Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.A Latar Belakang


Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan pada
periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran
meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui
upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat(Renstra, 2015).
Masalah gizi di Indonesia merupakan masalah yang masih belum bisa
diatasi sampai saat ini. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKY)
merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh beberapa negara di
dunia, khususnya negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Survey
nasional GAKY pada tahun 2004 menunjukkan 11,1% anak usia sekolah
mengalami kekurangan yodium berdasarkan nilai Total Goitre Rate (TGR).
Anak usia sekolah merupakan usia yang rentan terhadap terjadinya
gangguan akibat dari kekurangan yodium. Gangguan otak yang
menyebabkan penurunan IQ poin merupakan akibat dari kekurangan yodium
yang seringkali tidak terlihat nyata sehingga dianggap normal oleh
masyarakat di daerah endemis GAKY. Padahal jika terjadi gangguan pada
otak maka proses belajar akan terhambat, terutama bagi anak yang telah
memasuki usia sekolah. Sehingga perlu dilakukan pencegahan untuk
menanggulangi masalah GAKY. Untuk mengatasinya, penanggulangan
GAKY difokuskan pada peningkatan konsumsi garam beryodium (DepKes,
2010).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 cakupan konsumsi garam
beryodium di Indonesia secara nasional yaitu 77,1 persen rumah tangga
yang mengonsumsi garam dengan kandungan cukup iodium, 14,8 persen
rumah tangga mengonsumsi garam dengan kandungan kurang iodium dan
8,1 persen rumah tangga mengonsumsi garam yang tidak mengandung
iodium. Secara nasional angka ini masih belum mencapai target Universal
Salt Iodization (USI) atau garam beriodium untuk semua, yaitu minimal 90
persen rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan kandungan cukup
iodium (WHO/UNICEF ICCIDD, 2010). Sedangkan untuk cakupan konsumsi
garam beryodium di Propinsi Jawa Timur masih di bawah cakupan nasional
yaitu 75,4 persen rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan
kandungan cukup iodium, 13,7 persen rumah tangga yang mengonsumsi
garam dengan kandungan kurang iodium dan 10,9 persen rumah tangga
yang mengonsumsi garam yang tidak mengandung iodium. Dan di
Kabupaten Malang berdasarkan laporan pencapaian indikator kinerja
pembinaan gizi 2015 pada bulan Februari diperoleh angka sebesar 89
persen rumah tangga yang mengonsumsi garam beryodium. Angka tersebut
hampir mencapai target Universal Salt Iodization (USI). Namun pada
Agustus 2015 persentase konsumsi garam beryodium pada rumah tangga di
Kabupaten Malang menurun menjadi 85 persen.
Kebijakan pemerintah untuk menanggulangi masalah GAKY dalam
Rencana Aksi Nasional Kesinambungan Program Penanggulangan GAKY
salah satunya adalah promosi garam beryodium dalam rangka
meningkatkan partisipasi masyarakat untuk konsumsi garam beryodium.
Salah satu bentuk promosi kesehatan yang dapat dilakukan adalah
penyuluhan mengenai garam beryodium yang dapat disampaikan
menggunakan berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan
sasaran.
Dari berbagai aspek terkait dalam penyuluhan yang perlu mendapatkan
perhatian secara seksama adalah tentang metode dan alat peraga yang
digunakan dalam kegiatan penyuluhan. Sasaran yang dituju dalam
penyuluhan ini adalah anak usia sekolah. Dengan penggunaan metode yang
benar dan penggunaan alat peraga yang tepat sasaran, maka materi yang
akan disampaikan dalam penyuluhan akan mudah diterima oleh sasaran,
sehingga kesadaran siswa mengenai pentingnya konsumsi garam
beryodium akan lebih mudah terwujud.

Anda mungkin juga menyukai