Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Leukemia adalah suatu penyakit proliferasi neoplastik yang sangat cepat dan progresif,
yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoitik yang menyebabkan
infiltrasi yang progresif pada sumsum tulang (Mediarty, 2003). Leukemia Limfositik
Akut adalah penyakit yang berkaitan dengan sel jaringan tubuh yang tumbuhnya
berlebihan dan berubah menjadi tidak normal serta bersifat ganas, yaitu sel-sel sangat
muda yang seharusnya membentuk limfosit berubah menjadi ganas (Rulina, 2003).
Leukemia Limfositik Akut (ALL) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas.
Paling sering terjadi pada anak-anak dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan,
dengan puncak insidensi pada usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun Leukemia Limfositik
Akut jarang terjadi (Smeltzer, 2001 : 955). Leukemia Limfositik Akut adalah leukemia
yang berkembang cepat dan progresif ditandai dengan penggantian sumsum tulang
normal oleh sel-sel blas yang dihasilkan dari pembelahan sel-sel induk (stem sel) yang
bertransformasi maligna. Leukemia pada anak sebagian besar (95 %) merupakan bentuk
akut dan 5 % bentuk kronik (Moh. Supriatna, 2002).

B. Proses Patofisiologi
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan.
Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan
menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal
ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah
leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ
menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri
tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan
jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi,
epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang
dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami
infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan
makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz
& Sowden, 2002).
C. Pathway

(Terlampir)

D. Manifestasi Klinis
Pucat (mendadak), panas, perdarahan (ekimosis, petekie, epistaksis, perdarahan gusi),
hepatomegali, limfadenopati, sakit sendi, sakit tulang, splenomegali, lesi purpura, efusi
pleura, kejang pada leukemia serebral (Mansjoer, 2000 : 495).
Tanda dan gejala inisial, dalam urutan frekuensi yang semakin berkurang, meliputi
demam, pucat, petekie, dan purpura, limfadenopati, hepatospleno megali, anoreksia,
kelelahan, nyeri tulang dan sendi, nyeri abdomen, dan penurunan berat badan
(Merenstein, 2002 : 804). Pada leukemia akut didapatkan gejala klinis yang disebabkan
kegagalan sumsum tulang antara lain : pucat, letargi, demam, gambaran infeksi mulut,
tenggorokan, kulit pernafasan, memar, pendarahan gusi spontan dan pendarahan dari
tempat fungsi vena yang disebabkan oleh trombositopenia. Infiltrasi organ lain yaitu
nyeri tulang, hipertrofi dan infiltrasi gusi, sakit kepala, muntah-muntah, penglihatan
kabur dan terkadang terjadi pembengkakan testis pada Leukemia Limfositik Akut
(Mediarty, 2003).
Kira-kira 60 % anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut mempunyai gajala dan tanda
penyakitnya kurang dari 4 minggu pada waktu diagnosis. Gejala pertama biasanya non
spesifik dan meliputi anoreksia, iritabel, dan letargi. Mungkin ada riwayat infeksi virus
atau eksantem dan penderita seperti tidak mengalami kesembuhan sempurna. Kegagalan
sumsum tulang yang progresif sehingga timbul anemia, perdarahan (trombositopenia),
dan demam (neutropenia, keganasan). Pada pemeriksaan inisial, umumnya penderita dan
lebih kurang 50 % menunjukkan petekie atau perdarahan mukosa. Sekitar 25 % demam,
yang mungkin disebabkan oleh suatu sebab spesifik seperti infeksi saluran nafas atau
otitis media. Limfaderopati biasanya nyata dan splenomegali (biasanya kurang dari 6 cm
di bawah arkus kosta) dijumpai pada lebih kurang 66 %. Kira-kira 25 % ada nyeri tulang
yang nyata dan artralgia yang disebabkan oleh infiltrasi leukemia pada tulang
perikondrial atau sendi atau oleh ekspansi rongga sumsum tulang akibat sel leukemia
(Nelson, 2000 : 1773).
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi sebenarnya berdasarkan pada kelainan
sumsum tulang yaitu berupa pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan terdapatnya sel blas. Terdapatnya sel
blas dalam darah tepi merupakan gejala patognomonik untuk leukemia (FKUI, 2002 :
472). Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin biasanya rendah. Jumlah sel-sel
darah putih mungkin meningkat, normal atau berkurang, tetapi neutropenia sering
didapatkan. Trombositopenia sangat sering dijumpai (Merenstein, 2002 : 804).
b. Sumsum tulang
Akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik
patologis. Sedangkan sistem lain terdesak (FKUI, 2002 : 472). Leukemia terjadi bila
lebih dari 25 % sel-sel di dalam suatu aspiral sumsum tulang merupakan sel blast ganas
(Merenstein, 2002 : 804).
c. Biopsi limpa
Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, granulosit. (FKUI,
2002 : 472).
d. Cairan serebrospirial
Pleositosis (terdiri dari bentuk-bentuk sel blast), peninggian kadar protein, dan
penurunan kadar glukosa mungkin dapat dijumpai (Merenstein, 2002 : 804).
Bila terjadi peninggian jumlah sel patologis dan protein, atau anak menunjukkan gejala
tekanan intracranial yang meninggi, berarti leukemia mengenai meningen. (FKUI, 2002 :
472).

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Anak
a. Umur : ALL lebih sering terjadi pada umur kurang dari 5 tahun. Angka kejadian tertinggi adalah
pada umur 3 tahun.
b. Jenis kelamin : leukemia limpfositik akut paling sering terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan.
2. Identitas Orang Tua
a. Pendidikan : Pendidikan yang rendah pada orang tua mengakibatkan kurangnya pengetahuan
terhadapa penyakit anaknya.
b. Pekerjaan : Pekerjaan orang tua yang berhubungan dengan bahan kimia , radiasi sinar X , sinar
radioaktif, berpengaruh kepada anaknya. Selain itu sejauh mana orang tua mempengaruhi
pengobatan penyakit anaknya.

B. KELUHAN UTAMA
Nyeri sendi dan tulang sering terjadi, lemah , nafsu makan menurun, demam (jika disertai
infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala, purpura, penurunan berat badan dan sering
ditemukan suatu yang abnormal. Kelelahan dan petekie berhubungan dengan trombositopenia
juga merupakan gejala-gejala umum terjadi

C. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


Saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan dengan bahan pengawet dan penyedap
rasa. Radiasi pada ibu selama kehamilan dapat meningkatkan resiko Saat hamil ibu sering
mengkomsumsi makanan dengan bahan pengawet dan penyedap rasa. Radiasi pada ibu selama
kehamilan dapat meningkatkan resiko pada janinnya. Lebih sering pada saudara sekandung,
terutama pada kembar.

D. RIWAYAT KELUARGA
Insiden ALL lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada
kembar monozigot (identik).

Usia Rata-rata Berat Badan (Kg) E. RIWAYAT TUMBUH


3 hari 3,0 KEMBANG
10 hari 3,2 Pada penderita ALL
3 bulan 5,4 pertumbuhan dan
perkembangannya
6 bulan 7,3
mengalami keterlambatan
9 bulan 8,6
akibat nutrisi yang didapat
1 tahun 9,5
kurang karena penurunan
2 tahun 11,8
nafsu makan, pertumbuhan
4 tahun 16,2
6 tahun 20,0
10 tahun 28,0
14 tahun 45,0
18 tahun 54,0
fisiknya terganggu, terutama pada berat badan anak tersebut. Anak keliatan kurus, kecil dan tidak
sesuai dengan usia anak.

Table 1.1. Rata- rata normal sesuai usia


(Wong, Donna L, 2004 : 134)
Sedangkan pada keadaan normal anak lingkar kepala mencapai 42,5 pada usia (Betz, Cecily,
2002 : 538)
Pada anak dengan penderita penyakit ALL cenderung berat badan menurun, dan tidak
sesuai usia, lingkar kepala dan panjang badan relatif tetap (normal).

a. Riwayat Perkembangan
Motorik Kasar
Pada anak normal
- Mengangkat kepala saat tengkurap
- Dapat duduk sebentar dengan ditopang
- Dapat duduk dengan kepala tegak
- Jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri
- Control kepala sempurna
- Mengangkat kepala sambil berbaring terlentang
- Berguling dari terlentang ke miring
- Posisi lengan dan tungkai kurang fleksi
- Berusaha untuk merangkak
(Betz, Cecily, 2002 : 539)
Pada anak dengan penyakit ALL pada umumnya dapat melakukan aktivitas secara
normal, tapi mereka cepat merasa lelah saat melakukan aktivitas yang terlalu berat
(membutuhkan banyak energi).
Motorik Halus
Pada keadaan normal
- Melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu objek
- Mengikuti objek dari sisi ke sisi
- Mencoba memegang benda tapi terlepas
- Memasukkan benda ke dalam mulut
- Memperhatikan tangan dan kaki
- Memegang benda dengan kedua tangan
- Menahan benda di tangan walaupun hanya sebentar
(Betz, Cecily, 2002 : 539)
Pada umumnya anak dengan ALL masih dapat melakukan aktivitas ringan seperti halnya
anak-anak normal. Karena aktivitas ringan tidak membutuhkan energi yang banyak dan anak
tidak mudah lelah

F. DATA PSIKOSOSIO SPIRITUAL


1. Psikologi:
Anak belum tahu tentang penyakitnya, sehingga anak tidak merasa memiliki penyakit.
Orang tua mengalami kecemasan mengenai penyakit yang dialami anak, kondisinya apakah bisa
sembuh atau tidak, serta masalah financial keluarga.
2. Sosial:
Anak jarang bermain dengan teman-temannya, karena kondisi anak lemah sehingga
orangtua tidak mengizinkan anak untuk beraktivitas yang berat. Dirumah anak bermain dengan
orang tua dan saudaranya, tetapi bermain yang ringan.
3. Spiritual:
Sebelum tidur anak diingatkan oleh orang tua untuk berdoa. Saat anak melihat orang
tuanya berdoa anak mengikuti cara orang tuanya berdoa.

G. ADL
1. Nutrisi:
Anak makan 2 kali sehari, pada ALL terjadi penurunan nafsu makan. Anak suka makan
makanan siap saji maupun jajan diluar rumah. Anak tidak suka makan sayur-sayuran, makan
buah kadang-kadang sehingga zat besi yang diperlukan berkurang. Selain itu pengaruh ibu yang
suka masak menggunakan penyedap rasa dan sering menyediakan makanan siap saji dirumah.
Gizi merupakan komponen penting lain dalam pencegahan infeksi. Asupan protein-kalori
yang adekuat akan memberikan hospes pertahanan yang lebih baik terhadap infeksi dan
meningkatkan toleransi terhadap kemoterapi dan iradiasi.

2. Aktivitas istirahat dan tidur:


Saat beraktivitas anak cepat kelelahan. Anak kebanyakan istirahat dan tidur karena
kelemahan yang dialaminya. Sebagaian aktivitas biasanya dibantu oleh keluarga. Saat tidur anak
ditemani oleh ibunya. Tidur anak terganggu karena nyeri sendi yang sering dialami oleh
leukemia.
3. Eleminasi:
Anak gangguan ALL pada umumnya mengalami diare, dan penurunan haluran urin. BAB
3-5x sehari, dengan konsistensi cair. Haluan urin sedikit yang disebabkan susahnya masukan
cairan pada anak, warna urine kuning keruh. Saat BAK anak merasa nyeri karena nyeri tekan
diperianal.
4. H.P:
Anak mandi 2x sehari, gosok gigi 2x setelah makan dan mau tidur. Sebagaian aktivitas
hygiene personal sebagaian dibantu oleh orang tua.

H. KEADAAN UMUM
Pada anak anak tampak pucat, demam, lemah, sianosis

I. PEMERIKSAAN TTV
- RR: Pada penderita PDA, manifestasi kliniknya pada umumnya anak sesak nafas, tachypnea
(Pernafasan >70x/menit), retraksi dada :
Usia Nilai Pernafasan
Bayi baru lahir 35
1-11 bulan 30
2 tahun 25
4 tahun 23
6 tahun 21
8 tahun 20
10-12 tahun 19
14 tahun 17
16 tahun 17
18 tahun 16-18
Tabel 1.4 Nilai Pernafasan rata-rata setiap menit sesuai umur
(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 6)
- Nadi : Pada penderita ALL, terdapat manifestasi klinik nadi teraba kuat dan cepat (takikardia)
Usia Waktu bangun Tidur Demam
(kali/menit) (kali/menit) (kali/menit)
Bayi baru 100-180 80-160 >200
lahir
1 minggu-3 100-120 80-200 >200
bulan
3 bulan-2 70-120 70-120 >200
tahun
2-10 tahun 60-90 60-90 >200
10 tahun- 50-90 50-90 >200
dewasa
Tabel 1.4 Nilai Nadi Normal pada Anak
(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 6)
- TD : pada penderita ALL, tekanan darahnya tinggi disebabkan oleh hiperviskositas darah
Sistolik Diastolik
Usia
(mmHg) (mmHg)
Neonatus 80 45
6-12 bulan 90 60
1-5 tahun 95 65
5-10 tahun 100 60
10-15 tahun 115 60
Tabel 1.3 Nilai Tekanan Darah Normal pada Bayi dan Anak-anak
(Aziz Alimul, 2005 : 279 )

- Suhu : Pada penderita ALL yang terjadi infeksi l suhu akan naik (hipertermi, >37,50C)
Usia Nilai Suhu
3 bulan 37,5
6 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
11 tahun 36,7
13 tahun 36,6
Tabel 1.2 Nilai Suhu rata-rata normal anak
(Weni Kristiyani Sari, 2010 : 5)

J. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE


1. Kepala dan Leher
a) Rongga mulut :
- apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri). Penyebab yang paling sering
adalah stafilokokus,streptokokus, dan bakteri gram negative usus serta berbagai spesies jamur.
- perdarahan gusi,
- pertumbuhan gigi apakah sudah lengkap
- ada atau tidaknya karies gigi.
b) Mata:
- Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke SSP,
- sclera: kemerahan, ikterik.
- Perdarahan pada retina
c) Telinga : ketulian
d) Leher: distensi vena jugularis
e) Perdarahan otak
Leukemia system saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala tekanan tinggi intrakranial),
perubahan dalam status mental, kelumpuhan saraf otak, terutama saraf VI dan VII, kelainan
neurologic fokal.
2. Pemeriksaan Dada dan Thorax
a) Inspeksi : bentuk thorax, kesimetrisan, adanya retraksi dada, penggunaan otot bantu
pernapasan
b) Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
c) Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
d) Auskultasi : suara nafas, adakah ada suara napas tambahan: ronchi (terjadi penumpukan secret
akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
3. Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran pada kelenjar limfe, ginjal, terdapat
bayangan vena, auskultasi peristaltik usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan
limpa
b) Perkusi adanya asites atau tidak.
4. Pemeriksaan Genetalia
5. Pembesaran pada testis : hematuria
6. Pemeriksaan integument
Kulit :
a) Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema, petekie, ekimosis, ruam)
b) nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka bernanah, diaforesis (gejala
hipermetabolisme).
c) peningkatan suhu tubuh
d) Kuku : rapuh, bentuk sendok / kuku tabuh, sianosis perifer.
7. Pemeriksaan Ekstremitas
a) Adakah sianosis, kekuatan otot
b) Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel leukemia

II. Diagnosa Keperawatan


Menurut Wong, D.L (2004 :596 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran berlebihan seperti
muntah, dan penurunan intake
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
6. Resiko Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
11. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.
12. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
III. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai
tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku
spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut
(Wong,D.L,2004 ).
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi :
Pantau suhu
Rasionalnya : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasionanya : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum menyentuh pasien
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
Menggunakan masker setiap kali kontak dengan pasien
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
Melakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi :
Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas
sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
3. Resiko terhadap perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi :
Pantau tanda-tanda perdarahan
Rasional : Mengetahui tanda-tanda perdarahan
Anjurkan keluarga untuk memberitaukan apabila ada tanda perdarahan
Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
Anjurkan keluarga untuk pergerakan pasien
Rasional : Keterlibatan keluarga dapat membantu untuk mencegah terjadinya perdarahan lebih
lanjut
Kolaborasi dalam monitor trombosit
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual)
Tujuan : - Tidak terjadi kekurangan cairan melalui feses
Pasien tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi :
Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional : Untuk mengetahui tindakan ang akan dilakukan

Berikan cairan oral dan parinteral


Rasional : sebagai upaya untuk mengatasi cairan yang keluar
Pantau intake dan output
Rasional : dapat mengetahui keseimbangan cairan
Kolaborasi Pemberian obat anti diare
Rasional : menghentikan diare
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi :
Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat.
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)

Berikan diet cair, lembut dan lunak


Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak
Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri

Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia


Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
6. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, malaise, mual dan muntah,
efek samping kemoterapi dan atau stomatitis Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Intervensi :
Anjurkan orang tua untuk tetap memberikan asi
Rasional : Mempertahankan asupan nutrisi
Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : Karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
Timbang berat badan pasien
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori.
Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian nutrisi
Rasional : Membantu proses penyembuhan dalam kebutuhan nutris

DAFTAR PUSTAKA

1. Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta, EGC.
2. Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Cetakan I. Jakarta, EGC.
3. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung
Seto.
4. Reeeves, Lockart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan I. Jakarta, Salemba Raya.
5. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
6. Sacharin Rosa M. (1993). Prinsip Perawatan Pediatri. Edisi 2. Jakarta : EGC.
7. Gale Danielle, Charette Jane. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta :
EGC.
8. Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart .(1995). Patofisiologi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai