proses Proses Geomorfik ................................................................ 9
2.3.2.Proses Gradisial ........................................................................... 10
2.3.3.Proses Diastromisme dan Vulkanisme ....................................... 13
2.4. Kedudukan Geomorfologi Dalam Ilmu Kebumian ........................... 13
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ....................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 18
DAFTARiii
GAMBAR

Hal
Gambar 2.3.1 Sketsa yang memperlihatkan bentuk-bentuk permukaan
bumi akibat struktur geologi pada batuan dasarnya ......................................... 8
Gambar 2.3.2 Sketsa yang memperlihatkan perkembangan (tahapan)
permukaan bumi (landform) ............................................................................. 8
Gambar 2.3.3(a) Kenampakan bentuk talus ................................................. 12
Gambar2.3.3(b) Suatu exfolation domes ..................................................... 12
Gambar 2.4.1 Pembangangunan Kompleks Perumahan Kecil.......................... 14
iv I
BAB
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Geomorfologi lingkungan merupakan bagian dari ilmu kebumian yang
mengkaji hubungan antara manusia dengan lingkungan dari sudut geomorfologi
yang kemudian menjadi terapan praktis untuk pemecahan masalah yang
ditimbulkan manusia akibat penggunaan.
Dengan mengetahui beberapa unsur tersebut kita dapat menganalisis dan
meyimpulkan apakah suata wilayah sesuai untuk dibangun suatu permukiman,
bahkan kita juga dapat mencari suatu pencegahan atau solusi terhadap resiko
geomorfologi yang mungkin terjadi pada permukiman yang sudah dibangun pada
lokasi yang kurang tepat.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini seperti berikut ini :
a. Untuk mengetahui peranan dan pentingnya geomorfologi bagi kehidupan
manusia.
b. Untuk mengetahui peranan geomorfologi dalam perencanan
pembangunan.

1.3. Pokok Pembahasan


Adapun pokok pembahasan yang saya bahas dalam makalah ini :
a. Defenisi Geomorfologi Menurut Para Ahli
b. Perkembangan Geomorfologi Sebagai Suatu Sains Bumi
c. Konsep Dasar Geomorfologi
d. Kedudukan Geomorfologi Dalam Ilmu Kebumian
BAB
1 II
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Defenisi Geomorfologi


Geomorfologi merupakan ilmu tentang roman/bentuk muka bumi beserta
aspek aspek yang mempengaruhinya. Kata Geomorfologi (Geomorphology)
berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi),
morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan
dari kata kata tersebut, maka pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan
tentang bentuk bentuk permukaan bumi.
Menurut Worcester (1939), geomorfologi merupakan diskripsi dan tafsiran
dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar ilmu
pengetahuan tentang bentang alam (the science of landforms), sebab termasuk
pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan cekungan
lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta bentuk
bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti plain, plateau,
mountain dan sebagainya.
Menurut Katili John (1959), geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari
bentuk bentuk muka bumi yang terjadi karena kekuatan kekuatan yang bekerja
di atas dan di dalam bumi.
Menurut Cock dan Doomkamp (1978), geomorfologi merupakan ilmu
yang mengkaji tentang bentuk lahan, khususnya mengenai sifat, asal
pembentukan, proses proses perkembangan dan komposisi materialnya.
Menurut Van Zuidam (1979), geomorfologi adalah ilmu yang
mendeskripsikan (secara genetis) bentuk lahan dan proses proses yang
3
mengakibatkan terbentukya bentuk lahan tersebut serta mencari hubungan antara
bentuk lahan dengan proses proses dalam susunan keruangan.
Menurut Verstappen (1983), geomorfologi merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari bentuk lahan (landform) yang berada di permukaan bumi, baik
yang berada di bawah atau di atas permukaan air laut dengan penekanan pada asal
2 mendatang katanya dengan konteks
mula (genesa) dan perkembangan di masa
lingkungan dan material penyusunnya.
Lobeck (1939) dalam bukunya Geomorphology: An Introduction to the
study of landscapes. Landscapes yang dimaksudkan disini adalah bentang alam
alamiah (natural landscapes). Dalam mendiskripsi dan menafsirkan bentuk
bentuk bentang alam (landform atau landscapes) ada tiga faktor yang diperhatikan
dalam mempelajari geomorfologi, yaitu: struktur, proses dan stadia. Ketiga faktor
tersebut merupakan satu kesatuan dalam mempelajari geomorfologi.
Ahli geolomorfologi mempelajari bentuk bentuk bentang alam yang
dilihatnya dan mencari tahu mengapa suatu bentang alam terjadi, Disamping itu
juga untuk mengetahui sejarah dan perkembangan suatu bentang alam, disamping
memprediksi perubahan perubahan yang mungkin terjadi dimasa mendatang
melalui suatu kombinasi antara observasi lapangan, percobaan secara fisik dan
pemodelan numerik.
Kesimpulan tentang pengertian geomorfologi merupakan suatu studi yang
mempelajari asal (terbentuknya) topografi sebagai akibat dari pengikisan (erosi)
elemen elemen utama, serta terbentuknya material material hasil erosi. Melalui
geomorfologi dipelajari cara cara terjadi, pemberian, dan pengklasifikasian
relief bumi. Relief bumi adalah bentuk bentuk ketidakteraturan secara vertikal
(baik dalam ukuran ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh
pergerakan pergerakan pada kerak bumi.

2.2. Perkembangan Geomorfologi Sebagai Suatu Sains Bumi


Geomorfologi memiliki keterkaitan erat dengan berbagai disiplin ilmu
yang lain, bahkan sebagian di antaranya relatif hampir sama pengkajiannya :
4

1. Fisiografi mencakup studi tentang atmosfir, hidrologi dan bentang alam


dan studi yang mempelajari ketiga objek tersebut umumnya berkembang
di benua Eropa, sedangkan geomorfologi merupakan salah satu cabang
dari Fisiografi. Dengan semakin majunya perkembangan studi tentang
atmosfir (meteorologi) dan hidrologi di Amerika menyebabkan objek studi
Fisiografi menjadi lebih terbatas, yaitu hanya mempelajari bentangalam
saja, sehingga di Amerika istilah Fisiografi identik dengan Geomorfologi.
2. Geologi mempunyai objek studi yang lebih luas dari geomorfologi, karena
mencangkup studi tentang seluruh kerak bumi, sedangkan geomorfologi
hanya terbatas pada studi permukaan dari pada kerak bumi. Oleh karena
itu maka geomorfologi dianggap sebagai cabang dari geologi dan
kemudian dalam perkembangannya geomorfologi menjadi suatu ilmu
tersendiri, terlepas dari geologi. Geologi struktur dan geologi dinamis
adalah cabang cabang ilmu geologi yang sangat membantu dalam
mempelajari geomorfologi. Dengan geologi dinamis dapat membantu
untuk menjelaskan evolusi permukaan bumi, sedangkan geologi struktur
membantu dalam menjelaskan jenis jenis dari bentuk bentuk bentang
alam. Banyak bentuk bentang alam di cerminkan oleh struktur geologinya.
Oleh karena itu untuk mempelajari geomorfologi maka diperlukan
pengetahuan dari ilmu ilmu tersebut.
3. Meteorologi dan Klimatologi, yang mempelajari keadaan fisik dari
atmosfir dan iklim. Ilmu ini mempunyai pengaruh, baik langsung maupun
tidak langsung terhadap proses perubahan roman muka bumi. Kondisi
cuaca seperti terjadinya angin, petir, kelembaban udara dan pengaruh
perubahan iklim dapat membawa perubahan perubahan yang besar
terhadap bentuk roman muka bumi yang ada. Oleh karena itu untuk
mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di permukaan bumi,
diperlukan pengetahuan tentang ilmu ilmu tersebut.
4. Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu mengenai
air yang ada di bumi (the science of the waters of the earth), termasuk
dalam hal ini air yang ada di sungai sungai, danau danau, lautan dan
air bawah tanah. Pengetahuan mengenai hidrologi juga akan pembantu
dalam mempelajari geomorfologi. Sama halnya dengan atmosfir, air dapat
5
juga menyebabkan perubahan perubahan atas roman muka bumi yang
ada dan dapat meninggalkan bekas-bekasnya.
5. Geografi mempunyai objek studi yang lebih luas dari pada geomorfologi,
sebab mencakup aspek-aspek fisik dan sosial dari pada permukaan bumi.
Sedangkan geomorfologi menekankan pada bentuk-bentuk yang terdapat
pada permukaan bumi. Geografi menekankan kajiannya pada Space
Oriented yang dapat menunjukkan dimana dan bagaimana penyebaran
dari pada bentuk bentang alam serta mengapa penyebarannya demikian.
Mengingat sifat dari geografi yang Anthropocentris, dan dalam
hubungannya dengan studi geomorfologi, maka muncullah suatu sub
disiplin ilmu yaitu Geography of landform. Dimana di dalamnya juga
mencakup, bagaimana mengaplikasikan setiap jenis bentang alam untuk
aktivitas dan kehidupan manusia. Dengan kata lain dapat menjalin suatu
hubungan timbal balik antara manusia dengan bentangalam yang ada.

2.3. Konsep Dasar Geomorfologi


Untuk mempelajari geomorfologi diperlukan dasar pengetahuan yang baik
dalam bidang klimatologi, geografi, geologi serta sebagian ilmu fisika dan kimia
yang mana berkaitan erat dengan proses dan pembentukan muka bumi. Proses
pembentukan muka bumi menganut azas berkelanjutan dalam bentuk daur
geomorfik (geomorphic cycles), yang meliputi pembentukan daratan oleh tenaga
dari dalam bumi (endogen), proses penghancuran/pelapukan karena pengaruh luar
atau tenaga eksogen, proses pengendapan dari hasil pengahancuran muka bumi
(agradasi), dan kembali terangkat karena tenaga endogen, demikian seterusnya
merupakan siklus geomorfologi yang ada dalam skala waktu sangat lama :
1. Hukum-hukum fisika, kimia dan biologi yang berlangsung saat ini
berlangsung juga pada masa lampau, dengan kata lain gaya gaya dan
proses proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati
saat ini telah berlangsung sejak terbentuknya bumi.
2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang paling dominan dalam
6
evolusi bentang alam dan struktur geologi akan dicerminkan oleh bentuk
bentang alamnya.
3. Relief muka bumi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya boleh
jadi karena derajat pembentukannya juga berbeda.
4. Proses proses geomorfologi akan meninggalkan bekas bekas yang
nyata pada bentang alam dan setiap proses geomorfologi akan membentuk
bentuk bentang alam dengan karakteristik tertentu (meninggalkan jejak
yang spesifik yang dapat dibedakan dengan proses lainnya secara jelas).
5. Akibat adanya intensitas erosi yang berbeda beda di permukaan bumi,
maka akan dihasilkan suatu urutan bentuk bentang alam dengan
karakteristik tertentu di setiap tahap perkembangannya.
6. Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum di jumpai di bandingkan
dengan evolusi geomorfik yang sederhana (perkembangan bentuk muka
bumi pada umumnya sangat kompleks/rumit, jarang sekali yang prosesnya
sederhana).
7. Bentuk bentuk bentangalam yang ada di permukaan bumi yang berumur
lebih tua dari Tersier jarang sekali di jumpai dan kebanyakan dari padanya
berumur Kuarter.
8. Penafsiran secara tepat terhadap bentang alam saat ini tidak mungkin
dilakukan tanpa mempertimbangkan perubahan iklim dan geologi yang
terjadi selama zaman kuarter (Pengenalan bentang alam saat sekarang
harus memperhatikan proses yang berlangsung sejak zaman Pleistosen).
9. Adanya perbedaan iklim di muka bumi perlu menjadi pengetahuan kita
untuk memahami proses proses geomorfologi yang berbeda beda yang
terjadi di muka bumi (dalam mempelajari bentangalam secara global/skala
dunia, pengetahuan tentang iklim global sangat diperlukan).
10. Walaupun fokus pelajaran geomorfologi pada bentangalam masa kini,
namun untuk mempelajari diperlukan pengetahuan sejarah
perkembangannya.

Di samping konsep dasar tersebut di atas, dalam mempelajari


geomorfologi cara dan metode pengamatan perlu pula diperhatikan. Apabila
pengamatan dilakukan dari pengamatan lapangan saja, maka informasi yang
7

diperoleh hanya mencakup pengamatan yang sempit (hanya sebatas kemampuan


mata memandang), sehingga tidak akan diperoleh gambaran yang luas terhadap
bentangalam yang diamati. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dikakukan
beberapa hal :
1. Pengamatan bentang alam dilakukan dari tempat yang tinggi sehingga
diperoleh pandangan yang lebih luas. Namun demikian, cara ini belum
banyak membantu dalam mengamati bentang alam, karena walaupun kita
berada pada ketinggian tertentu, kadangkala pandangan tertutup oleh hutan
lebat sehingga pandangan terhalang. Kecuali, tempat kita berdiri pada saat
pengamatan bentang alam merupakan tempat tertinggi dan tidak ada benda
satupun yang menghalangi. Itu pun hanya terbatas kepada kemampuan
mata memandang.
2. Pengamatan dilakukan secara tidak langsung di lapangan dengan
menggunakan citra pengideraan jauh baik citra foto maupun citra non-foto,
cara ini dapat melakukan pengamatan yang luas dan cepat.

Konsep konsep dasar lain dalam geomorfologi banyak di formulasikan


oleh W.M. Davis. Davis menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan
bumi (morphology of landforms) dikontrol oleh tiga faktor utama, yaitu struktur,
proses, dan tahapan. Struktur disini mempunyai arti sebagai struktur struktur
yang di akibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk permukaan
bumi (lihat Gambar 2.3.1). Proses proses yang umum terjadi adalah proses
erosional yang dipengaruhi oleh permeabilitas, kelarutan, dan sifat sifat lainnya
dari batuan. Bentuk bentuk pada muka bumi umumnya melalui tahapan
tahapan mulai dari tahapan muda (youth), dewasa (maturity), tahapan tua (old
age) (lihat Gambar 2.3.2). Pada tahapan muda umumnya belum terganggu oleh
gaya - gaya destruksional, pada tahap dewasa perkembangan selanjutnya
ditunjukkan dengan tumbuhnya sistem drainasedengan jumlah panjang dan
kedalamannya yang dapat mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak lagi.
Proses selanjutnya membuat topografi lebih mendatar oleh gaya destruktif yang
mengikis, meratakan, dan merendahkan permukaan bumi sehingga dekat dengan
8

ketinggian muka air laut (disebut tahapan tua). Rangkaian pembentukan proses
(tahapan tahapan) geomorfologi tersebut menerus dan dapat berulang, dan
sering disebut sebagai Siklus Geomorfik.

Gambar 2.3.1 Sketsa yang memperlihatkan bentuk-bentuk permukaan bumi akibat


struktur geologi pada batuan dasarnya

Gambar 2.3.2 Sketsa yang memperlihatkan perkembangan (tahapan) permukaan bumi


(landform)
9

Dari (A s/d D) memperlihatkan tahapan geomorfik muda sampai dengan


tua. Selanjutnya dalam mempelajari geomorfologi perlu di pahami istilah istilah
katastrofisme, uniformiaterianisme, dan evolusi :
Katastrofisme merupakan pendapat yang menyatakan bahwa gejala
gejala morfologi terjadi secara mendadak. Contohnya letusan gunung api.
Uniformitarianisme sebaliknya berpendapat bahwa proses pembentukkan
morfologi cukup berjalan sangat lambat atau terus menerus, tapi mampu
membentuk bentuk bentuk yang sekarang, bahkan banyak perubahan
perubahan yang terjadi pada masa lalu juga terjadi pada masa sekarang,
dan seterusnya (James Hutton dan John Playfair, 1802).
Evolusi cenderung didefinisikan sebagai proses yang lambat dan dengan
perlahan-lahan membentuk dan mengubah menjadi bentukan-bentukan
baru.

2.3.1. Proses Geomorfik


Proses geomorfik adalah semua perubahan fisik dan kimia yang terjadi
akibat proses-proses perubahan muka bumi. Secara umum proses-proses
geomorfik tersebut adalah sebagai berikut :
a. Proses proses epigen (eksogenetik) :
1. Degradasi; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara
gravity), erosi (termasuk transportasi) oleh : aliran air, air tanah,
gelombang, arus, tsunami, angin, dan glasier.
2. Aggradasi; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara
gravity), erosi (termasuk transportasi) oleh : aliran air, air tanah,
gelombang, arus, tsunami, angin, dan glasier.
3. Akibat organisme (termasuk manusia).
b. Proses proses hipogen (endogenetik) :
1. Diastrophisme (tektonisme)
10 2. Vulkanisme
c. Proses proses ekstraterrestrial, misalnya kawah akibat jatuhnya meteor.

2.3.2. Proses Gradisial


Istilah gradasi (gradation) awalnya digunakan oleh Chamberin dan
Solisbury (1904) yaitu semua proses dimana menjadikan permukaan litosfir
menjadi level yang baru. Kemudian gradasi tersebut dibagi menjadi dua proses
yaitu degradasi (menghasilkan level yang lebih rendah) dan agradasi
(menghasilkan level yang lebih tinggi). Ada 3 proses utama yang akan terjadi
pada peristiwa gradasi, yaitu :
a. Pelapukan, dapat berupa disentrigasi atau dekomposisi batuan dalam suatu
tempat, terjadi di permukaan, dan dapat merombak batuan menjadi klastis.
Dalam proses ini belum termasuk transportasi.
b. Perpindahan massa (mass wasting), dapat berupa perpindahan (bulk
transfer) suatu massa batuan sebagai akibat dari gaya gravitasi. Kadang-
kadang (biasanya)efek dari air mempunyai peranan yang cukup besar,
namun belum merupakan suatu media transportasi.
c. Erosi, merupakan suatu tahap lanjut dari perpindahan dan pergerakan masa
batuan. Oleh suatu agen (media) pemindah. Secara geologi (kebanyakan)
memasukkan erosi sebagai bagian dari proses transportasi.

Secara umum, series (bagian/tahapan) proses gradisional sebagai berikut


landslides (dicirikan oleh hadirnya sedikit air, dan perpindahan massa yang besar),
earthflow (aliran batuan/tanah), mudflows (aliran berupa lumpur), sheetfloods,
slopewash, dan stream (dicirikan oleh jumlah air yang banyak dan perpindahan
massa pada ukuran halus dengan slopeyang kecil).

A.Pelapukan Batuan
Pelapukan merupakan suatu proses penghancuran batuan manjadi klastis
dan akan tekikis oleh gaya destruktif. Proses pelapukan terjadi oleh banyak proses
destruktif, antara lain :
Proses fisik dan mekanik (desintegrasi) seperti pemanasan, pendinginan,
11
pembekuan; kerja tumbuh-tumbuhan dan binatang , serta proses-proses
desintegrasi mekanik lainnya.
Proses-proses kimia (dekomposisi) dari berbagai sumber seperti : oksidasi,
hidrasi, karbonan, serta pelarutan batuan dan tanah. Proses dekomposisi ini
banyak didorong oleh suhu dan kelembaban yang tinggi, serta peranan
organisme (tumbuh-tumbuhan dan binatang).
Faktor faktor yang mempengaruhi pelapukan antara lain : jenis batuan,
yaitu komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan.
kondisi iklim dan cuaca, apakah kering atau lembab, dingin atau panas,
konstan atau berubah-ubah.
kehadiran dan kelebatan vegetasi.
kemiringan medan, pengaruh pancaran matahari, dan curah hujan.

Proses pelapukan berlangsung secara differential weathering (proses


pelapukan dengan perbedaan intensitas yang disebabkan oleh perbedaan
kekerasan, jenis, dan struktur batuan). Hal tersebut menghasilkan bentuk-bentuk
morfologi yang khas seperti :

bongkah-bongkah desintegrasi (terdapat pada batuan masif yang


memperlihatkan retakan-retakan atau kekar kekar).
stone lattice (perbedaan kekerasan lapisan batuan sedimen yang
membentuknya), mushroom (berbentuk jamur).
demoiselles (tiang-tiang tanah dengan bongkah bongkah penutup).
talus (akumulasi material hasil lapukan di kaki tebing terjal).
exfoliation domes (berbentuk bukit dari batuan masif yang homogen, dan
12mengelupas dalam lapisan-lapisan atau serpihan-serpihan melengkung).
Pada Gambar 2.3.3 Dapat dilihat kenampakan talus dan exfoliation domes.

(a) (b)

Gambar 2.3.3(a) Kenampakan bentuk talus, Gambar2.3.3(b) Suatu exfolation domes


B.Perpindahan Massa (Mass Wasting)
Gerakan tanah sering terjadi pada tanah hasil pelapukan, akumulasi debris
(material hasil pelapukan), tetapi dapat pula pada batuan dasarnya. Gerakan tanah
dapat berjalan sangat lambat hingga cepat. Menurut oleh Sharpe (1938) kondisi-
kondisi yang menyebabkan terjadinya perpindahan masa adalah :
Faktor Factor Pasif, antara lain:
1. Faktor litologi : tergantung pada kekompakan/rapuh material
2. Faktor statigrafi : bentuk-bentuk pelapisan batuan dan kekuatan
(kerapuhan), atau permeabel-impermeabelnya lapisan
3. Faktor struktural : kerapatan joint, sesar, bidang geser-foliasi
4. Faktor topografi : slope dan dinding (tebing)
5. Faktor iklim : temperatur, presipitasi, hujan
6. Faktor organik : vegetasi

Faktor Faktor aktif, antara lain:


1. Proses perombakan
2. Pengikisan lereng oleh aliran air tingkat pelarutan oleh air atau
13
pengisian retakan

2.3.3. Proses Diastromisme dan Vulkanisme


Diastromisme dan vulkanisme diklasifikasikan sebagai proses hipogen
atau endapan karena gaya yang bekerja berasal dari dalam (bagian bawah) kerak
bumi. Proses proses diastropik dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
1. Orogenik (pembentukan pegunungan)
2. Epirogenik (proses pengangkatan secara ragional)

Vulkanisme termasuk pergerakan dari larutan batuan (magma) yang


menerobos ke permukaan bumi. Akibat dari pergerakan (atau penerobosan)
magma tersebut akan memberikan kenampakan yang muncul di permukaan
berupa badan-badan intrusi, atau berupa deomal folds (lipatan berbentuk dome)
akibat terobosan massa batuan tersebut), sehingga perlapisan pada batuan di
atasnya menjadi tidak tampak lagi atau telah terubah.
2.4. Kedudukan Geomorfologi Dalam Ilmu Kebumian
Geomorfologi lingkungan merupakan bagian dari ilmu kebumian yang
mengkaji hubungan antara manusia dengan lingkungan dari sudut geomorfologi
yang kemudian menjadi terapan praktis untuk pemecahan masalah yang
ditimbulkan manusia akibat penggunaan atau pengubahan proses pada atau dekat
permukaan lahan.
Contoh dari peranan geomorfologi dalam lingkungan yaitu pemanfaatan
ilmu geomorfologi dalam perencanaan suatu pembangunan perumahan pada suatu
wilayah agar seminim mungkin mengalami resiko geomorfologikal. Dalam hal ini
geomorfologi berperan memilih dan menentukan suatu wilayah yang tepat untuk
dijadikan sebagai lahan permukiman. Hal tersebut dapat ditentukan dengan
mempelajari terlebih dahulu bagaimana morfologi suatu wilayah tersebut,
termasuk bentukanlahan apa, hasil proses geomorfologi apa,
14
apaproses geomorfologi intensif yang bekerja, dan apa batuan penyusun
bentuklahan tersebut.
Dengan mengetahui beberapa unsur tersebut kita dapat menganalisis dan
meyimpulkan apakah suata wilayah sesuai untuk dibangun suatu permukiman,
bahkan kita juga dapat mencari suatu pencegahan atau solusi terhadap resiko
geomorfologi yang mungkin terjadi pada permukiman yang sudah dibangun pada
lokasi yang kurang tepat. Contohnya suatu perencanaan proyek pembangunan
kompleks perumahan kecil pada lokasi datar seluas 3 hektar, setelah diteliti
ternyata lokasi tersebut merupakan bentuklahan dataran banjir, yang terbentuk
akibat proses fluvial, dengan material penyusun lahan berupa tanah alluvial akibat
pengendapan material yang terangkut oleh aliran sungai yang sebagian besar
tersusun oleh pasir dan lempung.
Gambar 2.4.1 Pembangangunan Kompleks Perumahan Kecil

Setelah dianalisis meskipun lokasi tersebut datar namun lokasi tersebut


kurang tepat apabila direncanakan untuk pembangunan kompleks perumahan,
karena secara geomorfologi lokasi tersebut merupakan dataran banjir yang pada
musim hujan akan tergenang oleh luapan air sungai, sehingga apabila lokasi
tersebut tetap dibangun suatu kompleks perumahan maka pada saat musim hujan
dipastikan kompleks perumahan akan tergenang air, selain itu pembangunan
15
perumahan di sekitar aliran sungai dapat merusak keseimbangan DAS akibat
adanya perubahan proses yang dilakukan oleh manusia di dekat DAS tersebut.
Melalui hasil, analisis lokasi tersebut lebih tepat dijadikan sebagai lahan
pertanian, karena sifat tanahnya yang subur yang berupa hasil pengendapan
material hulu (gunung). Hasil analisis tersebut juga dapat dijadikan dasar untuk
memecahkan permasalahan banjir pada perumahan yang telah terlanjur didirikan
di daerah dataran banjir, yaitu dengan merancang rumah berlantai/bertingkat
ataupun dengan pembangunan tanggul yang kokoh untuk menghindari luapan air
sungai pada saat musim hujan (resiko geomorfologi).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Geomorfologi merupakan suatu studi yang mempelajari asal
(terbentuknya) topografi sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen elemen
utama, serta terbentuknya material material hasil erosi. Melalui geomorfologi
dipelajari cara cara terjadi, pemberian, dan pengklasifikasian relief bumi. Relief
bumi adalah bentuk bentuk ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam ukuran
ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh pergerakan
pergerakan pada kerak bumi. Geomorfologi memiliki keterkaitan erat dengan
berbagai disiplin ilmu yang lain, bahkan sebagian di antaranya relatif hampir sama
pengkajiannya :
Fisiografi mencakup studi tentang atmosfir, hidrologi dan bentang alam
dan studi yang mempelajari ketiga objek tersebut umumnya berkembang
di benua Eropa, sedangkan geomorfologi merupakan salah satu cabang
dari Fisiografi.
Geologi mempunyai objek studi yang lebih luas dari geomorfologi, karena
mencangkup studi tentang seluruh kerak bumi, sedangkan geomorfologi
hanya terbatas pada studi permukaan dari pada kerak bumi.
Meteorologi dan Klimatologi, yang mempelajari keadaan fisik dari
atmosfir dan iklim.
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu mengenai
air yang ada di bumi (the science of the waters of the earth), termasuk
17
dalam hal ini air yang ada di sungai sungai, danau danau, lautan dan
air bawah tanah.
Geografi mempunyai objek studi yang lebih luas dari pada geomorfologi,
sebab mencakup aspek-aspek fisik dan sosial dari pada permukaan bumi. Proses
pembentukan muka bumi menganut azas berkelanjutan dalam bentuk daur
geomorfik (geomorphic cycles), yang meliputi pembentukan daratan oleh tenaga
16
dari dalam bumi (endogen), proses penghancuran/pelapukan karena pengaruh luar
atau tenaga eksogen, proses pengendapan dari hasil pengahancuran muka bumi
(agradasi), dan kembali terangkat karena tenaga endogen, demikian seterusnya
merupakan siklus geomorfologi yang ada dalam skala waktu sangat lama.
Proses proses geomorfik adalah semua perubahan fisik dan kimia yang
terjadi akibat proses-proses perubahan muka bumi. Secara umum proses-proses
geomorfik tersebut adalah sebagai berikut; Proses proses epigen (eksogenetik)
dan Proses-proses hipogen (endogenetik).
Istilah gradasi (gradation) awalnya digunakan oleh Chamberin dan
Solisbury (1904) yaitu semua proses dimana menjadikan permukaan litosfir
menjadi level yang baru. Kemudian gradasi tersebut dibagi menjadi dua proses
yaitu degradasi (menghasilkan level yang lebih rendah) dan agradasi
(menghasilkan level yang lebih tinggi). Diastromisme dan vulkanisme
diklasifikasikan sebagai proses hipogen atau endapan karena gaya yang bekerja
berasal dari dalam (bagian bawah) kerak bumi.
Geomorfologi lingkungan merupakan bagian dari ilmu kebumian yang
mengkaji hubungan antara manusia dengan lingkungan dari sudut geomorfologi
yang kemudian menjadi terapan praktis untuk pemecahan masalah yang
ditimbulkan manusia akibat penggunaan atau pengubahan proses pada atau dekat
permukaan lahan.
Contoh dari peranan geomorfologi dalam lingkungan yaitu pemanfaatan
ilmu geomorfologi dalam perencanaan suatu pembangunan perumahan pada suatu
wilayah agar seminim mungkin mengalami resiko geomorfologikal. Dalam hal ini
geomorfologi berperan memilih dan menentukan suatu wilayah yang tepat untuk
dijadikan sebagai lahan permukiman.

DAFTAR PUSTAKA

Arrows, wingman, 2012, Dasar dasar geomorfologi,

(https://wingmanarrows.wordpress.com/2012/10/05/dasar-dasar-
geomorfologi-1-proses-proses-geomorfik/)

Geo, gentur, 2008, Geomorfologi,


(http://www.scribd.com/doc/38301287/geomorfologi)

Geograf, tofa, 2008, Bahan ajar geomorfologi dasar,

(https://www.academia.edu/4886699/Bahan_Ajar_Geomorfologi_Dasar)

18

Anda mungkin juga menyukai