Struktur modal perusahaan tidak ada yang murni atau tidak ada yang
hanya berasal dari satu sumber saja. Selalu merupakan kombinasi atau
bauran antara utang dengan ekuitas (debt and equity), baik itu ekuitas
yang terbentuk sendiri dalam perusahaan maupun yang timbul dari
penerbitan saham baru.
Salah satu alat untuk mengukur sejauh mana efektifitas utang digunakan
untuk membiayai perusahaan adalah debt ratio, yaitu rasio utang
terhadap ekuitas perusahaan. Debt ratio dapat dihitung dengan rumus
berikut:
Model pengukuran lain yang dapat digunakan adalah Debt to Assets Ratio,
rasio ini dapat mengukur sejauh mana asset perusahaan yang dibiayai
dengan utang. Debt to Assets Ratio dapat dihitung dengan rumus berikut:
Modal perusahaan adalah jumlah dari bunga utang dan ekuitas. Sehingga,
rasio utang (debt ratio) dapat dinyatakan kembali sebagai rasio utang
bunga dari perusahaan terhadap ekuitas (Debt-to-equity Ratio), dengan
persamaan sbb:
Komponen ekuitas dari semua rasio-rasio ini sering dinyatakan dalam nilai
buku atau carrying value nya. Namun, ketika mengambil perspektif pasar
struktur modal perusahaan, membandingkan modal utang dengan nilai
pasar ekuitas, seringkali bermanfaat. Dalam formulasi di atas misalnya,
total modal perusahaan adalah jumlah utang bunga dan nilai pasar
ekuitas.
Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah nilai pasar dari utang dan
ekuitas sangat berguna dalam pengambilan keputusan, tetapi kita tidak
dapat mengabaikan nilai buku, karena nilai buku tetap relevan dalam
pengambilan keputusan. Sebagai contoh, perjanjian obligasi seringkali
ditentukan dalam hal nilai buku atau rasio nilai buku. Contoh lainnya,
dividen dibedakan dari pengembalian modal berdasarkan ketersediaan
dari nilai buku laba ditahan. Oleh karena itu, meskipun fokusnya adalah
terutama pada nilai pasar modal, pengambil keputusan tetap harus
mempertimbangkan nilai buku utang dan ekuitas.