2, AGUSTUS 2015
ABSTRACT
Nowadays cow bones, cow skins and pig skins are comodities used in gelatin industry
production. Actually so many problems in using gelatin from mamalia. In this research, gelatin was
made from dry skins of sepat rawa fish (Trichogaster trichopterus) by using acid process (type A). HCI
2% v/v, H3PO4 2% v/v dan CH3COOH 2% v/v solutions were used as a soaking solution variations.
The objective of this research was to investigate which one of acid solutions could give biggest yield
and best gelatin characteristics as the result. Statistic analysis showed that solution variations gave
significant effect on the yield, the gel strength, viscosity, acid degree (pH), moisture content and ash
content, but did not significantly affected on protein and lipid content. The result showed thatbiggest
gelatin yield (3,51 %.)was produced by CH3COOH 2% v/v solution (GC)
berasal dari ikan sepat rawa (Trichogaster sisik yang masih menempel. Kulit ditimbang
trichopterus) kering. Ikan sepat merupakan sebanyak 3 kali dengan berat masing-masing
salah satu ikan kering yang banyak 100 g dan diberi kode A, B, dan C. Kulit
dikonsumsi. Ikan sepat merupakan ikan asin secara terpisah dicuci dengan air mengalir,
yang dikonsumsi terbesar ke empat setelah kemudian direndam dengan air bersuhu 60-
ikan teri, tongkol dan peda. Volume dan nilai 70C selama 1-2 menit. Kulit dibersihkan,
produksi ikan sepat rawa di perairan Sumatera ditiriskan dan dipotong ukuran 1x1 cm.
Barat pada tahun 2008 mencapai 72 ton (WPI, Kemudian dicuci dengan air mengalir dan
2010). ditiriskan kembali. Masing-masing kulit
Kebanyakan masyarakat di Sumatera direndam dalam larutan asam yang berbeda,
Barat biasanya sebelum mengolah ikan sepat kulit A direndam larutan HCl 2% v/v, kulit B
kering untuk digoreng, terlebih dahulu kulitnya direndam larutan H3PO4 2% v/v, dan kulit C
dikelupas dan dibuang. Berdasarkan direndam larutan CH3COOH 2% v/v.
banyaknya kegunaan dan kebutuhan gelatin Perendaman selama 24 jam dengan
serta keinginan memanfaatkan limbah kulit perbandingan kulit dengan larutan asam adalah
ikan sepat kering yang ada, maka dilakukan 1:2. Masing-masing kulit yang telah direndam
penelitian mengenai pembuatan gelatin dari lalu dicuci dengan air mengalir hingga pH
kulit ikan sepat rawa (Trichogaster menjadi netral (6-7). Kulit diekstraksi dalam
trichopterus) kering dengan menggunakan waterbath pada suhu 80C selama 5 jam
beberapa jenis larutan asam pada konsentrasi dengan perbandingan kulit dengan air adalah
dan waktu perendaman yang sama. 1:2. Larutan gelatin yang diperoleh difiltrasi
dengan kain flanel sehingga diperoleh filtrat A,
B dan C. Setelah penyaringan filtrat
METODE PENELITIAN dimasukkan dalam loyang aluminium,
dikeringkan dalam oven pada suhu 60C
Bahan selama 24 jam (sampai diperoleh lapisan
Bahan bahan yang digunakan adalah gelatin kering). Lapisan gelatin yang diperoleh
kulit ikan sepat rawa kering, HCl pekat, H3PO4 dimasukkan dalam wadah kemudian
pekat, dan CH3COOH pekat, aqua destilata, dimasukkan desikator. Setelah itu, ditimbang
selenium, H2SO4 pekat, petroleum eter, H3BO3, dan dilakukan penghalusan gelatin dengan cara
indikator conway, natrium hidroksida- diblender sehingga diperoleh gelatin kering
thiosulfat, gliserin, dan gelatin komersial. serbuk. GA untuk gelatin dari hasil
perendaman dengan larutan HCl 2% v/v, GB
Alat gelatin dari hasil perendaman dengan larutan
Alat alat yang digunakan dalam adalah H3PO4 2% v/v, dan GC gelatin dari hasil
timbangan, waterbath, oven, loyang perendaman dengan larutan CH3COOH 2%
aluminium, desikator, magnetic stirrer, v/v. Pembuatan gelatin ini dilakukan kali
kompor, panci, termometer, kertas pH pengulangan.
indikator universal, spatel, kertas saring, kain
flanel, pH meter, cawan porselen, gelas ukur, Rendemen (AOAC, 1995)
beaker glass, erlenmeyer, buret, labu ukur, Rendemen diperoleh dari perbandingan
pipet volume, corong, blender, peralatan mikro berat kering gelatin yang dihasilkan dengan
Kjeldahl, alat soxhlet, viskometer Stormer, berat kulit ikan kering yang diekstrak.
viskometer Hoppler, pisau, saringan, baskom,
dan alat digital force gauge.
dan menyebabkan turunnya jumlah gelatin. Keempat gelatin tersebut dianalisis meliputi
Konversi kolagen menjadi gelatin dipengaruhi pemeriksaan organoleptis, kekuatan gel,
oleh suhu, waktu pemanasan dan pH (Courts viskositas, derajat keasaman (pH), kadar air,
dan Johns, 1977).
kadar abu, kadar protein dan kadar lemak.
Analisis Karakteristik Rekapan hasil rendemen dan analisis
Ketiga gelatin yang diperoleh dari karakteristik gelatin dapat dilihat pada Tabel 1.
penelitian ini, dibandingkan dengan gelatin
komersial (GK) yang dibeli di pasaran.
pembentukan gel (Glicksman, 1969). banyak sisa asam yang tidak bereaksi terserap
Rendahnya kekuatan gel yang dihasilkan dalam kolagen yang mengembang dan
dimungkinkan karena proses konversi kolagen terperangkap dalam jaringan fibril kolagen
menjadi gelatin belum berlangsung dengan sehingga ikut terhidrolisis pada proses
baik (Stainsby, 1977). ekstraksi dan mempengaruhi tingkat keasaman
gelatin yang dihasilkan (Yustika, 2000).
Viskositas
Nilai viskositas rata-rata terendah
terdapat pada GB yaitu 37,8509 cP, sedangkan Kadar Air
nilai viskositas tertinggi terdapat pada GC Kadar air perlu dihitung karena akan
yaitu 41,9073 cP. Namun jika dibandingkan berpengaruh pada mutu dan lama penyimpanan
dengan GK, nilai viskositas rata-rata GA, GB gelatin. Hal ini karena gelatin merupakan
dan GC masih lebih rendah. Hasil analisa senyawa hidrokoloid yang dapat larut dalam
statistik ANOVA terhadap nilai viskositas rata- air dan bisa menyerap air dalam jumlah yang
rata gelatin memperlihatkan bahwa sig. 0,000 cukup besar (Glicksman, 1969). Kadar air rata-
(<0,05), ini menyatakan bahwa nilai viskositas rata terendah terdapat pada GA yakni 5,7154
rata-rata gelatin berbeda secara nyata. Hasil uji %, sedangkan kadar air rata-rata tertinggi
lanjut Duncan menunjukkan nilai viskositas terdapat pada GC yaitu 6,3199 %. Akan tetapi,
rata-rata ketiga gelatin berbeda nyata dengan nilai kadar air rata-rata GA, GB dan GC masih
GK. GA dan GC nilai viskositas rata-rata lebih rendah jika dibandingkan dengan GK.
antara keduanya tidak berbeda nyata, Hasil analisa statistik ANOVA terhadap kadar
sedangkan GB nilai viskositas rata-ratanya air rata-rata gelatin memperlihatkan bahwa sig.
berbeda nyata dengan gelatin lainnya. 0,000 (<0,05), ini menyatakan bahwa kadar air
Viskositas merupakan salah satu sifat fisik rata-rata gelatin berbeda secara nyata. Hasil uji
gelatin yang cukup penting. Uji viskositas lanjut Duncan menunjukkan kadar air rata-rata
dilakukan untuk mengetahui tingkat ketiga gelatin berbeda nyata dengan GK. GA
kekentalan gelatin sebagai larutan pada dan GB, kadar air rata-rata antara keduanya
konsentrasi dan suhu tertentu. Viskositas tidak berbeda nyata. Sedangkan GC, kadar air
gelatin biasanya diukur pada suhu 60C rata-ratanya berbeda nyata dengan gelatin
dengan konsentrasi 6,67% (b/b) (Leiner, lainnya.
2006).
Kadar Abu
Derajat Keasaman (pH) Nilai kadar abu suatu bahan
Nilai pH rata-rata terendah terdapat pada menunjukkan besarnya jumlah mineral yang
GA yakni 4,60, sedangkan nilai pH tertinggi terkandung dalam bahan tersebut
terdapat pada GC yaitu 6,05. Nilai pH GA dan (Apriyantono, 1989). Penghilangan mineral
GB lebih rendah, dan GC lebih tinggi jika dalam proses ekstraksi gelatin terjadi pada saat
dibandingkan dengan GK yaitu 5,78. Hasil demineralisasi. Besar kecilnya kadar abu
analisa statistik ANOVA terhadap derajat gelatin sangat ditentukan pada saat
keasaman (pH) rata-rata setiap gelatin demineralisasi. Demineralisasi pada penelitian
memperlihatkan bahwa sig. 0,000 (<0,05), ini ini dilakukan dengan perendaman dalam
menyatakan bahwa derajat keasaman (pH) larutan asam selama 24 jam.
rata-rata setiap gelatin berbeda secara nyata. Hasil analisa statistik ANOVA
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan derajat terhadap kadar abu rata-rata gelatin
keasaman (pH) rata-rata ketiga gelatin berbeda memperlihatkan bahwa sig. 0,000 (<0,05), ini
nyata dengan GK dan berbeda nyata terhadap menyatakan bahwa kadar abu rata-rata gelatin
satu sama lain. Hal ini berarti jenis larutan berbeda secara nyata. Hasil uji lanjut Duncan
asam untuk perendaman berpengaruh nyata menunjukkan kadar abu rata-rata GA dan GC
terhadap pH gelatin yang dihasilkan. tidak berbeda nyata dengan GK, sedangkan
Rendahnya nilai pH GA dan GB dalam kadar abu rata-rata GB berbeda nyata dengan
penelitian ini bisa disebabkan karena larutan GK. Kadar abu rata-rata terendah terdapat pada
yang digunakan saat perendaman merupakan GC yakni 0,2612 %, sedangkan kadar abu rata-
larutan asam kuat (HCl 2% v/v (pH= 0,87) dan rata tertinggi terdapat pada GB yaitu 2,2437 %.
H3PO4 2% v/v (pH = 1,43)). Pada saat terjadi Akan tetapi jika dibandingkan dengan GK,
pengembangan kolagen waktu perendaman, nilai kadar abu rata-rata GA, GB dan GC
masih lebih tinggi. Kadar abu GB yang cukup lemak (De Man, 1997). Kadar lemak pada
tinggi dan berbeda jauh dengan gelatin lainnya gelatin sangat bergantung pada perlakuan
dapat disebabkan oleh masih adanya selama proses pembuatan gelatin, baik pada
komponen mineral yang terikat pada kolagen, tahap pembersihan kulit maupun proses
yang belum terlepas saat proses pencucian degreasing hingga pada tahap penyaringan
sehingga ikut terekstraksi dan terbawa saat filtrat hasil ekstraksi, dimana setiap perlakuan
proses pengabuan (Astawan dan Aviana, yang baik akan mengurangi kandungan lemak
2002). yang ada dalam bahan baku sehingga produk
yang dihasilkan memiliki kadar lemak yang
Kadar Protein rendah.
Protein merupakan kandungan yang
tertinggi di dalam gelatin. Gelatin sebagai
salah satu jenis protein konversi yang KESIMPULAN DAN SARAN
dihasilkan melalui proses hidrolisis kolagen,
pada dasarnya memiliki kadar protein yang Kesimpulan
tinggi. Kadar protein rata-rata terendah Dari hasil penelitian yang telah
terdapat pada GA yakni 85,5085 %, sedangkan dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
kadar protein rata-rata tertinggi terdapat pada larutan asam yang paling besar memberikan
GB yaitu 88,1566 %. Namun, kadar protein rendemen gelatin adalah larutan CH3COOH
rata-rata GA, GB dan GC masih lebih tinggi 2% v/v yaitu 3,51 % dengan karakteristik
dibanding GK. Kadar protein yang tinggi ini gelatin yang dihasilkan yaitu organoleptisnya
dapat disebabkan karena bahan baku yang berbentuk serbuk, warna kuning kecoklatan,
berupa kulit ikan kering tidak mengalami bau khas dan tidak berasa, kekuatan gel 1,467
kerusakan pada struktur kolagennya sehingga N, viskositas 41,9073 cP, pH 6,05, kadar air
saat dikonversi menjadi gelatin kadar 6,3199 %, kadar abu 0,2612 %, kadar protein
proteinnya tetap tinggi. 86,1350 % dan kadar lemak 5,9663 %.
Hasil analisa statistik ANOVA terhadap
kadar protein rata-rata gelatin memperlihatkan Saran
bahwa sig. 0,000 (<0,05), ini menyatakan Diharapkan peneliti selanjutnya untuk
bahwa kadar protein rata-rata gelatin berbeda dapat memvariasikan konsentrasi larutan asam,
secara nyata. Hasil uji lanjut Duncan lama perendaman dan lama ekstraksi dalam
menunjukkan kadar protein rata-rata ketiga pembuatan gelatin dari kulit ikan sepat rawa
gelatin berbeda nyata dengan GK, tetapi tidak kering.
berbeda nyata antara ketiganya.