PEKERJAAN
UMUM
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Meningkatkan
Kapasitas Masyarakat
2 Jpl ( 90 )
1
Strategi Peningkatan Kapasitas
1) Berikan pengantar kepada peserta, bahwa pada sesi ini akan disampaikan konsep
pengembangan kapasitas PNPMMP. Jelaskan pula, bahwa secara keseluruhan, program ini
memang merupakan program pengembangan kapasitas.
2) Tampilkan media bantu skema gambaran umum strategi pengembangan kapasitas (salin ke
dalam kertas plano ukuran besar), kemudian jelaskan menggunakan bahan bacaan 1.
4) Jelaskan kepada peserta untuk peningkatan kapasitas pada intervensi tahap 3, pihak PNPM MP
mengharapkan masyarakat bisa mengembangkan kebutuhan proses belajar secara mandiri
dengan didampingi oleh fasilitator. Artinya menu menu peningkatan kapasitas ditentukan
oleh masyarakat sendiri.
2) Ajak peserta untuk mendiskusikan metode yang bisa dipakai untuk meningkatkan kapasitas
BKM/LKM, UP dan relawan. Mintalah masing masing peserta untuk menuliskan metode
metode tersebut dalam kartu metaplan. Satu kartu untuk satu metode.
3) Setelah selesai mintalah peserta untuk mengelompokkan kartu kartu dengan isu/metode
yang sama. Kemudian bahas bersama
Peningkatan kapsitas bisa dilakukan melalui : pelatihan, studi banding, bimbingan rutin, On The Job
Training, mengikuti seminar, lokakarya dan sebagainya.
2
Skema Strategi pengembangan Kapasitas PNPMMP
KBN
PNPMMP
Konsultan
KBIK
Komunitas Aktivitas
lain siklus
kota/
kelurahan
KBP
KBK
Pemda
Warga Masyarakat
Produk pengetahuan
baru
PERUBAHAN SOSIAL
3
Powerpoint Slide Strategi Pengembangan Kapasitas PNPMMP
Latar Belakang
Hakikatnya, PNPM Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran
Capacity Building masyarakat dan pemerintah untuk memulihkan dan melembagakan
kembali kapital sosial (social capital) yang telah ada, yakni nilai-nilai dan
prinsip-prinsip universal sebagai landasan kokoh untuk membangun
tatanan masyarakat madani (good governance) yang mampu mandiri
dan berkelanjutan menangani kegiatan penanggulangan kemiskinan
serta pembangunan lingkungan perumahan permukiman di wilayahnya
secara terpadu.
Rancangan Pedoman
Pengembangan Kapasitas Masyarakat
Tidak Berdaya
Masyarakat Masyarakat Masyarakat
Berdaya Mandiri Madani
(Miskin)
PNPM Mandiri Perkotaan 2008
Pro- Poor
Non Pro-Poor Good
Program &
Pro - Poor Policy Governance
Bugeting
Slide 1 Slide 2
Latar Belakang
Dengan orientasi pembelajaran seperti itu,
Sebagai program yang mendorong proses kemandirian masyarakat proses pembelajaran merupakan tanggung
PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan gagasan awal jawab semua pelaku : masyarakat,
pembangunan agar pada saatnya masyarakat bisa mengembangkan organisasi masyarakat sipil, swasta dan
gagasan gagasan baru yang mereka kembangkan sendiri kelompok/organisasi peduli, pemerintah
sehingga terjadi perubahan sosial seperti yang diharapkan daerah, pemerintah pusat, ataupun
Gagasan awal yang dikembangkan oleh PNPM Mandiri Perkotaan konsultan pengelola program.
diharapkan dapat diterima dan dijalankan oleh kelompok sasaran
baik pada komunitas kelurahan maupun pemerintah kota/kabupaten.
Pengenalan gagasan awal dikembangkan melalui proses
pembelajaran dalam siklus siklus kegiatan penanggulangan PNPM Mandiri Perkotaan bertanggung
kemiskinan baik siklus di tingkat kelurahan maupun siklus tingkat jawab untuk menyediakan : (1)
kota/kabupaten.
Diharapkan dari proses belajar awal tersebut bisa muncul gagasan
kebijakan yang mendukung
gagasan (produk pengetahuan) baru yang lebih tepatguna bagi pembelajaran; (2) struktur yang
penanggulangan kemiskinan di kelompok sasaran. memberikan kesempatan belajar.
Produk produk pengetahuan baru akhirnya harus menjadi bagian
dari materi pembelajaran bagi para stakeholder nangkis di tingkat
kelurahan, kota/kabupaten maupun pusat.
Slide 3 Slide 4
4
Untuk memastikan bahwa komitmen pembelajaran ini tercapai
secara terencana PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan
rancangan proses pembelajaran yang tak terlepas dari berbagai KOMUNITAS
kegiatan siklus di tingkat masyarakat/kota dengan
pengembangan komunitas-komunitas belajar sebagai wahana BELAJAR
komunikasi horisontal pada tiap tingkatan .
3 Ta
Berbagi Akses M
asa
lah Membangun
BKM
h ap
Pe
re
Berbagi
asi nc
informasi Id
en
ti fik
KSM
KSM
an
aa
n Pengetahuan dan
2 4 BLM
pengalaman
Pemetaan
Swadaya
PJM
Pronangkis Ruang pembelajaran yang
1
Pelaksanaan
dan
5
terorganisasi bagi siapa saja (anggota
Pemantauan n
aa
6 p
Pe
la
ks
an
masyarakat, LSM, aparat
Berbagi Nilai Review: PJM,
Kelembagaan,
Ta
ha
nilai
Ta
ha
p
Ev
a lu
Keuangan
a si
pemerintahan, perguruan tinggi,
KOMUNITAS pengusaha, dll) yang bersama-sama
BELAJAR berkomitmen untuk menanggulangi
kemiskinan di daerahnya (relawan
relawan peduli kemiskinan)
Slide 5 Slide 6
KOMUNITAS
BELAJAR
Tim CB Jakarta
Strategi Umum
Komunitas Meningkatan pengetahuan, sikap dan kemampuan para pelaku untuk
Belajar Komunitas Belajar
menjalankan program melalui kegiatan pelatihan, coaching dan OJT
Nasional
Konsultan Nasional
Membangun Komunikasi vertikal dari program kepada berbagai pelaku -
CB Specialist
Pengenalan gagasan gagasan awal dikembangkan melalui berbagai
&
Trainer aktivitas komunikasi pada berbagai tingkatan (pusat, daerah dan
kelurahan/desa)
Komunitas Membangun Komunikasi horisontal proses pembelajaran yang
dikembangkan dalam komunitas komunitas belajar. Pada akhirnya anggota
Belajar Komunitas Belajar komunitas belajar mempunyai tanggungjawab untuk mengkomunikasikan
Perkotaan Konsultan Propinsi berbagai hasil belajarnya kepada pihak pihak lain.
Membangun Komunikasi Vertikal dari bawah ke atas gagasan (produk
Korkot & atau
Askorkot pengetahuan) baru yang dihasilkan dari aktivitas pembelajaran pada tingkat
kelurahan/desa dan kota/kabupaten dikomunikasikan kepada berbagai pihak
baik kepada pemerintah maupun kepada stakeholder lain.
Komunit Komunitas Belajar
Produk produk pengetahuan baru yang dikomunikasikan diharapkan
Konsultan Kota/Kab
as SF
bisa menjadi bagian dari : 1) umpan balik kepada program untuk
Belajar memperbaiki berbagai pendekatan agar lebih tepatguna 2) advokasi
kebijakan dan anggaran kepada pihak pemerintah dan 3) mendorong
Keluraha Komunitas Belajar
Tim Faskel
Komunitas Belajar
Tim Faskel channeling dengan berbagai pihak swasta, LSM dan berbagai
n kelompok peduli.
Faskel
Slide 7 Slide 8
5
Gambaran Umum Strategi Pengembangan Kapasitas
PNPMMP
Strategi pengembangan kapasitas PNPMMP secara umum dilakukan melalui tiga cara: pelatihan,
sosialisasi (Komunikasi dan informasi/kominfo), dan melalui siklus. Pelatihan, coaching, on the job
training, dan sosialisasi, banyak berperan dalam pengembangan pengetahuan para pelaku program
dan stakeholder lainnya. Selain itu, kecuali sosialisasi, pelatihan juga dimaksudkan untuk
mengembangkan keterampilan. Sedangkan siklus program, merupakan cara PNPMMP untuk
memberikan pengalaman bagi para pelaksananya. Pengalaman ini yang akan mengubah sikap dan
paradigma berpikir para pelaku program.
KBN
PNPM
Konsultan
KBIK
KBP
Komunitas Aktivitas
lain siklus
kota/
kelurahan
KBK
Pemda
Warga
PERUBAHAN SOSIAL
6
Dari skema strategi pengembangan kapasitas PNPMMP, terlihat bahwa alur pembelajaran bersifat
multiarah, baik vertikal maupun horisontal, sejak dari pimpinan program, konsultan, sampai ke
warga masyarakat. Pada tahap awal, pimpinan program menetapkan gagasan awal, yang
disalurkan melalui para konsultannya kepada warga masyarakat maupun unsur pemerintah.
Diharapkan gagasan awal ini akan terus bergulir sampai tercapainya perubahan sosial.
Hal yang penting untuk diperhatikan, adanya alur dari bawah ke atas, yakni dari produk
pengetahuan warga maupun pemda, ke konsultan dan program. Ini yang disebut dengan
membangun komunikasi vertikal dari bawah ke atas, seperti yang tercantum dalam strategi umum
PNPMMP. Harus ada umpan balik dari level masyarakat dan pemda, kepada konsultan dan
pimpinan pusat, agar terjadi perbaikan atau peningkatan kapasitas pada semua tingkatan.
Produk-produk pengetahuan maupun gagasan baru inipun diharapkan bisa menjadi media
komunikasi dan informasi kepada pihak-pihak di luar PNPMMP, agar tertular paradigma berpikir
PNPMMP, dan turut serta dalam mengembangkan sistem yang lebih pro-poor di negara ini.
Semua proses strategis ini, dikawal pada titik-titik tertentu dengan membentuk simpul-simpul
kolaborasi, yang dalam PNPMMP disebut komunitas-komunitas belajar. Untuk tingkat warga dan
pemerintah kelurahan, dibentuk KBK, komunitas belajar kelurahan. Sedangkan di tingkat kota,
dibentuk KBK (Komunitas Belajar Perkotaan), dan di tingkat nasional, dibentuk KBN atau komunitas
Belajar Nasional. Untuk lebih memperkuat kapasitas internal konsultan, PNPMMP juga
mengembangkan Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK).
7
BELAJAR BERSAMA
MEMBEBASKAN DIRI DARI KEMISKINAN
PEDOMAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN
PENGANTAR
Hakikatnya, PNPM Mandiri Perkotaan merupakan proses pembelajaran masyarakat dan pemerintah
untuk memulihkan dan melembagakan kembali kapital sosial (social capital) yang telah ada, yakni
nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal sebagai landasan kokoh untuk membangun tatanan
masyarakat madani (good governance) yang mampu mandiri dan berkelanjutan menangani
kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan lingkungan perumahan permukiman di
wilayahnya secara terpadu.
Dengan orientasi pembelajaran seperti itu, proses pembelajaran merupakan tanggung jawab
semua pelaku : masyarakat, organisasi masyarakat sipil, swasta dan kelompok/organisasi peduli,
pemerintah daerah, pemerintah pusat, ataupun konsultan pengelola program. PNPM Mandiri
Perkotaan bertanggung jawab untuk menyediakan : (1) kebijakan yang mendukung
pembelajaran; (2) struktur yang memberikan kesempatan belajar; (3) aktivitas yang
mendorong pembelajaran. Untuk memastikan bahwa komitmen pembelajaran ini tercapai
secara terencana daripada sekedar mempercayai bahwa pembelajaran akan terjadi dengan
sendirinya PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan rancangan proses pembelajaran yang tak
terlepas dari berbagai aktivitas program melalui pengembangan komunitas-komunitas belajar.
Untuk itulah pedoman pengembangan kapasitas ini ada.
Sebagai satu pedoman yang bersifat generik, tentulah pedoman ini jauh dari memadai untuk
mengadaptasi dinamika perubahan masyarakat dan pemerintahan daerah. Karena itu, kepada para
capacity builder, jadikan pedoman ini semata-mata sebagai input untuk menyusun skenario
pengembangan kapasitas sesuai ruang hidup dimana anda bekerja.
Salam Pemberdayaan.
8
KONTEKS PNPM MANDIRI PERKOTAAN
Mandiri Perkotaan merupakan salah satu program dibawah kebijakan payung Program
PNPMNasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang dikembangkan Pemerintah Indonesia
untuk mencapai MDGs 2015. Sebagai salah satu program penanggulangan kemiskinan
yang bertujuan mengurangi 50% penduduk miskin di tahun 2015, PNPM Mandiri Perkotaan
meyakini bahwa pendekatan yang efektif untuk penanggulangan kemiskinan adalah perubahan
perilaku masyarakat melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penguatan kapasitas
pemerintah daerah menuju terwujudnya kondisi good governance.
Apa yang dilakukan di tingkat kelurahan/desa tersebut tak akan berarti apabila tak seiring sejalan
dengan visi pembangunan pemerintahan kota/kabupaten. Karena itu, penguatan peran dan
kapasitas pemerintah daerah dan stakeholder kota mutlak diperlukan untuk mengedepankan peran
dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat, terutama
penanggulangan kemiskinan. Seperti halnya masyarakat kelurahan/desa, penguatan ini dilakukan
melalui pelibatan intensif pemda pada pelaksanaan siklus kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan.
Sebagai motor penggerak, program ini berupaya memperkuat peran dan kapasitas Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD). TKPKD inilah yang diharapkan mampu menyusun
Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) dan PJM Pronangkis kota/kabupaten
berbasis aspirasi dan program masyarakat (PJM Pronangkis Kelurahan).
Kesenjangan informasi diyakini sebagai bagian dari lingkaran kemiskinan. Miskinnya informasi
menyebabkan masyarakat kesulitan mengembangkan alternatif kehidupannya. Masyarakat
membutuhkan informasi dan pengetahuan yang dapat mereka manfaatkan untuk meningkatkan
kualitas kehidupannya dalam berbagai aspek (sosial, budaya, kesehatan, ekonomi, politik atau
lingkungan).
9
Sejak reformasi dan otonomi daerah bergulir di Indonesia, informasi mengemuka sebagai suatu isu
keberpihakan kepada orang miskin dan hak (politik). Sebagai isu hak, informasi ditempatkan
sebagai salah satu indikator untuk menilai apakah suatu pemerintahan berjalan baik, bersih,
terbuka (transparan), bertanggung jawab (akuntabel) dan partisipatif (masyarakat dan pemerintah
menjalin hubungan komunikasi dialogis). Kesenjangan informasi/pengetahuan harus dihilangkan
karena hanya warga yang memiliki informasi/pengetahuan yang dapat berpartisipasi aktif. Apabila
warga aktif maka mekanisme pengawasan publik terhadap jalannya pemerintahan akan berfungsi.
Apabila pengawasan warga berjalan, maka pemerintahan pun akan segan melakukan
penyalahgunaan wewenang.
LINGKARAN KETIDAKBERDAYAAN
Kesenjangan Kesenjangan
Akses Informasi Pengetahuan
Kesenjangan Kesenjangan
Spasial Asset
Sebagai satu upaya mewujudkan masyarakat berdaya dan mandiri, PNPM Mandiri Perkotaan
menggunakan komunikasi dan informasi sebagai salah satu media pemberdayaan. Meyakini akses
masyarakat terhadap informasi sebagai hak ternyata tidaklah cukup, diperlukan sebuah proses
pengembangan komunikasi-informasi secara terencana baik yang sifatnya horizontal (warga ke
warga, pemerintah ke pemerintah, swasta ke swasta) maupun vertikal (warga ke pemerintah).
Belajar dari kegagalan model komunikasi yang dikembangkan program-program terdahulu, PNPM
Mandiri Perkotaan meletakkan keterlibatan aktif para pemangku kepentingan di dalam keseluruhan
proses komunikasi pembangunan (komunikasi partisipatoris). Tujuan komunikasi bukanlah
menginformasikan atau mempromosikan gagasan pembangunan kepada masyarakat agar
pembangunan memperoleh legitimasi. Komunikasi yang hendak dikembangkan adalah berbagi
pengetahuan dan pengalaman dalam menganalisis masalah, mengidentifikasi penyelesaiannya dan
melaksanakannya. Setiap pihak yang terlibat dalam dialog tersebut adalah subyek yang memiliki
persepsi, pengetahuan, dan pengalaman. Obyeknya adalah realitas yang akan diperbaiki melalui
proses-proses pembangunan.
Wajah lain dari kemiskinan adalah kesenjangan pengetahuan. Kondisi ini seringkali dinyatakan
sebagai ketidakmampuan orang miskin untuk mengakses pendidikan. Karena pendidikan
diidentikkan dengan ijazah, maka pendidikan rendah berarti berijazah rendah. Logika sebab
akibatnya kemudian mudah ditebak. Berijazah rendah hanya dapat bekerja rendahan, dengan
upah yang rendah. Karena itu, orang miskin pasti tak akan pernah keluar dari kemiskinannya.
10
Pandangan seperti ini pada dasarnya merupakan tradisi pendidikan liberal, paradigma yang
mendominasi konsep pendidikan hingga saat ini. Pendidikan dan pelatihan dalam tradisi ini bersifat
fabrikasi dan mekanisasi untuk memproduksi keluaran pendidikan yang harus sesuai dengan pasar
kerja. Pendidikan tidak toleran terhadap segala sesuatu yang disebut sebagai tidak ilmiah. Murid
dididik untuk tunduk pada struktur yang ada. Masalah pendidikan selalu terletak pada mentalitas
anak didik, kreativitas, motivasi, keterampilan teknis, serta kecerdasan anak didik.
Dengan tradisi liberal seperti itu, tidak memungkinkan bagi pendidikan untuk menciptakan ruang
untuk secara kritis mempertanyakan tentang, pertama struktur ekonomi, politik, ideologi, gender,
lingkungan serta hak-hak asasi manusiadan kaitannya dengan posisi pendidika. Kedua, pendidikan
untuk menyadari relasi pengetahuan sebagai kekuasaan menjadi bagian dari masalah
demokratisasi. Tanpa mempertanyakan hal itu, tidak saja pendidikan gagal untuk menjawab akar
permasalahan kemiskinan tetapi justru melanggengkannya karena merupakan bagian pendukung
dari kelas penindasan dan dominasi.
Karena itu, diperlukan suatu usaha untuk selalu meletakkan pendidikan dalam proses transformasi
keseluruhan sistem perubahan sosial. Pendidikan harus ditujukan untuk pemberdayaan dan
pembebasan, yang selalu mempertanyakan sistem dan struktur sosial, ekonomi dan politik yang
tidak adil (penyebab kemiskinan). Dalam perspektif kritis, proses pendidikan merupakan proses
refleksi dan aksi terhadap seluruh tatanan dan relasi sosial dan bagaimana cara kerjanya dalam
menyumbangkan ketidakadilan dan kesetaraan sosial. Karena itu, tugas utama pendidikan
sesungguhnya adalah pembebasan kaum miskin tertindas. Pembebasan bagi mereka tidak saja
terbebas dari kesulitan aspek material saja, tetapi juga adanya ruang kebebasan dari aspek
spiritual, ideologi, maupun kultural. Sesungguhnya rakyat memerlukan tidak saja bebas dari
kelaparan, tetapi juga bebas untuk mencipta dan mengkonstruksi dan untuk bercita-cita (Paulo
freire).
Pembelajaran Yang Terorganisasi merupakan kapasitas atau proses dalam suatu organisasi
untuk menjaga atau mengembangkan kemampuan berdasarkan pada pengalaman. Pembelajaran
merupakan suatu fenomena dalam tingkatan sistem karena ia akan tetap tertinggal dalam suatu
organisasi, meskipun para pelakunya berganti. Salah satu asumsinya adalah bahwa organisasi-
organisasi belajar sewaktu mereka bekerja. Pembelajaran merupakan tugas yang sama pentingnya
dengan bekerja. Pembelajaran yang terorganisasi timbul melalui serangkaian proses penciptaan
dan perolehan gagasan-gagasan, pengetahuan dan pendekatan-pendekatan baru. Sebagai sebuah
produk, pembelajaran yang terorganisasi merupakan hasil dari serangkaian pembelajaran bersama
yang terjadi dalam rangka menemukan cara-cara yang baru dan yang lebih baik guna mencapai
misi organisasi.
11
Sebuah organisasi pembelajar (learning organisation) merupakan upaya dan tanggung jawab
bersama yang berakar pada aksi/tindakan. Hal ini dibangun berdasarkan orang-orang, pengetahuan
mereka, ketrampilan dan kemampuan untuk berinovasi. Organisasi pembelajar dicirikan (dapat
dilihat) berdasarkan adanya pengembangan yang terus menerus melalui ide-ide, pengetahuan dan
pendekatan-pendekatan baru, yang dipergunakan untuk secara terus menerus mengantisipasi,
berinovasi dan menemukan cara-cara baru yang lebih baik untuk mencapai misinya. Sebuah
organisasi pembelajar tidak dapat tumbuh tanpa adanya suatu komitmen untuk pembelajaran
seumur hidup dari orang-orangnya, sehingga keterkaitan antara pelatihan dan pengembangan
serta pembelajaran menjadi berkelanjutan.
Sebuah organisasi pembelajar merupakan sebuah organisasi yang secara terus menerus
beradaptasi terhadap suatu lingkungan berubah-ubah dan saling terkait. Sebuah organisasi
pembelajar dibedakan dari organisasi-organisasi lain (biasa, yang tidak pembelajar) dalam cara-
cara berikut:
Pembelajaran terintegrasi ke dalam segala sesuatu yang dikerjakan orang; hal ini merupakan
bagian dari sebuah pekerjaan, bukan sesuatu yang ditambahkan pada pekerjaan.
Pembelajaran merupakan suatu proses, bukan suatu kejadian.
Kerja sama merupakan dasar dari semua hubungan.
Setiap individu (dalam organisasi) berkembang dan tumbuh, dan dalam prosesnya terjadi
transfer (peralihan) kepada organisasi tersebut.
Organisasi pembelajar merupakan organisasi yang kreatif, individu-individu menyusun ulang
organisasi tersebut.
Organisasi tersebut belajar dari diri sendiri; para pelaku mengajari organisasi tersebut
mengenai efisiensi, pengembangan kualitas, inovasi, dsb.
Menjadi bagian dari sebuah organisasi pembelajar adalah menyenangkan dan menggairahkan.
Di atas semuanya itu, sebuah persyaratan mendasar yang harus dimiliki adalah bahwa organisasi
tersebut terbuka untuk belajar yang ditunjukkan melalui berbagai cara yaitu:
bersikap terbuka terhadap evaluasi kritis.
mampu untuk mengakui kesalahan-kesalahan, serta memandangnya sebagai kesempatan-
kesempatan untuk belajar.
memiliki komitmen pada pengembangan sumber daya manusia di dalam organisasi/masyarakat
dengan meningkatkan kemampuan individu untuk belajar;
mengembangkan mekanisme-mekanisme penyebaran pengetahuan dan informasi;
memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dan berubah sebagai suatu hasil dari pembelajaran.
12
kemauan untuk terus belajar. Ingatlah bahwa tidak peduli berapa banyak yang telah anda pelajari,
akan selalu ada lebih banyak hal untuk dipelajari.
Dengan orientasi pembelajaran seperti itu, proses pembelajaran merupakan tanggung jawab
semua pelaku : masyarakat, organisasi masyarakat sipil, swasta dan kelompok/organisasi peduli,
pemerintah daerah, pemerintah pusat, ataupun konsultan pengelola program. PNPM Mandiri
Perkotaan bertanggung jawab untuk menyediakan : (1) kebijakan yang mendukung
pembelajaran; (2) struktur yang memberikan kesempatan belajar; (3) aktivitas yang
mendorong pembelajaran. Untuk memastikan bahwa komitmen pembelajaran ini tercapai
secara terencana daripada sekedar mempercayai bahwa pembelajaran akan terjadi dengan
sendirinya PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan proses pembelajaran yang tak terlepas dari
berbagai aktivitas program melalui pengembangan komunitas-komunitas belajar: Komunitas
Belajar Kelurahan/Desa (KBK atau KBD), Komunitas Belajar Perkotaan (KBP), Komunitas
Belajar Nasional (KBN) dan Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK).
KO MUNITAS BELAJAR
Masalah, Kebutuhan ,
dan Potensi Komunitas
Berbagai Media
Pelatihan, Coaching,
Belajar M andiri
Pengembangan Komunikasi
Informasi Komunitas
O pen M enu ( sesuai
kebutuhan komunitas)
Horizontal & Vertikal
Produksi pengetahuan
13
Komunitas belajar dirancang untuk menjawab persoalan kesenjangan informasi dan pengetahuan,
baik di tingkat masyarakat, pemerintah, swasta maupun konsultan. Karena itu, setiap komunitas
akan terdiri dari 2 aktivitas utama sebagai berikut.
Pelatihan/Coaching/Belajar Mandiri.
PNPM Mandiri Perkotaan meyakini bahwa secara alamiah semua orang melakukan
pengembangan kapasitas selama hidupnya. Proses aksi-refleksi-aksi, baik tidak sadar atau
terencana, selalu digunakan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Berangkat dari asumsi
tersebut, pengembangan kapasitas yang didorong oleh PNPM Mandiri Perkotaan lebih ditujukan
untuk memastikan bahwa proses pembelajaran dilakukan secara terencana sehingga efektif
mencapai hasil yang diinginkan.
Secara programatik, PNPM Mandiri Perkotaan mengembangan berbagai pelatihan dan coaching
untuk memastikan proses pembelajaran berjalan efektif. Sebagai supporting bagi
pengembangan kapasitas masyarakat dan pemerintah daerah, pelatihan/coaching yang
dilakukan di PNPM Mandiri Perkotaan bertujuan untuk :
a. Menumbuhkan komitmen para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan dalam penanggulangan
kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat sesuai tugas dan fungsinya.
b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan
terhadap program untuk mencapai standard kompetensi dasar yang ditetapkan.
c. Meningkatkan keterampilan para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan.
d. Menciptakan para pelatih yang memiliki kapasitas untuk mentransfer pengetahuan,
keterampilan dan mampu menumbuhkan sikap dan motivasi para pelaku untuk menuju
kemandirian masyarakat.
Ada tiga kapasitas yang hendak didorong dalam proses belajar, yaitu mengerti, mau dan
mampu. Pertama, mengerti. Pelaku harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman
mengenai :
a. memahami filosofi, visi misi, prinsip dan nilai PNPM
b. tahapan program dan metode serta pendekatan yang harus dilakukan dalam setiap
tahapan kegiatan.
c. Konsep pemberdayaan yang dipakai dan dikembangkan dalam PNPM
d. Pendekatan pembangunan dalam PNPM
Kedua, mau (motivasi). Dalam menjalankan perannya, setiap pelaku harus mempunyai
keyakinan dan motivasi bahwa mereka bagian dari pemecahan masalah sehingga keterlibatan
pelaku dapat membantu mempercepat proses perubahan dan penanggulangan kemiskinan,
sebagai bagian dari tanggungjawab sosial sebagai manusia. Selain motivasi di atas para pelaku
juga harus meyakini bahwa pendekatan pemberdayaan yang dilakukan dalam PNPM
merupakan alternatif pemecahan masalah kemiskinan.
Ketiga, mampu. Setiap pelaku harus mempunyai kemampuan dalam melaksanakan perannya
sebagai pendamping proses pembelajaran di masyarakat yaitu :
a. mampu mengidentifikasi permasalahan kemiskinan , menyusun perencanaan, memfasilitasi
proses penyadaran kritis, melakukan monitoring dan evaluasi sesuai dengan tahapan
program berdasarkan pada nilai dan prinsip PNPM.
b. mampu memfasilitasi proses penyadaran kritis masyarakat dan pihak dalam
penanggulangan kemiskinan.
c. Khusus untuk Pemerintah diharapkan mampu melahirkan strategi dan kebijakan
operasional penanggulangan kemiskinan yang tepatguna.
14
PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan pelatihan berjenjang dan bergerak maju sesuai
dengan pencapaian transformasi sosial melalui tahapan implementasi program. Sebagai satu
stimulan belajar, maka seiring perjalanan waktu intervensi pelatihan harus semakin berkurang
seiring semakin mapannya proses pembelajaran di masing-masing komunitas.
PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan 3 level pelatihan : dasar, madya dan utama, baik
di tingkat kelurahan maupun kota, sesuai dengan pencapaian transformasi sosial yang dicapai
dalam implementasi program.
Pelatihan Dasar untuk mendukung phase 1 Siklus PNPMM Perkotaan : Menuju
Masyarakat Berdaya dan Pemda Pro Poor Policy.
Pelatihan Madya untuk mendukung phase 2 siklus PNPMM Perkotaan : Menuju
Masyarakat Mandiri dan Pemda Pro Poor Program & Budgeting.
Pelatihan Utama untuk mendukung phase 3 siklus PNPMM Perkotaan : Menuju
Masyarakat Madani dan terciptanya Good Governance
Strategi Pelatihan Tingkat Kelurahan/Desa
Masyarakat
MENU Masyarakat MENU Masyarakat MENU Masyarakat
Tidak Berdaya PELATIHAN PELATIHAN PELATIHAN
Berdaya Mandiri Madani
(Miskin) DASAR MADYA UTAMA
Pro- Poor
Non MENU Pro-Poor MENU MENU Good
PELATIHAN PELATIHAN Program & PELATIHAN
Pro - Poor Policy Governance
DASAR MADYA Bugeting UTAMA
Paket-paket pelatihan tersebut akan terdiri dari : Modul Dasar + kapasitas untuk mendukung
kompetensi masing masing pelaku. Karena itu PNPM Mandiri Perkotaan mengembangkan
modul-modul spesifik untuk pelaku-pelaku kunci yaitu:
a) Paket pelatihan relawan;
b) Paket pelatihan BKM;
c) Paket pelatihan untuk UPK, UPS dan UPL;
d) Paket pelatihan untuk fasilitator
e) Paket pelatihan untuk pemda dan stakeholder kota;
f) Paket pelatihan untuk korkot dan askot CD.
Selengkapnya mengenai paket-paket pelatihan ini lihat lampiran.
Pengembangan Komunikasi-
Informasi Komunitas.
15
mengidentifikasi penyelesaiannya dan melaksanakannya. PNPM Mandiri Perkotaan meletakkan
keterlibatan aktif para pemangku kepentingan, terutama masyarakat miskin, di dalam
keseluruhan proses komunikasi pembangunan (komunikasi partisipatoris) baik yang sifatnya
horizontal (warga ke warga, pemerintah ke pemerintah, swasta ke swasta) maupun vertikal
(warga ke pemerintah, kelurahan ke kota, kota ke nasional).
Penciptaan KBK didorong oleh Fasilitator Kelurahan (faskel) sejak awal kegiatan siklus kelurahan
bergulir. Jadi sejak Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) dilakukan, Faskel sudah mulai melakukan
sosialisasi KBK kepada masyarakat dan pemerintah kelurahan/desa. Aktivitas resmi pertama KBK
adalah ketika para relawan memfasilitasi Refleksi Kemiskinan (RK). Kalau melihat bahwa relawanlah
yang kemudian berperan memfasilitasi aktivitas-aktivitas selanjutnya, maka dapat dikatakan
perjalanan aktivitas siklus merupakan perjalanan inisiasi KBK. Pada saat BKM terbentuk, 9 13
relawan akan berbaju anggota BKM, dan sisanya yang jauh lebih banyak akan berbaju
anggota KBK. Baik anggota BKM maupun anggota KBK pada dasarnya adalah relawan-relawan
kemiskinan melalui perannya masing-masing.
16
Beberapa titik strategi pengembangan KBK yang difasilitasi Faskel antara lain :
Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) didesain sebagai titik awal jaringan antar kelompok, organisasi,
atau lembaga; yang dimulai dengan memperkuat relasi antar individu yang terlibat di dalamnya.
Relasi-relasi ini pada akhirnya akan mempengaruhi kebijakan dan tindakan yang dilahirkan oleh
lembaga/organisasi masing-masing. Oleh karenanya, anggota KBP terbuka dan diharapkan bisa diisi
dari berbagai kalangan seperti akademisi (dosen/guru), aktivis LSM, peneliti sosial, aparat
pemerintah, tokoh agama/adat/masyarakat, wartawan, pelaku bisnis, dan lainnya.
Dengan keragaman tersebut, KBP diharapkan bisa menjadi forum untuk belajar, berbagi pemikiran
dan pengalaman, serta melakukan berbagai kajian pembangunan, terutama atas persoalan
kemiskinan yang dilandasi prinsip-prinsip good governance. Pengetahuan dan informasi yang
dihasilkan dapat dijadikan masukan bagi para pengambil kebijakan tingkat kota (pemerintahan
daerah). Karena itu, KBP, jika ingin mengambil peran strategis, harus memiliki visi dan misi
strategis sebagai pemberi arah atas apa yang ingin dicapai dari setiap kegiatan yang dilakukan.
Korkot dan Forum BKM Kota/Kabupaten berperan mendorong terbangunnya KBP sejak awal
kegiatan siklus kota bergulir. Jadi sejak sosialisasi tingkat kota dilakukan, Korkot sudah mulai
melakukan sosialisasi KBP kepada masyarakat dan pemerintah kota/kabupaten.
17
Proses belajar dalam KBP adalah proses yang interaktif dan inklusif. Setiap individu yang tergabung
dalam KBP memiliki ruang dan kesempatan yang sama untuk menyampaikan gagasan dan
pemikirannya, sesuai dengan latar pengalaman masing-masing. Dalam KBP, pengalaman setiap
individu selalu dinilai sebagai sumber pengetahuan yang berharga, yang bisa memperkaya dan
memperkuat upaya perumusan strategi penanggulangan kemiskinan di daerah masing-masing.
KBP juga tidak dimaksudkan untuk menjadi tempurung yang menjadikan setiap pegiat di dalamnya
hanya menjadi katak semata. Melalui KBP, justru diharapkan bisa mendorong setiap anggotanya
untuk lebih aktif mencari informasi dan pengetahuan yang bermanfaat. Berdiskusi dan
mendengarkan paparan dari kelompok atau forum lain bisa memberi inspirasi bagi rumusan strategi
penanggulangan kemiskinan. Dalam konteks ini, beragamnya program penanggulangan kemiskinan
yang diselenggarakan di Indonesia misalnya, mesti dilihat sebagai peluang untuk mendapat
pelajaran atau bahkan sinergi bersama.
Pro- Poor
Non Pro-Poor Good
Program &
Pro - Poor Policy Governance
Bugeting
Sasaran
PERUBAHAN KOMITMEN KEPALA KELEMBAGAAN STRATEGI & PEMBELAJARAN PROGRAM & PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN
CARA PANDANG DAERAH UNTUK NANGKIS DAERAH PROGRAM SINERGI ANGGARAN OPTIMALISASI TRANSPARANSI & PENERAPAN
PEMDA TERHADAP NANGKIS SEJALAN (TKPKD) NANGKIS DAERAH DGN MASYARAKAT NANGKIS UNTUK SUMBER DAYA AKUNTABILITAS GOOD GOVERNANC
KEMISKINAN DENGAN VISI/MISI (SPKD & PJM MELALUI LOKASI BARU DARI LUAR PENGGUNAAN PEMBANGUNAN
BANGDA PRONANGKIS) KEMITRAAN (REPLIKASI) (CHANNELING) ANGGARAN LINGKUNGAN
PROGRAM NANGKIS KOTA
(PAKET)
Aktivitas
3 Ta 8
sa
la
h Pe me ta a n h ap Sin e r g i d g n 12
Ke misk in a n Pe Pe re n c a n a a n Sin e r g i d g n
Ma Ko ta re
si nc Ma sya ra k a t Pe re n c a n a a n
ika an Ma sya ra k a t
ti f aa
en n
Id
2 4
KBP PenguatanTKPKD Pe n yu su n a n
SPKD & PJ M 7 9 11 13
Pro n a n g k is Orie n ta si Pelaksanaan Orie n ta si Pelaksanaan
Pe me ta a n dan Pe me ta a n dan
Ke misk in a n Pemantauan Ke misk in a n Pemantauan
1 5 Ko ta Ko ta
Sosialisasi Pelaksanaan
Kelompok dan
Pemantauan n 10
Strategis
an
aa 14
ks
la
6 p
Pe
ha
Ta
Ta
ha
p
Ev
al u
as
i
Di tingkat nasional, PNPM Mandiri Perkotaan mendorong terbangunnya ruang pembelajaran bagi
individu-individu tingkat nasional yang berkomitmen untuk menanggulangi kemiskinan.
Pengembangan KBN didorong oleh Konsultan Manajemen Pusat (KMP) untuk :
1) merefleksikan implementasi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mempelajari faktor-faktor yang
mendukung dan menghambat kegiatan, aspek-aspek yang masih dapat dipertahankan dan
yang perlu dirubah, dan peluang pengembangan dan keberlanjutan program;
2) sharing pembelajaran antarprogram, baik program yang dijalankan pemerintah maupun non-
pemerintah;
3) forum kajian untuk memproduksi konsep atau gagasan baru dalam konteks pemberdayaan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan;
4) sebagai kelompok lobby perubahan kebijakan untuk mengembangkan suasana yang kondusif
bagi penanggulangan kemiskinan baik di level nasional maupun daerah.
18
6. KOMUNITAS BELAJAR INTERNAL KONSULTAN
PNPM Mandiri Perkotaan percaya bahwa proses-proses pembelajaran secara alamiah telah berjalan,
baik di masyarakat maupun pemerintahan. Hasil pembelajaran ini sadar tak sadar - telah
mendorong terjadinya transformasi sosial tertentu. Konsultan PNPM Mandiri Perkotaan harus
tanggap terhadap perubahan ini. Konsultan PNPM Mandiri Perkotaan harus menjadi lebih baik
dalam hal apa yang mereka lakukan, untuk belajar lebih dari pengalaman mereka, untuk secara
terus menerus memperbaiki diri untuk mampu menyesuaikan dengan realitas yang selalu berubah.
Konsultan PNPM Mandiri Perkotaan perlu untuk belajar bagaimana untuk terus belajar.
Pada tingkatan individu, Peter Senge, menjelaskan tanggung jawab para pelaku pembelajaran
secara terus menerus :
Mengenali prioritas atau nilai-nilai keseluruhan dari diri mereka sendiri dan apa yang mereka
inginkan untuk hidup dan bekerja mereka memiliki suatu visi pribadi
Mengambil satu peranan aktif di dunia ini dan dalam bekerja.
Menyisihkan waktu untuk memikirkan dan merefleksikan pengalaman mereka di dunia dan
pekerjaan mereka
Mencari umpan balik terbaru dan informasi berguna mengenai dunia ini (termasuk pekerjaan)
dan kegiatan-kegiatan mereka di dalamnya
Tetap terbuka sebisa mungkin terhadap umpan balik (yang membutuhkan derajat kedewasaan
yang cukup dan menghilangkan hambatan dalam diri sendiri)
Memiliki keberanian untuk berubah dan membuat penyesuaian-penyesuaian sambil jalan, --
berdasarkan pada umpan balik yang diperoleh selama proses--, pada cara hidup mereka dan
melaksanakan pekerjaan mereka agar dapat lebih mendekati pemenuhan prioritas dan nilai-
nilai mereka.
PNPM Mandiri Perkotaan merancang KBIK melalui 2 strategi utama yaitu mekanisme
pembelajaran berjenjang dan e-Learning.
19
konsultan penanggulangan kemiskinan. Mekanisme pembelajaran berjenjang dirancang sebagai :
(1) mekanisme pembelajaran horizontal (peer learning) sesama rekan konsultan; dan
(2) mekanisme pembelajaran vertikal (coaching) dari bawah ke atas sebagai ruang
pertemuan antara rancangan konsep dan implementasi lapangan. Pertemuan antara
rancangan dan implementasi inilah yang utamanya diharapkan dapat memproduksi pengetahuan
baru sebagai hasil pembelajaran.
20
Provinsi 2. Evaluasi kemajuan CB Spesialist Laporan kemajuan
aktivitas program dan Trainer. aktivitas program
kota/kabupaten. kota/kabupaten.
3. Identifikasi upaya Rencana
pemenuhan pemenuhan
pengembangan pengembangan
kapasitas tim Korkot kapasitas internal
untuk menjawab tim Korkot
tantangan aktivitas Feed back
lapangan (substansi, metode,
4. Rencana tindak lanjut cerita lapangan,
5. Diskusi tematik dgn dsb) terhadap
mengundang modul pelatihan.
narasumber Rencana kerja
bulan berikutnya.
21
terbangun sejak lama. Beberapa inisiatif yang telah berjalan antara lain melalui website, milist,
email ataupun chatting. Hanya saja pemanfaatannya belum optimal.
Berangkat dari kondisi tersebut, program penanggulangan kemiskinan ini sejak tahun 2008 akan
mulai bersungguh-sungguh menerapkan e-Learning secara bertahap meluas terhadap semua
konsultan. Untuk tahun 2008, e-Learning akan mulai diterapkan pada Komunitas Belajar Konsultan
Nasional. Harapannya, terjadi efek bola salju terhadap komunitas belajar konsultan lainnya baik di
masa sekarang maupun mendatang.
Mekanisme penerapan e-Learning dalam Komunitas Belajar Konsultan Nasional dirancang sebagai
berikut.
Tim Capacity Building di KMP berperan sebagai service provider, terutama memproduksi
learning object (modul/materi belajar) yang dapat diakses gratis oleh siapapun, terutama
anggota Komunitas Belajar Konsultan Nasional. Dengan bahan dasar learning object ini, para
anggota komunitas belajar konsultan nasional dapat mengembangkan bahan belajar (mengedit
atau memperkaya) sesuai kebutuhan pengembangan kapasitas diri, konsultan lain, pemerintah
maupun masyarakat. Untuk memastikan kualitas pengembangan bahan belajar dan upaya
memperkaya learning object, setiap pengembangan bahan belajar dikirim kembali ke service
provider.
Setiap anggota harus memiliki rencana pembelajaran perseorangan, sebagai satu upaya
untuk memusatkan usaha-usaha pembelajaran di masa datang sehingga lebih sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan, minat dan gaya belajar setiap individu.
Secara berkala dua bulan sekali berselang dengan pertemuan tatap muka di Jakarta
anggota komunitas belajar konsultan nasional mengikuti e-Learning pengembangan kapasitas
rutin atau pelatihan tertentu. Di akhir proses belajar, akan dilakukan evaluasi untuk menilai
peningkatan kapasitas peserta belajar dan keefektifan bahan belajar.
Penerapan e-Learning ini terhadap anggota komunitas belajar konsultan nasional menggunakan
reward dan punishment. Akan dikembangkan sistem penilaian yang akan berkaitan langsung
dengan sistem penilaian kinerja. Bagi yang telah mengikuti pelatihan tertentu melalui e-
Learning dan ujiannya lulus, akan mendapat poin tertentu. Sebaliknya, kalau tidak mengikuti
pelatihan melalui e-Learning yang telah disyaratkan, penilaian kinerja akan menurun dan akan
berpengaruh terhadap keberlangsungan pekerjaan.
Penerapan e-Learning ini mensyaratkan ketersediaan infrastruktur baik di Jakarta maupun
provinsi. E-Learning juga membutuhkan proses sosialisasi dan internalisasi budaya belajar
mandiri. Karena itu dibutuhkan dukungan penuh dari pengelola program baik dalam kebijakan
manajemen sumber daya manusia, manajemen pelatihan maupun dukungan dana.
22
SINERGI PEMBELAJARAN Tim CB Jakarta
Komunitas
Belajar
Nasional Komunitas Belajar
Konsultan Nasional
CB Specialist
&
Trainer
Komunitas
Belajar Komunitas Belajar
Konsultan Propinsi
Perkotaan
Korkot & atau
Askorkot
Komunitas Belajar
Konsultan Kota/Kab
Komunitas SF
Belajar
Kelurahan Komunitas Belajar
Tim Faskel
Komunitas Belajar
Tim Faskel
Faskel
Untuk memastikan komitmen pembelajaran ini tercapai secara terencana, PNPM Mandiri Perkotaan
mengembangkan struktur berjenjang tim capacity building sebagai berikut.
Tim Capacity
Building KMP
Capacity
Building Trainers KMW
Spec
Faskel Faskel
Lokasi lama Lokasi baru
23
a. Tim Capacity Building KMP
Tanggung jawab utama tim capacity building KMP adalah memastikan proses pembelajaran di
semua level berjalan sesuai rencana. Untuk itu, tim ini berwenang : (1) melakukan
monitoring evaluasi, sebagai satu proses untuk melihat dan memikirkan kembali rencana dan
proses pembelajaran yang telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran; (2)
mengembangkan skenario dan tools pembelajaran baru (modul pelatihan, media komunikasi,
dsb) untuk mengakselerasi proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Tim capacity building KMP akan dipimpin oleh 1 orang manager capacity building, yang akan
membawahi 4 bidang (peran) : (1) manajemen pelatihan; (2) knowledge management; (3)
pengembangan media komunikasi pembelajaran; dan (4) manajemen data dan evaluasi
pembelajaran.
PERAN TUGAS
1 Manajemen Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kapasitas pelaku
pelatihan program
Merencanakan proses pengembangan kapasitas pelaku program
Melaksanakan/memonitoring pelaksanaan pengembangan
kapasitas
Meng-evaluasi kemajuan pengembangan kapasitas
Mengorganisir & memperkuat pemandu nasional.
2 Knowledge Mengembangkan & mendiseminasikan modul pengembangan
Management kapasitas.
Mengembangkan & mendiseminasikan training kit
Mereproduksi hasil pembelajaran lapangan
Mengembangkan pengetahuan baru untuk memperkuat kapasitas
pelaku program sesuai dengan tantangan perkembangan
lapangan.
3 Pengembangan Mengembangkan strategi sosialisasi dan komunikasi massa
media komunikasi Mengembangkan aktivitas dan media sosialisasi dan komunikasi
pembelajaran massa
Mengembangkan & mendiseminasikan media bantu
pengembangan kapasitas
Memonitoring dan mengevaluasi efektivitas kegiatan sosialisasi
dan komunikasi massa
4 Manajemen data Mengembangkan sistem dan instrument monitoring evaluasi
dan evaluasi kegiatan pengembangan kapasitas.
Mengembangkan database penilaian kemajuan belajar pelaku
program
Mengelola website pengembangan kapasitas
Tim capacity building KMW bertanggungjawab atas proses pembelajaran di wilayah kerjanya
(proses pembelajaran tingkat kota dan kelurahan). Sesuai hierarkhi, tim ini memberikan laporan
pertanggung jawaban tugasnya kepada tim capacity building KMP. Seperti halnya tim capacity
building KMP, tim capacity building KMW juga berwenang untuk melakukan monitoring evaluasi
proses pembelajaran tingkat kota dan kelurahan, serta mengembangkan skenario dan tools
pembelajaran baru sesuai kondisi lapangan. Tugas tak kalah penting, selama ini luput dilakukan,
adalah memproduksi hasil pembelajaran lapangan (best practise). Tim capacity building KMW
terdiri dari 1 orang capacity building spesialist, 2 orang trainer dan Pemandu Nasional.
24
PERAN TUGAS
CAPACITY BUILDING SPECIALIST
1 Manajemen pelatihan Melaksanakan/memonitoring pelaksanaan
pengembangan kapasitas di wilayah kerjanya.
Meng-evaluasi kemajuan pengembangan kapasitas
pelaku program di wilayah kerjanya
Melaksanakan, memonitoring dan mengevaluasi
efektivitas kegiatan sosialisasi dan komunikasi massa
2 Knowledge Management Memproduksi hasil pembelajaran lapangan
3 Manajemen data dan evaluasi Mendokumentasikan hasil monitoring evaluasi kegiatan
pengembangan kapasitas di wilayah kerjanya.
TRAINERS
1 Memandu/memfasilitasi kegiatan Memandu pelatihan, coaching.
pengembangan kapasitas Mengidentifikasi kebutuhan dan mengembangkan
upaya-upaya pemenuhan kebutuhan pengembangan
kapasitas spesifik/suplemen pelaku program di wilayah
kerjanya.
2 Knowledge Management Mengembangkan & mendiseminasikan modul
spesifik/suplemen untuk pengembangan kapasitas
pelaku program di wilayah kerjanya berdasarkan
learning material dari website pelatihan.
Memproduksi hasil pembelajaran lapangan
PEMANDU NASIONAL
1 Memandu/memfasilitasi kegiatan Memandu pelatihan, coaching.
pengembangan kapasitas
2 Knowledge Management Memproduksi hasil pembelajaran lapangan
REFERENSI
1. Tim Partnership for e-Prosperity for the Poor (Pe-PP), Memberdayakan Masyarakat dengan
Mendayagunakan Telecenter, 2007.
2. Tim Partnership for e-Prosperity for the Poor (Pe-PP), Mengelola Program Infomobilisasi, 2007.
3. ACCESS dan Pembelajaran yang Berkelanjutan
4. Rahardjo, Toto, et, al., Pendidikan Populer : Panduan Pendidikan untuk Rakyat, Read Books,
2001.
25
Modul 2
Topik: Tahapan Pembelajaran Masyarakat
2 Jpl ( 90 )
26
Memahami Tahapan Pembelajaran Masyarakat
1) Nyatakan bahwa kita yang hadir di sini merupakan Fasilitator Pembaharuan . Kewajiban moral
ini otomatis melekat karena kita berada di sini sekarang dan menerima fasilitas belajar ini dari
negara. Kita akan bersama sama untuk membahas tahapan belajar masyarakat yang kita
dampingi
2) Tampilkan atau bagikan Media Bantu Pembelajaran Masyarakat. Jelaskan tahap demi tahap
secara garis besar saja karena diskusi lebih jauh akan kita lakukan dalam modul modul
selanjutnya
3) Beri kesempatan peserta untuk mengajukan satu dua pertanyaan. Diskusikan bersama seluruh
peserta
4) Tutup diskusi dengan menyampaikan kembali pokok-pokok pembelajaran yang telah diraih.
1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan mulai kegiatan 3 yaitu membahas mengenai peran
fasilitator dan para pihak dalam proses pembelajaran masyarakat.
2) Ingatkan kembali kepada tahapan pembelajaran yang sudah dibahas dalam kegiatan
sebelumnya, kemudian diskusikan apa peran fasilitator dan para pihak dalam setiap tahapan.
Gunakan tabel di bawah ini untuk mempermudah proses diskusi.
27
Tahapan Kegiatan Belajar Peran fasilitator Peran pihak lain (sebutkan
pihak mana saja yang
diharapkan perannya)
3) Refleksikan hasil diskusi dan beri penegasan penegasan apabila diperlukan, berikan informasi
bahwa kita akan mendiskusikan lebih jauh bagaimana cara untuk mengidentiifkasi kebutuhan
belajar pada coaching selanjutnya.
28
Belajar dari Pengalaman
Proses pembelajaran yang dipakai adalah belajar dari pengalaman atau seringkali disebut sebagai
pengalaman berstruktur. Cara ini dipakai agar dalam proses belajar tersebut , warga belajar
terbiasa untuk menganalisa persoalan dan kebutuhan hidupnya agar menjadi manusia yang kritis.
1. Melakukan atau
Mengalami
5. Menerapkan 2. Mengungkapkan
Mengungkapkan
Pada proses belajar bersama dalam kegiatan belajar di BKM/LKM, UP & relawan, para warga belajar
diajak untuk mengungkapkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
29
Menyimpulkan
Anggota BKM/LKM, UP & relawan diajak untuk merumuskan makna dari pengalaman dan kondisi
kehidupan yang dialami tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengetahuan baru
yang lebih utuh, berupa prinsip prinsip atau kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian
atas pengalaman tersebut.
Penerapan
Anggota BKM/LKM, UP & relawan diajak untuk merumuskan dan merencanakan tindakan
tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru tersebut,
sehingga sangat memungkinkan untuk menciptakan kenyataan kenyataan baru yang lebih baik.
Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum pemahaman baru penemuan baru tersebut
dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat uji
coba.
Setiap orang sering melalui tahapan yang berbeda beda dalam proses belajar, ada yang belajar
dimulai dari pengalaman nyata, ada yang mulai dari pengamatan, dan seterusnya. Untuk kelompok
anak anak apabila pengalaman ini belum didapatkan proses mengalami bisa dilakukan melalui
berbagai kegiatan yang dirancang khusus misalnya melalui permainan, menanam tumbuh
tumbuhan dalam pot, atau kegiatan lainnya dan setelah itu mereka diajak untuk mengamati
kegiatan bersama sama.
Kegiatan belajar dalam BKM/LKM, UP & relawan dapat dimulai dari proses identifikasi kebutuhan,
perencanaan proses belajar, pelaksanaan kegiatan belajar , penilaian perkembangan belajar dan
penerapan hasil belajar dalam kehidupan sehari hari.
Perubahan Sosial
Identifikasi
Kebutuhan
Partisipasi Masyarakat Belajar
Penilaian Rencana
Perkembangan Proses
Belajar Belajar
Pelaksanaan
Kegiatan
Belajar
30
Identifikasi Kebutuhan Belajar :
Sebelum memulai proses pembelajaran, kita terlebih dahulu harus mengetahui apa yang ingin
dipelajari oleh anggota BKM/LKM, UP & relawan hal ini disebut dengan identifikasi kebutuhan
belajar. Kebutuhan belajar ini biasanya berkaitan dengan kebutuhan pemecahan masalah yang
dihadapi oleh anggota kelompok yang semestinya sudah bisa diperkirakan dari sejak refleksi
kemiskinan, misalnya ada kelompok buta aksara, ada kelompok yang harus menambah
pengetahuannya mengenai kesehatan, ada kelompok yang membutuhkan tambahan pengetahuan
dan keterampilan membuat kue, cara menghitung biaya untuk berjualan dan sebagainya. Harus
diperhatikan bahwa setiap anggota mempunyai kebutuhan yang berbeda beda, tetapi biar
bagaimanapun pasti ada beberapa anggota yang mempunyai kebutuhan dan harapan harapan
yang sama dan bisa dijadikan satu kelompok.
31
Modul 3
Topik: Identifikasi Kebutuhan Belajar
2 Jpl ( 90 )
Bahan Bacaan:
1. Identifikasi Kebutuhan Belajar
Kertas Plano
Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
32
Identifikasi Kebutuhan Pengetahuan BKM/UP/Relawan
1) Ingatkan kepada peserta mengenai tahapan perkembangan belajar yang sudah dibahas pada
modul sebelumnya.
2) Sampaikan kepada peserta bahwa saat ini kita akan memasuki langkah pertama tahapan
pembelajaran masyarakat yaitu menemukan kebutuhan belajar masyarakat. Jelaskan
pentingnya melakukan identifikasi kebutuhan belajar.
Identifikasi kebutuhan belajar dilakukan untuk mengetahui masalah dan kebutuhan warga
belajar sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh warga belajar .
4) Setelah diskusi kelompok selesai, lakukan diskusi kelompok dengan teknik komedi putar untuk
memperkaya hasil diskusi.
5) Setelah selesai, persilahkan juru bicara kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya serta tanggapan dari kelompok tamu.
33
Komidi PutarJaga Warung. Disebut komidi putarjaga warung karena para peserta
dari satu kelompok diskusi akan mengunjungi kelompok diskusi lain dengan cara berputar
(mirip komidi putar); sedangkan di kelompok yang dikunjunginya itu ada orang yang akan
menerima kedatangan kelompok lain (seperti orang yang sedang jaga warung).
Langkah-langkah untuk melakukan diskusi komidi putarjaga warung ini adalah sebagai
berikut :
a. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi kecil. Masing-masing kelompok
itu ditugaskan untuk mendiskusikan topik yang berbeda;
Setelah selesai diskusi di kelompok kecil, minta 2 anggota dari setiap kelompok
untuk tetap tinggal di kelompoknya untuk jadi penjaga warung; sedangkan sisa
anggota kelompok akan berputar mengunjungi kelompok-kelompok yang lainnya
(berkomidi putar). Tugas dari penjaga warung adalah menjelaskan hasil diskusi
di kelompoknya, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anggota
kelompok lain yang berkunjung, dan sekigus juga mendiskusikannya. Tugas dari
anggota yang berkomidi putar adalah meminta penjelasan dari penjaga warung
kelompok yang dikunjunginya, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan sekaligus
mendiskusikannya;
b. Lakukan diskusi komidi putarjaga warung ini sampai masing-masing kelompok
itu terkunjungi semua;
c. Setelah selesai, bawa hasil diskusi komidi putarjaga warung ini untuk dibahas
lebih lanjut dan sekaligus dikaji ulang di kelompok besar (pleno).
Penjaga
W
Pengunjung
Diskusi dengan cara komidi putarjaga warung ini biasanya dipilih dan digunakan untuk
membahas topik-topik yang relatif kompleks, dan ada sejumlah subtopik yang harus
dibahas. Dengan menggunakan cara ini, hasil diskusi di setiap kelompok kecil akan
memungkinkan untuk dipertukarkan satu sama lain, dibahas, serta diperdalam, tetap
dalam kelompok kecil (tidak dalam kelompok diskusi besar/pleno); meskipun pada
akhirnya, setelah diskusi ini selesai, baik hasil diskusi kelompok kecil maupun diskusi
komidi putarjaga warung, akan dikaji ulang dalam kelompok besar (pleno).
34
Prioritas Materi Belajar
1) Ajak peserta untuk kembali melihat daftar materi belajar. Ajak peserta untuk menyeleksi :
mana materi belajar yang mendesak untuk dipelajari? Biarkan peserta menilai sendiri ukuran
kemendesakan itu. Salah satu ukuran yang bisa dipakai misalnya, kalau tidak segera dipelajari
akan semakin menimbulkan atau memperparah kondisi masyarakat korban.
Seberapa cepat proses belajar juga sangat ditentukan oleh frekuensi pertemuan .
Pengalaman menunjukkan tidak mudah menggulirkan proses belajar secara rutin. Kunci
sukses pertama adalah lakukan pertemuan belajar sesegera mungkin dan persiapkan
sebaik mungkin. Ingat bunyi iklan berikut kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya
terserah anda. Pertemuan pertama akan sangat menentukan minat orang untuk
mengikuti proses belajar berikutnya.
35
Identifikasi Kebutuhan Belajar
(Diadaptasi dari Membangun Masyarakat Pembelajar UNESCO & SPPM)
Pada proses awal pengembangan BKM/LKM, UP & relawan, kita harus memastikan adanya anggota
anggota yang berminat untuk mengikuti kegiatan. Untuk menjaring anggota tentu saja
keberadaan BKM/LKM, UP & relawan harus diinformasikan kepada warga masyarakat sehingga
siapapun bisa menjadi anggota dan dapat belajar bersama sama di dalam BKM/LKM, UP &
relawan, baik perempuan maupun laki laki, dewasa maupun anak anak.
Setelah terjaring anggota, undanglah mereka dalam pertemuan untuk menentukan kebutuhan
belajar apa untuk masing masing anggota yang berhubungan dengan masalah masalah
kesejahteraan keluarga seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan dan sebagainya. Hal ini
penting untuk mengetahui apa sebenarnya masalah masalah, kebutuhan kebutuhan serta yang
mereka harapkan dari kegiatan belajar dari para anggota. Selain hal tersebut, penting pula untuk
diketahui kemampuan keaksaraan, tingkat pendidikan dan kondisi kondisi lainnya dari anggota .
Dengan mengetahui hal hal tersebut, maka kita akan dengan mudah menentukan dan merancang
materi materi belajar untuk masing masing kelompok.
Identifikasi kebutuhan belajar dilakukan untuk mengetahui masalah dan kebutuhan warga belajar
sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan kemudian lebih efektif.
Daftar masalah, kebutuhan dan tingkat kemampuan warga belajar ternyata banyak dan beragam.
Biasanya akan terjadi kesulitan bagi kita untuk menyusun materi belajar yang bisa merangkum
seluruh harapan anggota. Diskusi bersama untuk menentukan kebutuhan belajar bisa dilakukan
dengan mendaftar kebutuhan masing masing. Apabila anggota BKM/LKM, UP & relawan relatif
banyak (lebih dari 10 orang), di dalam pertemuan mintalah anggota BKM/LKM, UP & relawan
untuk berkelompok dan mendiskusikan dan memilih kebutuhan belajar. Setelah selesai diskusi
dalam kelompok kemudian bahas bersama apakah ada kebutuhan yang sama dari setiap kelompok
ataukah ada yang berbeda. Buatlah tabel untuk memudahkan diskusi dan mendapatkan daftar
kebutuhan belajar.
36
Memprioritaskan Kebutuhan Belajar
Dalam identifikasi kebutuhan, pastinya akan banyak sekali kebutuhan yang muncul dan tidak
semuanya bisa dibahas dalam proses belajar yang akan dilaksanakan. Biasanya tidak semua
kebutuhan satu kelompok merupakan kebutuhan kelompok lainnya. Kadang kadang ada
kebutuhan yang dirasakan sama oleh beberapa anggota kelompok sekaligus. Buatlah prioritas
kebutuhan belajar bersama sama, para anggota lah yang mempertimbangkan, menyeleksi dan
menentukan kebutuhan kebutuhan tersebut.
Seluruh masalah yang sudah diseleksi bisa dibagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu masalah
masalah strategis dan masalah masalah praktis. Masalah strategis adalah masalah yang
membutuhkan pemecahan jangka panjang. Masalah praktis adalah masalah masalah yang
mendesak, serta membutuhkan penanganan jangka pendek untuk memecahkannya.
Contoh ;
Dari hasil identifikasi di atas, kemudian kita bisa menentukan materi pembelajaran apa yang
diperlukan. Buatlah daftar materi belajar yang diperlukan dan siapa saja yang membutuhkan materi
belajar tersebut.
37
Modul 4
Topik: Perencanaan Proses Belajar
1 Jpl ( 45 )
Kertas Plano
Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
38
Menyusun Rencana Belajar BKM/UP/Relawan
1) Sampaikan kepada peserta, setelah kita mengidentifikasi kebutuhan informasi dan pengetahuan
masyarakat, saat ini kita berdiskusi menyusun rencana belajar masyarakat tersebut. Tempelkan
di dinding kesepakatan hasil identifikasi kebutuhan belajar sehingga semua peserta bisa
melihatnya.
2) Jelaskan bahwa kita akan kembali berdiskusi dalam kelompok. Pembagian kelompok dan
anggotanya dapat saja sama seperti kelompok sessi sebelumnya disesuaikan dengan urutan
prioritas hasil identifikasi kebutuhan belajar.
3) Tugas setiap kelompok adalah mendiskusikan dan menyusun rencana belajar. Matriks berikut
ini dapat dijadikan alat bantu.
Topik
Tujuan Peserta Metode Media Narasumber Tempat Waktu
Belajar
Satu topik belajar tidak selalu dapat dilakukan dalam 1 kali pertemuan. Seringkali, apalagi
jika topik tersebut menyangkut masalah yang sulit atau tujuannya terfokus kepada
perubahan sikap/perilaku warga belajar, memerlukan waktu lebih dari 1 kali pertemuan.
Selain itu pengaturan waktu perlu juga mempertimbangkan waktu belajar masyarakat
yang kadang-kadang hanya 2 3 jam per pertemuan.
4) Setelah diskusi kelompok selesai, mintalah masing masing untuk memaparkan hasil
diskusinya.
6) Sepakati bersama seluruh peserta bahwa inilah rencana belajar kita semua. Sekali lagi kita
bertanggung jawab mempersiapkan dan menjalankannya.
39
Merancang Proses Belajar
Rencana belajar penting untuk dibuat, ini akan membantu kita untuk mengelola langkah demi
langkah kegiatan pembelajaran. Sebuah rencana belajar, sekurang kurangnya berisi uraian rinci
tentang topik, tujuan, metode, media, rencana evaluasi, jumlah pertemuan, tempat dan waktu
pertemuan, dan lain lain yang dipandang perlu.
Ada dua hal yang harus dilakukan dalam merancang proses belajar , yang pertama menyusun
rencana belajar bersama anggota BKM/LKM, UP & relawan. Kedua Menyiapkan bahan dan alat yang
diperlukan guna mendukung proses belajar nantinya.
Rencana Belajar
Rencana belajar, sebaiknya disusun bersama sama dengan anggota BKM/LKM, UP & relawan.
Setiap kebutuhan belajar yang sudah diidentifikasi sebelumnya dirinci topiknya, tujuan belajarnya,
metodenya, media yang akan digunakan serta rencana evaluasinya.
Contoh :
40
Kebutuhan Prioritas 2
Tujuan
Topik
Rencana evaluasi
Waktu
Tempat
Buatlah tabel tabel rencana belajar berdasarkan prioritas belajar yang sudah ditentukan
sebelumnya.
Dalam menentukan rencana belajar, kita harus mengingat beberapa hal penting, antara lain :
Satu masalah prioritas tidak selalu dirinci menjadi 1 topik belajar. Kadang kadang kita
diharuskan memperinci satu masalah yang kompleks menjadi beberapa topik.
Satu topik tidak selalu memerlukan waktu 1 kali pertemuan. Seringkali, apalagi jika topik
tersebut menyangkut masalah yang sulit atau tujuannya terfokus kepada perubahan
sikap/perilaku warga belajar, memerlukan waktu lebih dari 1 kali pertemuan. Dalam hal ini
kita harus selalu mempertimbangkan waktu belajar warga yang kadang kadang hanya 2
3 jam.
Persiapan
Sebelum proses belajar dimulai, berdasarkan kepada rencana yang sudah dibuat maka kita harus
mempersiapkan bahan bahan dan segala sesuatu yang yang diperlukan untuk mendukung
kelancaran proses belajar.
41
Modul 5
Topik: Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
2 Jpl ( 90 )
Bahan Bacaan:
Menilai Proses dan hasil belajar
Kertas Plano
Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
42
Menilai Perkembangan Belajar
1) Sampaikan kepada peserta, sesuai dengan tahapan pembelajaran yang sudah dibahas
sebelumnya , saat ini kita akan berdiskusi menyusun rencana penilaian perkembangan belajar
3) Refleksikan bersama sama hasilnya dan beri penegasan penegasan yang diperlukan
4) Ajaklah peserta untuk berlatih membuat penilaian berdasrkan kepada rencana belajar yang
sudah dibuat dalam pembahasan modul sebelumnyan
Masalah
Topik Belajar
Waktu
Jumlah pertemuan
Tempat
Tujuan Belajar
Topik pertemuan 1
Topik Peretmuan 2
Topik Pertemuan 3
dst
43
Aspek yang dinilai Hasil
Keterampilan .............
Proses pembelajaran
44
Menilai Proses dan Hasil Belajar
Kita harus mengetahui perkembangan kemajuan warga belajar yang kita dampingi dan kita juga
harus meningkatkan cara cara kita memfasilitasi.
Penilaian bisa dilakukan dengan cara cara formal seperti tes atau penugasan, tetapi juga bisa
dilakukan dengan memberikan pertanyaan pertanyaan, obrolan dan mengamati kegiatan warga
belajar.
Penitng diperhatikan :
Secara alamiah, warga belajar akan melakukan penilaian sendiri atas proses belajar yang
dilakukannya, dan secara alamiah pula mereka memutuskan sendiri tentang apa yang akan
mereka hasilkan berikut tindak lanjutnya.
Warga belajar lebih mengetahui potensi dirinya
Yang kita nilai bukan hanya keberhasilan atau kegagalannya, tetapi terutama hdala proses
perubahannya.
Sebelum menilai, kita harus memeriksa kembali catatan mengenai kebutuhan dan alasan alasan
mengenai warga ikut dalam kegiatan BKM/LKM. Biasanya kita akan mendapatkan beragam alasan
dan kebutuhan warga belajar , misalnya :
Ingin dapat memahami, mebaca dan menulis tentang cara cara penularan penyakit
muntaber
Ingin dapat memahami, membaca dan menulis tentang cara cara penularan penyakit
muntaber
Ingin mengetahui cara cara pengendalian hama
Ingin mengetahui kesehatan reproduksi
Ingin mengetahui hak hak perempuan dalam pembangunan desa/kelurahan
Dan sebagainya.
Alasan alasan yang dikemukakan oleh warga belajar adalah landasan utama kita dalam
merancang penilaian. Dengan kata lain, penilaian kita tidak berlandaskan kepada apa yang kita
mau atau apa tujuan program, tetapi terutama didasarkan pada keinginan dan kebutuhan warga
belajar.
45
Pada umumnya, penilaian kita harus meliputi beberapa aspek :
Keterampilan baca, tulis dan hitung : yang dinilai apakah warga belajar dapat membaca
materi yang dipelajari misal : membaca petunjuk mengenai makanan tambahan bagi bayi.
Kemampuan menganalisis masalah : yang dinilai apakah warga belajar dapat menjelaskan
hubungan sebab akibat dari masalah. Misalnya : bisa menjelaskan mengapa banyak orang
tidak memberikan makanan tambahan bagi bayi, apa akibat-akibatnya dan lain lain.
Perubahan perubahan sikap dan perilaku : yang dinilai adalah sejauh mana pengetahuan
dan sikap warga mengenai topik belajar meningkat, dan bagaimana warga menerapkan
apa yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari hari .
Proses pembelajaran : yang dinilai adalah apakah warga belajar hadir penuh, merasa
nyaman mengikuti kegiatan, apakah media yang kita gunakan sudah tepat dan lain lain.
46
DEPARTEMEN
PEKERJAAN
Perkotaan UMUM
Direktorat Jenderal Cipta Karya