Anda di halaman 1dari 33

BAB II

DAFTAR PUSTAKA

2.1 Alat Berat

Alat-alat berat yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil merupakan
alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan
pembangunan suatu struktur bangunan. Alat berat merupakan faktor penting di
dalam proyek, terutama proyek- proyek konstruksi maupun pertambangan dan
kegiatan lainnya dengan skala yang besar. Tujuan dari penggunaan alat-alat berat
tersebut adalah untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya,
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah dengan waktu
yang efisien dan relatif lebih singkat ( Rochmanhadi, 1985 ).
Setiap perusahaan atau organisasi dalam menjalankan aktivitas / usahanya,
pasti dihadapkan pada teknologi yang akan mencerminkan kekuatan perusahaan
dalam mencapai tujuan. Maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba dalam
hal teknologi salah satunya penggunaan alat berat guna mencapai sasaran.
Menurut Ir. Susy Fatena Rostyanti Msc dalam bukunya Alat Berat
Untuk Proyek konstruksi (2008) menyebutkan bahwa bonafiditas suatu perusahaan
konstruksi tergantung dari aset-aset teknologi yang dimiliknya, salah satunya
adalah alat berat. Alat berat yang dimiliki sendiri oleh perusahaan konstruksi
akan sangat menguntungkan dalam memenangkan tender proyek konstruksi
secara otomatis hal tersebut akan mencerminkan kekuatan perusahaan tersebut.
Menurut ( Rohman, 2003 ) melaksanakan suatu proyek konstruksi berarti
menggabungkan berbagai sumber daya untuk menghasilkan produk akhir yang
diinginkan, pada proyek konstruksi kebutuhan untuk peralatan antara 7 15 %
dari biaya proyek, Peralatan konstruksi yang dimaksud adalah alat/perlalatan yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan konstruksi secara mekanis. Artinya
pemanfaatan alat berat pada suatu proyek konstruksi dapat memberikan insentif pada
efisiensi dan efektifitas pada tahap pelaksanaan maupun hasil yang dicapai.

2.2 Fungsi Alat Berat

Alat berat terdiri dari beberapa fungsi diantaranya :


1. Alat Pengolah Lahan
2. Alat Penggali
3. Alat pengangkut material
4. Alat pemindahan material
5. Alat pemadat
6. Alat pemroses material
Dari ke tujuh fungsi dasar alat berat tersebut penulis akan
menganalisa pada jenis fungsi alat untuk alat penggali, alat pengangkut
material ,alat pemindahan material , alat penghamparan dan alat pemadat.

2.2.1 Excavator
Excavator atau sering disebut dengan Backhoe termasuk dalam alat penggali
hidrolis memiliki bucket yang dipasangkan di depannya. Alat penggeraknya traktor
dengan roda ban atau crawler. Backhoe bekerja dengan cara menggerakkan bucket ke
arah bawah dan kemudian menariknya menuju badan alat. Sebaliknya front shovel
bekerja dengan cara menggerakkan bucket ke arah atas dan menjauhi badan alat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa backhoe menggali material yang berada di
bawah permukaan di mana alat tersebut berada, sedangkan front shovel menggali
material di permukaan dimana alat tersebut berada.
Pengoperasian backhoe umumnya untuk penggalian saluran, terowongan, atau
basement. Backhoe beroda ban biasanya tidak digunakan untuk penggalian,tetapi
lebih sering digunakan untuk pekerjaan umum lainnya. Backhoe digunakan pada
pekerjaan penggalian di bawah permukaan serta untuk penggalian material keras.
Dengan menggunakan backhoe maka akan didapatkan hasil galian yang rata.
Pemilihan kapasitas bucket backhoe harus sesuai dengan pekerjaan yang akan
dilakukan.

Gambar 2. 1 Bachoe
Backhoe terdiri dari enam bagian utama, yaitu struktur atas yang dapat berputar, boom,
lengan (arm), bucket, slewing ring, dan struktur bawah. Boom, lengan dan bucket
digerakkan oleh sistem hidrolis. Struktur bawah adalah penggerak utama yang dapat
berupa roda ban atau roda crawler. Ada enam gerakan dasar yang mencakup
gerakan 24 gerakan pada masing-masing bagian,
yaitu :
a) Gerakan boom : merupakan gerakan boom yang mengarahkan
bucket menuju tanah galian.
b) Gerakan bucket menggali : merupakan gerakan bucket saat
menggali material.
c) Gerakan bucket membongkar : adalah gerakan bucket yang
arahnya berlawanan dengan saat menggali.
d) Gerakan lengan : merupakan gerakan mengangkat lengan dengan
radius sampai 100.
e) Gerakan slewing ring : gerakan pada as yang bertujuan agar
bagian atas backhoe dapat berputar 360.
f) Gerakan struktur bawah : dipakai untuk perpindahan tempat jika
area telah selesai digali.

Cara kerja backhoe pada saat penggalian adalah sebagai berikut :


1) Boom dan bucket bergerak maju.
2) Bucket digerakkan menuju alat
3) Bucket melakukan penetrasi ke dalam tanah
4) Bucket yang telah penuh diangkat.
5) Struktur atas berputar.
6) Bucket diayun sampai material di dalamnya keluar

2.2.2 Dump Truck


Seperti yang telah diketahui bahwa truk sangat efisien untuk pengangkutan
jarak jauh. Kelebihan truk dibanding alat lain :
a) Kecepatan lebih tinggi.
b) Kapasitas besar.
c) Biaya operasional kecil.
d) Kebutuhan dapat disesuaikan dengan kapasitas alat gali
.
Gambar 2. 2 Dump Truck

Namun, alat ini juga memiliki kekurangan dibanding alat lain karena truk
memerlukan alat lain untuk pemuatan. Dalam pemilihan ukuran dan konfigurasi truk
ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu material yang akan diangkut dan
excavator atau loader pemuat. Truk tidak hanya digunakan untuk pengangkutan tanah
tetapi juga material-material lain. Untuk pengangkutan material tertentu, ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
a) Untuk batuan, dasar bak dialasi papan kayu agar tidak mudah rusak.
b) Untuk aspal, bak dilapisi oleh solar agar aspal tidak menempel
pada permukaan bak.
c) Untuk material lengket seperti lempung basah, pilih bak bersudut bulat.
Dalam pengisian baknya, truk memerlukan alat lain seperti excavator
dan loader. Karena truk sangat tergantung pada alat lain, untuk
pengisian material tanah perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a) Excavator merupakan penentu utama jumlah truk, sehingga tentukan jumlah
truk agar excavator tidak idle.
b) Jumlah truk yang menunggu jangan sampai lebih dari 2 unit.
c) lsi truk sampai kapasitas maksimumnya.
d) Untuk mengangkutan material beragam, material paling berat diletakkan di
bagian belakang (menghindari terjadinya kerusakan pada kendali hidrolis).
e) Ganjal ban saat pengisian.

Volume material yang diangkut harus sesuai dengan kapasitas truck. Jika
pengangkutan material oleh truk dilaksanakan melampaui batas kapasitasnya
maka hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi, seperti :
a) Konsumsi bahan bakar bertambah.
b) Umur ban berkurang.
c) Kerusakan pada Bak.
d) Mengurangi produktivitas.

Kapasitas dan ukuran truk sangat bervariasi. Oleh karena itu, pemilihan ukuran
truk sangat penting karena truk besar atau kecil akan memberikan beberapa
keuntungan dan kerugian.
1. Kelebihan truck kecil terhadap truk besar :
a) Bergerak lebih leluasa dan kecepatan lebih tinggi.
b) Kerugian dalam produktivitas akan lebih kecil jika salah satu truk tidak
dapat beroperasi.
c) Kemudahan dalam memperhitungkan jumlah truck untuk setiap alat
pemuat.
2. Kerugian truck kecil terhadap truck besar :
a) Kesulitan bagi alat pemuat dalam memuat material.
b) Jumlah truck yang banyak maka waktu antrean (ST) akan besar.
c) Memerlukan lebih banyak supir.
d) Meningkatkan investasi karena jumlah truck yang banyak.

3. Keuntungan truk besar terhadap truk kecil :


a) Jumlah truck yang sedikit menyebabkan investasi berkurang (bensin,
perbaikan, dan perawatan).
b) Kebutuhan supir yang tidak banyak.
c) Memudahkan alat pemuat dalam memuat material.
d) Waktu antre (ST) akan berkurang.
4. Kerugian truck besar terhadap truck kecil :
a) Bila alat pemuat kecil maka akan memperbesar waktu muat (LT).
b) Beban yang besar dari truk dan muatannya akan mempercepat
kerusakan jalan.
c) Jumlah truck yang seimbang dengan alat pemuat akan sulit didapat
d) Larangan pengangkutan di jalan raya dapat diberlakukan pada truck
besar.

1
01
2.2.3 Wheel Loader

Wheel Loader adalah alat pemuat beroda karet (ban), penggunaannya


hampir sama dengan Dozer Shovel.
Perbedaannya terletak pada landasan kerjanya, dimana landasan kerja untuk whell
loader relatif rata, kering dan kokoh.
Dipergunakan terutama pada pengoperasian yang dituntut agar tidak merusak landasan
kerja.
Fugsi utamanya adalah untuk memuat material ke dalam alat pengangkut
di- mana hampir sama dengan dozer shovel yang berfungsi untuk mengangkut dari
stock pile ke atas dump truck.

.
Gambar 2. 3 Wheel Loader

2.2.4 COMPACTOR

Compactor adalah alat yang digunakan untuk memadatkan tanah atau material
agar dapat dicapai suatu nilai kepadatan yang diinginkan sesuai dengan beban atau
muatan serta frekuensi lintasan yang akan dilalui oleh material yang dipadatkan tadi.
Compactor yang dilengkapi dengan vibro atau getaran akan mampu lebih cepat
mencapai kepadatan material yang diinginkan. Smooth drum dipakai untuk
memadatkan material yang bersifat lepas dimana kandungan airnya (moisture content)
kecil atau untuk pemadatan/finishing. Sedangkan kelengkapan pad drum dipakai
untuk material atau tanah yang bersifat liat dengan kandungan air cukup
besar.dipadatkan semaksimal mungkin.
Pekerjaan pemadatan tanah dalam skala kecil pemadatan tanah dapat dilakukan
dengan cara menggenangi dan membiarkan tanah menyusust dengan sendirinya, namun
cara ini perlu waktu lama dan hasilnya kurang sempurna; agar tanah benar-benar
mampat secara sempurna diperlukan cara-cara mekanis untuk pemadatan tanah.
Pemadatan tanah secara mekanis umumnya dilakukan dengan menggunakan mesin
penggilas (Roller); klasifikasi Roller yang dikenal antara lain adalah:
1. Berdasarkan cara geraknya; ada yang bergerak sendiri, tapi ada juga yang harus
ditarik traktor.
2. Berdasarkan bahan roda penggilasnya, ada yang terbuat dari baja (SteelWheel) dan
ada yang terbuat dari karet (pneumatic).
3. Dilihat dari bentuk permukaan roda;ada yang punya permukaan halus(plain),
bersegmen, berbentuk grid, berbentuk kaki domba, dan sebagainya.
4. Dilihat dari susunan roda gilasnya; ada yang dengan roda tiga (Three Wheel), roda
dua (Tandem Roller), dan Three Axle Tandem Roller.
5. Alat pemadat yang menggunakan penggetar (vibrator).

Gambar 2. 4 Compactor

2.2.3 PNEUMATIC TIRED ROLLER

Pneumatic Tire Roller adalah alat untuk memadatkan lapisan


asphalt atau tanah yang menggu nakan roda ban karet yang dipompa
(pneumat- ic) sebagai permukaan yang menggilas permukaan asphalt atau
tanah. Susunan dari roda bagian depan dan roda bagian belakang diatur secara
selang-seling, sehingga seluruh permukaan yang dilintasi akan menjadi rata. Bagian
yang tidak dilintasi roda depan akan dilintasi oleh roda belakang.
Tekanan yang diberikan roda terhadap permukaan tanah dapat diatur
tekanannya dengan cara merubah tekanan ban, makin besar tekanannya pada ban, maka

1
21
makin besar pula tekanan pada tanah.
Pneumatic Tire Roller baik sekali digunakan pada penggilas lapisan hot mix
sebagai Penggilas Antara. Pada tire roller ini beratnya dapat ditingkatkan seperti juga
pada tandem roller, degan mengisi zat cair atau pasir pada dinding-dinding mesin.

Gambar 2. 5 Pneumatic Tire Roller

2.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat


Kemampuan alat dalam manghasilkan produksi sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Ketelitian dalam menentukan faktor faktor yang mempengaruhi
kemampuan produksi alat akan memberikan nilai atas faktor-faktor tersebut.
Diantaranya yakni akan menghasilkan ketepatan perhitungan produksi peralatan
sekaligus memberikan ketepatan waktu penyelesaian dan ketepatan biaya
produksi . Berikut merupakan faktor-faktor tersebut.

2.3.1 Faktor Kondisi Peralatan


Produksi suatu peralatan sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dari alat
tersebut, hal ini terjadi akibat penurunan kondisi mesin akibat dari adanya
keausan komponen mesin. Semakin tinggi jumlah jam operasional
maka, berpotensi terjadinya kerusakan pada komponen-komponen mesin
itu.Kondisi peralatan layak operasi ditinjau dari aspek ekonomi yakni
sebagai berikut:
K = 100% sebagai kondisi umum
K = 60 % sebagai kondisi minimum
Pada pengoperasian normal 2000 jam per tahun, maka penurunan kondisi
peralatan per jam secara garis lurus ( straight Line ) yakni :
K = ( 100 60 ) / UE( % jam ) (2.1)
Jadi kondisi peralatan saat penilaian sesuai dengan jam operasi yang
sudah dicapai adalah :
K = 100 -K.t (%) (2.2)
= 100-((100-60)UE) x t (%) (2.3)
Dimana :
UE = Umur ekonomis alat dalam jam
T = Jam operasi yang sudah tercapai

Tabel 2.1 Klasifikasi kondisi peralatan

No Klasifikasi Kondisi Nilai Kondisi (%)


1 Prima 100 - 90
2 Baik 90 80
3 Cukup 80 70
4 Sedang 70 60
Sumber : Dept. PU (1998)

2.3.2 Faktor Kondisi Peralatan

Kemampuan alat untuk memproduksi secara optimal akan sangat di pe-


ngaruhi oleh kondisi medan di lapangan. Salah satunya yakni kondisi tanah, yakni
meliputi :
a) Keadaan asli yakni : keadaan tanah sebelum diadakan pengerjaan,
dinyatakan dalam ukuran alam Bank measure (BM)
b) Kondisi lepas, yakni : keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan, yang
dinyatakan dengan istilah Loose Measure ( LM)
c) Kondisi padat, yaitu keadaan tanah setelah ditimbun kembali dan
dipadatkan, dimana volume tanah setelah dipadatkan mungkin lebih
besar atau sebaliknya lebih kecil dari volume keadaan Bank Measure (BM),
hal ini sangat dipengaruhi oleh usaha dalam pemadatan tersebut.

Faktor tanah berikutnya yang dapat mempengaruhi produktifitas alat


berat diantaranya :

1. Berat material, per M3 yakni berpengaruh terhadap volume yang diangkut,


hubungannya terhadap alat adalah tenaga tarik alat tersebut.
oleh alat, sehingga sangat berpengaruh terhadap produktifitas alat tersebut,
dilain sisi alat tersebut akan bekerja ekstra dan akan berdampak pula terhadap
kebutuhan biaya penggunaan alat tersebut.
3. Kohesivitas / daya ikat, yakni merupakan kemampuan ikat butir tanah.
tersebut, tiap-tiap jenis tanah mempunyai kohesivitas yang berbeda pula,
sehingga akan berdampak kembali terhadap produktifitas alat tersebut.
4. Bentuk butir / Material, yakni besar kecilnya rongga, sehingga akan
berpengaruh terhadap pengembangan dan penyusutan tanah yang pada
akhirnya akan mempengaruhi produktifitas alat.
Jadi suatu medan disebut Ideal, Ringan, Sedang dan berat bergantung pada
jenis peralatan yang dioperasikan dilapangan. Berikut adalah daftar kondisi klasifikasi
kondisi lapangan.
Tabel 2.2 Kondisi medan

Klasifikasi Kriteria

IDEAL - Lapangan datar kering


- Jalan hantar lurus, keras / aspal ,datar
- Ruang gerak luas
- Lingkungan bebas

RINGAN - Lapangan datar lembab


- Jalan hantar lurus
- Ruang gerak luas
- Lingkungan Bebas

SEDANG - Lapangan kering bergelombang


- Jalan hantar tidak lurus, bergelombang
- Ruang gerak luas
- Lingkungan bebas

BERAT - Lapangan bergelombang dan becek


- Jalan hantar berbelok-belok tajam
- Ruang gerak sempit
- Lingkungan terbatas

Sumber : Dept. PU (1998)


Dari gabungan Faktor alat dan medan yakni sebagai berikut :

Tabel 2.3 Alat dan medan


Kondisi Kondisi Alat
No Medan
Prima Baik Cukup Sedang
1 Ideal 0,95 0,90 0,85 0,80
2 Ringan 0,90 0,852 0,805 0,757
3 Sedang 0,85 0,805 0,760 0,715
4 Berat 0,80 0,715 0,715 0.673
Sumber : Dept. PU (1998)

Untuk faktor material ( Em ) merupakan kapasitas atau Pay Load actual


per siklus suatu peralatan tidak selalu sama dengan kapasitas spesifikasi yang
dinyatakan pabrik. Hal ini disebabkan oleh sifat kondisi material yang akan
dikerjakan, hal ini dapat terlihat dari isi bucket apakah terisi penuh atau terdapat
rongga, yang akan berpengaruh terhadap maksimal muat dalam bucket. Volume
tanah dari keadaan tanah asli menjadi lepas atau padat berbeda untuk berat yang
sama dan perbedaan itu disebut Faktor konversi atau Conversion factor. Berikut
fill faktor / faktor pengisian dan conversion factor yang dapat digunakan untuk
perhitungan pengerjaan penggali Excavating dan muat Loading

Tabel 2.4 Faktor material (Em)

Pekerjaan Tingkat Faktor Kondisi dan jenis


Kesulitan material
Material

Dozing Mudah 1,10 Dapat digusur secara sempurna


penuh blade,kadar air rendah, bukan
tanah pasir dipadatkan, tanah biasa,
onggokan material.

Sedang 0,90 Tanah lepas tapi tidak digusur


sepenuh blade, tanah kerikil,pasir
batu pecah halus.
Agak Sulit 0,70 Kadar air tinggi,liat lengket,tanah
liat keras kering,pasir kerikil.

Sulit 0,60 Batu hasil ledakan atau batu


berukuran kasar dan lumpur.

Agak sulit 0,90 Kondisi alam tanah pasir,


dengan

Kerikil
Sulit 0,80 Onggokan batu hasil
peledakan,

batuan karang atau kapur,


Mudah 1,00- Onggokan material, pasir,
tanah
1,10
berpasir, tanah liat dengan kadar
Sedang 0,85- Onggokan tanah material
dengan
0,95
proses pengambilan diforsir , pasir
Agak sulit 0,80- Batu pecah halus, tanah liat keras,

0,85 sirtu, tanah pasir dan lumpur

Sulit 0,75- Batu pecah kasar, hasil peledakan,

0,80 batu kali, sirtu, tanah pasir,


tanah liat legit dan lumpur
Sumber : Rochmanhadi (1992)

2.3.3 Faktor Kondisi Peralatan


Manaejemen merupakan seni untuk mendapatkan seluruh kegiatan dalam suatu
sistem agar dapat berjalan lancar, sesuai arah / tujuan, efektif, ekonomis, aman, dan
terkoordinir. Manajemen yang baik tergantung dari sistem yang dilakukan dengan
kebijakan dari seorang manajer. Sejak tahap awal atau tahap kegiatan belum dimulai
sudah ada kepercayaan bahwa seluruh kegiatan akan terlaksana dengan tepat waktu,
tepat mutu, dan tepat biaya.
Tabel 2.5 Faktor manajemen (EM)

Klasifikasi Curiculum Vitae Nilai


faktor
(%)
Sangat Baik Pendidikan, 0.95
a. Formal : S1-Teknik
b. Informal :
1. Large Project Management
2. Management Audit
3. Project Administration
Pengalaman
1. Proyek dengan nilai 1 M
2. Proyek dengan nilai 1.5 M

Baik Pendidikan, 0.90


a. Formal : S1-Teknik
b. Informal :
1. Cotraction Management
2. Engineering Management
3. SimiliarProject Management
Pengalaman
3. Proyek dengan nilai 0.5 M
4. Proyek dengan nilai 1 M
Cukup Pendidikan, 0.85
a. Formal : S1-Teknik
b. Informal :
1. Large Project Management
2. Similar Project Management
3. ..
Pengalaman
5. Proyek dengan nilai 0.25 M
6. Proyek dengan nilai 0.5 M
Sumber : Rochmanhadi (1992)
2.3.4 Faktor Kondisi Peralatan

Koefisien traksi adalah suatu faktor yang harus dikalikan pada berat total
kendaraan untuk mendapatkan tenaga maksimum yang boleh dikerahkan agar
roda tidak terjadi selip. Tenaga atau traksi yang boleh dikerahkan agar roda tidak selip
disebut traksi kritis , besarnya traksi tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 2.6 Besaran traksi

NO Type dan Jenis Alat Jenis Roda


Ban Karet Roda Kelabang
1 Lempung 0,55 0,90

2 Liat Lempung 0,55 0,90

3 Tanah Kering 0,55 0,90

4 Jalan Datar tanpa perkerasan 0,56 0,90

5 Lempung liat basah 0,45 0,70

6 Lempung liat becek 0,45 0,70

7 Tanah pertanian basah 0,45 0,70

8 Tempat pengambilan batu 0,65 0,55

9 Pasir basah 0,40, 0,50

10 Jalan kerikil gembur 0,36 0,50

11 Pasir kering gembur 0,20 0,30

12 Tanah basah berlumpur 0,20 0,25

Sumber : Dept. PU (1998)

2.3.5 Faktor Operator dan Mekanik

Prestasi kerja suatu peralatan sangat tergantung pada kemampuan operator dalam
menggunakan alat dan mekanik sebagai teknisi yang berperan aktif dalam mengontrol
kondisi alat agar dapat bekerja secara optimal. Untuk klasifikasi operator dan mekanik
akan dibagi dalam 4 klasifikasi berdasarkan Curriculum Vitae (CV) yakni :
a) Terampil yakni pendidikan STM / sederajat, memiliki sertifikat
SIMP/SIPP (III) dan pengalaman kerja lebih dari 6000 jam
b) Baik yakni Pendidikan STM /sederajat / memiliki sertifikat SIMP/SIPP
(II) dan pengalaman kerja 4000-6000 jam.
c) Cukup yakni pendidikan STM/ sederajat, memiliki sertifikat SIMP/SIPP
(I) dan pengalaman kerja 2000 4000 jam.
d) Sedang yakni pendidikan STM/sederajat , pengalaman kerja kurang dari
3000 jam.

Mengingat tugas yang dilaksanakan oleh operator dengan menggunakan


peralatan, maka secara tidak langsung owner maupun rekanan harus mampu
menentukan klasifikasi operator dan mekanik, ini dapat ditinjau dari tingkat kesulitan
dan resiko keamanan di lokasi pekerjaan.

2.3.6 Faktor Cuaca


Cuaca merupakan suatu dampak yang tidak dapat diprediksi, secara tidak
langsung cuaca akan berpengaruh terhadap kondisi operator itu sendiri, seperti waktu
untuk istirahat sementara makin banyak untuk keperluan pemulihan stamina dari
operator itu sendiri. Untuk setiap 1 Jam kerja yang tersedia akan terdapat waktu yang
hilang sebagai akibat dari cuaca. Prestasi operator akibat dari pengaruh cuaca dapat
diukur dalam satuan menit/jam atau % yakni perbandingan antara waktu efektif kerja
dari tiap jam kerja dengan tiap jam waktu yang tersedia. Untuk keperluan
perhitungan, faktor pengaruh cuaca terhadap prestasi operator perlu ditetapkan
seperti matrik sebagai berikut :
Tabel 2.7 Prestasi operator dan mekanik terhadap cuaca

Operator dan Mekanik


No Cuaca Terampil Baik Cukup Sedang
1 Terang, cerah 0,90 0,85 0,80 0,75
2 Terang Panas, berdebu 0,83 0,783 0,737 0,691
3 Dingin, mendung, gerimis 0,75 0,708 0,666 0,624
4 Gelap 0,666 0,629 0,592 0,555
Sumber : Dept. PU (1998)

2
02
2.3.7 Job Faktor

Job faktor merupakan job efisiensi yang sebenarnya. Job efisiensi dapat
diartikan perbandingan antara besaran sumber daya yang dikerahkan dengan keluaran
sember daya yang nilainya baru dapat diketahui setelah pekerjaan selesai.
Sebagai penggantinya digunakan Job Faktor ( ETOT) yang artinya kombinasi dari
faktor-faktor yang telah diuraikan secara bersama-sama dan saling terikat
mempengaruhi produksi perlalatan. Besarnya nilai gabungan tersebut dapat
dinyatakan dengan :
Etotal = Eam + Eco + Em + EM (2.4)

dimana :

Eam = Faktor gabungan alat dan medan


Eco = Faktor gabungan cuaca dan operator
Em = Faktor sifat dan kondisi material
EM = Faktor kondisi manajemen

2.3.8 Pengaruh Kelandaian ( Grade Resisten)

Pada saat alat berat bergerak di permukaan yang menanjak, maka selain
tahanan gelinding terdapat gaya yang menahan alat tersebut. Gaya
tersebut dinamakan tahanan kelandaian. Yang dimaksud dengan kenaikan
permukaan sebanyak 1 % adalah kenaikan sebanyak 1 m untuk setiap 100 m jarak
horizontal. Untuk kenaikan 1 % diperlukan tahanan sebesar 10 kg untuk setiap
1 ton berat alat agar alat tersebut dapat bergerak naik.
Rumus :
GR = 10 Kg x 1% x Berat Kendaraan ( ton). (2.5)

2.3.9 Pengaruh Ketinggian ( Altitude )


Makin tinggi suatu tempat , maka akan berpengaruh terhadap kepadatan
lapisan oksigen, dimana hal ini akan berdampak langsung terhadap kinerja mesin alat
berat. Pada mesin 4 langkah akan mengalami pengurangan tenaga mesin sebesar 3
% pada setiap kenaikan 100 m diatas ketinggian 750 m diatas permukaan air
laut. Jadi sebelum diatas 750 m diatas permukaan air laut tenaga atau torsi mesin
masih belum berkurang.
Pengaruh ketinggian tersebut dapat dinyatakan dengan rumus :

[ 3% x Tenaga Mesin Hp x ((3000 -750)/100)] (2.6)

2.4 Waktu Siklus

Waktu siklus adalah waktu muat yang dibutuhkan alat untuk 1 kali produksi.
Perhitungan waktu siklus diberlakukan hanya untuk alat-alat yang tidak setiap saat
berproduksi secara terus menerus. Perhitungan waktu siklus berbeda untuk setiap jenis
alat menurut fungsinya, yakni sebagai berikut.

2.4.1 Waktu Siklus Excavator


Waktu siklus terdiri dari 4 komponen yakni :
1. Waktu muat bucket ( digging time ) tm
2. Waktu Putar bermuatan ( Swing Loaded time ), tpb
3. Waktu buang muatan ( Dumping time ), tb
4. Waktu putar kosong / kembali ( Swing Empty time ), tpk

Waktu siklus cycle time adalah : Ct = tm + tpb + tb + tp (menit) (2.7)

Waktu siklus masih dipengaruhi oleh kedalaman


galian yaitu : R = ( Digging depth / Max.spec digging
depth )

R= ( KedalamanGalian
Kemampuan Alat ) (2.8)

Sehingga waktu siklus yang diperhitungkan adalah :

Cta = Ct x R ( Menit ) (2.9)

Cta adalah waktu siklus awal dan kapasitas bucket

Dari rumus waktu siklus diatas terlihat bahwa :

1. Waktu muat sangat mempengaruhi jenis material lunak atau keras dan
kondisi galian

2. Waktu putar sangat dipengaruhi oleh beban dan jarak buang ( 90 -


180)
3. Waktu buang sangat dipengaruhi oleh cara pembuangan.

Jadi dapat disimpulkan waktu siklus cukup rumit dan besarnya nilai waktu
siklus berbeda untuk alat yang berbeda merek walaupun kapasitas bucket sama. Oleh
karena itu diperlukan tabel waktu siklus dan tabel faktor R sebagai pegangan untuk
keperluan perhitungan dalam perancanaan yakni sebagai berikut :

Tabel 2.8 Waktu siklus

Sudut Kapasitas Bucket


buang

0,25 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 1,20 1,50 1,70

90 0,20 0,20 0,23 0,23 0,23 0,26 0,26 0,26 0,26 0,28 0,30 0,31 0,33

180 0,25 0,25 0,28 0,28 0,28 0,31 0,31 0,31 0,31 0,33 0,35 0,36 0,38

Sumber : Dept. Pu, 1998

Tabel 2.9 Faktor kedalaman galian

R% Mudah Sedang Agak Sulit Sulit

< 40 0.70 0,90 1,10 1,40

40 75 0,80 1,00 1,30 1,60

>75 0,90 1,10 1,50 1,80

Sumber : Dept. PU (1998)

Pada tabel R diatas , yang dimagsud dengan :

a. Mudah - -Tanah lunak

- Galian dangkal

b. Sedang - -Pembuangan bebas


- Tanah Biasa

- Kedalaman sedang

c. Agak Sulit - Pembuangan tertentu

- Tanah keras / tanah liat

- Perlu kehati-hatian menggali

d. Sulit - - Pembuangan tertentu

- Tanah Keras dan membatu

- Galian kedalaman maksimum

- Perlu kehati-hatian extra

2.4.2 Waktu Siklus Dump Truck


Untuk waktu siklus dump truck terdiri dari 5 komponen waktu yaitu :

a) Waktu muat
b) Waktu berangkat
c) Waktu kembali ( kosong )
d) Waktu pembongkaran
e) Waktu antri
(Sjachdirin M.et al,1998)
Jadi waktu siklus adalah :

Dimana :

Cmt = Waktu siklus dump truck


N = Jml siklus yang diperlukan excavator untuk mengisi dump truck
C = Kapasitas rata-rata dump truck (m3)
Ql = Kapasitas bucket (m3)
K = Faktor bucket dari excavator
Cms = Waktu siklus excavator ( menit)
D = Jarak angkut dump truck (m)
V1 = Kecepatan rata-rata truck bermuatan (m/menit)
V2 = Kecepatan rata-rata kosong (m/menit)
t1 = Waktu buang
t2 = Waktu tunggu dan tunda yaitu waktu yang diperlukan untuk
posisi pengisian dan untuk excavator mulai mengisi.

posisi pengisian dan untuk excavator mulai mengisi.

Secara lebih ringkas untuk memudahkan perhitungan maka untuk


perhitungan waktu buang dan waktu tunggu dapat dilihat pada tabel 2.10 berikut :

Tabel 2.10 Waktu buang dan waktu tunggu


No Kondisi Waktu buang, Waktu tunggu ,

Tb ( menit ) tt ( menit )

1 Baik 0,50 0,70 0,10 0,20

2 Sedang 1,00 1,30 0,25 0,35

3 Kurang 1,50 2,00 0,40 0,50

Sumber : Dept. PU (1998)

Kriteria kondisi adalah :


1. Kondisi Baik :
- Pembuangan bebas
- Tidak perlu manuver
- Antrian tidak terjadi
2. Kondisi Sedang :
- Pembuangan bebas
- Perlu manuver
- Antrean tidak lebih dari satu unit
n, n1, n2, dst, adalah jumlah unit perjenis alat yang sesuai dengan jenis
kegiatan. (Ir. Susy Fatena Rostiyanti, 2002)
2.4.3 Compactor
Untuk menghitung kebutuhan peralatan compactor perjam untuk Luas
Tanah dapat dirumuskan sebagai berikut ( Rochmanhadi, 1985 ) :
n = V/ (We.S.Q) (2.10)

dimana :
n = jumlah unit peralatan perjenis (unit)
V = volume perjenis pekerjaan (m3)
We = waktu efektif hari kerja (hari)
S = standar jam kerja perhari sesuai peraturan ( jam/hari)
Q = produksi peralatan persatuan-satuan waktu (m3/jam)

2.5 Biaya Operasional

Biaya operasional adalah merupakan biaya-biaya yang harus dikeluarkan


agar alat dapat bekerja, berikut adalah biaya yang harus dikeluarkan :

a. Biaya bahan bakar


BBM = ( 0,80 .N .S / E) x H bbm ( Rp/jam ) (2.11)

Dimana :
N = Tenaga alat
S = kebutuhan spesifik bahan bakar

S = 0,22 Liter /HP .jam Untuk mesin Bensin

S= 0.55 Liter /Hp. Jam Untuk mesin solar

Hbbm = Harga BBM non subsidi, harga industry


E = job faktor alat yang dipengaruhi pengoperasian alat,
nilainyasama dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan
produksi.

b. Biaya Oli pelumas

Untuk Mesin
BB. Om = [ (C/T) + ( S / E) ] N x Hbop ( Rp / jam ) (2.12)
Dimana :
C = 0,13 liter / HP

T = Pergantian minyak pelumas = 250 jam operasi

S = kehilangan karena penguapan dan rembesan melalui seal


dengan besaran 0,0005 liter / Hp jam

Untuk Transmisi, meliputi Tarque Converter, main cluth, stering


cases, differential, final drive.
BBOt = [(C/T) + ( S / E)] x N.Hbop ( Rp / jam ) (2.13)

Dimana :
C = Kapasitas transfer sesuai spesifikasi alat, C = 0.223 liter /Hp

T = interval waktu penggantian minyak pelumas = 1000 jam

S = Hilangnya penguapan atau rembesan pada seal = 0,0003 liter / Hp

E = faktor pengaruhi beban dan jam operasional, dimana nilainya


sama dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan produksi.
N = Tenaga yang tersedia pada spesifikasi alat ( HP ).
Hbop = Harga bahan pelumas ( Rp / liter )

c. Biaya bahan hidroulic

Dimana ditentukan sebagai berikut :

BBH = [(C/T) + (S/E)] x N.Hbbh ( Rp/jam ) (2.14)


Dimana, C adalah Kapasitas tangki persediaan bahan hydraulic dengan
nilai seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.13 Kapasitas bahan hydraulic alat alat berat
No. Jenis Alat C (liter/HP)

1 Excavator 2,875

2 Dump Truck 0.62

Sumber : Dept. PU (1998)

T = interval waktu pergantian = 2000 jam operasional


S = Spesifik penggantian minyak yang hilang akibat penguapan atau
kebocoran seal dengan nilai sebagai berikut :
= 0,0003 liter / HP untuk alat Dump Truck
= 0,00064 liter / HP untuk ekskavator
E = Job faktor mempengaruhi beban dan jam operasi
N = Tenaga mesin HP

Hbbh = Harga bahan hidrolik ( Rp / Liter )

d. Biaya bahan gemuk


Ditentukan sebagai berikut :
(2.15)
BBG = S/E x N x Hbbg ( Rp/ Jam )

e. Biaya filter filter


Ditentukan berdasarkan biaya biaya bahan bakar, pelumas dan Hidraulic
serta grease yaitu :
BBF =0,50 ( BBM + BBO + BBH + BBG ) ( Rp / jam ) (2.16)

f. Biaya bahan pokok


Yang dimaksudkan disini biaya ban, selang, atau pipa - pipa
Biaya bahan pokok ditentukan sebagai berikut :
BBP = Hbbp / T ( Rp / jam ) (2.17)
Dimana :
Hbbp = harga bahan pokok ( Rp ) (2.18)
T = umur ekonomis bahan pokok ( Jam ) (2.19)
Untuk jenis alat Dump truck pada kondisi sedang dalam satuan T ( jam )
adalah 2500 jam.
g. Biaya operator
Untuk biaya operator mengikuti hasil survey.
h. Biaya pemeliharaan
perbaikan yang dimagsud disini adalah untuk pemeliharaan, biaya
pemeliharaan / perbaikan ditentukan sebagai berikut :
BPP = f x [(Hp Hbbp) / UE ] ( Rp / jam ) (2.20)
Dimana :
HP = Harga pokok peralatan ( Rp )
Hbbp = Harga ban ( Rp )
UE = Umur ekonomis alat

i. Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi


Biaya mobilisasi dan demobilisasi adalah biaya yang harus dibayarkan untuk
mendatangkan alat dan mengembalikan kembali alat apabila tidak digunakan,
biasanya pengangkutan ini menggunakan truk Lowbed Trealer mengenai biaya
mengikuti hasil survey untuk wilayah Papua

2.6 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Alat

Hasil kerja atau produksi peralatan adalah equivalen dengan jumlah biaya
yang dikeluarkan dalam penggunaan peralatan. Maka dari itu harga hasil kerja per satu
satuan volume yang disebut Harga Satuan Pekerjaan ( HSP ) alat adalah hasil bagi antara
biaya penggunaan alat dengan hasil kerja atau produksi alat.

HSP .A = B / Q ( Rp / jam ) (2.21)


Dimana :
B = Biaya penggunaan alat ( Rp / jam)
Q = Produksi alat ( m3 / jam )
3.Kondisi kurang :
- Pembuangan tidak terbatas
- Perlu manuver extra
2.7 Produktifitas Alat Berat
Langkah pertama dalam membuat estimasi kapasitas alat adalah
menghitung kapasitas operasi alat-alat berat. Hasil perhitungan tersebut kemudian
dibandingkan dengan pengalaman yang nyata dari pekerjaan-pekerjaan yang pernah
dilakuakan dari pekerjaan-pekerjaan sejenis. Atas dasar perbandingan itu, terutama pada
efesiensi kerjanya, kita dapat menentukan haga besaran estimasi kapasitas alat yng
paling sesuai untuk proyek bersangkutan, sehingga estimasi kapasitas biaya proyek
tidak terlalu besar.

2.7.1 Produksi Excavator


Produksi perjam dari excavator dapat dihitung dengan rumus berikut :

Q = q x 60 x E (2.14) Ws

Produksi persiklus (q) :


q = ql x K (2.15)
Dimana :
Q = produksi perjam (m3/jam) q
= produksi per siklus (m3) Cm =
waktu siklus (menit)
E = Job faktor
ql = kapasitas bucket K
= faktor bucket
(Rochmanhadi, 1985)

No Klasifikasi Kondisi Pemuatan Faktor


1 Ringan Menggali dan memuat dari stock pile 1,0 0,8
ataumaterial yang telah dikeruk oleh excavator
lain, yang tidak membutuhkan gaya gali dan dapat
dibuat munjung dalam bucket. Tanah berpasir,
pasir, tanah koloidal,dengan kadar air sedang.

No Klasifikasi Kondisi Pemuatan Faktor


2 Sedang Menggali dan memuat dari stockpile lepas dari 0,8 0,6
tanah yang lebih sulit untuk digali dan dikeruk
6
tetapi dapat dimuat hamper munjung.Pasir
kering,tanah berpasir, tanah campuran tanah,
tanah liat, gravel yang belum disaring, pasir yang
telah memadat dan sebagainya, atau menggali dan
membuat gravel langsung dari gravel asli.

3 Agak Sulit Menggali dan memuat batu-batu pecah, tanah 0,6 0,5
yang keras, pasir campur kerikil, tanah berpasir,
tanah koloidal liat, tanah liat dengan kadar air
tinggi, yang telah di stockpile oleh excavator
lain. Sulit untuk mengisi bucket dengan material
tersebut.
4 Sulit Bongkahan, batuan besar dengan tak teratur 0,5 0,4
dengan ruangan diantaranya batuan hasil ledakan,
batu bundar, pasir campur batu-batu bundar,
tanah berpasir tanah campur tanah liat, tanah liat
yang sulit dikeruk dengan bucket.
Sumber: Rochmanhadi (1985)

2.7.2 Produksi Dump Truck


Untuk pengangkutan material timbunan dan galian dipergunakan alat dump
truck, dump truck yang digunakan adalah dump truck bertipe pengangkatan ke
belakang. material dari hasil galian backhoe lalu dimasukan kedalam dump truck kemudian
dibuang ke tempat pembuangan atau tempat timbunan. Cara pembuangan material
dengan cara bak truk didorong dengan alat hidrolik sehingga didapat kemiringan bak truk
yang sesuai dengan kemiringan yang diinginkan.
Untuk menghitung produksi perjam total dari beberapa dump truck yang mengerjakan
pekerjaan yang sama secara simultan dapat dihitung dengan rumus :

Produksi per jam (1 truck)

q x 60 x E
( )
Q = Cm (2.16)

7
C = n x ql x K (2.17)

Produksi per jam (M truck)


q x 60 x E
( )
Q = Cm M (2.18)

Dimana:
P = produksi perjam (m3/jam)
C = produksi per siklus (m3)
q = produksi /siklus
E = effisiensi
Cm = waktu siklus
n = jumlah siklus dari excavator mengisi dump truck
ql = kapasitas bucket
K = faktor bucket
Q = q x 60 x E Cm

2.7.3 Produksi Wheel Loader


Loader yang digunakan adalah Loader jenis beroda ban dan digerakan dengan kendali
hidrolis. Loader melakukan pembersihan lapangan dan penggusuran serta pemadatan tanah
yang telah ditumpahkan oleh dump truck, serta perataan sesuai dengan elevasi
rencana. Untuk menghitung produksi loader, faktor yang mempengaruhi adalah ukuran
bucket, cycle time dan kondisi kerja/efisiensi kerja.
Menurut komatsu untuk produksi wheel loader digunakan rumus berikut :

Produksi = ( 60T ) x BC X JM x BF = m3/jam (2.19)

Dimana:
T = Cycle time (menit)
BC = Kapasitas bucket (m)
JM = Kondisi manajemen dan medan kerja
BF = Faktor pengisian bucket
Produksi per jam (1 truck)

8
q x 60 x E
( )
Q = Cm (2.20)

Dimana:
q1 = kapasitas munjung (m3/jam)
k = Faktor bucket

Waktu siklus
a) Pemuatan silang (cross loading)
D D Z
Cm
F R
b) Pemuatan bentuk V (V loading)

Cm 2D D Z F
R
c) Muat angkut (load and carry)

D 2
Cm Z F

Dimana:
D = kapasitas munjung (m3/jam)
k = Faktor bucket

2.8 Produktifitas Alat Berat

2.8.1 Excavator dan Dump truck


Untuk menghitung kebutuhan peralatan excavator dapat dirumuskan sebagai berikut
( Rochmanhadi, 1985 ) :

n = V/ (We.S.Q) (2.19)
Dimana:
n = jumlah unit peralatan perjenis (unit)
V = volume perjenis pekerjaan (m3)

We = waktu efektif hari kerja (hari)


S = standar jam kerja perhari sesuai peraturan (jam/hari)

Q = produksi peralatan persatuan-satuan waktu (m3/jam)

Untuk pekerjaan berseri, maka rumusan kebutuhan peralatan perseri

kegiatan adalah:

n1 = R x n (unit) (2.20)
9
n2 = R x n1 (unit) dst (2.21)

Dimana:
R = perbandingan produksi peralatan pada kegiatan seri 1 dengan
produksi peralatan pada kegiatan seri 2.

n, n1, n2, dst, adalah jumlah unitperjenis alat yang sesuai dengan jenis kegiatan. (Ir. Susy
Fatena Rostiyanti, 2002)

2.8.3 Wheel Loader


Untuk menghitung kebutuhan peralatan bulldozer dapat dirumuskan sebagai berikut
( Rochmanhadi, 1985 ) :

n = V/ (We.S.Q) (2.22)

Dimana:
n = jumlah unit peralatan perjenis (unit)
V = volume perjenis pekerjaan (m3)
S = standar jam kerja perhari sesuai peraturan ( jam/hari)
Q = produksi peralatan persatuan-satuan waktu (m3/jam)

2.9 Biaya Operasional

Biaya operasional adalah merupakan biaya-biaya yang harus dikeluarkan agar alat
dapat bekerja, berikut adalah biaya yang harus dikeluarkan :

a. Biaya bahan bakar

BBM = ( 0,80 .N .S / E) x H bbm ( Rp/jam ) (2.23)

Dimana :

N = Tenaga alat

S = kebutuhan spesifik bahan bakar

S = 0,22 Liter /HP .jam Untuk mesin Bensin

S= 0.55 Liter /Hp. Jam Untuk mesin solar

Hbbm= Harga BBM non subsidi, harga industry

E = job faktor alat yang dipengaruhi pengoperasian alat, nilainya

sama dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan

produksi.

b. Biaya Oli pelumas


1
0
- Untuk Mesin

BB.Om = [ (C/T) + ( S / E) ] N x Hbop (Rp/Jam) (2.24)

Dimana :

C = 0,14 liter / HP

T = Pergantian minyak pelumas = 250 jam operasi

S = kehilangan karena penguapan dan rembesan melalui seal dengan

besaran 0.0005 liter/ Hp jam

- Untuk Transmisi
Untuk Transmisi, meliputi Tarque Converter, main cluth, stering cases,
differential, final drive.
BBOt = [(C/T) + ( S / E)] x N.Hbop ( Rp / jam ) (2.25)
Dimana :
C = Kapasitas transfer sesuai spesifikasi alat, C = 0.223 liter /Hp
T = interval waktu penggantian minyak pelumas = 1000 jam
S = Hilangnya penguapan atau rembesan pada seal = 0,0003 liter / Hp
E = faktor pengaruhi beban dan jam operasional, dimana nilainya
sama dengan job faktor yang ditetapkan pada perhitungan produksi.

c. Biaya bahan hidroulic

Dimana ditentukan sebagai berikut :

BBH = [(C/T) + (S/E)] x N.Hbbh ( Rp/jam ) (2.26)

Dimana, C adalah Kapasitas tangki persediaan bahan hydraulic dengan nilai seperti
pada tabel berikut :

Tabel 2.13 Kapasitas bahan hydraulic alat alat berat

No Jenis Alat C (liter/Hp)


1 Excavator 2,875
2 Dump Truck 0,62
T = interval waktu pergantian = 2000 jam operasional
S = Spesifik penggantian minyak yang hilang akibat
penguapan atau kebocoran seal dengan nilai sebagai
berikut :
0,0003 liter / HP untuk alat Dump Truck
0,00064 liter / HP untuk ekskavator
E = Job faktor mempengaruhi beban dan jam operasi
N = Tenaga mesin HP
Hbbh = Harga bahan hidrolik ( Rp / Liter )

d. Biaya bahan gemuk

Dimana ditentukan sebagai berikut :


1
1
BBG = S/E x N x Hbbg ( Rp/ Jam ) (2.27)

d. Biaya filter

Ditentukan berdasarkan biaya biaya bahan bakar, pelumas dan Hidraulic


serta grease yaitu :

BBF =0,50 ( BBM + BBO + BBH + BBG )( Rp / jam ) (2.28)

e. Biaya bahan pokok

Yang dimaksudkan disini biaya ban, selang, atau pipa - pipa Biaya bahan
pokok ditentukan sebagai berikut :

BBP = Hbbp / T ( Rp / jam ) (2.29)

Dimana :

Hbbp = harga bahan pokok ( Rp )


T = umur ekonomis bahan pokok ( Jam )

Untuk jenis alat Dump truck pada kondisi sedang dalam satuan T( jam)adalah
2500 jam.

f. Biaya bahan pokok

Yang dimaksudkan disini biaya ban, selang, atau pipa - pipa Biaya bahan
pokok ditentukan sebagai berikut :

BBP = Hbbp / T ( Rp / jam ) (2.30)

Dimana :

Hbbp = harga bahan pokok ( Rp )

T = umur ekonomis bahan pokok ( Jam )

Untuk jenis alat Dump truck pada kondisi sedang dalam satuan T ( jam )adalah
2500 jam.

f. Biaya operator

Untuk biaya operator mengikuti hasil survey.

f. Biaya pemeliharaan

perbaikan yang dimagsud disini adalah untuk pemeliharaan, biaya


pemeliharaan / perbaikan ditentukan sebagai berikut :

BPP = f x [(Hp Hbbp) / UE ] ( Rp / jam ) (2.34)

1
2
Dimana :

HP = Harga pokok peralatan ( Rp )

Hbbp = Harga ban ( Rp )

UE = Umur ekonomis alat

f. Biaya mobilisasi dan demobilisasi

Biaya mobilisasi dan demobilisasi adalah biaya yang harus dibayarkan


untuk mendatangkan alat dan mengembalikan kembali alat apabila tidak
digunakan, biasanya pengangkutan ini menggunakan truk Lowbed Trealer
mengenai biaya mengikuti hasil survey untuk wilayah Papua

2.10 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Alat

Hasil kerja atau produksi peralatan adalah equivalen dengan jumlah biaya yang dikeluarkan
dalam penggunaan peralatan. Maka dari itu harga hasil kerja per satu satuan volume yang disebut
Harga Satuan Pekerjaan ( HSP ) alat adalah hasil bagi antara biaya penggunaan alat dengan hasil
kerja atau produksi alat.

1
3
1
41

Anda mungkin juga menyukai