Anda di halaman 1dari 13

MENINGKATKAN MUTU ASPAL DI PERKERASAN

JALAN YANG TELAH LAPUK DENGAN CARA DINGIN

Tjitjik Wasiah Suroso


Puslitbang Jalan dan Jembatan
Jl. A.H. Nasution No.264 Bandung
E-mail : tjitjiksuroso@yahoo.com
Diterima : 14 Januari 2009; Disetujui : 20 April 2009

RINGKASAN

Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa Aspal di perkerasan jalan makin
lama makin turun mutunya akibat dari proses oksidasi dan polimerisasi. Hal ini
ditunjang dengan kenyataan bahwa Indonesia terletak didaerah Tropis, sehingga
faktor cuaca dapat memicu terjadinya pelapukan aspal, disamping faktor-faktor
penyebab lainnya. Meningkatkan mutu aspal di perkerasan jalan ada dua cara
yaitu: a). dengan cara pelaburan dengan aspal atau dengan aspal emulsi yang
dicampur dengan bahan peremaja apabila kondisi kerusakan berupa retak halus
yang umumnya disebut surface dressing, b). dengan cara penggarukan kemudian
ditambah dengan bahan additive, dan atau dengan ditambah aspal baru serta
ditambah agregat baru yang umum disebut daur ulang (recycling). Dari hasil
penelitian, cara pelaburan dapat meningkatkan mutu aspal di perkerasan jalan
dari penetrasi aspal 10 - 11 menjadi 33 35 dan daktilitas aspal dari 14 -15 cm
menjadi 140 cm sehingga perkerasan dapat bertahan selama 2 tahun, demikian
juga dengan metoda daur ulang cara dingin (cold mix) perkerasan dapat tahan
lebih dari 4 tahun pada lalu lintas sedang.

Kata kunci: Daur ulang, bahan additive, pelapukan , campuran beraspal

SUMMARY

The quality of asphalt in road pavement is decreasing due to oxidation process and
polymerization. Moreover, Indonesia is a tropical country where climatic factor
can accelereate asphalt aging. There are two methods to improve the quality of
asphalt, Firstly, by crack filling using asphalt or by emulsion asphalt with
rejuvenated materials when road damage caused by hair cracks commanly called

1 Volume 26 No. 1, April 2009


surface dressing. The second method is scrap materials from pavement added by
additives or using fresh bitumen and aggregate commonly called recycling.
The research showed that crack filling method increase asphalt quality in
pavement and asphalt penetration from 10-11 to be 33-35 and ductility of asphalt
from 14-15 cm to be 140cm, therefore pavement can arise two year service life.
Cold recycling method increases the service life of pavement in moderate traffic up
to 4 years.

Keyword : Recycling, Additive materials, Aging, Asphalt mixture

PENDAHULUAN KAJIAN PUSTAKA

Kebutuhan akan aspal sebagai Aspal adalah bahan yang terdiri


bahan jalan makin lama makin dari fraksi cair yang disebut malten
meningkat, demikian juga harga dan fraksi padat yang disebut dengan
aspal juga makin mahal seiring asphalten. Di perkerasan jalan aspal
akan mengalami oksidasi dan
dengan mahalnya atau kenaikan akan
polimerisasi sejak dari pemanasan
harga minyak bumi. Untuk
dan pencampuran di Unit Pencampur
mengurangi kebutuhan aspal baru aspal sampai diperkerasan jalan yang
maka aspal pada perkerasan jalan sangat tergantung pada pori-pori
yang telah mengalami penurunan perkerasan dan kondisi cuaca
mutu atau lapuk perlu diremajakan setempat. Proses ini yang
sehingga menghemat biaya akan mengakibatkan aspal menjadi lebih
energi. keras dari aslinya yang akan
Penurunan kebutuhan akan aspal mengakibatkan terjadinya retak. Hal
atau bahan jalan lainnya berarti ini diakibatkan selain akibat
penurunan tuntutan kebutuhan akan menguapnya fraksi ringan dalam
minyak mentah, sehingga dengan aspal juga karena berubahnya fraksi
demikian akan membantu pelestarian cair menjadi fraksi padat (asphalten),
proses ini disebut aspal mengalami
sumber-sumber energi.
pelapukan. Dengan demikian
Aspal dari perkerasan yang lapuk
komposisi kimianya berubah dan
merupakan bahan yang murah menyebabkan tidak seimbangnya
dibandingkan dengan aspal baru antara fraksi padat dan fraksi cair
(segar) namun untuk pemanfaatan dalam aspal. Dengan penambahan
atau peningkatan mutunya perlu bahan hydrocarbon malten) tertentu
diketahui kadar aspal dan sifat kedalam aspal yang telah lapuk dapat
reologinya. mengembalikan atau meremajakan

2 Volume 26 No. 1, April 2009


kekeadaan semula yang mendekati dengan bahan additive, dan atau
persyaratan. dengan ditambah aspal baru serta
Bahan hydrocarbon yang dapat ditambah agregat baru yang umum
meremajakan atau mengembalikan disebut daur ulang (recycling).
mutu aspal hampir seperti semula Cara Daur ulang perkerasan jalan
adalah bahan yang mempunyai sifat : dibedakan berdasarkan temperatur
Dapat memperbaiki mutu aspal pelaksanaanya yaitu daur ulang cara
antara lain menaikan nilai dingin (tanpa pemanasan) dan daur
penetrasi, menaikan nilai daktilitas ulang cara pencampuran panas (Hot
aspal dll. mix Recycling).
Mudah digunakan Pada perkerasan yang telah
Tidak beracun terjadi retak rambut dapat dilakukan
Mudah diperoleh dipasaran dengan melakukan pelaburan. Hal ini
Stabil dalam penggunaan dimaksudkan agar bahan peremaja
dapat mudah meresap kedalam retak.
Bahan peremaja umumnya dapat
Bahan peremaja yang digunakan
menaikkan nilai penetrasi, daktilitas
berupa emulsi yang mengandung
dan menurunkan kekentalan aspal
bahan peremaja, karena emulsi
dalam campuran beraspal. Hal ini
mempunyai sifat yang encer sehingga
dapat terlihat dengan makin
dapat meresap pada perkerasan jalan
bertambahnya kadar bahan peremaja
yang telah lapuk atau mengalami
makin tingginya nilai penetrasi seperti
retak rambut. Pelaburan atau fog seal
ditunjukkan pada Gambar 1.
menggunakan aspal emulsi dengan
cara dilarutkan dengan air untuk
mengatur kekentalannya agar dapat
mengisi retak dan meremajakan
aspal. Fog seal atau pelaburan dapat
bekerja dengan baik apabila
permukaan jalan atau agregatnya
kasar. Pada permukaan yang halus
menyebabkan aspal emulsi dan atau
Gambar 1. Pengaruh penambahan bahan bahan peremaja berada dipermukaan
peremaja terhadap penetrasi aspal yang menyebabkan perkerasan jalan
(Tjitjik,2002) menjadi licin. Apabila hal ini terjadi
maka diatas permukaan ditaburi pasir
Meningkatkan mutu aspal di atau agregat halus yang mempunyai
perkerasan jalan ada dua cara yaitu ukuran lebih kecil dari 0,25 inci (0,6
dengan cara pelaburan dengan aspal cm). Cara ini dapat menghambat
emulsi yang dicampur dengan bahan pelapukan pada perkerasan jalan,
peremaja apabila kondisi kerusakan menahan masuknya air, menaikkan
berupa retak halus, dan dengan cara kemampuan daya lekat dan
pengarukan dan kemudian ditambah

3 Volume 26 No. 1, April 2009


mengurangi terjadinya pelepasan PERSYARATAN BAHAN PEREMAJA
agregat (raveling).
Pada perkerasan jalan yang telah Untuk perkerasan yang mengalami
mengalami retak buaya atau retak buaya atau deformasi maka
deformasi, untuk mengurangi bahan peremajanya adalah bahan
pemakaian aspal baru dan agregat peremaja untuk hot mix yang sesuai
baru, maka harus dilakukan daur dengan ASTM D. 4552-92,
ulang. Dengan daur ulang ini sebagaimana ditunjukkan pada Tabel
beberapa keuntungan akan diperoleh 1. Bahan peremaja dengan dasar
akibat berkurangnya agregat dan emulsi persyaratan sesuai dengan
aspal baru yang juga dapat
ASTM D 5505-94, sebagaimana
menghemat energi akibat biaya
terlihat pada Tabel 2.
transportasi, menjaga kelestarian
alam. Syarat utama kedua bahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan peremaja tersebut harus homogen.
pada pelaksanaan daur ulang Penentuan grade RA tergantung
perkerasan beraspal adalah : pada kekerasan aspal yang sudah
a. Aspal; lapuk hasil garukan
Mutu aspal yang akan Penggunaan bahan peremaja type
diremajakan RA-1, RA-5, RA-25, RA-75 umumnya
Penetrasi aspal yang diinginkan digunakan apabila penetrasi aspal
hasil garukan mempunyai penetrasi
untuk menentukan berapa
jumlah bahan peremaja yang sangat rendah atau viskositas yang
diperlukan. tinggi dan agregat baru yang
Kadar aspal yang diperlukan ditambahkan tidak melebihi 30%,
sedangkan untuk perkerasan hasil
b. Agregat;
garukan yang membutuhkan agregat
Gradasi agregat dari perkerasan
baru lebih besar dari 30% maka harus
lama, hal ini untuk menentukan
digunakan bahan peremaja type RA-
pada fraksi mana yang perlu
250 atau RA-50.
perbaikan atau penambahan
agregat baru. Persyaratan bahan peremaja yang
diusulkan Special Technical
Atas dasar itu perlu dilakukan Publication 662 tahun 1979 ada tiga
ekstraksi untuk memisahkan agregat macam, yaitu tipe L adalah bahan
dan aspalnya, rotary evaporator untuk
peremaja dengan kekentalan rendah,
menentukan mutu aspalnya sehingga
M bahan peremaja dengan kekentalan
dapat ditentukan berapa % bahan
sedang dan H adalah bahan peremaja
peremaja yang harus ditambahkan
agar mendekati aspal dengan dengan kekentalan tinggi seperti
penetrasi yang disyaratkan. tertera pada Tabel 3.

4 Volume 26 No. 1, April 2009


Tabel 1.
Bahan Peremaja untuk Daur Ulang Campuran panas * (ASTM D.4552-92)

Cara RA-1 RA-5 RA-25 RA-75 RA-250 RA-500


No Jenis Pengujian Uji,
ASTM Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks
1 Kekentalan,60 C, D2170 50 175 176 900 901 4500 4501 12500 12501 37500 37501 60000
cST
2 Titik nyala, C D.92 220 220 220 220 220 220
3 Parafin (jenuh) D.2007 30 30 30 30 30 30
4 Residu RTFO D.1754
LOH,% 4 4 3 3 3 3
Viscosity Ratio 3 3 3 3 3 3

Keterangan:
Viscosity Ratio = Viscositas residu / viskositas asli pada temp. 60 C
Sumber,ASTM.D.4552-92
Tabel 2.
Persyaratan bahan peremaja berbentuk emulsi (ASTM D.5505-94)
No Jenis pengujian Fungsi dan kegunaan Cara pengujian Persyaratan

1 Kekentalan pada 50C Memudahkan penggunaan ASTM D 244 15 - 85


2 Stabilitas pada waktu Menjaga premature breaking - Dapat bebas
pemompaan mengalir
3 Kadar residu penyulingan Kadar aspal ASTM D 244 Min 65 %
4 Uji Residu Penyulingan ASTM D 244 50 200 cST
Kekentalan ,60C Kemurnian aspal ASTM D 2042 Min 97,5
Kelarutan dalam TCE
5 Stabilitas penyimpanan Menentukan kehomogenan ASTM D 244 Maks 1,5%
6 Bagian-bagian yang kasar Penyebaran yang merata Analisa saringan Maks 0,1
(Sieve test)
7 Sensifitas terhadap Kecepatan setting Test campuran Maks 2.0
partikel 2 halus dengan semen
8 Muatan partikel Daya lekat aspal terhadap ASTM D 244 Positip
batuan
9 Kadar aspal Perhitungan ASTM D 244 Min 60

Tabel 3.
Persyaratan bahan peremaja*
No Jenis pengujian Fungsi/kegunaan Metode uji Persyaratan
L M H
o
1 Kekentalan (cSt), 60 C Kekentalan aspal ASTM D.2170 50 - 500 1000-4000 5000-10000
2 Titik nyala, C Faktor keselamatan SNI.06-2433- Min 232 Min 232 Min 232
1991
3 Bagian yg mudah Menjaga polusi dan ASTM D.1160 Min 216 Min 216
menguap, C pengerasan aspal Min 240 Min 240
Titik didih awal Min 250 Min 250 Min 216
Penguapan 2% Min 240
Penguapan 5% Min 250
4 Keawetan, N/P Menjaga sinresis ASTM D.2006 Min 0.5 Min 0.5 Min 0.5
5 Komposisi kimia Keawetan campuran ASTM D.2006 0,21,2 0,2 1,2 0,2 1,2
Daur Ulang
*Sumber ASTM Special Technical Publication 662 tahun 1979

5 Volume 26 No. 1, April 2009


PERMASALAHAN Penambahan bahan peremaja
untuk menaikkan nilai penetrasi
Keperluan aspal dan agregat dan daktilitas sampai nilai yang
semakin lama semakin tinggi sebagai dinginkan.
akibat kebutuhan akan panjangnya Percobaan pelaburan bahan
jalan di Indonesia. Sedangkan agregat peremaja sesuai kadar yang
dan aspal adalah bahan yang tidak diperlukan untuk menaikkan nilai
dapat diperbaharui sumbernya, penetrasi aspal .
sehingga perlu efisiensi penggunaan Dilakukan pengamatan sampai
bahan tersebut. umur berapa tahun atau setelah
terjadi pelapukan aspal.
HYPOTESA
Untuk bahan garukan dari perkerasan
yang telah mengalami kerusakan,
Dengan melakukan peremajaan
dilakukan sebagai berikut :
perkerasan jalan yang mengalami
Pengambilan contoh perkerasan
kerusakan baik berupa retak rambut
lama.
maupun retak buaya atau deformasi
Ekstraksi dan destilasi untuk
maka akan dapat dihemat pemakaian
menentukan mutu aspal antara
aspal dan agregat baru.
lain penetrasi, daktilitas.
Penambahan bahan peremaja
METODOLOGI
untuk menaikkan nilai penetrasi
dan daktilitas sampai nilai yang
Untuk perkerasan yang
diinginkan.
mengalami retak rambut, penelitian
Menentukan gradasi agregat hasil
ini dilakukan di laboratorium dan di
ekstraksi untuk menentukan fraksi
perkerasan jalan. Sedangkan untuk
mana yang perlu diperbaiki atau
perkerasan jalan yang mengalami
ditambah dengan agregat baru.
retak buaya dilakukan penelitian
Dilakukan percobaan Marshall,
dilaboratorium, setelah mengambil
untuk campuran perkerasan lama
contoh dilapangan yang telah
ditambah bahan peremaja,
dilakukan penggarukan.
agregat dan aspal baru.
Tentukan kadar aspal optimum.
TEKNIK PENGAMBILAN DATA
Bahan yang digunakan
Untuk perkerasan jalan yang
mengalami retak rambut:
Aspal pen 60 eks Pertamina
Pengambilan contoh perkerasan
Agregat dari Quary Subang
lama.
Bahan garukan dari perkerasan
Ekstraksi dan destilasi untuk
jalan.
menentukan mutu aspal antara
Bahan Peremaja dengan bahan
lain penetrasi, daktilitas.
dasar emulsi (BPE).

6 Volume 26 No. 1, April 2009


Bahan Peremaja untuk Daur Meremajakan perkerasan dengan
Ulang Campuran panas (BPH) Retak rambut

HASIL DAN ANALISA Untuk meremajakan perkerasan


yang mengalami retak rambut
Aspal pen 60 dilakukan pelaburan dengan bahan
peremaja berbasis emulsi yang
Aspal yang digunakan adalah
aspal yang telah melalui pengujian dilarutkan dalam airdengan
dan memenuhi persyaratan yang perbandingan 2 bagian bahan
ditentukan. peremaja dengan 1 bagian air.
Perkerasan pada lokasi I dan II
Agregat yang telah diremajakan merubah nilai
penetrasi aspal dari keras menjadi
Agregat yang digunakan adalah
lunak seperti tertera pada Gambar 2.
agregat yang telah melalui pengujian
dan memenuhi persyaratan yang
ditentukan.

Bahan peremaja

Untuk perkerasan yang


mengalami retak rambut
Bahan peremaja yang berbasis
emulsi memenuhi persyaratan yang
ditentukan sehingga dapat digunakan Keterangan;
Perk adalah Perkerasan jalan
untuk penelitian selanjutnya.
Gambar 2. Pengaruh pelaburan terhadap
Bahan Peremaja untuk garukan nilai penetrasi aspal
perkerasan jalan
Pada penelitian ini menggunakan Perkerasan pada lokasi I dan II
cara Daur Ulang cara dingin (Cold yang telah diremajakan memperbesar
Mix), sehingga bahan peremaja yang nilai Daktilitas aspal dari kaku (lebih
digunakan adalah yang sesuai dengan kecil dari 140 cm) menjadi lebih besar
Special Technical Publication 662 dari 140 cm sehingga aspal menjadi
tahun 1979 maupun ASTM D. 5505- elastis seperti tertera pada Gambar 3,
94, Bahan peremaja yang digunakan Pengaruh pelaburan terhadap
memenuhi persyaratan sehingga daktilitas aspal, lokasi perkerasan
dapat digunakan untuk penelitian jalan I dan lokasi perkerasan jalan II
selanjutnya. tertera pada gambar 3.

7 Volume 26 No. 1, April 2009


15 cm) yang diakibatkan karena aspal
telah mengalami pelapukan, daktilitas
aspal menjadi lebih besar dari 140
cm. Demikian juga dari nilai
parameter keawetan baik pada lokasi
I dan II mempunyai nilai Keawetan
lebih besar dari 1,2 dimana batas
aspal dikatakan awet apabila nilai
Gambar 3. Pengaruh pelaburan keawetan lebih kecil dari 1,2. Hal ini
terhadap nilai daktilitas aspal membuktikan bahwa aspal pada
perkerasan jalan tersebut
Perkerasan pada lokasi I dan II dikategorikan telah tidak awet. Hasil
yang telah diremajakan merubah nilai pengujian nilai keawetan aspal
parameter komposisi malten aspal setelah diremajakan dengan bahan
dari tidak awet (lebih besar dari 1,2) peremaja dengan cara pelaburan
menjadi lebih kecil dari 1,2 sehingga mampu menurunkan nilai parameter
perkerasan diperkirakan akan awet komposisi malten sehingga
seperti tertera pada Gambar 4. perkerasan akan lebih awet.

Meremajakan aspal hasil garukan


perkerasan jalan lama

Untuk membandingkan meremajakan


perkerasan jalan dengan cara
pelaburan dan penggarukan
dilakukan pengujian penetrasi, titik
lembek dan daktilitas pada kedua cara
ini, seperti tertera pada Gambar 5.

Gambar 4. Pengaruh pelaburan Pengaruh kedua cara ini


terhadap nilai Parameter keawetan aspal terhadap karakteristik aspal.

Dari gambar 2 s/d gambar 4 Pengaruh pelaburan terhadap nilai


menunjukkan bahwa penggunaan penetrasi aspal, perkerasan lama
bahan peremaja jenis Emulsi dapat yang diremajakan dengan aspal
memperbaiki nilai penetrasi aspal dari emulsi (Perk + B.P.E) dan perkerasan
18 menjadi 35, memperbaiki nilai lama yang diremajakan dengan bahan
daktilitas dari 12 menjadi lebih besar peremaja untuk hot mix (Perk+B.P.H)
dari 140 cm sehingga aspal pada menunjukkan bahwa perkerasan yang
perkerasan menjadi lebih elastis yang diremajakan dengan peremaja Hot
semula kaku (daktilitas lebih kecil dari Mix nilai penetrasi nya lebih tinggi dari

8 Volume 26 No. 1, April 2009


penetrasi aspal yang diremajakan Untuk mengetahui sejauh mana
dengan bahan peremaja dalam bahan peremaja untuk hot mix dapat
bentuk emulsi (Gambar 5). Hal ini meremajakan dan memperpanjang
disebabkan bahan peremaja dalam umur perkerasan jalan, dilakukan
bentuk emulsi kadarnya hanya 0,45 pengujian penetrasi dengan cara
lt/m2 dan pada kedalaman sedalam mengambil contoh perkerasan yang
retak rambut yang terjadi (0,3 mm), telah diremajakan terhadap waktu.
sedangkan perkerasan aspal yang Contoh selanjutnya dilakukan
diambil kurang lebih satu cm, ekstraksi. Bituman atau aspal yang
sehingga perkerasan yang tidak diperoleh ditentukan nilai
mengandung bahan peremaja ikut penetrasinya.
terekstraksi.
Namun umur perkerasan yang
mengalami retak rambut dan telah
diremajakan dengan bahan peremaja
ini mampu bertahan atau tidak terjadi
kerusakan berupa retak lagi sampai
umur pengamatan 2 tahun.
Kelebihan cara pelaburan ini
dibandingkan dengan cara daur ulang
hasil penggarukan perkerasan yang,
selanjutnya dihampar lagi pada Gambar 6. Pengaruh waktu pengujian
daerah tersebut adalah; lebih murah, terhadap nilai penetrasi aspal
menghemat energi karena tidak
menggunakan alat penggaruk, tidak Pengaruh waktu terhadap nilai
memerlukan unit pencampur aspal penetrasi aspal yang telah
serta menghemat bahan baru (aspal diremajakan dengan bahan peremaja
dan agregat). untuk campuran panas (Perk+B.P.H)
Gambar 5 menunjukkan mutunya
hampir sama dengan aspal pen 60,
hal ini disebabkan bahan peremaja
untuk hot mix apabila dicampurkan
dengan aspal dari garukan perkerasan
dibuat sama dengan aspal pen 60,
bahan yang mudah menguap pun
rendah, sehingga aspal yang telah
diremajakan dengan bahan peremaja
ini ketahanan terhadap udara atau
Gambar 5. Pengaruh tipe (jenis) bahan panas hampir sama (perbedaanya
peremaja terhadap nilai penetrasi,titik
kecil) dengan aspal pen 60.
lembek dan daktilitas aspal

9 Volume 26 No. 1, April 2009


Hasil penelitian Daur Ulang
dengan cara dingin (Cold mix )

Penelitian Daur ulang campuran


dingin dilakukan di laboratorium dan
dilakukan uji coba di lapangan.

Penelitian di Laboratorium

a) Ekstraksi
Gambar 7. Pengaruh penambahan bahan
Penelitian dilaboratorium dilakukan peremaja terhadap penetrasi aspal
untuk mengetahui bagaimana mutu
aspalnya terutama nilai penetrasi b) Komposisi Agregat dari
aspalnya, gradasi agregat sehingga Perkerasan Lama
dapat diketahui apakah diperlukan
tambahan bahan baru baik aspal Analisa saringan dilakukan pada
maupun agregatnya dengan cara mineral hasil ekstraksi menunjukkan
ekstraksi . tidak memenuhi persyaratan gradasi
Hasil pengujian mutu aspal hasil agregat campuran X. Hasil dapat
ekstraksi dapat dilihat pada Tabel 4. dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4. Tabel 5.
Hasil pengujian mutu aspal hasil ekstraksi Hasil pengujian analisa saringan agregat
perkerasan lama hasil ekstraksi perkerasan lama
No Jenis Pengujian Hasil No Ukuran % Persyaratan
1. Kadar Aspal, % 4,8 Saringan Lolos gradasi X
2. Penetrasi, 0.1 mm, 25oC 18 (mm)
3. Titik Lembek Aspal, oC 65 1 25.4 100 100
4. Daktilitas 75 2 19.1 100 85 -100
3 9.5 95 56 - 78
4 4.8 77.4 38 - 60
Dari hasil tersebut terlihat bahwa
5 2.4 59.2 27 - 47
aspal sudah dikatakan lapuk karena 6 0.6 33.7 13 - 28
nilai penetrasinya lebih kecil dari 20 7 0.3 24.9 9 - 20
(Prof Yeaman, 1980), sehingga 8 0.074 10.5 4- 8
penetrasi aspal perlu ditingkatkan
(diremajakan). Hasil penambahan Dari hasil tersebut maka agar
bahan peremaja Untuk daur ulang memenuhi persyaratan, diperlukan
campuran dingin kedalam aspal lama, tambahan agregat baru.
makin besar penambahan bahan Hasil uji saringan penambahkan
peremaja makin tinggi nilai penetrasi agregat baru dapat dilihat pada Tabel
aspal seperti tertera pada Gambar 7.
6.

10 Volume 26 No. 1, April 2009


Tabel 6. perbandingan agregat lama 60%,
Gradasi agregat baru agregat baru kasar 20% dan agregat
Ukuran baru berukuran sedang 20 %,
No Saringan % Lolos/ Fraksi dicampur dengan aspal yang telah
(mm) dimodifikasi dengan bahan peremaja
kasar sedang
sehingga penetrasinya memenuhi
1 25.4 100 100
2 19.1 100 100 persyaratan aspal pen 60.
3 9.5 9.7 100 Dari hasil pengujian Marshall
4 4.8 0.8 65.8 campuran Daur Ulang cara dingin
5 2.4 0 4.6 tersebut, hasilnya memenuhi
6 0.6 0 1.8
persyaratan campuran aspal Daur
7 0.3 0 1
8 0.074 0 0
Ulang cara dingin menurut Emery
(1991).

Tabel 7.
Hasil pengujian Marshall Daur Ulang
campuran dingin
No Jenis pengujian Satuan Hasil Persyaratan
*
1 Kadar aspal optimum % 6.5
2 Stabilitas pada temp.25C kg 980 Min 890
Stabilitas pada temp.60C kg 460 Min 450
3 Kepadatan g/ml 2,207
5 Kelelehan pada temp mm 5
25C
6 Rongga dalam campuran % 8,9 8 - 12
7 PRD
Kepadatan Gr/ml 2,289
Gambar 8. Gradasi Agregat lama, Rongga % 5,4
Persyaratan untuk campuran aspal Daur Ulang
campuran Agregat Lama dan baru cara dingin Menurut Emery (1991)

Dengan komposisi agregat lama


PEMBAHASAN
60% dan agregat baru, fraksi kasar
20% serta agregat baru fraksi sedang
Pelaburan Perkerasan jalan yang
sebanyak 20%, memenuhi
mengalami retak rambut dengan
persyaratan (dalam amplop batas
bahan peremaja bentuk emulsi (0,45
bawah dan batas atas). Campuran
lt/m2) mampu meremajakan aspal,
dengan komposisi agregat ini yang
terlihat dari meningkatnya nilai
digunakan untuk pengujian lainnya
penetrasi aspal di perkerasan jalan
(Gambar 8).
dari 18 menjadi 35 mampu
menurunkan nilai keawetan aspal dari
Sifat mekanistis campuran
lebih besar dari 1,2 menjadi lebih
beraspal cara dingin (cold Mix)
kecil 1,2 sehingga perkerasan akan
memperpanjang usia pakai (life time).
Campuran beraspal dibuat dengan
Dan dari hasil pengamatan
komposisi agregat lama yang telah
perkerasan jalan tersebut mengalami
ditambah agregat baru dengan

11 Volume 26 No. 1, April 2009


pelapukan lagi setelah 2 tahun KESIMPULAN
pelaburan. Pelaburan dengan bahan
peremaja mempunyai kelebihan dari Memperbaiki atau meremajakan
pada penggarukan perkerasan lama. perkerasan jalan cara dingin dapat
Hal ini disebabkan perkerasan jalan dilakukan dengan 2 cara yaitu
tidak perlu ditutup untuk lalu lintas dengan:
terlalu lama (cukup saat pembersihan Cara pertama adalah pelaburan,
permukaan jalan, saat pelaburan dan apabila kerusakan baru berupa
saat penebaran dengan pasir untuk retak rambut. Namun perkerasan
menjaga licinnya jalan akibat adanya jalan yang telah mengalami
bahan peremaja dipermukaan perkerasan pelapukan dapat bertahan hingga
jalan). Namun kekurangannya adalah dua tahun. Pengerjaan dengan
umur perekerasan yang telah cara ini lebih mudah dari daur
diremajakan lebih pendek dari pada ulang dengan cara penggarukan.
apabila dilakukan penggarukan. Biaya Cara kedua adalah dengan cara
permeter lebih murah bila penggarukan kemudian didaur
dibandingkan dengan cara penggarukan. ulang dengan menambahkan
Peningkatkan mutu aspal hasil bahan peremaja, agregat baru
garukan dengan cara daur ulang cara bila gradasi perkerasan lama tidak
dingin menunjukkan penambahan memenuhi persyaratan yang
bahan peremaja 20% dapat diinginkan dan dapat bertahan
meningkatkan penetrasi aspal dari 18 hingga empat tahun.
menjadi 62, dan dengan penambahan
agregat baru sebanyak 20% agregat DAFTAR PUSTAKA
kasar dan 20% agregat sedang dapat
menghasilkan gradasi agregat tipe X Alan Yamada, 1993, Asphalt Seal Coat
dan campuran beraspal cara dingin Treatment; San Dimos
yang memenuhi persyaratan yang Technology of Development
ditentukan. Dengan demikian ada Center.
penghematan penggunaan agregat Asphalt Institut, 1979, A Basic Asphalt
baru (fresh aggregate) sebanyak 60% Emulsion Manual,
dan serta menghemat penggunaan Asphalt Institute, 1990, Asphalt cold
Mix Manual, Manual Series
aspal baru.
No.14, Lexington.

12 Volume 26 No. 1, April 2009


ASTM D. 2006-70, Standard Method Tjitjik Wasiah Suroso, 2002, Bahan
of Test Characteristic group in Peremaja Untuk Proses Daur
rubber extender and processing Ulang Perkerasan Yang dapat
oil by precipitation method: Diperoleh Dengan Mudah,
ASTM,1979, Special Technical Jurnal Litbang Jalan , Volume
Publication 662 19 No.3 Desember 2002
John Emery, 1991, Asphalt Coincrete Yeaman J & Lee I.K, 1980, Pavement
Rycycling in Canada, Toronto. Maintenance and Rehabilitation
Transportation Research, 1990, Cold Strategies page 11, SAMI
Recycling Bituminous Concrete UNIRESEARCH.
Using Bituminous Materials,
National Coorporative Highway
Research Program, Washington
D.C

13 Volume 26 No. 1, April 2009

Anda mungkin juga menyukai