Anda di halaman 1dari 8

Penetapan Kekuatan Geser Tanah 83

8. PENETAPAN KEKUATAN
GESER TANAH
Achmad Rachman dan S. Sutono

1. PENDAHULUAN

Kekuatan geser tanah (soil shear strength) dapat didefinisikan


sebagai kemampuan maksimum tanah untuk bertahan terhadap usaha
perubahan bentuk pada kondisi tekanan (pressure) dan kelembapan
tertentu (Head, 1982). Kekuatan geser tanah dapat diukur di lapangan
maupun di laboratorium. Pengukuran di lapangan antara lain
menggunakan vane-shear, plate load, dan test penetrasi. Pengukuran di
laboratorium meliputi penggunaan miniatur vane shear, direct shear,
triaxial compression, dan unconfined compression (Sallberg, 1965) dan
fall-cone soil shear strength.
Data kekuatan geser tanah, pada awalnya hanya digunakan
untuk keperluan teknik bangunan dalam mengevaluasi kemampuan tanah
menopang konstruksi bangunan, seperti gedung dan bendungan.
Penggunaannya dalam bidang pertanian dikaitkan dengan waktu dan
teknik yang tepat dalam pengolahan tanah, waktu penyebaran benih, dan
memperkirakan kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas). Chorley
(1959), Cruse dan Larson (1977), dan Rachman et al. (2003) menemukan
adanya hubungan yang erat antara kekuatan geser tanah dan erodibilitas.

2. KONSEP KEKUATAN GESER TANAH

Coulomb pada tahun 1776 memperkenalkan teori geser


maksimum (the maximum shear theory), yaitu bahwa keruntuhan (failure),
nilai tekanan pada saat terjadinya perubahan bentuk tetap, terjadi jika
tekanan geser yang diberikan mencapai nilai kritis dari kemampuan tanah.
Teori ini kemudian disempurnakan oleh Mohr, sehingga kemudian dikenal
dengan hukum Mohr-Coulomb. Hukum Mohr-Coulomb menyatakan
bahwa kekuatan geser tanah, , mempunyai hubungan fungsional dengan
kohesi tanah, c, dan friksi antar partikel yang dikemukakan dalam bentuk
persamaan sebagai berikut:

= c + n tan (1)
84 Rachman dan Sutono

dimana: adalah kekuatan geser (kPa) yang dibutuhkan sehingga


keruntuhan terjadi; c adalah kohesi tanah (kPa); n adalah tekanan
normal (normal stress; kPa) tegak lurus bidang keruntuhan; dan adalah
sudut friksi internal partikel (derajat). Dari persamaan tersebut dapat
dikemukakan bahwa akan sama dengan c jika tidak ada tekanan normal
(normal stress, n) yang diaplikasikan terhadap bidang keruntuhan. Pada
tanah yang tidak kohesif seperti pasir, maka nilai akan sama dengan
nilai n. Jika pengukuran dilakukan pada berbagai nilai n, maka nilai c
dan dapat diperoleh dengan cara meregresikan dengan N, dimana c
adalah perpotongan dengan sumbu y (intercept), dan adalah
kemiringan (slope) dari persamaan regresi. Nilai c bervariasi dari 0 untuk
tanah yang tidak kohesif (pasir) sampai 30 kPa pada tanah yang
kandungan liatnya tinggi, sedangkan nilai bervariasi dari 0 pada tanah
liat jenuh air sampai 45 pada tanah pasir yang padat.
Berdasarkan prinsip tersebut, Cruse dan Larson (1977)
2
melaporkan adanya korelasi yang sangat erat (r = 0,86) antara percikan
partikel tanah dan kekuatan geser tanah. Al-Durrah dan Bradford (1981),
dan Rachman et al. (2003) melaporkan korelasi yang tinggi, berturut-turut
2 2
r = 0,98 dan r = 0,94 antara percikan partikel tanah dan kekuatan tanah
dengan persamaan sebagai berikut:

S = a + b KE/ (2)
-1
dimana S adalah percikan partikel tanah (mg drop ); KE adalah energi
-1
kinetik (J drop ); adalah kekuatan geser tanah; dan a dan b adalah
konstanta. Dari persamaan tersebut terlihat bahwa erosi percikan
ditentukan oleh kekuatan geser tanah.

3. PRINSIP ANALISIS

Kekuatan geser tanah dapat diukur dengan berbagai macam cara,


namun yang akan diuraikan hanya tiga metode, yaitu direct shear strength,
fall-cone soil shear strength, dan tensile strength test. Gambar 1
menunjukkan cara pengukuran kekuatan geser tanah secara langsung
(direct shear strength test) menggunakan kotak terpisah (split box).
Contoh tanah tidak terganggu (intact soil sample) atau terganggu
(disturbed soil sample) ditempatkan di dalam boks bagian bawah,
kemudian boks bagian atas yang berukuran sama ditempatkan terbalik
menutup boks bagian bawah. Boks bagian bawah statis atau tidak
Penetapan Kekuatan Geser Tanah 85

bergerak, sedangkan boks atas digerakkan ke satu arah secara konstan


sambil mengaplikasikan tekanan normal (n) ke permukaan contoh tanah.
Ada dua gaya yang bekerja, yaitu (1) tekanan normal yang diakibatkan
oleh pemberian beban pada contoh secara tegak lurus (vertikal) dan (2)
tekanan geser yang diakibatkan oleh pemberian beban horizontal.
n = Tekanan normal

A Contah tanah A

Pergeseran pada lintasan A - A

Tekanan geser (shearing stress; s)

Gambar 1. Skema alat direct shear strength

Terhadap contoh tanah yang sudah ditempatkan di dalam kotak,


diaplikasikan tekanan normal tertentu, kemudian diaplikasikan tekanan
geser yang secara berangsur-angsur bebannya ditambah sampai terjadi
keruntuhan (shearing failure). Sejumlah test dilaksanakan terhadap
contoh tanah yang sama dengan cara menambah tekanan normalnya,
yang berarti juga meningkatkan nilai tekanan gesernya. Data tersebut
kemudian di plot untuk mendapatkan persamaan regresi.
Contoh hasil pengujian disajikan pada Tabel 1 dan hubungan
antara tekanan normal dan tekanan geser pada Gambar 2. Dari Gambar
2 dapat diketahui bahwa nilai kohesi dari contoh tanah adalah 44 kPa dan
sudut friksi internal partikelnya adalah 22,3 ( = arc tan 0,41).
Gambar 3 menunjukkan metode pengukuran dengan tensile
strength test. Gaya F yang diberikan ke suatu agregat atau pun silinder
tanah menimbulkan daya geser T di bagian tengah contoh tanah tersebut,
dan tegak lurus dengan daya tekan F. Jika gaya F meningkat, maka gaya
T akan sebanding dengan Y, dan daya geser agregatnya berlawanan
arah dengan F.
86 Rachman dan Sutono

Tabel 1. Contoh data hasil pengukuran ketahanan geser tanah


menggunakan direct shear

Nomor contoh Tekanan normal Tekanan geser


KPa
1 16,8 51,7
2 38,3 61,8
3 57,5 64,2
4 76,6 71,9
5 100,6 88,1

100
80
Tekanan geser, kPa

60
40 y = 0.41x + 44
R2 = 0.95
20
0
0 20 40 60 80 100 120
Tekanan normal, kPa

Gambar 2. Hubungan antara tekanan normal dan tekanan geser

T
T

Gambar 3. Gaya F tensile stress T yang terjadi pada agregat


Penetapan Kekuatan Geser Tanah 87

Untuk agregat berbentuk membulat atau bulat dari material yang


tidak dipadatkan mempunyai Poissons ratio sebesar 0,5 sehingga:

2
Y = 0,576 Fc/d (3)

dimana: F adalah gaya yang terjadi pada saat timbul retakan dari agregat
atau silinder, dan d adalah rata-rata diameter agregat atau silinder.
Untuk tanah yang bulat atau silinder, panjang sampelldan
diameter d berada menurut panjang di antara dua bidang rata yang
sejajar. Daya geser dari contoh tanah demikian dapat dihitung
menggunakan:

Y = 2 Fc (x)/*d*l (4)

dimana: Fc adalah tenaga yang dikeluarkan saat terjadi keruntuhan; (x)


adalah faktor koreksi untuk silinder yang tidak membulat; sedangkan x
adalah rasio a/y (Gambar 4); a adalah lebar bagian yang rata; dan y
bagian vertikal dari dua bidang datar. Teori Frydman (1964) dapat
digunakan untuk menganalisis, dengan persamaan:

f(x) = (- d/2a)(2x sin 2x 2y/d)(ln tan (/4 + x/2) (5)

dimana: f(x) = 1,00 untuk contoh tanah yang tidak membentuk dataran
rata, sedangkan persamaan (2) untuk agregat berbentuk silinder.

Gambar 4. Keruntuhan agregat setelah menerima gaya F


88 Rachman dan Sutono

4. METODE

4.1. Peralatan

Untuk mengukur daya geser diperlukan:


1. Richards apparatus (Gambar 5)
2. Timbangan digital berkapasitas 2,0 kg atau lebih
3. Plat besi yang rata, bagian bawah 20 cm dan bagian atas lebih kecil
4. Oven
5. Bejana penampung air
6. Tabung contoh (ring sample)

X1 X2

Fc = A * (X1 /X2)

Gambar 5. Richards apparatus

4.2. Prosedur pengukuran daya geser di laboratrium

1. Contoh tanah utuh (undisturbed) diambil menggunakan tabung


tembaga atau stainless steel seperti untuk pengambilan contoh sifat-
sifat fisik tanah lainnya, selanjutnya dimasukkan ke dalam peti kayu
untuk kemudian diangkut ke laboratorium. Hati-hati agar contoh tidak
mengalami kerusakan di jalan.
Penetapan Kekuatan Geser Tanah 89

2. Tempatkan contoh tanah di antara dua plat besi atas dan bawah, plat
bagian bawah berdiameter 0,2 m dan plat yang diatasnya
berdiameter lebih kecil.
3. Secara perlahan, tambahkan air ke dalam bak penampung (dalam
Richards apparatus), dan segera hentikan aliran air apabila contoh
tanah pecah, retak atau rusak.
4. Setelah contoh tanah pecah atau retak, ukur lebar (a) dan ketebalan
(y) contoh tanah.
5. Timbang dan catat bobot air yang terdapat di dalam bak penampung.
6. Keringkan contoh tanah pada butir 4 untuk ditetapkan kadar airnya
dengan cara dioven.
7. Tanah yang telah dikeringkan, diayak untuk membedakan kelas
diameter dari masing-masing agregat, yaitu dx, dy, dan dz ; dx untuk
kelas diameter paling besar, dy untuk kelas sedang, dan dz untuk
kelas diameter paling kecil. Tentukan nilai d dengan perhitungan
sebagai berikut:

d = (dx, dy, dz)1/3 (6)

5. PERHITUNGAN

-2
Gaya Fc adalah hasil dari percepatan gravitasi (9,8 m detik )
dengan hasil pembacaan (kg) dari timbangan digital atau bobot air di
dalam bak air Richards apparatus. Fc diperoleh dengan menghitung
bobot air (A) dikalikan X1/K2 (Gambar 3). Untuk contoh tanah berbentuk
silinder gunakan persamaan (3) dan (4), sedangkan untuk menghitung
agregat gunakan persamaan (5) dan (6).
Untuk contoh berbentuk silinder, keakuratan Fc berkisar + 10%,
sedangkan untuk f(x) lebih kecil lagi. Untuk agregat yang berukuran kecil,
akurasinya sangat berubah-ubah tergantung kepada Fc dan d, berkisar +
40% dari rata-rata hasil pengukuran.
Hasil pengukuran untuk contoh berbentuk silinder, selain Y perlu
ditambahkan data tentang kedalaman dan kadar air contoh tanah, jumlah
ulangan dan rata-rata hasil pengukuran. Untuk hasil pengukuran agregat,
selain gaya geser Y juga perlu dicantumkan kelas diameter d dari setiap
kelas a. Akan lebih baik lagi, jika mencantumkan tekstur dan kandungan
bahan organik tanah.
90 Rachman dan Sutono

6. DAFTAR PUSTAKA

Al-Durah, M., and J. M. Bradford. 1981. New methods of studying soil


detachment due to water drop impact. Soil Sci.Soc.Am. J. 45:
836-840.
Chorley, R. J. 1959. The geomorphic significance of some Oxford Soils.
Am. J. Sci. 257: 503-515.
Cruse, R. M., and W. E. Larson. 1977. Effect of soil shear strength on soil
detachment due to raindrop impact. Soil Sci. Soc. Am. J. 41: 777-
781.
Head, K. H. 1982. Manual of soil laboratory testing. Vol. 2: 509-562. John
Willey and Sons, New York.
Rachman, A., S. H. Anderson, C. J. Gantzer, and A. L. Thompson. 2003.
Influence of long-term cropping systems on soil physical
properties related to soil erodibility. Soil Sci. Soc. Am. J. 67: 637-
644.
Sallberg, J. R. 1965. Shear Strength. In Methods of Soil Analysis, Eds.
C.A. Black, D. D. Evans, J. L. White, L. E. Ensminger, and F. E.
Clark. Agronomy 9: 431-447.

Anda mungkin juga menyukai