Anda di halaman 1dari 22

BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS

Nama : Ny. M

TTL : Jakarta, 17 Mei 1990

Usia : 26 tahun

Agama : Islam

Alamat : Jl. Melut Tugu VI no.20

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Nama suami : Tn. M

B. ANAMNESIS
a. Keluhan utama: nyeri perut bagian bawah sejak kemarin
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
G2P1A0 hamil 39 minggu datang ke poli kebidanan RSIJ Sukapura dengan keluhan
nyeri perut bawah. Nyeri dirasakan sejak kemarin. Pasien menyangkal adanya mual.
Keluar darah atau cairan dari kemaluan di sangkal. Bengkak pada kedua tungkai
disangkal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien menyangkal memiliki riwayat hipertensi pada masa kehamilan ini, dan ibu
juga menyangkal memiliki riwayat diabetes melitus.
d. Riwayat Penyakit Keluarga:
Di keluarga tidak ada yang menderita penyakit diabetes melitus atau hipertensi
e. Riwayat Psikososial:
Pola makan teratur, merokok dan minul alkohol disangkal oleh pasien
f. Riwayat Alergi:
Alergi makanan, obat-obatan dan cuaca disangkal
g. Riwayat Haid:
Menarche : 15 tahun
Lama haid : 7 hari
Siklus haid : 28 hari
HPHT : 15 maret 2016
h. Riwayat Pernikahan:
Ini merupakan pernikahan pertama, masih kawin, lama perkawinan sudah 4 tahun
i. Riwayat Persalinan:

No Tempat Penolong Tahun Ater Jenis Penyuli Anak


bersalin m Persalinan t se berat keadaan
x
1 Bidan Bidan 2014 aterm spontan - p 3100 Sehat
2 Hamil
ini

j. Riwayat Operasi:

1
Operasi kelenjar di leher pada tahun 2015
C. PEMERIKSAAN FISIK
KU : sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tinggi badan : 158 cm
Berat Badan : 65 kg
Tanda Vital
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 80 x/m
Pernapasan : 20 x/m
Suhu : 36,5 C
Status Generalis
Kepala : normocephal
Mata : sklera ikterik -/-
konjungtiva anemis -/-
Hidung : secret -/-
Mulut : mukosa bibir kering
Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-)
Thorax : cor: BJ I/II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
pulmo: VBS +/+, wheezing -/-, ronki -/-
Abdomen : membesar sesuai kehamilan, striae (+), linea nigra (-)
Ekstremitas : akral hangat, edem (-), CRT <2
D. STATUS OBSTETRI
Inspeksi : striae (+), linea nigra (-)
Palpasi : TFU 32 cm, letak anak memanjang, presentase kepala
Pemeriksaan dalam: portio tebal dan lunak, ketuban belum pecah
HIS :
DJJ : 150x/m tertatur
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


PEMBEKUAN
Masa perdarahan 200 Menit 1-3
11 Masa pembekuan 400 Menit 2-6
November HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,2 g/dl L = 13,8 17,0
2016
P = 11,3 15,5
Leukosit 9.400 /ul L = 4,5 10,8
P = 4,3 10,4
Hematokrit 36,3 % L = 42,0 50,0
P = 36,0 46,0
Trombosit 258.000 /ul L = 185.000
402.000
P = 132.000

Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


12 November Hemoglobin 11,6 g/dl L = 13,8 17,0
2016 P = 11,3 15,5

F. RESUME
G2P1A0 hamil 39 minggu datang ke poli kebidanan RSIJ Sukapura dengan
keluhan nyeri perut bagian bawah. Nyeri dirasakan sejak kemarin. Tidak ada cairan,

2
darah atau lendir yang keluar dari vagina. Pasien pernah melakukan operasi kelenjar
di leher pada tahun 2015. Pada pemeriksaan fisik di temukan TD: 100/60 mmHg,
Nadi: 80 x/m, Pernapasan : 20 x/m, Suhu : 36,5 C
G. ASSESMENT
Ibu : G2P1A0 gravid 39 minggu dengan oligohidramnion
Janin : janin hidup tunggal intrauterin
H. PLANNING
Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, DJJ dan HIS
Induksi persalinan
Jika induksi gagal dilakukan cito SC

LAPORAN PEMBEDAHAN SECTIO CAESAREA

Nama pasien : Ny. M

Umur : 26 Tahun

3
Tgl Pembedahan : 12/11/2016

Lama pembedahan : 1 jam

Dokter Ahli Bedah : dr. Rusmaniah, Sp.OG

Asisten : Budi dan Kamal

Diagnosis Pra Bedah : G2P1A0 gravid aterm + oligohidroamnion + gawat janin

Diagnosis Pasca Bedah: P2A0 post SC aterm + oligohidroamnion + gawat janin

Tindakan Pembedahan : Sectioa Cesarea

URAIAN PEMBADAHAN

1. Pasien berbaring terlentang


2. Asepsis dan antisepsis
3. Insisi pfannenstiel 10 cm
4. Perlengketan antara uterus denga peritoneum, dilakukan insisi adesi
5. Lahir bayi pukul 04.50 WIB, laki-laki, BB : 3040 gram, PB :46 cm, AS : 9/10
6. Lahir plasenta kesan lengkap
7. Kedua adneksa dalam batas normal
8. Kontrol perdarahan, perdarahan (-)
9. Jahit dinding abdomen
10. Operasi selesai

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

CAIRAN KETUBAN

a. Definisi
Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim.
Cairan ini ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau
kantung janin. Cairan ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-sel trofoblas,
kemudian akan bertambah dengan produksi cairan janin, yaitu air seni janin. Sejak
usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan mengeluarkannya
kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola berbentuk lingkaran atau siklus yang
berulang.
b. Anatomi dan Fisiologi Cairan Ketuban
Secara mikroskopis, selaput ketuban merupakan suatu struktur berlapis lapis
yang didominasi dengan jaringan penyangga dan jaringan epitel. Jaringan-jaringan
penyangga terdiri dari substrat matriks ekstraseluler kolagen dan non kolagen, seperti
fibronectin, integrin, febrilin, laminin dan proteoglican. Dibawah ini digambarkan
struktur selaput ketuban yang membentuk kantong kehamilan, yaitu:
- Lapisan khorion, merupakan lapisan yang terluar berhubungan langsung dengan
jaringan desidua maternal. Berfungsi sebagai kerangka dari selaput. Terdiri 4 lapisan:
1. Lapisan Trophoblas. Lapisan ini melekat dengan lapisan sel

5
desidua maternal, terdiri dari
2
10 sel tropoblas
dan

akan

mengalami

penipisan sesuai
dengan usia

kehamilan.
2. Lapisan Pseudobasement membrane.Lapisan tipis jaringan
retikulin yang berada antara trophoblas dengan lapisan reticular.
3. Lapisan Reticular. Lapisan jaringan retikulin ini merupakan bagian
utama dari membrane khorion yang terdiri dari sel-sel fibroblast
dan sel Hofbauer yang bertugas dalam proses transport metabolit
aktif dan sebagai makrofag.
4. Lapisan Celular. Merupakan lapisan paling dalam dari membran
khorion, berbatasan dan melekat langsung dengan lapisan amnion.

- Lapisan amnion, merupakan lapisan bagian dalam selaput ketuban serta paling elastis
dibandingkan Lapisan khorion. Lapisan ini memiliki 5 lapisan:
1. Spongy layer. Lapisan yang berbatasan langsung dengan khorion.
Merupakan lapisan reticular yang terdiri dari jaringan kolagen dan
mucus. Mempunyai kemampuan bergeser dan meregang. Merupakan lapisan
stress absorber yang terdiri kolagen tipe III. Walaupun lapisan amnion lebih
tipis dbanding lapisan korion, lapisan tersebut lebih elastis.
2. Fibroblast layer. Lapisan ini terdiri dari sel-sel mesenkimal yang
berasal dari mesoderm discus embrionik. Didapat banyak makrofag yang
sering terlibat dalam proses penipisan selaput ketuban.
3. Compact layer. Merupakan bagian yang paling tebal dan
mengandung kolagen interstisiial tipe I, kolagen tipe III dan
kolagen tipe V. Bersama dengan membran basal merupakan
kerangka jaringan ikat yang kokoh.
4. Basement membrane. Merupakan bagian yang terdiri dari jaringan
fibroblast kompleks dalam jaringan retikulin. Memisahkan lapisan
epithelial dengan jaringan selaput ketuban lainnya. Didapatkan sel

6
Hofbauer. Sangat kaya serabut kolagen tipe III dan IV.
5. Epithelial lining. Merupakan lapisan terdalam dari selaput ketuban.
Terdiri dari selapis sel kuboid yang tidak bersilia. Permukaan
bebas dari sel ini ditutupi oleh mikrovili. Antar sel dihubungkan
dengan desmosom. Embriologis berasal dari ektoderm. Pada
lapisan ini disekresi kolagen tipe III, IV dan glikoprotein
nonkolagen (laminin, nidogen, fibronektin) yang membentuk membran basal.

c. Embriologi Cairan Ketuban


Hari ke 67 setelah fertilisasi, embrio akan nidasi kedalam endometrium sel-sel
stroma endometrium mengalami perubahan yang disebut decidual reaction, yang
ditandai dengan pembengkakan sel akibat akumulasi glikogen dan lipid kedalam
sitoplasmanya. Tujuan perubahan ini guna menyiapkan tempat untuk nidasi dari
embrio. Sel yang mengalami perubahan ini disebut sel desidua. Setelah proses nidasi,
bagian sel desidua yang menutupi lapisan atas dari kantong khorionik disebut lapisan
sel desidua kapsularis, sedangkan lapisan yang membatasi antara kantong khorionik
dengan dinding endometrium uterus disebut lapisan sel desidua basalis. Jaringan
endometrium yang mengalami desidualisasi selain ditempat nidasi blastokist disebut
lapisan sel desidua parietalis. Dinding khorion yang berbatas dengan lapisan desidua
basalis disebut khorion frondusum. Sedangkan dinding khorion yang berbatasan
dengan lapisan desidua kapsularis yang nantinya mengalami regresi disebut khorion
laeve. Akibat perkembangan yang progresif pada trimester pertama, kantong khorion
akan memenuhi seluruh rongga kavum uteri dan menyebabkan lapisan sel desidua
kapsularis terdorong menjauhi pasokan darah dari dinding endometrium sehingga
lapisan desidua kapsularis mengalami degenarasi menjadi lebih tipis. Berikutnya,
khorion laeve akan kontak langsung dengan desidua parietalis dan berfusi menjadi
satu pada pertengahan trimester kedua membentuk membran khorion amnion(selaput
ketuban). Selaput Ketuban merupakan membran yang avaskuler tetapi secara aktif
terlibat dalam pengaturan jumlah cairan ketuban serta memproduksi zat-zat bioaktif
berupa peptida vasoaktif, faktor pertumbuhan dan sitokin.

Gambar 1. Embriologi lapisan-lapisan placenta

7
d. Volume Cairan Ketuban
Cairan amnion pada keadaan normal berwarna putih agak keruh karena adanya
campuran partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal dari lanugo, sel
epitel, dan material sebasea.

Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran
tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian
besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion. Dengan bertambahnya usia
kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi
membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan
permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi cairan
amnion.

Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan dari
urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan
radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan cairan
amnion.

8
Pada kondisi dimana terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis ginjal,
akan menyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan menelan pada janin,
seperti atresia esophagus, atau anensefali, akan menyebabkan polihidramnion.

Volume cairan amnion pada setiap minggu usia kehamilan bervariasi, secara
umum volume bertambah 10 ml per minggu pada minggu ke-8 usia kehamilan dan
meningkat menjadi 60 ml per minggu pada usia kehamilan 21 minggu, yang
kemudian akan menurun secara bertahap sampai volume yang tetap setelah usia
kehamilan 33 minggu. Normal volume cairan amnion bertambah dari 50 ml pada saat
usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada pertengahan gestasi dan 1000 1500
ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm jumlah cairan amnion hanya 100 sampai
200 ml atau kurang.

Brace dan Wolf menganalisa semua pengukuran yang dipublikasikan pada 12


penelitian dengan 705 pengukuran cairan amnion secara individual. Variasi terbesar
terdapat pada usia kehamilan 32-33 minggu. Pada saat ini, batas normalnya adalah
400 2100 ml.

Gambar 2. Grafik yang menunjukkan perubahan volume cairan amnion sesuai dengan
penambahan usia gestasi. dikutip dari Gilbert.5

Faktor utama yang mempengaruhi volume air ketuban :

9
- Pengaturan fisiologis aliran oleh fetus
- Pergerakan air dan larutan didalam dan yang melintasi membrane
- Pengaruh maternal pada pergerakan cairan transplasenta

Volume air ketuban merupakan prediktor kemampuan janin menghadapi persalinan,


karena kemungkinan tali pusat terjepit antara bagian bayi dan dinding rahim meningkat
tatkala air ketuban sedikit. Hal ini akan menimbulkan gawat janin serta persalinan
diakhiri dengan bedah cesar.

e. Kandungan Cairan Ketuban


Pada awal kehamilan, cairan amnion adalah suatu ultrafiltrat plasma ibu. Pada
awal trimester kedua, cairan ini terdiri dari cairan ekstrasel yang berdifusi melalui
kulit janin sehingga mencerminkan komposisi plasma janin. Namun setelah 20
minggu, kornifikasi kulit janin menghambat difusi ini dan cairan amnion terutama
terdiri dari urin janin.

Urin janin mengandung lebih banyak urea, kreatinin, dan asam urat
dibandingkan plasma. Selain itu juga mengandung sel janin yang mengalami
deskuamasi, verniks, lanugo dan berbagai sekresi. Karena zat-zat ini bersifat
hipotonik, maka seiring bertambahnya usia gestasi, osmolalitas cairan amnion
berkurang. Cairan paru memberi kontribusi kecil terhadap volume amnion secara
keseluruhan dan cairan yang tersaring melalui plasenta berperan membentuk sisanya.
98% cairan amnion adalah air dan sisanya adalah elektrolit, protein, peptid,
karbohidrat, lipid, dan hormone.

f. Keadaan Normal Cairan Ketuban


- Pada usia kehamilan cukup bulan volume 1000-1500 cc
- Keadaan jernih agak keruh
- Steril
- Bau khas

10
- Terdiri dari 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organic (protein
terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan sel-sel epitel
- Cirkulasi sekitar 500 cc/jam.10

g. Fungsi Cairan Ketuban


Cairan amnion merupakan komponen penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin selama kehamilan. Pada awal embryogenesis, amnion merupakan
perpanjangan dari matriks ekstraseluler dan di sana terjadi difusi dua arah antara janin
dan cairan amnion. Pada usia kehamilan 8 minggu, terbentuk uretra dan ginjal janin
mulai memproduksi urin. Selanjutnya janin mulai bisa menelan. Eksresi dari urin,
sistem pernafasan, sistem digestivus, tali pusat dan permukaan plasenta menjadi
sumber dari cairan amnion. Telah diketahui bahwa cairan amnion berfungsi sebagai
kantong pelindung di sekitar janin yang memberikan ruang bagi janin untuk bergerak,
tumbuh meratakan tekanan uterus pada partus, dan mencegah trauma mekanik dan
trauma termal.

Cairan amnion juga berperan dalam sistem imun bawaan karena memiliki
peptid antimikrobial terhadap beberapa jenis bakteri dan fungi patogen tertentu.
Cairan amnion adalah 98% air dan elektrolit, protein , peptide, hormon, karbohidrat,
dan lipid. Pada beberapa penelitian, komponen-komponen cairan amnion ditemukan
memiliki fungsi sebagai biomarker potensial bagi abnormalitas-abnormalitas dalam
kehamilan. Beberapa tahun belakangan, sejumlah protein dan peptide pada cairan
amnion diketahui sebagai faktor pertumbuhan atau sitokin, dimana kadarnya akan
berubah-ubah sesuai dengan usia kehamilan. Cairan amnion juga diduga memiliki
potensi dalam pengembangan medikasi stem cell.

11
Ada beragam fungsi cairan ketuban, antara lain sebagai bantalan atau peredam
atau pelindung yang menjaga janin terhadap benturan dari luar. Cairan ketuban juga
memungkinkan janin leluasa bergerak sekaligus tumbuh bebas ke segala arah. Selain
itu sebagai benteng terhadap kuman dari luar tubuh ibu dan menjaga kestabilan suhu
tubuh janin. Cairan ketuban juga merupakan alat bantu diagnosis dokter pada
pemeriksaan amniosentesis.

Perlu diketahui, air ketuban tidak membuka apalagi mendorong janin keluar.
Yang bertugas untuk itu adalah kontraksi rahim (his). Jadi walaupun ketuban sudah
pecah atau kadar airnya sedikit , pembukaan mulut rahim dan dorongan bayi untuk
lahir tetap akan terjadi selama ada kontraksi.

Pada kehamilan normal, cairan amnion memberikan ruang bagi janin untuk
tumbuh, bergerak, dan berkembang. Tanpa cairan amnion, uterus akan berkontraksi
dan menekan janin. Jika terjadi pengurangan volume cairan amnion pada awal
kehamilan, janin akan mengalami berbagai kelainan seperti gangguan perkembangan
anggota gerak, cacat dinding perut, dan sindroma Potter , suatu sindrom dengan
gambaran wajah berupa kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal
hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang.

Pada pertengahan usia kehamilan, cairan amnion menjadi sangat penting bagi
perkembangan paru janin. Tidak cukupnya cairan amnion pada pertengahan usia

12
kehamilan akan menyebabkan terjadinya hipoplasia paru yang dapat menyebabkan
kematian.

Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin, cairan ini
mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat pertumbuhan bakteri
yang memiliki potensi patogen. .Selama proses persalinan dan kelahiran cairan
amnion terus bertindak sebagai medium protektif pada janin untuk memantau dilatasi
servik. Selain itu cairan amnion juga berperan sebagai sarana komunikasi antara janin
dan ibu. Kematangan dan kesiapan janin untuk lahir dapat diketahui dari hormon urin
janin yang diekskresikan ke dalam cairan amnion.

Cairan amnion juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk melihat
adanya kelainan-kelainan pada proses pertumbuhan dan perkembangan janin dengan
melakukan kultur sel. Jadi cairan amnion memegang peranan yang cukup penting
dalam proses kehamilan dan persalinan.

h. Distribusi Cairan Ketuban


- Urin Janin
Sumber utama cairan amnion adalah urin janin. Ginjal janin mulai memproduksi
urin sebelum akhir trimester pertama, dan terus berproduksi sampai kehamilan aterm.
Wladimirof dan Campbell mengukur volume produksi urin janin secara 3 dimensi
setiap 15 menit sekali, dan melaporkan bahwa produksi urin janin adalah sekitar 230
ml / hari sampai usia kehamilan 36 minggu, yang akan meningkat sampai 655 ml/hari
pada kehamilan aterm.

Rabinowitz dan kawan-kawan, dengan menggunakan teknik yang sama dengan


yang dilakukan Wladimirof dan Campbell, namun dengan cara setiap 2 sampai 5
menit, dan menemukan volume produksi urin janin sebesar 1224 ml/hari. Pada tabel
menunjukkan rata-rata volume produksi urin per hari yang didapatkan dari beberapa
penelitian. Jadi, produksi urin janin rata-rata adalah sekitar 1000-1200 ml/ hari pada
kehamilan aterm.

- Cairan Paru
Cairan paru janin memiliki peran yang penting dalam pembentukan cairan
amnion. Pada penelitian dengan menggunakan domba, didapatkan bahwa paru-paru
janin memproduksi cairan sampai sekitar 400 ml/hari, dimana 50% dari produksi

13
tersebut ditelan kembali dan 50% lagi dikeluarkan melalui mulut. Meskipun
pengukuran secara langsung ke manusia tidak pernah dilakukan, namun data ini
memiliki nilai yang representratif bagi manusia. Pada kehamilan normal, janin
bernafas dengan gerakan inspirasi dan ekspirasi, atau gerakan masuk dan keluar
melalui trakea, paru-paru dan mulut. Jadi jelas bahwa paru-paru janin juga berperan
dalam pembentukan cairan amnion.

- Gerakan menelan
Pada manusia, janin menelan pada awal usia kehamilan. Pada janin domba, proses
menelan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia kehamilan. Sherman
dan teman-teman melaporkan bahwa janin domba menelan secara bertahap dengan
volume sekitar 100-300 ml/kg/hari.

Banyak teknik berbeda yang dicoba untuk mengukur rata-rata volume cairan
amnion yang ditelan dengan menggunakan hewan, namun pada manusia, pengukuran
yang tepat sangat sulit untuk dilakukan. Pritchard meneliti proses menelan pada janin
dengan menginjeksi kromium aktif pada kompartemen amniotik, dan menemukan
rata-rata menelan janin adalah 72 sampai 262 ml/kg/hari.

i. Pengukuran Cairan Ketuban


Terdapat cara yang sering dipakai untuk mengetahui jumlah cairan amnion,
dengan teknik single pocket ,dengan memakai Indeks Cairan Amnion (ICA).

Pemeriksaan dengan metode single pocket pertama kali diperkenalkan oleh


Manning dan Platt pada tahun 1981 sebagai bagian dari pemeriksaan biofisik, dimana
2cm dianggap sebagai batas minimal dan 8 cm dianggap sebagai polihidramnion.

Metode single pocket telah dibandingkan dengan AFI menggunakan amniosintesis


sebagai gold standar. Tiga penelitian telah menunjukkan bahwa metode pengukuran
cairan ketuban dengan teknik Indeks Cairan Amnion (ICA) memiliki korelasi yang
lemah dengan volume amnion sebenarnya (R2 dari 0.55, 0.30 dan 0.24) dan dua dari
tiga penelitian ini menunjukkan bahwa teknik single pocket memiliki kemampuan
yang lebih baik.

14
Kelebihan cairan amnion seperti polihidramnion, tidak mempengaruhi fetus
secara langsung, namun dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Secara garis besar,
kekurangan cairan amnion dapat berefek negatif terhadap perkembangan paru-paru
dan tungkai janin, dimana keduanya memerlukan cairan amnion untuk berkembang.

Gambar 4. Pengukuran cairan amnion berdasarkan empat kuadran. dikutip dari Gilbert5

Jumlah cairan ketuban dapat dipantau melalui USG, tepatnya menggunakan


parameter AFI (Amniotic Fluid Index). Pada dasarnya, cairan ketuban sudah bisa
dideteksi begitu seorang ibu terlambat haid dan dengan USG sudah terlihat kantung
janin karena itu berarti sudah terbentuk cairan ketuban. Pada kehamilan normal, saat
cukup bulan, jumlah cairan ketuban sekitar 1000 cc.

Cairan ketuban dikatakan kurang bila volumenya lebih sedikit dari 500 cc. Hal ini
diketahui dari hasil pemeriksaan USG. Istilah medisnya oligohidramnion. Ibu harus
curiga jika ada cairan yang keluar secara berlebih atau sedikit tetapi terus menerus
melalui vagina. Biasanya berbau agak anyir, warnanya jernih dan tidak kental. Sangat
mungkin itu adalah cairan yang keluar atau merembes karena ketuban mengalami
perobekan. Tanda lainnya adalah gerak janin menyebabkan perut ibu terasa nyeri.

j. Kelainan Cairan Ketuban


1. Hidramnion (polihidramnion)
2. Oligohidramnion

15
OLIGOHIDROAMNION

DEFINISI

Oligohidramnion adalah suatu keadaan abnormal dimana volume cairan amnion


kurang dari normal. Volume ketuban normal seharusnya mencapai 300-500ml, tetapi pada
kasus oligohidramnion volume air ketuban kurang dari normal. (Linda K.Brown dan V. Ruth
Bennett)

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu
kurang dari 500 cc atau setengah liter (Rustam Mochtar). Pada suatu keadaan tertentu
banyaknya air ketuban berkurang dari normal. Bila sampai kurang dari 500 cc maka akan
disebut sebagai oligohidramnion. Biasanya cairannya kental, keruh, berwarna kuning kehijau-
hijauan.

EPIDEMIOLOGI

Sekitar 8% wanita hamil memiliki cairan ketuban yang terlalu sedikit.


Oligohidramnion dapat terjadi kapan saja selama kehamilan, tetapi pada umumnya sering
terjadi pada trimester akhir masa kehamilan. Sekitar 12% wanita yang masa kehamilannya
melampaui batas waktu perkiraan lahir (usia kehamilan 42 minggu) mengalami
oligohidramnion karena jumlah cairan ketuban yang berkurang hampir setengah dari jumlah
normal pada masa kehamilan. Di Amerika Serikat, oligohidroamnion merupakan komplikasi
pada 0.5 5.5% kehamilan. Severe oligohidramnion terjadi pada 0.7% kehamilan.

Oligohidramnion adalah kondisi di mana cairan ketuban terlalu sedikit, yang


didefinisikan sebagai indeks cairan amnion (AFI) di bawah persentil 5. Volume cairan
ketuban meningkat selama masa kehamilan, dengan volume sekitar 30 ml pada 10 minggu
kehamilan dan puncaknya sekitar 1 L di 34-36 minggu kehamilan.

ETIOLOGI

Penyebab pasti oligohidroamnion belum diketahui sepenuhnya. Mayoritas wanita


hamil yang mengalami oligohidramnion tidak diketahui pasti apa penyebabnya. Penyebab
oligohidramnion yang telah diketahui adalah cacat bawaan janin dan bocornya kantung/
membran cairan ketuban yang mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar 7% bayi yang
mengalami oligohidramnion mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal dan saluran
kemih karena jumlah urin yang diproduksi janin berkurang.

16
Masalah lain yang juga berhubungan dengan oligohidramnion adalah tekanan darah
tinggi, diabetes, SLE, dan masalah karena pengobatan yang dilakukan untuk menangani
tekanandarah tinggi, yang dikenal dengan nama angiotensin-converting enxyme inhibitor
(contohnya captopril), dapat merusak ginjal janin dan menyebabkan oligohidramnion parah
dan dapat menyebabkan kematian janin. Wanita yang memiliki penyakit tekanan darah tinggi
yang kronis seharusnya berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kesehatan sebelum
merencanakan kehamilan untuk memastikan bahwa tekanan darahnya dapat tetap terawasi
baik dan pengobatan yang mereka gunakan aman diminum selama masa kehamilan.

FAKTOR RESIKO OLIGOHIDRAMNION

Wanita dengan kondisi-kondisi di bawah ini memiliki insiden oligohidramnion yang tinggi:

1. Anomali kongenital ( misalnya : agenosis ginjal, sindrom potter ).

2. Retardasi pertumbuhan intra uterin.

3. Ketuban pecah dini ( 24-26 minggu ).

DIAGNOSIS

Kecurigaan terjadinya oligohidramnion adalah bila tinggi fundus uteri lebih rendah
dari yang diharapkan
Pemeriksaan Ultrasonografi ditemukan:
o Jumlah cairan amnion < 300 ml
o Ukuran kantung amnion vertikal 2 cm tidak ada
o AFI < 95 persentile untuk usia kehamilan tertentu
o Pada kehamilan aterm AFI < 5 cm
o

MANIFESTASI KLINIS

1. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen

2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap gerakan janin Sering berakhir dengan partus prematur

4. Bunyi jantung janin sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas

5. Persalinan lebih lama daripada biasanya

17
6. Pada saat his akan terasa sakit sekali Bila ketuban pecah, air ketuban yang keluar sedikit
sekali bahkan tidak ada yang keluar

PATOFISIOLOGI

Secara umum, oligohidramnion berhubungan dengan:

- Ruptur membran amnion / Rupture of Amniotic Membranes (ROM)

- Gangguan congenital dari jaringan fungsional ginjal atau yang disebut obstructive

uropathy

Keadaan keadaan yang mencegah pembentukan urin atau masuknya urin ke


kantong amnion
Fetal urinary tract malformations, seperti renal agenesis, cystic dysplasia dan
atresia uretra
Reduksi kronis dari produksi urin fetus sehingga menyebabkan penurunan perfusi
ginjal

18
Sebagai konsekuensi dari hipoksemia yang menginduksi redistribusi cardiac
output fetal Pada growth-restricted fetuse, hipoksia kronis menyebabkan
kebocoran aliran darah dari ginjal ke organ-organ vital lainnya.
Anuria dan oliguria
Post-term gestation
Penurunan efisiensi fungsi plasenta, namun belum diketahui secara pasti
Penurunan aliran darah dari ginjal fetus dan penurunan produksi urin fetus

PENATALAKSANAAN

Supaya volume cairan ketuban kembali normal, pada umumnya akan dianjurkan ibu
hamil untuk menjalani pola hidup sehat, terutama makan makanan dengan asupan gizi
berimbang. Pendapat bahwa satu-satunya cara untuk memperbanyak cairan ketuban adalah
dengan memperbanyak porsi dan frekuensi minum adalah salah. Dan tidak benar bahwa
kurangnya air ketuban membuat janin tidak bisa lahir normal sehingga harus dioperasi atau
perabdominam. Bagaimanapun juga, melahirkan perabdominam merupakan pilihan terakhir
pada kasus oligohidramnion. Ibu hamil juga direkomendasikan untuk menjalani pemeriksaan
USG setiap minggu bahkan lebih sering untuk mengamati apakah jumlah cairan ketuban terus
berkurang atau tidak. Jika indikasi berkurangnya cairan ketuban tersebut terus menerus
berlangsung, disarankan supaya persalinan dilakukan lebih awal dengan bantuan induksi
untuk mencegah komplikasi selama persalinan dan kelahiran.

KOMPLIKASI

Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat dikaitkan dengan


adanya sindroma potter, dimana keadaan tersebut merupakan suatu keadaan kompleks yang
berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan
ketuban yang sedikit). Oligohidroamnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan
terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang
khas (wajah Potter). Selain itu karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak
tubuh akan menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidroamnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru
hipoplastik) sehingga pada saat lahir paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada
sindroma potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan baik karena kegagalan
pembentukan ginjal atau yang disebut agenesis ginjal bilateral ataupun karena penyakit ginjal
lainnya yang akan menyebabkan ginjal gagal berfungsi. Dalam keadaan normal, ginjal

19
membentuk cairan ketuban sebagai urin dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan
gambaran yang khas dari sindroma potter.

Gejala sindrom Potter berupa:

1) Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkalhidung
yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).
2) Urine tidak terproduksi
3) Gawat pernafasan

POTTER (Pulmonary hypoplasia ,Oligohydrominios ,Twisted skin (wrinkly skin) ,Twisted


face (Potter facies) ,Extremities defects ,Renal agenesis (bilateral) )

20
PROGNOSIS

Prognosis oligohidramnion tidak begitu baik terutama bagi janin. Hanya separuh janin
yang dapat bertahan hidup. Sering terjadi persalinan prematur dan kematian neonatus.
Oligohidramnion dilaporkan berkaitan dengan perlekatan antara amnion dan bagian
bagian janin sehingga dapat menyebabkan cacat serius termasuk amputasi. Selain itu
dengan tidak adanya cairan amnion, janin akan mengalami tekanan dari semua sis dan
menunjukkan penampilan yang aneh disertai cacat muskuloskeletal seperti pada jari
tubuh

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Rustam, mochtar.1998. Sinopsis Obstetri; obstetri fisiologi, obstetri patologi edisi ke


2. Jakarta: EGC.
2. Wikojosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Ke2 Cetakan Ke4. Jakarta: YBB-
SP.
3. Saifudin.2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP-SP.
4. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstorm KD.
Williams obstetric. 22nd ed. New York. McGraw-Hill Companies, Inc; 2005..
5. Laughlin D, Knuppel RA. Maternal-placental-fetal unit;fetal & early neonatal
physiology. In: DeCherney AH, Nathan L. Current obstetric & gynecologic diagnosis
& treatment. 9th ed. New York: The McGraw-Hill Companies;2003.
6. Gilbert WM. Amniotic fluid dynamics. NeoReviews 2006;7;e292-e299..

22

Anda mungkin juga menyukai