Pendahuluan
Hubungan antara psikis (jiwa) dan soma (badan) telah menjadi perhatian para ahli dan
para peneliti sejak dahulu. Keduanya (psikis dan soma) saling terkait secara erat dan tidak bisa
dipisahkan antara satu dengan lainnya. Kedua aspek saling mempengaruhi yang selanjutnya
tercermin dengan jelas dalam ilmu kedokteran psikosomatik. 1
Di masa prasejarah masyarakat percaya bahwa penyakit disebabkan oleh kekuatan roh
jahat/setan. Oleh karena itu pengobatannya harus dilakukan dengan mantera-mantera. Di masa
peradaban kuno kemudian dipercaya bahwa pikiran memiliki kekuatan besar untuk
mempengaruhi badan, sehingga gangguan pada badan tidak bisa disembuhkan tanpa mengobati
kepalanya (pikiran).1
Dalam perkembangannya tidak hanya aspek fisis dan psikis saja yang menjadi titik
perhatian, tetapi juga aspek spiritual (agama) dan lingkungan merupakan faktor yang harus
diperhatikan untuk mencapai keadaan kesehatan yang optimal. Hal ini sesuai dengan definisi
WHO tentang pengertian sehat yang meliputi kesehatan fisis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Jadi mempunyai 4 dimensi yaitu bio-psiko-sosio-spiritual.1
II. Pembahasan
Definisi
Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psiko yang artinya psikis, dan somatis yang
artinya tubuh. Dalam Diagnostic And Statistic Manual Of Mental Disorders edisi ke empat
(DSM IV) istilah psikosomatis telah digantikan dengan kategori diagnostik faktor psikologis
yang mempengaruhi kondisi medis.2,3
Etiologi
1. Stress Umum
Stress ini dapat berupa suatu peristiwa atau suatu situasi kehidupan dimana
individu tidak dapat berespon secara adekuat. Menurut Thomas Holmes dan Richard
Rahe, didalam skala urutan penyesuaian kembali sosial (social read justment rating scale)
menuliskan 43 peristiwa kehidupan yang disertai oleh jumlah gangguan dan stres pada
kehidupan orang rata-rata, sebagai contohnya kematian pasangan 100 unit perubahan
kehidupan, perceraian 73 unit, perpisahan perkawinan 65 unit, dan kematian anggota
keluarga dekat 63 unit. Skala dirancang setelah menanyakan pada ratusan orang dengan
berbagai latar belakang untuk menyusun derajat relatif penyesuaian yang diperlukan
olewh perubahan lingkungan kehidupan. Penelitian terakhir telah menemukan bahwa
orang yang menghadapi stres umum secara optimis bukan secara pesimis adalah tidak
cenderung mengalami gangguan psikosomatis, jika mereka mengalaminya mereka mudah
pulih dari gangguan.4
2. Stres Spesifik Lawan Non Spesifik
Stres psikis spesifik dan non spesifik dapat didefenisikan sebagai kepribadian
spesifik atau konflik bawah sadar yang menyebabkan ketidakseimbangan homeostatis
yang berperan dalam perkembangan gangguan psikosomatis. Tipe kepribadian tertentu
yang pertama kali diidentifikasi berhubungan dengan kepribadian koroner (orang yang
memiliki kemauan keras dan agresif yang cenderung mengalami oklusi miokardium).4
3. Variabel Fisiologis
Faktor hormonal dapat menjadi mediator antara stres dan penyakit, dan variabel lainnya
adalah kerja monosit sistem kekebalan. Mediator antara stress yang didasari secara
kognitif dan penyakit mungkin hormonal, seperti pada sindroma adaptasi umum Hans
Selye, dimana hidrokortison adalah mediatornya, mediator mungkin mengubah fungsi
sumbu hipofisis anterior hipotalamus adrenal dan penciutan limfoit. Dalam rantai
hormonal, hormon dilepaskan dari hipotalamus dan menuju hipofisis anterior, dimana
hormon tropik berinteraksi secara langsung atau melepaskan hormon dari kelenjar
endokrin lain. Variabel penyebab lainnya mungkin adalah kerja monosit sistem
kekebalan. Monosit berinteraksi dengan neuropeptida otak, yang berperan sebagai
pembawa pesan (messanger) antara sel-sel otak. Jadi, imunitas dapat mempengaruhi
keadaan psikis dan mood.4
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Proses emosi terdapat di otak dan disalurkan melalui susunan saraf otonom vegetatif ke
alat-alat viseral yang banyak dipersarafi oleh saraf-saraf otonom vegetatif tersebut, seperti
kardiovascular, traktus digestifus, respiratorius, system endokrin dan traktus urogenital. Adapun
kriteria klinis penyakit psikosomatis terdiri atas kriteria yang negatif dan kriteria yang positif.3
Ada beberapa gangguan spesifik yang dapat disebabkan oleh gangguan psikis:
1. Sistem gastrointestinal
a. Gastritis
Kriteria psikologis diperlukan karena diagnosis dengan penemuan negative
organis dan keluhan vegetatif tidak mencukupi. Dari evaluasi psikis ditemukan:
1. gejala bersifat neurosis
2. depresi dan anxietas
3. berkeinginan untuk dirawat dan dimanja dan untuk memiliki objek yang
diinginkan
b. Ulkus peptikum
Sifat kepribadian ulkus menjadi faktor presdiposisi. Sifat kepribadian ituantara
lain:2,5
1. Tingkah laku
Orang tersebut biasanya tegang, selalu was-was, sangat aktif dalam berbagai
bidang. Tidak mudah menerima kenyataan bila dia gagal
2. Kepandaian
Mempunyai kepandaian dalam berbagai bidang yang dikerjakan
sekaliguspada waktu yang bersamaan
3. Pertanggungjawaban
Mempunyai tanggung jawab yang sangat besar bahkan sampai memikirkan
pekerjaan orang lain 6
4. Pengenalan terhadap penyakitnya
Tidak menghiraukan penyakitnya, sering terlambat makan, merasa sakit
uluhati tapi masih mau bekerja terus, sering datang terlambat ke dokter
5. Umur
Terbanyak pada usia 30-an, karena banyak faktor stress, kesulitan dalam
bidang ekonomi dan keluarga
6. Jenis kelamin/ bangsa
Laki-laki lebih sering dibandingkan wanita. Kulit hitam lebih jarang
dibandingkan kulit putih
7. Faktor sosial
Sering ditemukan dikota besar dan daerah industri. Stress dan kecemasan
yang disebabkan oleh berbagai konflik yang tidak spesifik dapat
menyebabkan hiperasiditas lambung dan hipersekresi pepsin, yang
menyebabkan suatu ulkus. Psikoterapi merupakan terapi yang dapat dipakai
untuk konflik ketergantungan pasien.Biofeedback dan terapi relaksasi
mungkin berguna.Terapi medis lain yang digunakan adalah cimetidine,
famotidine.2
c. Kolitis ulserativa
Tipe kepribadian dari pasien dengan Kolitis ulserativa menunjukkan sifat
kompulsif yang menonjol. Pasien cenderung pembersih, tertib, rapi, tepat waktu,
hiperintelektual, malu-malu, dan terinhibisi dalam mengungkapkan kemarahan.
Stress non spesifik dapat memperberat penyakit ini. Terapi yang dianjurkan pada
kolitis ulserativa yang akut adalah psikoterapi yang non konfrontatif dan suportif
dengan psikoterapi interpretatif selama periode tenang. Terapi medis terdiri dari
tindakan medis nonspesifik, seperti antikolinergik dan anti diare.2
d. Obesitas
Terdapat presdiposisi familial genetika pada obesitas, dan faktorperkembangan
awal ditemukan pada obesitas masa anak-anak.Faktor psikologisadalah penting
pada obesitas hipergrafik (makan berlebihan).Terapi yangdianjurkan adalah
pembatasan diet dan penurunan asupan kalori. Dukunganemosional dan
modifikasi perilaku adalah membantu untuk kecemasan dandepresi yang
berhubungan dengan makan berlebihan dan diet.2
Teknik behaviour modification bertujuan untuk mengubah kebiasaan
makan,salah satu programnya sebagai berikut.2,7
1. Dekripsi tingkah laku untuk mengidentifikasi unsur mana dalam tingkah
laku itu yang dapat diubah.
2. Pengendalian stimuli yang mendahului makan.
3. Memperlambat proses makan.
4. Menyediakan nilai untuk pengendalian yang berhasil
e. Anoreksia nervosa
Kriteria Diagnosis
4. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuata-buat (sepertiga gangguan buatan
atau pura-pura).10
Penatalaksanaan
Dengan kesabaran dan simpati banyak penderita dengan gangguan psikosomatik dapat
ditolong. Kita dapat menerangkan kepada penderita tidak dapat sesuatu dalam tubuhnya yang
rusak atau yang kurang, tidak terdapat infeksi dan kanker, hanya anggota tubuhnya bekerja tidak
teratur. Untuk menerangkan bagaimana emosi dapat mengganggu tubuh dapat diambil contoh
sehari-hari seperti orang yang malu mukanya akan menjadi merah, orang yang takut menjadi
bergemetar dan pucat. Dapat dipakai perumpamaan menurut pendidikan dan pengetahuan
penderita.11
Fase 1 : ialah fase pemeriksaan dan pemberian ketenangan, penderita dan dokter bersama-sama
berusaha dan saling membantu melalui anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik yang teliti dan
tes laboratorium bila perlu. Diusahakan membuktikan bahwa tidak terdapat penyakit organik dan
dijelaskan kepada penderita tentang mekanisme fisiologik serta keterangan tentang gejala-gejala.
Berikan kesempatan kepada penderita untuk bertanya.11
Fase 2 : merupakan fase pendidikan, fase ini dokter lebih banyak bicara. Untuk memberi
keterangan tentang keluhan, meyakinkan serta menenangkan pasien, dapat dikatakan antara lain :
11
Fase 3 : ialah fase keinsafan intelektual dan emosional. Pada fase ini pasien yang lebih banyak
bicara. Terjadi pengakuan, katarsis dan wawancara psikiatrik. Hal ini harus berjalan sangat
pribadi, rahasia, tanpa sering terganggu dan dalam suasana penuh kepercayaaan dan pengertian.
Dokter menjelaskan saja agar pembicaraan berjalan dengan baik, tidak terlalu menyimpang dari
pokok pembicaraan. Terdapat 3 golongan senyawa psikofarmaka :11
2. Kaplan, Saddock, Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid II. Edisi ketujuh. Bina Rupa Aksara.
Jakarta.1997: 276-303
3. Budihalim S, Sukatman D. Psikosamatis. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam jilid II, FK UI
Jakarta 1999: 591-592
asdfdsfdsf
sdfgsdfdsfdsafsdfdsf