Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengertian Tindak Pidana Khusus Ruang lingkup hukum tindak pidana khusus:
Pertama kali dikenal istilah Hukum Pidana Khusus,
sekarang diganti dengan istilah Hukum Tindak 1. Hukum Pidana Ekonomi (UU Drt. No. 7
Pidana Khusus. Timbul pertanyaan, apakah ada Tahun 1955)
perbedaan dari kedua istilah ini. Oleh karena yang 2. Tindak Pidana Korupsi
dimaksud dengan kedua istilah itu adalah UU 3. Tindak Tindak Pidana Narkotika dan
Pidana[1] yang berada di luar Hukum Pidana Psikotropika
Umum yang mempunyai penyimpangan dari 4. Tindak Pidana Perpajakan
Hukum Pidana Umum baik dari segi Hukum 5. Tindak Pidana Kepabeanan dan Cukai
Pidana Materiil maupun dari segi Hukum Pidana 6. Tindak Pidana Pencucian Uang (money
Formal. Kalau tidak ada penyimpangan tidaklah laundering)
disebut Hukum Pidana Khusus atau Hukum Tindak 7. Tindak Pidana Anak
Pidana Khusus. Tindak pidana ekonomi merupakan tindak pidana
Hukum Tindak Pidana Khusus mengatur perbuatan khusus yang lebih khusus dari kedua tindak pidana
tertentu atau berlaku terhadap orang tertentu yang khusus lainnya. Tindak pidana ekonomi ini
tidak dapat dilakukan oleh orang lain selain orang dikatakan lebih khusus karena aparat penegak
tertentu. Oleh karena itu hukum tindak pidana hukum dan pengadilannya adalah khusus untuk
khusus harus dilihat dari substansi dan berlaku tindak pidana ekonomi. Misalnya Jaksanya harus
kepada siapa Hukum Tindak Pidana Khusus itu. Jaksa ekonomi, Paniteranya harus panitera ekonomi
Hukum Tindak Pidana Khusus ini diatur dalam UU dan hakim harus hakim ekonomi demikian juga
di luar Hukum Pidana Umum. Penyimpangan pengadilannya harus pengadilan ekonomi.
ketentuan hukum pidana yang terdapat dalam UU
Pidana merupakan indikator apakah UU Pidana itu
merupakan Hukum Tindak Pidana Khusus atau 1. Dasar Hukum serta Keberlakuan
bukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Hukum Peraturan Perundang-Undangan Tindak
Tindak Pidana Khusus adalah UU Pidana atau Pidana Khusus
Hukum Pidana yang diatur dalam UU Pidana UU Pidana yang masih dikualifikasikan sebagai
tersendiri. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Hukum Tindak Pidana Khusus adalah UU No. 7
Pompe yang mengatakan: Hukum Pidana Khusus Drt. 1955 tentang Hukum Pidana Ekonomi, UU
mempunyai tujuan dan fungsi tersendiri. No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 20 Tahun 2001, dan UU No.
1/Perpu/2002 dan UU No. 2/Perpu/2002.
UU Pidana yang dikualifikasikan sebagai Hukum
Tindak Pidana Khusus ada yang berhubungan
dengan ketentuan Hukum Administrasi Negara Hukum Tindak Pidana Khusus mengatur
terutama mengenai penyalahgunaan kewenangan. perbuatan tertentu; untuk orang/golongan
Tindak Pidana yang menyangkut penyalahgunaan tertentu.
kewenangan ini terdapat dalam perumusan tindak Hukum Tindak Pidana Khusus
pidana korupsi. menyimpang dari Hukum Pidana Materiil dan
Hukum Pidana Formal.
Penyimpangan diperlukan atas dasar
1. Ruang Lingkup Tindak Pidana Khusus
kepentingan hukum.
Ruang lingkup tindak pidana khusus ini tidaklah
Dasar hukum UU Pidana Khusus melihat
bersifat tetap, akan tetapi dapat berubah tergantung
dengan apakah ada penyimpangan atau menetapkan dari hukum pidana adalah Pasal 103 KUHP. Ps.
sendiri ketentuan khusus dari UU Pidana yang 103 KUHP ini mengandung pengertian:
mengatur substansi tertentu. Contoh: UU No. 32 1. Semua ketentuan yang ada dalam Buku I
Tahun 1964 tentang Lalu Lintas Devisa telah KUHP berlaku terhadap UU di luar KUHP
dicabut dengan UU No. 24 Tahun 1999 tentang sepanjang UU itu tidak menentukan lain.
Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar Uang, 2. Adanya kemungkinan UU termasuk UU
sehingga UU yang mengatur tentang Lalu Lintas Pidana di luar KUHP, karena KUHP tidak
Devisa ini tidak lagi merupakan tindak pidana mengatur seluruh tindak pidana didalamnya
khusus. (tidak lengkap dan tidak mungkin lengkap).
Perundang-undangan Pidana
1. UU Pidana dalam arti sesungguhnya, yaitu 2. Adanya kemungkinan UU termasuk UU
hak memberi pidana dari negara; Pidana di luar KUHP, karena KUHP tidak
2. Peraturan Hukum Pidana dalam arti mengatur seluruh tindak pidana didalamnya
tersendiri, adalah memberi sanksi pidana (tidak lengkap dan tidak mungkin lengkap).
terhadap aturan yang berada di luar Hukum 1. Kekhususan Tindak Pidana Khusus
Pidana Umum. Hukum Tindak Pidana Khusus mempunyai
Apabila diperhatikan suau undang-undang dari segi ketentuan khusus dan penyimpangan terhadap
hukum pidana ada 5 substansi: Hukum Pidana Umum, baik dibidang hukum
pidana materiil maupun dibidang hukum pidana
1. UU saja yang tidak mengatur ketentuan formal. Hukum Tindak Pidana Khusus berlaku
pidana seperti (UU No. 1 Tahun 1974, UU No. terhadap perbuatan tertentu dan atau untuk
7/1989 yang diubah dengan UU No. 32/2004, golongan/orang-orang tertentu.
UU No. 4/2004, UU No. 23/1999 yang diubah
dengan UU No. 3/2004) 1. Kekhususan Hukum Tindak Pidana
2. UU yang memuat ketentuan pidana, Khusus dibidang Hukum Pidana Materiil
maksudnya mengancam dengan sanksi pidana Penyimpangan dalam pengertian menyimpang dari
bagi pelanggaran terhadap pasal-pasal tertentu ketentuan HPU dan dapat berupa menentukan
yang disebut dalam Bab ketentuan pidana sendiri yang sebelumnya tidak ada dalam HPU
seperti (UU No. 2/2004, UU No. 8/1999, UU disebut dengan ketentuan khusus.
No. 7/1996, UU No. 18/1997 yang diubah
dengan UU No. 34/2000, UU No. 23/2004, UU 1. Hukum Pidana bersifat elastis (ketentuan
No. 26/2000). khusus).
3. UU Pidana, maksudnya UU yang 2. Percobaan dan membantu melakukan
merumuskan tindak pidana dan langsung tindak pidana diancam dengan hukuman
mengancam dengan sanksi pidana dengan tidak (menyimpang).
mengaur bab tersendiri yang memuat ketentuan 3. Pengaturan tersendiri tindak pidana
pidana (seperti UU No. 31/1999 sebagaimana kejahatan dan pelanggaran (ketentuan khusus).
telah diubah dan ditambah dengan UU No. 4. Perluasan berlakunya asas territorial
20/2001, UU No. 1/Perpu/2000, UU No. (ektrateritorial) (menyimpang/ketentuan
15/2002 yang diubah dengan UU No. 25/2003). khusus).
4. UU Hukum Pidana adalah UU yang 5. Hukum berhubungan/ditentukan
mengatur ketentuan hukum pidana. UU ini berdasarkan kerugian keuangan dan
terdiri dari UU pidana mateiil dan formal (UU perekonomian negara (ketentuan khusus).
acara pidana). Kedua UU hukum pidana ini 6. Pegawai Negeri merupakan sub. Hukum
dikenal dengan sebutan Kitab Undang-Undang tersendiri (ketentuan khusus).
Hukum Pidana, Kitab Undang-Undang Hukum 7. Mempunya sifat terbuka, maksudnya
Acara Pidana (seperti KUHP, UU No. 8/1981 adanya ketentuan untuk memasukkan tindak
tentang KUHAP, KUHP Militer). pidana yang berada dalam UU lain asalkan UU
Hukum Pidana Khusus ada yang berhubungan lain menentukan menjadi tindak pidana
dengan Hukum Administrasi (HPE, Hk. Pidana (ketentuan khusus).
Fiskal, UU No. 31/1999 sebagaimana telah diubah 8. Pidana denda + 1/3 terhadap korporasi
dengan UU No. 20/2001 khusus masalah (menyimpang).
penyalahgunaan kewenangan). 9. Perampasan barang bergerak, tidak
bergerak (ketentuan khusus).
Dasar hukum UU Pidana Khusus dilihat dari 10. Adanya pengaturan tindak pidana selain
hukum pidana adalah Pasal 103 KUHP. Pasal 103 yang diatur dalam UU itu (ketentuan khusus).
ini mengandung pengertian: 11. Tindak Pidana bersifat transnasional
(ketentuan khusus).
1. Semua ketentuan yang ada dalam Buku I 12. Adanya ketentuan yurisdiksi dari negara
KUHP berlaku terhadap UU di luar KUHP lain terhadap tindak pidana yang terjadi
sepanjang UU itu tidak menentukan lain. (ketentuan khusus).
13. Tidak dipidananya dapat bersifat politik
14. Dapat pula berlaku asas retroactive 2. Kekhususan Tindak Pidana Ekonomi
2. Penyimpangan terhadap Hukum Tindak Pidana Ekonomi (Hukum Pidana Ekonomi)
Pidana Formal mempunyai kekhususan tersendiri dibandingkan
3. Penyidikan dapat dilakukan oleh Jaksa[2], dengan pidana khusus yang lain. Menurut Andi
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Hamzah[4] kekhususan Hukum Pidana Ekonomi
[3] yang dimaksud adalah:
4. Perkara pidana khusus harus didahulukan 1. Peraturan Hukum Pidana Ekonomi
dari perkara pidana lain. bersifat elastis, mudah berubah-ubah.
5. Adanya gugatan perdata terhadap 2. Perluasan subyek hukum pidana
tersangka/terdakwa Tindak Pidana Korupsi. (pemidanaan badan hukum).
6. Penuntutan kembali terhadap pidana bebas 3. Peradilan in absentia; peradilan in absentia
atas dasar kerugian negara. berlaku terhadap orang yang sudah meninggal
7. Perkara pidana khusus diadili di dunia dan terhadap orang yang tidak dikenal.[5]
Pengadilan Khusus (HPE). 4. Percobaan dan membantu melakukan pada
8. Dianutnya peradilan in absentia. delik ekonomi.
9. Diakuinya terobosan terhadap rahasia 5. Pembedaan delik ekonomi berupa
bank. kejahatan dan pelanggaran.
10. Dianut pembuktian terbalik. 6. Perluasan berlakunya hukum pidana.
11. Larangan menyebutkan identitas pelapor. 7. Penyelesaian di luar acara (schikking).
12. Perlunya pegawai penghubung. 8. Perkara Tindak Pidana Ekonomi diperiksa
BAB II dan diadili di Pengadilan Ekonomi. Berarti
TINDAK PIDANA EKONOMI pengadilannya khusus Pengadilan Ekonomi.
Perlu diketahui bahwa sampai sekarang, belum
1. Pengertian Tindak Pidana Ekonomi ada Pengadilan Ekonomi secara fisik akan tetapi
2. Pengertian dan Dasar Hukum fungsinya tetap ada sesuai dengan ketentuan
UU Drt. No. 7 Tahun 1955 tidak memberikan atau Pasal 35 ayat (1) UU Drt. No 7 Tahun 1955,
merumuskan dalam bentuk definisi mengenai bahwa pada tiap-tiap Pengadilan Negeri
hukum pidana ekonomi. Melalui ketentuan Ps. 1 ditempatkan seorang Hakim atau lebih dibantu
UU Drt. No. 7 Tahun 1955 pada intinya yang oleh seorang Panitera atau lebih dan seorang
disebut tindak pidana ekonomi ialah pelanggaran Jaksa atau lebih yang semata-mata diberi tugas
sesuatu ketentuan dalam atau berdasarkan Ps. 1 sub untuk mengadili perkara tindak pidana
1e, Ps. 1 sub 2e, dan Ps. 1 sub 3e. Jadi setiap terjadi ekonomi. Menurut Ps. 35 ayat (2) Pengadilan
pelanggaran terhadap ketentuan Ps. 1 UU Drt. No. tersebut adalah Pengadilan Ekonomi.
7 Tahun 1955 adalah tindak pidana ekonomi. 9. Hakim, Jaksa dan Panitera adalah Hakim,
Hukum Pidana Ekonomi diatur dalam UU Drt. No. Jaksa dan Panitera yang diberi tugas khusus
7 Tahun 1955 tentang Pengusutan, Penuntutan dan untuk memeriksa dan mengadili perkara tindak
Peradilan Tindak Pidana Ekonomi. pidana ekonomi, berarti bukan Hakim, Jaksa
dan Panitera umum.
Tujuan dibentuknya UU Drt. No 7 Tahun 1955 10. Hakim, Jaksa dan Panitera pada
adalah untuk mengadakan kesatuan dalam Pengadilan Ekonomi dapat dipekerjakan lebih
peraturan perundang-undangan tentang pengusutan, dari satu Pengadilan Ekonomi.
penuntutan dan peradilan mengenai tindak pidana 11. Pengadilan Ekonomi dapat bersidang di
ekonomi. UU ini merupakan dasar hukum dari luar tempat kedudukan Pengadilan Ekonomi.
Hukum Pidana Ekonomi. Disebut dengan hukum 1. Unsur-Unsur dan Bentuk-Bentuk
pidana ekonomi, oleh karena UU Drt. No. 7 Tahun Tindak Pidana Ekonomi
1955 mengatur secara tersendiri perumusan Hukum Hukum Pidana Ekonomi merumuskan tindak
Pidana Formal disamping adanya ketentuan Hukum pidana ekonomi yang diatur dalam UU Drt. No. 7
Pidana Formal dalam Hukum Pidana Umum Tahun 1955 adalah tindak pidana sebagaimana
(Hukum Acara Pidana). Selain itu juga terdapat disebutkan dalam Pasal 1 sub 1e, sub 2e, dan sub
penyimpangan terhadap ketentuan Hukum Pidana 3e.[6] Tindak pidana Pasal 1 sub 2e adalah tindak
Materiil (KUHP). pidana dalam Pasal 26, 32 dan 33 UU Drt. No. 7
Tahun 1955. Sedangkan tindak pidana Pasal 1 sub
3e adalah pelaksanaan suatu ketentuan dalam atau
berdasar undang-undang lain, sekedar undang- hukuman tambahan sebagai tercantum dalam Ps. 7
undang itu menyebutkan pelanggaran itu sebagai ayat (1) a, b, atau c, dengan suatu tindakan tata
pelanggaran tindak pidana ekonomi. tertib seperti tercantum dalam Ps. 8, dengan suatu
Tindak pidana ekonomi dalam UU Drt. No. 7 peraturan seperti termaksud dalam Ps. 10 atau
Tahun 1955 ini lebih bersifat hokum administrasi. dengan suatu tindakan tata tertib sementara atau
Secara teliti pelanggaran terhadap UU Drt. No. 7 menghindari hukuman tambahan, tindakan tata
Tahun 1955 disebut dengan tindak pidana ekonomi, tertib, peraturan, tindakan tata tertib sementara
oleh karena berupa kejahatan yang merugikan seperti tersebut diatas.
keuangan dan perekonomian Negara. Berdasarkan
ketentuan Pasal 1 sub 1e, sub 2e, dan sub 3e UU Menurut pembuat UU, yang dimuat dalam
Drt. No. 7 Tahun 1955, tindak pidana ekonomi ini Penjelasan Ps. 32 ini agar agar dengan mudah dapat
terdapat dua kelompok: dipaksakan kepada yang bersalah untuk memenuhi
pidana tambahan dan sebagainya, sebab pengusaha
1. Pertama, tindak pidana yang berasal dari yang membandel, banyak mempunyai alat untuk
luar UU Drt. No. 7 Tahun 1955, yaitu undang- menghindari diri dari dibebankannya pelbagai
undang atau staatblad sebagaimana disebutkan pidana tambahan.
dalam Ps. 1 sub 1e dan Pasal 1 sub 3e.
2. Kedua, tindak pidana yang dirumuskan 1. Tindak Pidana Ekonomi berdasarkan
sendiri yaitu Ps. 26, Ps. 32 dan Ps. 33 Pasal 33
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 sub 2e. Tindak Pidana Ekonomi dalam Pasal 33 ini mirip
1. Tindak Pidana berdasarkan Pasal 26 dengan ketentuan Pasal 32 diatas. Perbedaannya
Tindak pidana Ps. 26 merupakan pelanggaran terdapat pada unsur menarik bagian-bagian
karena tidak mengindahkan tuntutan pengawal kekayaan untuk dihindarkan dari beberapa tagihan
pengusut (selanjutnya disebut penyidik).[7] Pasal atau pelaksanaan hukuman, tindakan tata-tertib,
26 merumuskan dengan sengaja tidak memenuhi atau tindakan tata tertib sementara, yang dijatuhkan
tuntutan pegawai pengusut, berdasarkan suatu berdasarkan UU Drt. No. 7 Tahun 1955.
aturan dari undang-undang ini.
Bagi penyidik untuk dapat diberlakukan ketentuan
Pasal 26 harus diketahui dulu bahwa yang disidik Rumusan secara lengkap sbb: Barang siapa
itu bukan tindak pidana ekonomi bagi yang tidak dengan sengaja, baik sendiri maupun dengan
mengindahkan tuntutan penyidik dikenakan peraturan orang lain, emnarik bagian kekayaan
ketentuan Ps. 216 KUHP. Jadi apabila yang disidik untuk dihindarkan dari tagihan-tagihan atau
itu adalah tindak pidana ekonomi, maka orang yang pelaksanaan suatu hukuman, tindakan tata tertib
tidak memenuhi tuntutan penyidik diberlakukan Ps. atau tindakan tata tertib sementara, yang dijatuhkan
26. Tuntutan sebagaimana yang dimaksud Ps. 26 berdasarkan undang-undang ini.
adalah:
Ps. 33 ini dimaksudkan untuk dapat mengatasi jika
Tuntutan menyerahkan untuk disita semua seseorang yang dengan sengaja baik sendiri
barang yang dapat digunakan untuk maupun perantaraan orang lain:
mendapatkan keterangan atau yang dapat
dirampas atau dimusnahkan (Ps. 18 ayat (1)). Menarik bagian kekayaan untuk
Tuntutan untuk diperlihatkan segala surat dihindarkan dari tagihan atau pelaksanaan suatu
yang dipandang perlu untuk diketahui Penyidik pidana atau;
agar penyidik ini dapat melakukan tugas dengan Tindakan tata tertib atau tindakan tata
sebaik-baiknya (Ps. 19 ayat (1)). tertib sementara yang dijatuhkan kepadanya
Tuntutan untuk membuka bungkusan berdasarkan UU Drt. No. 7 Tahun 1955, karena
barang-barang, jika hal itu dipandang perlu oleh sering orang menghindari dari hukuman
penyidik untuk memeriksa barang-barang itu kekayaan itu.
(Ps. 22 ayat (1)). Berarti untuk dapat dikenakan Pasal 33 hanya
1. Tindak Pidana berdasarkan Ps. 32 terbatas terhadap:
Barang siapa dengan sengaja berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang bertentangan dengan
Tagihan-tagihan; Sedangkan tindakan tata tertib sebagaimana diatur
Pelaksanaan suatu tindakan tata tertib; dalam Ps. 8 UU Drt. No. 7 Tahun 1955.
Pelaksanaan suatu tindakan tat tertib Tindakan tata tertib berupa:
sementara, yang kesemuanya 1), 2), 3) harus
berdasarkan UU Drt. No. 7 Tahun 1955. 1. Penempatan perusahaan si terhukum
Menurut penulis, apa yang diamksudkan dengan berada dibawah pengampuan;
menarik bagian tagihan-tagihan dalam Ps. 33 2. Kewajiban membayar uang jaminan;
adalah mungkin sama dengan mencabut barang dari 3. Kewajiban membayar sejumlah uang
harta bendanya dalam Ps. 399 KUHP. Ps. 399 sebagai pencabutan keuntungan dan kewajiban
KUHP merupakan kejahatan yang dilakukan oleh mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak;
pengurus atau pembantu suatu korporasi yang 4. Meniadakan apa yang dilakukan tanpa hak
dinyatakan jatuh pailit yang diperintahkan Hakim dan melakukan jasa-jasa untuk memperbaiki
untuk menyelesaikan urusan perniagaannya, akan akibat satu sama lai, atas biaya si terhukum
tetapi ia mengurangi dengan jalan penipuan apabila hakim
terhadap hak penagih. Kegiatan yang dilakukannya: Sanksi pidana pokok sebelum ada perubahan diatur
dalam Ps. 6 ayat (1), yaitu sanksi pidana penjara
Menyembunyikan keuntungan atau dan denda. Sanksi pidana terhadap pelanggaran Ps.
melarikan suatu barang dari harta bendanya; 1 sub 1e, Ps. 1 sub 2e dan Ps 1 sub 3e dianut sanksi
Memindahkan sesuatu barang baik dengan pidana secara kumulatif atau alternative,
menerima uang; maksudnya dijatuhkan dua sanksi pidana pokok
Menguntungkan salah seorang yang sekaligus (pidana penjara dan denda) atau salah
satu diantara dua sanksi pidana pokok itu.
berpiutang padanya dengan jalan apapun juga
pada waktu jatuh pailit atau penyelesaian urusan
dagang; Perkembangan selanjutnya, ancaman pidana dalam
Tidak mencukupi kewajibannya dalam hukum pidana ekonomi mengalami perubahan dan
mencatat segala sesuatu. pemberatan, yaitu:
1. Tindak Pidana Ekonomi berdasarkan
Ps. 1 sub 3e 1. UU Drt. No. 8 Tahun 1958 selain
Pelaksanaan suatu ketentuan dalam atau menambah tindak pidana ekonomi terhadap
berdasarkan undang-undang lain, sekedar undang- ketentuan Ps 1 sub 1e, memperberat ancaman
undang itu menyebut pelanggaran sebagai tindak hukuman yang terdapat dalam Ps 6 ayat (1)
pidana ekonomi. Tindak pidana yang dimaksud huruf a yaitu kata-kata lima ratus ribu rupiah
dalam pasal ini hingga tahun 1955 ada tiga undang- diubah menjadi satu juta rupiah.
undang yang menyatakan pelanggaran terhadap 2. UU No. 5/PNPS/1959 memperberat
undang-undang itu sebagai tindak pidana ekonomi: ancaman sanksi pidana terhadap ketentuan
Hukum Pidana Ekonomi, tindak pidana korupsi,
UU No. 8 Prp. Tahun 1962 LN No. 42 tindak pidana dalam buku II Bab I dan II
Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang- KUHP, dengan hukuman penjara sekurang-
Barang dalam Pengawasan. kurangnya satu tahun[8] dan setinggi-tingginya
UU No. 9 Prp. Tahun 1962 LN No. 43 20 tahun atau hukuman penjara seumur hidup
Tahun 1962 tentang Pengendalian Harga. atau hukuman mati.
UU No. 11 Tahun 1965 LN. No. 54 Tahun Untuk itu dapat dikenakan ketentuan ini apabila
1965 tentang Pergudangan. mengetahui, patut menduga bahwa tindak pidana
1. Sanksi dalam Tindak Pidana Ekonomi itu akan menghalang-halangi terlaksana program
Sanksi terhadap pelanggaran Hukum Pidana pemerintah, yaitu:
Ekonomi menganut sistem sanksi pidana dan
tindakan tata tertib. Sistem ini dikenal dengan 1. Memperlengkapi sandang pangan rakyat
istilah double track system. Sanksi pidana berupa dalam waktu yang sesingkat-singkatnya;
sanksi pidana pokok dan pidana tambahan. Sanksi 2. Menyelenggarakan keamanan rakyat dan
pidana ini sesuai dengan ketentuan Ps. 10 KUHP. negara;
3. Melanjutkan perjuangan menentang Pada tingkat pertama, Ps. 35 ayat (1) disebutkan
imperealisme ekonomi politik (Irian Barat). bahwa pada tiap-tiap Pengadilan Negeri
UU No. 21/Peperpu/1959 memperberat ancaman ditempatkan seorang hakim atau lebih dibantu oleh
hukuman dendz yang semulanya satu juta seorang panitera atau lebih dan seorang jaksa atau
berdasarkan UU No. 8/Drt/1958 dikalikan dengan lebih yang semata-mata diberi tugas untuk
30, berarti dari satu juta menjadi 30 juta rupiah. memeriksa dan mengadili perkara tindak pidana
Jika tindak pidana itu dapat menimbulkan ekonomi.
kekacauan dibidang perekonomian dalam
masyarakat, maka pelanggar dihukum dengan Ps. 35 ayat (2) dikatakan bahwa pengadilan pada
hukuman mati atau penjara seumur hidup atau tingkat pertama tindak pidana ekonomi adalah
penjara sementara selama-lamanya 20 tahun dan pengadilan ekonomi. Berdasarkan kedua ketentuan
hukuman denda sebesar 30 kali jumlah yang ini berarti bahwa dengan adanya hakim, panitera
ditetapkan pada ayat (1). Hakim harus menjatuhkan dan jaksa adalah tugas khusus atau pengkhususan
pidana secara kumulatif. dari peradilan umum. Pengadilannya khusus hanya
pengadilan ekonomi saja yang dapat memeriksa
1. Sistem Peradilan Tindak Pidana dan mengadili perkara pidana ekonomi bukan
Ekonomi pengadilan negeri. Hanya lokasinya saja ada di
2. Penyelesaian di Luar Acara (Schikking) Pengadilan Negeri. Ps. 35 ayat (1) memberikan arti
dalam Tindak Pidana Ekonomi Pengadilan Ekonomi ada di Pengadilan Negeri.
Pompe menunjuk patokan Pasal 91 WvS Ned (Pasal Pengadilan Ekonomi itu timbul ketika pada saat
103 KUHP) yaitu jika ketentuan undang-undang memeriksa dan mengadili perkara pidana ekonomi.
(diluar KUHP) banyak menyimpang dari ketentuan Fisiknya tidak Nampak akan tetapi fungsinya ada.
umum hukum pidana (Bab I Bab VIII Buku I).
Wvs Ned (Bab I Ban VIII Buku I KUHP) maka Menurut Ps. 36, seorang Hakim atau Jaksa pada
itu merupakan hukum pidana khusus. Patokan Pengadilan Ekonomi itu dapat dipekerjakan lebih
seperti ini sejajar dengan adagium lex specialis dari satu Pengadilan Ekonomi. Perlu diketahui
derogate legi generali (ketentuan khusus ketentuan ini, dikehendaki pada tahun 1955 untuk
menyingkirkan ketentuan umum). Hukum pidana mempercepat dan memberantas tindak pidana
ekonomi mempunyai watak tersendiri yang ekonomi, ketika itu Hakim di Indonesia tidak
ternyata pada aturan Strafbaarheid nya yang sebanding dengan tindak pidana yang ada.
semuanya menyimpang dari hukum pidana biasa. [10] Oleh karena pada Ps. 36 itu tidak disebut
Contoh yang ditempuh oleh Pompe ialah dapatnya Panitera berarti Panitera tidak dapat dipekerjakan
dipidana dari badan hukum, perampasan barang- lebih dari satu Pengadilan Ekonomi.
barang bukti (maksudnya termasuk barang-barang Untuk mengatasi kesulitan terhadap percepatan,
kepunyaan pihak ketiga) dan barang tidak penyelesaian tindak pidan ekonomi maka dalam Ps.
berwujud). Penyelesaian diluar acara (schikking) 37 diatur bahwa Pengadilan Ekonomi dapat
dan disamping itu penyimpangan dari ketentuan bersidang di luar tempat keduudkan Pengadilan
acara pidana yang penting.[9] Ekonomi. Berarti dapat bersidang diluar wilayah
2. Peradilan Tindak Pidana Ekonomi hokum Pengadilan Negeri apabila pada Pengadilan
Peradilan tindak pidana ekonomi yang diatur dalam Negeri dalam lingkungan Pengadilan Tinggi itu
UU Drt. No. 7 Tahun 1955 terdapat perbedaan tidak terdapat Hakim atau Jaksa yang khusus diberi
dengan peradilan tindak pidana lainnya baik tugas memeriksa dan mengadili perkara tindak
peradilan tindak pidana khusus maupun pada tindak pidana ekonomi.
pidana umum.
Pasal 59
1. pencabutan izin usaha; dan/atau
2. pencabutan status badan hukum.
Pasal 131 (1) Barang siapa :