Anda di halaman 1dari 33

BIOKIMIA

PERCOBAAN III
PROTEIN

NAMA : RAHMANI
NIM : 12.071.014.031
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
TGL. PERCOBAAN : 2 JUNI 2013
ASISTEN : MUHAMMAD ASRULLAH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, baik tumbuhan
maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan
komponen terbesar setelah air. Kira-kira dari 50% berat yang terdiri atas unsure-
unsur karbon (50-55%). Hidrogen (7%), Oksigen (13%), dan Nitrogen (16%).
Banyak pula protein yang mengandung Belerang (S) dan Fosfor (P) dalam jumlah
sedikit (1-2%). Ada beberapa protein lainnya mengandung unsure logam seperti
Tembaga dan Besi (Sirajuddin, 2013).
Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting. Proses kimia
dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein
yang berfungsi sebagai biokatalisator. Di samping itu hemoglobin dalam butir-
butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut Oksigen dari
paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu protein. Demikian pula zat-
zat yang berperan untuk melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen, juga
suatu protein (Poedjiadi, 1994).
Protein dalam tubuh manusia diperoleh dari bahan makanan, baik yang
berasal dari hewan maupun tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut
protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.
Sumber protein dari beberapa bahan makanan adalah daging, telur, susu, ikan,
beras, kacang, dan buah-buahan. Protein dalam makanan yang dikonsumsi
manusia akan dipecah menjadi asam-asam amino dalam proses pencernaan
dengan dibantu oleh enzim seperti pepsin dan tripsin (Sirajuddin, 2013).
Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara
5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein
akan menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat
dalam molekul protein. Asam-asam ini terikat satu dengan lain oleh ikatan
peptide. Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH, dan pelarut organic
(Poedjiadi, 1994).

I.2 Tujuan
I.2.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui unsur-unsur utama penyusun protein.
2. Mengetahui sifat fisikokimia dari protein.
3. Mengetahui adanya moleku-molekul peptide dari protein.
4. Mengidentifikasi adanya asam amino dalam protein.
5. Mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada identifikasi asam amino.
6. Mengetahui cara pemisahan suatu asam amino.

I.2.2 Tujuan Khusus


1. Uji Susunan elementer protein
Mengidentifikasi adanya unsur-unsur penyusun protein.
2. Uji Kelarutan protein
Mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu.
3. Uji Pengendapan Protein dengan garam
Mengetahui pengaruh larutan garam alkali dan garam divalen
konsentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan protein.
4. Uji Pengendapan Protein dengan logam dan asam organik
Mengetahui pengaruh logam berat dan asam organik terhadap sifat
kelarutan protein.
5. Uji Biuret
Membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein.
6. Uji Ninhidrin
Membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein.
7. Uji Xantroprotein
Membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan, atau fenilalanin
yang terdapat dalam protein.
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
Mengetahui titik isoelektrik ( PH isoelektik ) dari protein secara
kualitatif.

I.3 Prinsip Percobaan


1. Uji susunan elementer protein
Semua jenis protein tersusun atas unsur-unsur Karbon (C), Hidrogen (H),
Oksigen (O), dan Nitrogen (N). Ada pula protein yang mengandung sedikit
Belerang (S) dan Fosfor (P). Dengan metode pembakaran atau pengabuan,
akan diperoleh unsure-unsur penyusun protein, yaitu C, H, O, dan N.
2. Uji kelarutan protein
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam
maupun basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa.
Sebagian ada yang mudah larut dan adapula yang sukar larut. Namun, semua
protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter atau kloroform. Apabila
protein dipanaskan atau ditambah etanol absolute, maka protein akan
menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air
yang melingkupi molekul-molekul protein.
3. Uji pengendapan protein dengan garam
Pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein berbeda-beda,
tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan.
Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam
dalam mengendapkan protein. Peristiwa pemisahan atau pengendapan protein
oleh garam berkonsentrasi tinggi disebut salting out.

4. Uji pengendapan protein dengan logam dan asam organic


Sebagian besar protein dapat diendapkan dengan penambahan asam-asam
organic seperti asam pikrat, asam trikloroasetat, dan asam sulfosalisilat.
Penambahan asam-asam menyebabkan terbentuknya garam proteinat yang
tidak larut. Kemudian, protein dapat pula mengalami denaturasi irreversible
dengan adanya logam-logam berat seperti Cu2+, Hg2+, atau Pb2+ sehingga mudah
mengendap.
5. Uji biuret
Ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan
polipeptida atau ikatan-ikatan peptide yang menyusun protein membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret positif terhadap dua
buah ikatan peptide atau lebih, tetapi negative untuk asam amino bebas atau
dipeptida. Reaksi pun positif terhadap senyawa-senyawa yang mengandung
gugus : -CH2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2, dan CONH2.
6. Uji ninhidrin
Semua asam amino- bebas akan bereaksi dengan nihidrin
(triketohidrinden) membentuk aldehida dengan satu atom c lebih rendah dan
melepaskan NH3 dan CO2. Disamping itu terbentuk senyawa kompleks
berwarna biru, namun prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa
berwarna kuning yang diduga disebabkn oleh 2 molekul ninhidrin yang
bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi.
7. Uji xantroprotein
Reaksi pada uji xantroprotein didasarkan pada nitrasi inti benzene yang
terdapat pada molekul protein. Jika protein yang mengandung cincin benzene
(tirosin, triptofan, dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan
terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu
dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan
terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga.

8. Uji penentuan titik isoelektrik


Titik isoelektrik tersusun atas asam. Dimana dalam titik
isoelektrik harus mencapai keseimbangan agar dapat
mengendap. Dimana semakain jauh jarak asam dari
kenetralan, maka semakain dekat dengan titik isoelektrik.
Sedangkan semakain dekat jarak kenetralan dengan asam
maka semakin jauh jarak untuk mencapai titik isoelektrik.

I.4 Manfaat Percobaan


Adapun manfaat yang dapat kita peroleh dari percobaan ini
adalah:
1. Agar dapat mengidentifikasi adanya unsur-unsur penyusun
protein.
2. Agar dapat mengetahui daya kelarutan protein terhadap
pelarut tertentu.
3. Agar dapat mengetahui pengaruh larutan garam alkali dan
garam divalen konsentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan
protein.
4. Agar dapat mengetahui pengaruh logam berat dan asam
organik terhadap sifat kelarutan protein.
5. Agar dapat membuktikan adanya molekul-molekul peptida
dari protein.
6. Agar dapat membuktikan adanya asam amino bebas dalam
protein.
7. Agar dapat membuktikan adanya asam amino tirosin,
triptofan, atau fenillanin yang terdapat dalam protein.
8. Agar dapat mengetahui titik isoeleltrik ( PH isoelektrik ) dari
protein secara kualitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup,


baik tumbuhan maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan
tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah air. Kira-kira
dari 50% berat yang terdiri atas unsur-unsur Karbon, Hidrogen,
Oksigen dan Nitrogen. Benyak pula protein yang mengandung
Belerang dan Fosfor dalam jumlah sedikit. Ada beberapa protein
lainnya mengandung unsur logam seperti tembaga dan besi
(Sirajuddin, 2013).
Penggolongan protein ditinjau dari strukturnya dapat dibagi
dalam dua golongan besar, yaitu golongan protein sederhana dan
protein gabungan. Yang dimaksud dengan protein sederhana adalah
protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam amino,
sedangkan protein gabungan adalah protein yang terdiri atas
protein dan gugus bukan protein. Gugus ini disebut gugus prostetik
dan terdiri atas karbohidrat, lipid, atau asam nukleat (Poedjiadi,
1994).
Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut
bentuk molekulnya (Poedjiadi,1994) :
1. Protein fiber
Molekul protein ini terdiri atas beberapa rantai polipeptida
yang memanjang dan dihubungkan satu dengan lain oleh
beberapa ikatan silang hingga merupakan bentuk serat atau
serabut yang stabil. Struktur protein fiber telah banyak diteliti
dengan menggunakan analisis difraksi sinar X. Ciri khas protein
fiber yang terdapat pada beberapa jenis protein yang termasuk
golongan ini antara lain ialah (Poedjiadi, 1994) :
a. konfigurasi alfa heliks pada keratin
b. lembaran berlipat parallel dan anti parallel pada protein sutera
alam
c. heliks tripel pada kolagen
Sifat umum dari protein fiber adalah tidak larut dalam air dan
sukar diuraikan oleh enzim. Kolagen adalah suatu jenis protein yang
terdapat pada jaringan ikat. Protein ini mempunyai struktur heliks
tripel dan terdiri atas 25% glisin dan 25% lagi prolin dan hidroksi
plorin, tetapi tidak mengandung sistein, sisti, dan triptofan. Kolagen
tidak larut dalam air dan tidak dapat diuraikan oleh enzim. Namun
kolagen dapat diubah oleh pemanasan dalam air mendidih, oleh
larutan asam atau basa encer menjadi gelatin yang mudah larut
dan dapat dicernakan. Hamper 30% dari protein dalam tubuh
adalah kolagen. Ada jenis protein yang terdapat dalam jaringan
elastic dan dalam banyak hal serupa dengan kolagen, tetapi tidak
dapat diubah menjadi gelatin. Protein ini disebut elastin (Poedjiadi,
1994).
2. Protein globular umumnya berbentuk bulat atau elips dan terdiri
atas rantai polipeptida yang berlipat. Beberapa jenis protein
globular adalah albumin, globulin, histon dan bagian putih telur
(Poedjiadi, 1994).
Fungsi dari protein dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berikut ini, yaitu
(Poedjiadi, 1994) :

1. Membentuk dan mempertahankan struktur.

Protein struktur bertanggung jawab terhadap stabilitas mekanik dari organ dan
jaringan.
2. Transport.

Protein transport yang terkenal adalah hemoglobin dari eritrosit yang sangat
diperlukan untuk mengangkut oksigen dan karbondioksida antara paru-paru dan
jaringan. Di dalam plasma darah juga ditemukan sejumlah protein dengan fungsi
transport. Albumin serum mengangkut asam lemak bebas dan bilirubin. Kanal ion
dan protein membrane integral lainnya mengatur transport dari ion-ion dan
metabolit melalui membran biologik.

3. Perlindungan dan pertahanan.

Sistem imun melindungi organisme dari penyebab penyakit dan substansi yang
asing bagi tubuh. Contohnya ialah imunoglobulin G sebagai komponen yang
penting.

4. Pengendali dan pengatur.

Pada rantai sinyal biokimiawi protein-protein bekerja sebagai pembawa sinyal


maupun sebagai reseptor hormon. Sebagi contoh adalah kompleks antara hormon
insulin dan reseptor insulin. Protein yang berikatan dengan DNA mempunyai
peranan yang menentukan pada regulasi metabolisme zat-zat antara diferensiasi
suatu jaringan dan organ.

5. Katalisator.

Enzim merupakan kelompok yang sangat besar dengan protein yang beribu-ribu.
Enzim yan kecil mempunyai berat molekul sekitar 10-15 kDa, yang sedang sekitar
100 kDa, dan yang terdiri dari 12 subunit mencapai ukuran lebih dari 500 kDa.

6. Pergerakan.
Aktin dan myosin bersama-sama bertanggung jawab pada kontraksi otot dan
peristiwa gerak lainnya.

7. Penyimpanan.

Pada benih-benih tumbuh-tumbuhan dijumpai protein cadangan khusus yang juga


penting untuk kebutuhan makanan manusia.

Berdasarkan fungsinya, protein dapat digolongkan dalam bentuk enzim


(ribonuklease, tripsin), protein transport (hemoglobin, albumin serum, mioglobin,
lipoprotein), protein nutrient dan penyimpanan (gliadin = gandum, ovalbumin = telur,
kasein = susu, feritin), protein kontraktil (aktin, myosin, tubulin, dynein), protein
structural (keratin, fibroin, kolagen, elastin, proteoglikan), protein pelindung
(antibody, fibrinogen, trombin, toksin botuluni, toksin difteri, bias ular, risin), protein
pengatur (insulin, hormone tumbuh, kortikotropin, repressor). Atas dasar
kelarutannya dalam zat pelarut tertentu, protein dibagi : albumin, globulin, dan
glutelin. Protein dapat juga dikelompokkan berdasarkan atas jenis utama
konformasinya. Berdasarkan penggolongan ini terdapat 2 kelas utama protein, yaitu
protein fibrosa (serat) dan protein globular. Protein serat mempunyai konformasi
yang terikat saling secara lateral oleh beberapa jenis ikatan. Protein konformasi ini
sering dimanfaatkan sebagai elemen struktural jaringan karena mempunyai sifat fisik
yang kuat dan tidak larut dalam air (Marks,dkk, 2009)

Contoh protein serat adalah kolagen, alfa-keratin, dan sutera. Protein globular
merupakan protein biologis aktif yang umum dalam sistem kehidupan. Protein ini
berbentuk bulat, kompak dan larut dalam air. Protein globular biasanya memiliki
struktur tersier dan kuartener, contohnya enzim dan antibody (Marks,dkk, 2009)

Dilihat dari aspek kepentingannya di dalam tubuh, asam amino alfa


diklasifikasikan ke dalam (Marks,dkk, 2009) :
1. Asam amino alfa essensial, yaitu asam amino alfa yang sangat diperlukan.
Keberadaanya dalam tubuh tetapi tubuh tidak dapat mensintesis asam amino alfa
tersebut.

2. Asam amino alfa semi-essensial, yaitu asam amino alfa walau disentesis dalam
tubuh namun jumlahnya tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh terhadap asam
amino alfa tersebut.

3. Asam amino alfa yang non-essensial, yaitu asam amino alfa yang diperlukan oleh
tubuh serta disentesis dalam tubuh dalam jumlah yang cukup memenuhi
kebutuhan tubuh terhadap asam amino alfa tersebut.

Sangat luar biasa pula bahwa semua protein di dalam semua makhluk, tanpa
memandang fungsi dan aktivitas biologinya, dibangun oleh susunan dasar yang sama,
yaitu 20 asam amino baku, yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas
biologi. Lalu apakah yang memberikan aktifitas enzimnya, protein lain aktivitas
hormon, dan lain lagi aktivitas antibody Bagaimana kimiawi protein-protein ini
berbeda. Secara cukup sederhana, protein berbeda satu sama lain karena masing-
masing mempunyai deret unit asam amino sendiri-sendiri. Asam amino merupakan
abjad struktur protein, karena molekul-molekul ini dapat disusun dalam jumlah deret
yang hamper tidak terbatas, untuk membuat berbagai porotein dalam jumlah yang
hampir tidak terbatas pula (Muray,2006).

Pada hewan tingkat tinggi, protein yg Terdapat sebagai bagian dari makanannya,
dihidrolisis terlebih dahulu sebelum dimanfaat kan lebih lanjut. Peristiwa itu
berlangsung dalam saluran pencernaan seperti lambung(stomach) dan dalam usus
kecil(intestine). Pengurayan protein yan dinamakan proteolisis itu dikatalisis oleh
enzim-enzim tertentu. Pemecahan protein yg pertama kali terjadi dalam lambung.
Enzim yg aktif mendekradasi polimer tersebut adalah pepsin yg disekreskn oleh sel
tertentu dalam bentuk non-aktifnya yaitu pepsinogen. Enzim ini baru aktif apabila
PH tempat enzim bekerja itu rendah (PH 2-3) dan secara otokatalitik berubah
menjadi pepsin. Asam amino bebas yang dihasilkan oleh pepsin ini sedikit sekali.
Potongan peptide hasil degraradasinya juga masik cukup panjang (Martoharsono,
2006).
Dari reaksi di atas dapat di ketahui bahwa pda umumnya tripsin bebas yang
mengubah zimogen menjadi enzim aktif. Masing-masing enzim yg berada dalam
keadaan aktif tersebut dapat menghidroliis protein sehingga ahirnya terbentuk asam
amino bebas. Walaupun enzim tersebut semuanya dapat menghidrolisis protein akan
tetapi spesifitasnya tidak sama. Misalnya tripsin (sebuah endo enzim) menghidrolisi
ikatan peptide pada protein yang gugus CO nya mempunyai arginin atau lisisn
(Martoharsono, 2006).
Salah satu perubahan yang terjadi pada asam amino adalah proses oksidasi,
setelah gugs aminonya dihilangkan terlebih dahulu, jalan tepi tergantung dari jenis
asam aminonya.
1. Enzim yang menyerang ikatan peptid dari sisi terminal karbosil bebas rantai
polipeptida yang bersangkutan.
2. Enzim yang menyerang ikatan peptide dari sisi terminal amino bebas.
Dua sub-golongan enzim tersebut diatas secara bertahap menghasilkan asam amino
bebas, satu persatu. Sub golongan pertama dinamakan karboksi-pptidase dan yang
kedua disebut amino-peptidse, kedua-duanya dalah ekso- enzim. Sebaliknya dari
enzim-enzim ekso,adalah enzim endo, yg menyerang ikatan peptide yg ada dalam
iktan rantai, enzim-enzim tersebut dikenal dengan nama ber-ahiran-in, misalnya
pepsin, papin,bromelin dan tripsin (Martoharsono, 2006).

BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
1. Uji Susunan Elementer Protein
Adapun alat yang digunakan ialah tabung reaksi, alat
pemanas, cawan porselin, gegep, dan gelas obyek.
Adapun bahan yang digunakan ialah albumin telur,
gelatin, larutan NaOH 10%, larutan Pb-asetat 5%, larutan HCl
pekat, dan kertas lakmus.
2. Uji Kelarutan Protein
Adapun alat yang digunakan ialah tabung reaksi, pipet
ukur, dan rak tabung.
Adapun bahan yang digunakan ialah albumin telur,
gelatin, air suling, larutan HCl 10%, larutan NaOH%, alcohol
96%, dan kloroform.
3. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
Adapun alat yang digunakan ialah tabung reaksi, pipet
ukur, pipet tetes, dan rak tabung.
Adapun bahan yang digunakan ialah albumin telur,
larutan (NH4)2SO4 jenuh, larutan NaCl 5%, larutan BaCl2 5%,
larutan CaCl2 5%, dan MgSO4 5%.
4. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam
Organik
Adapun alat yang digunakan ialah tabung reaksi, pipet
ukur, dan rak tabung.
Adapun bahan yang digunakan ialah albumin telur, asam
trikloroasetat (TCA) 10%, asam sulfosalisilat 5%, larutan
HgCl2 5%, larutan CuSO4 5%, larutan Pb-asetat 5%.
5. Uji Biuret
Adapun alat yang digunakan ialah tabung reaksi, pipet
ukur, pipet tetes, dan rak tabung.
Adapun bahan yang digunakan ialah larutan albumin
2%, gelatin 2%, kasein 0,5%, dan glisin 2%, larutan NaOH
10%, dan larutan CuSO4 0,2%.
6. Uji Ninhidrin
Adapun alat yang digunakan ialah tabung reaksi, rak
tabung, pipet ukur, pengatur waktu, dan alat pemanas.
Adapun bahan yang digunakan ialah larutan albumin
2%, gelatin 2%, kasein 0,5%, pepton 0,5%, dan pereaksi
ninhidrin 0,1%.
7. Uji Xantroprotein
Adapun alat yang digunakan ialah tabung reaksi, alat
pemanas, pipet ukur, pipet tetes, dan rak tabung reaksi.
Adapun bahan yang digunakan ialah larutan albumin 2%,
gelatin 2%, kasein 0,5%, tirosin 2%, larutan HNO3 pekat, dan
larutan NaOH 10%.
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
Adapun alat yang digunakan pada ialah tabung reaksi,
pengatur waktu, kertas lebel, pipet ukur, rak tabung, dan
sikat tabung.
Adapun bahan yang digunakan ialah larutan kasein
netral, larutan baffer asetat 3,8, larutan baffer asetat 4,7,
larutan baffer asetat 5,0, larutan baffer asetat 5,3, larutan
baffer asetat 5,9, tissu roll, dan sunlight.

III.2 Prosedur kerja


1. Uji Susunan Elementer Protein
A. Uji Adanya Unsur C, H, O, dan N
1. Dimasukkan 1 ml albumin telur ke dalam cawan
porselin.
2. Ditaruhlah kaca obyek di atasnya, kemudian
dipanaskan.
3. Diperhatikan adanya pengembunan pada gelas obyek,
yang menunjukkan adanya Hidrogen dan
Oksigen.
4. Diambil gelas obyek, lalu diamati bau yang terjadi. Bila
tercium bau rambut terbakar, berarti
protein mengandung unsure Nitrogen.
5. Jika terjadi pengarangan, berarti ada atom Karbon.
6. Diulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin.
B. Uji Adanya Atom N
1. Dimasukkan 1 ml larutan albumin telur ke dalam
tabung reaksi.
2. Ditambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan.
3. Diperhatikan bau ammonia yang terjadi dan ujilah
uapnya dengan kertas lakmus merah yang
telah dibasahi aquades.
4. Terbentuknya bau ammonia menunjukkan adanya N.
5. Diulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin.
C. Uji Adanya Atom S
1. Dimasukkan 1 ml albumin telur ke dalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan.
3. Ditambahlkan 4 tetes larutan Pb-asetat.
4. Bila larutan menghitam, berarti PbS terbentuk,
kemudian ditambahkan 4 tetes HCl
pekat dengan hati-hati.
5. Diperhatikan bau khas belerang dari belerang yang
teroksidasi.
6. Diulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin.
2. Uji Kelarutan Protein
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini :
1. Disediakan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan :
air suling, HCl 10%, NaOH 40%, alcohol 96%, dan
kloroform sebanyak 2 ml.
2. Ditambahkan 2 ml larutan albumin telur pada setiap
tabung.
3. Dikocok dengan kuat, kemudian diamati sifat
kelarutannya.
4. Diulangi percobaan dengan menggunakan gelatin.
3. Uji Pengendapan Protein dengan Garam
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini :
1. Disediakan 5 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan
2,5 ml albumin telur.
2. Pada tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut ditambahkan
larutan NaCl 5%, BaCl2 5%, CaCL2 5%, MgSO4 5%, dan
(NH4)2SO4 jenuh setetes demi setetes sampai timbul
endapan.
3. Selanjutnya, ditambahkan kembali larutan-larutan garam
secara berlebihan.
4. Dikocoklah tabung, kemudian diamati perubahan yang
terjadi.
4. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam
Organik
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini :
1. Disediakan 5 tabung reaksi yang bersih, masing-masing
diisi dengan 3 ml larutan albumin telur.
2. Pada tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut ditambahkan
15 tetes larutan asam trikloroasetat 10%, asam
sulfosalisilat 5%, CuSO4 5%, HgCl2 5%, dan Pb-asetat 5%
3. Dikocok setiap tabung dan diamati perubahan yang terjadi
5. Uji Biuret
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini :
1. Disediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing-
masing diisi dengan larutan albumin, kasein, gelatin, dan
glisin sebanyak 4 ml.
2. Ditambahkan pada setiap tabung 4 ml NaOH 10%, dan 8
tetes CuSO4 0,2%.
3. Dicampur dengan baik.
4. Diamati perubahan warna yang terjadi.
6. Uji Ninhidrin
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini :
1. Disediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing-
masing diisi dengan larutan albumin, kasein, gelatin, dan
pepton sebanyak 4 ml.
2. Ditambahkan 10 tetes pereaksi ninhidrin 0,1% pada setiap
tabung.
3. Dipanaskan di atas pemanas air hingga mendidih selama
5 menit.
4. Diamati perubahan warna yang terbentuk.
7. Uji Xantroprotein
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini :
1. Disediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan masing-
masing diisi dengan larutan albumin, gelatin, kasein, dan
tirosin sebanyak 2 ml.
2. Pada setiap tabung, ditambahkan 1 ml HNO 3 pekat.
Perhatikan adanya endapan putih yang terbentuk.
3. Kemudian dipanaskan selama 1 menit dan diamati
terbentuknya warna kuning.
4. Didinginkan di bawah air kran, lalu ditambahkan NaOH
10% setetes demi setetes melalui dinding tabung hingga
terbentuk lapisan.
5. Diperhatikan perubahan warna yang terjadi.
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini :
1. Disiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu
masing-masing diisilah dengan 1 ml larutan kasein netral.
2. Pada setiap tabung, ditambahkan 1 ml larutan buffer
asetat masing-masing dari pH: 3,8 : 4,7 : 5,0 : 5,3 : dan
5,9.
3. Dikocoklah campuran dengan baik, lalu dicatat derajat
kekeruhannya setelah 0, 10, dan 30 menit.
4. Diperhatikan hasilnya, yaitu pada tabung berapa
terbentuk endapan maksimal.
5. Selanjutnya, dipanaskan semua tabung diatas penangas
air.
6. Diamati hasilnya. Pembentukan endapan keseluruhan
paling cepat atau paling banyak merupakan titik
isoelektrik (TI) kasein.
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.1.1 Tabel Pengamatan
1. Uji Susunan Elementer Protein
A. Uji Adanya Unsur C, H, dan O
Hasil pengamatan (+/-)
Bau
N Pengembu
Zat Uji Pengaran rambut
o nan (H &
gan (C) terbakar
O)
(N)
1 Albumin + + +
2 Gelatin + + +

B. Uji Adanya Atom N


Hasil pengamatan (+/-)
N Bau Kertas
Perlakuan
o Amoniak Lakmus
(N) merah (N)
Albumin + 1 ml NaOH
1 + +
10% + dipanaskan
Gelatin + 1 ml NaOH
2 + +
10% + dipanaskan

C. Uji Adanya Atom S


N Perlakuan Hasil pengamatan (+/-)
Belerang
o PbS
(S)
Albumin + 1 ml NaOH
Terbentuk
10% + dipanaskan + 4
1 warna +
tetes PbAc + 4 tetes HCl
hitam
pekat
Gelatin + 1 ml NaOH
10% + dipanaskan + 4 Bening
2 +
tetes PbAc + 4 tetes HCl kekuningan
pekat

2. Uji Kelarutan Protein

Tabun Tabung Tabung Tabun Tabun


Bahan
g1 2 3 g4 g5
Albumin
2ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
telur
Air
1 ml - - - -
suling
HCl 10% - 1 ml - - -
NaOH
- - 1 ml - -
40%
Alkohol
- - - 1 ml -
96%
Klorofor
- - - - 1 ml
m
Kocok tabung dengan kuat
Hasil: Bereaksi
Tidak
larut/tid Larut tapi larut larut
Larut
ak larut Larut
Tabun Tabun Tabun
Bahan Tabung 2 Tabung 3
g1 g4 g5
Gelisin 2ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
Air
1 ml - - - -
suling
HCl 10% - 1 ml - - -
NaOH
- - 1 ml - -
40%
Alkohol
- - - 1 ml -
96%
Klorofor
- - - - 1 ml
m

Kocok tabung dengan kuat

Hasil:
Tidak
larut/tid Larut Larut Larut Larut
Larut
ak larut

3. Uji Pengendapan Protein Dengan Garam


Bahan Tabun Tabun Tabun Tabun Tabun
g1 g2 g3 g4 g5
Albumin
2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml
telur
80
NaCl 5% - - - -
tetes
80
BaCl2 5% - - - -
tetes
80
CaCL2 5% - - - -
tetes
80
MgSO4 5% - - - -
tetes
(NH4)2SO4 80
- - - -
jenuh tetes
Kocok tabung dengan kuat
Banya Banya Banya
Hasil: Ada
Sedikit k k k
endapan endap
endap endap endap endap
banyak/se an (+
an (+) an (++ an (++ an (++
dikit +)
++) +) +++)

4. Uji Pengendapan Protein Dengan Logam dan Asam


Organik
Tabun Tabun Tabun Tabun Tabun
Bahan
g1 g2 g3 g4 g5
Albumin
3ml 3 ml 3 ml 3 ml 3 ml
telur
NaCl 5% 5 tetes - - - -
15
BaCl2 5% - - - -
tetes
15
CaCL2 5% - - - -
tetes
15
MgSO4 5% - - - -
tetes
(NH4)2SO4 15
- - - -
jenuh tetes

Kocok tabung dengan kuat

Banya Banya Banya


Hasil: Ada
k k k Sedikit
endapan endap
endap endap endap endap
banyak/se an (+
an (++ an (++ an (++ an (+)
dikit +)
+++) ++) +)

5. Uji Biuret
N Polipeptida
Zat uji Hasil uji biuret
o (+/-)
1 Albumin 2% Ungu +
2 Gelatin 2% Ungu +
3 Kasein 0,5% Biru -
4 Glisin 2% Benimg -

6. Uji Ninhidrin
N Hasil uji Asam amonia
Zat uji
o ninhidrin bebas (+/-)
1 Albumin 2% Ungu +
2 Gelatin 2% Ungu +
3 Kasein 0,5% Bening -
4 Pepton 0,5% Ungu +

7. Uji Xantroprotein
Tirosin/triptofa
N Hasil uji
Zat uji n/
o xantroprotein
fenilanin (+/-)

Terbentuk endapan
Albumin
1 kuning, dan +
2%
berwarna jingga

2 Gelatin 2% Bening -

Kasein
3 Bening -
0,5%

8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik


NO.Tabung PH Pengamatan endapan, sedikit atau
banyak
1 3,8 Banyak endapan
2 4,7 Tidak ada endapan
3 5,0 Sedikit endapan
4 5,3 Sedikit endapan
5 5,9 Tidak ada endapan

IV. 1.2 Gambar

1. Uji Susunan Elementer Protein

IV.1.3 REAKSI

1. Uji Susunan Elementer protein


2. Uji Kelarutan Protein

3. Uji PengendapanProtein Dengan Garam

4. Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Dan Asam Organik


5. Uji Biuret

6. Uji Ninhidrin

7. Uji Xantroprotein

8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik


IV.2 Pembahasan
1. Uji Susunan Elementer Protein
Pada percobaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya unsur-unsur
penyusun protein. Pada uji adanya unsur C, H, dan O, pada zat uji albumin
telur diperoleh adanya pengembunan (H & O), bau rambut terbakar (N) dan
pengarangan (C) yang berarti albumin telur yang termasuk dalam sumber
protein terdapat unsur-unsur penyusun protein yaitu karbon (C), hidrogen (H),
oksigen (O), dan nitrogen (N). Sedangkan pada zat uji gelatin juga diperoleh
adanya pengarangan (C), bau rambut terbakar (N), dan pengembunan (H & O)
yang berarti zat uji gelatin juga terdapat unsur- penyusun protein yaitu karbon
(C), hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N). Dilakukan uji pembakaran
atau pengarangan agar diperoleh unsure-unsur penyusun protein yang terdapat
pada zat uji.
Pada uji adanya atom N, pada zat uji albumin telur dengan penambahan
NaOH 10% agar suasananya menjadi basa diperoleh bau amoniak yang
menandakan adanya unsur nitrogen (N), dan dengan pengujian kertas lakmus
merah yang berubah menjadi berwarna biru yang menandakan positif atau
adanya unsur nitrogen (N). Sedangkan pada zat uji gelatin dengan suasana
basa dari penambahan NaOH 10%, diperoleh bau amoniak (N) dan pada
pengujian kertas lakmus merah yang berubah menjadi berwarna biru yang
menandakan positif terdapat unsur (N).
Pada uji adanya atom S, pada zat uji albumin telur dengan penambahan
Pb-asetat 5%, larutan berwarna hitam yang menandakan terbentuk Pbs dan
diperoleh bau belerang (S) dengan penambahan HCl pekat. Sedangkan pada
zat uji gelatin tidak terbentuk Pbs pada penambahan Pb-asetat 5% hanya
berwarna bening kekuningan dan tidak terdapat bau belerang (S).
2. Uji Kelarutan Protein
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kelarutan protein terhadap
pelarut. Protein yang bersifat amfoter yang dapat bereaksi dengan larutan
asam dan basa. Pada albumin telur ada 4 bahan yang di gunakan albumin air
suling larut, HCl 10% allbumin bereaksi tapi larut, NaOH 40% albumin larut,
alcohol 96% albumin larut. Sedangkan Kloroform, albumin terdenaturasi atau
tidak larut. Jadi sebagian ada yang mudah larut dan ada yang sukar. sedangkan
dengan menggunakan gelatin air suling gelatin larut, HCl 10 10% gelatin
larut, NaOH 40%, gelatin larut, alcohol 90% gelatin larut, kloroform gelatin
tidak larut.
3. Uji Pengendapan Protein Dengan Garam
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya garam alkali dan
garam divalen berkonsentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan protein. Pada
NaCl 5% dan MgSO4 5% dengan penambahan albumin telur sedikit diperoleh
endapan yang berarti konsentrasi dari NaCl dan MgSO 4 rendah dan jumlah
muatan ionnya sedikit. Pada BaCl 5% dengan penambahan albumin telur
diperoleh endapan banyak, Pada CaCl2 5% dengan penambahan albumin telur
diperoleh endapan yang banyak. Dan pada (NH4)2SO4 jenuh juga terdapat
endapan yang banyak, banyaknnya endapan yang diperoleh tergantung pada
konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin tinggi
konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam
mengendapkan protein.
4. Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Dan Asam Organik
Percobaan ini di lakukan untuk mengetahui logam berat dan asam organik
terhadap sifat kelarutan protein. Pada protein dapat di endapkan dalam
bermacam-macam larutan seperti TCA, sulfosalisilat, CuSO 4, Hgcl2 pada
asetat tetapi lebih layak mengendap yaitu CuSO4 dan TCA, karna dalam
CuSO4 mengandung logam berat sehingga lebih banyak mengalami denaturasi
irrefelsibele dengan adanya logam-logam berat seperti CU2+, Hg2+, atau Pb2+
sehingga lebih banyak mengedap, begitu juga TCA banyak menghasilkan
endapan serta pada Hgcl2 banyak mengalami denaturasi irrefersibel karna
dalam Hgcl2 mengandung logam berat, dan pada asam sulfosalisilat ada
endapan sedangkan Pb asetat 5% sedikit mengalami endapan.
5. Uji Percobaan Biuret
Pada percobaan ini dilakukan untuk membuktikan adanya molekul-
molekul peptida dari protein. Pada Ion Cu2+ dari pereaksi biuret dalam suasana
basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang
menyusun protein berbentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet.
Hasil uji biuret albumin 2%, berwarna ungu (violet) bereaksi positif, gelatin
2% berwarna ungu (violet) bereaksi positif, kasein 0,5%, berwarna biru
bereaksi negatif, glisin 2%, berwarna ungu (violet) bereaksi positif.
6. Uji Ninhidrin
Percobaan ini dilakukan umtuk membuktikan adanya asam amino bebas
dalam protein. Pada zat uji albumin 2% diperoleh larutan berwarna ungu
yang menandakan terdapat asam amino bebas. Pada zat uji gelatin 1% dan
kasein 0,5% diperoleh larutan yang berwarna ungu pada gelatin, dan berwarna
bening pada kasein,, yang menandakan pada gelatin terdapat asam amino dan
pada kasein tidak terdapat asam main. Sedangkan pada pepton 0,5% diperoleh
asam amino bebas yang ditandai dengan perubahan warna menjadi ungu.

Semua asam amino- bebas akan bereaksi dengan ninhidrin

(triketohidrinden hidrat) membentuk aldehida dengan satu atom C lebih


rendah dan melepasakan NH3 dan CO2.
7. Uji Xantroprotein
Pada percobaan kami menggunakan larutan uji albumin,
gelatin, kasein, dan tirosin ditambah dengan HNO 3 lalu
dipanaskan dan ditambahkan NaOH. Pada albumin terdapat 2
fase yang membatasi batas lapisan. Hal ini disebabkan
protein yang mengandung cicin benzena (tirosin, triptofan,
dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat, akan
terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning
jika dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam
suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi
jingga. Sedanglkan pada gelatin, dan kasein, tidak terbentuk
warna jingga sehingga tidak membuktikan adanya tirosin,
tiptofan, dan fenilalanin.
8. Uji penentuan Titik Isoelektrik
Percobaan ini di lakukan untuk mengetahui titik isoelektrik (pH
isoelektrik) dari protein secara kualitatif. Berdasarkan hasil yang di lakukan
pada titik isoelektrik yaitu pada pH 3,8 lebih banyak memiliki endapan,
sedangkan pada 4,7 tidak ada endapan dan 5,0 sedikit endapan dan pada 5,3
sedikit endapan terus pada 5,9 tidak ada endapan karna di dalam daerah pH
tertentu di mana protein tidak mempunyai selisih muatan atau jumlah muatan
positif dan negatifnya sama. Semakin rendah titik isoelektrik atau Ph maka
semakin banyak pulla endapan yang dihasilkan.

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Protein tersusun atas unsur Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), dan
Nitrogen (N), ada juga yang mengandung sedikit Belerang (S) dan Fosfor
(P).
2. Protein dapat larut pada pelarut polar, semi polar,asam dan basa dan tapi
tidak larut pada pelarut non-polar.
3. Protein akan mengendap bila ditambahkan dengan garam yang mempunyai
konsentrasi tinggi dan begitupun sebaliknya
4. Pengaruh logam berat dan asam organik terhadap sifat
kelarutan protein adalah logam berat dan asam organik
ketika berikatan dengan protein akan membentuk endapan.
5. Protein yang memiliki molekul peptida akan membentuk
kompleks berwarna ungu setelah diuji biuret.
6. Asam amino bebas dapat diketahui dengan terbentuknya
kompleks warna ungu setelah diuji dengan pereaksi ninhidrin.
7. Asam amino tirosin, tritofan, dan fenilalanin dapat diketahui
dengan terbentuknya dinding pembatas berwarna jingga.
8. Penentuan titik isoelektrik dapat diketahui dengan semakin
jauh jarak pH asam dari kenetralan maka semakin dekat
terjadinya titik isoelektrik dan semakin dekat jarak pH asam
dari kenetralan maka semakin jauh pula terjadinya titik
isoelektrik.

V.2 Saran

1. Untuk Dosen:
Sebaiknya untuk dosen biokimia dalam memberikan materinya agar
waktunya ditambah lagi.
2. Untuk Asisten
Sebaiknya untuk asisten agar tidak mempersulit dalam pembuatan
laporan.
3. Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat dan bahan untuk percobaan lebih dilengkapi agar
praktikum dapat berjalan lebih efektif.
4. Untuk Praktikum
Sebaiknya setelah melakukan percobaan, dilakukan evaluasi kembali
mengenai hasil percobaan secara keseluruhan agar praktikan memahami

DAFTAR PUSTAKA
.

Anda mungkin juga menyukai