3. Korupsi (corruption)
ACFE membagi jenis tindakan korupsi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Konflik kepentingan (conflict of interext)
Seseorang atau kelompok orang di dalam perusahaan (biasanya manajemen level) memiliki
hubungan istimewa dengan pihak luar (entah itu orang atau badan usaha). Dikatakan memiliki
hubungan istimewa karena memiliki kepentingan tertentu (misal: punya saham, anggota
keluarga, sahabat dekat, dll). Ketika perusahaan bertransaksi dengan pihak luar ini, apabila
seorang manajer / eksekutif mengambil keputusan tertentu untuk melindungi kepentingannya
itu , sehingga mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, maka ini termasuk tindakan fraud. Kita
di indonesia menyebut ini dengan idtilah kolusi dan nepotisme
b. Menyuap atau menerima suap, imbal balik (bribes and excoration)
Suap, apapun jenisnya dan kepada siapapun, adalah tindakan fraud. Menyupa dan menerima
suap,
Merupakan tindakan fraud. Tindakan lain yang masuk ke dalam kelompok fraud ini adalah:
menerima komisi, membocorkan rahasia perusahaan (baik berupa data atau dokumen) apapun
bentuknya, kolusi dalam tender tertentu.
b. Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal, pada dasarnya
adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk memastikan
bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang memadai yang dicatat dan melindungi
perusahaan dari kerugian.
d. Investigation and Remediation yang dilakukan forensik auditor. Peran auditor forensik
adalah menentukan tindakan yang harus diambil terkait dengan ukuran dan tingkat
kefatalan fraud, tanpa memandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran kecil terhdaap
kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang berbentuk kecurangna dalam laporan
keuangan atau penyalahgunaan aset.
Pencegahan fraud bisa dianalogikan dengan penyakit, yaitu lebih baik dicegah dari pada diobati.
Jika menunggu terjadinya fraud baru ditangani itu artinya sudah ada kerugian yang terjadi dan
telah dinikmati oleh pihak terntu, bandingkan bila kita berhasil mencegahnya, tentu kerugian
belum semuanya beralih ke pelaku fraud tersebut. Dan bila fraud sudah terjadi maka biaya yang
dikeluarkan jauh lebih besar untuk memulihkannya daripada melakukan pencegahan sejak dini.
Untuk melakukan pencegahan, setidaknya ada tiga upaya yang harus dilakukan yaitu:
1. Membangun individu yang didalamnya terdapat trust and openness, mencegah benturan
kepentingan, confidential disclosure agreement dancorporate security contract.
2. Membangun sistem pendukung kerja yang meliputi sistem yang terintegrasi, standarisasi
kerja, aktifitas control dan sistem rewards and recognition.
Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya terjadi secara bersama, yaitu:
1. Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud
Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam segitiga fraud (Fraud Triangle) berikut:
1.Opportunity
2. Pressure
Pressure atau motivasi pada sesorang atau individu akan memebuat mereka mencari kesempatan
melakukan fraud, beberapa contoh pressure dapat timbul karena masalah keuangan pribadi,
Sifat-sifat buruk seperti berjudi, narkoba, berhutang berlebihan dan tenggat waktu dan target
kerja yang tidak realistis.
3. Rationalization
1. Greed (keserakahan)
2. Opportunity (kesempatan)
3. Need (kebutuhan)
4. Exposure (pengungkapan)
Faktor Greed dan Need adalah faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan
(disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor opportunity dan Exposure merupakan faktor
yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor
generic/umum).
a. Faktor individu
2. Motivasi, faktor ini berhubungan dengan kebutuhan (need), yang lebih cenderung
berhubungan dengan pandangan/pikiran dan keperluan pegawai/pejabat yang terkait dengan aset
yang dimiliki perusahaan/instansi/organisasi tempat ia bekerja. Selain itu tekanan (pressure)
yang dihadapi dalam bekerja dapat menyebabkan orang yang jujur mempunyai motif untuk
melakukan kecurangan.
b. Faktor generic
g. Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama.
i. Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku.
g. Faktur ganda.
a. Perubahan perilaku secara signifikan, seperti: easy going, tidak seperti biasanya, gaya
hidup mewah, mobil atau pakaian mahal.
d. Penjudi berat.
e. Peminum berat.
Klasifikasi Fraud
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa Kecurangan
Bersertifikat, merupakan organisasi professional bergerak di bidang pemeriksaan atas
kecurangan di AS memiliki tujuan untuk memberantas kecurangan, mengklasifikasikan fraud
(kecurangan) dalam beberapa klasifikasi, dan dikenal dengan istilah Fraud Tree yaitu Sistem
Klasifikasi Mengenai Hal-Hal yang ditimbulkan oleh Kecurangan yang sama (Uniform
Occuptional Fraud Classification System) membagi Fraud menjadi 3 jenis sebagai berikut :
Penyalahgunaan, pencurian asset atau harta perusahaan atau pihak lain, jenis ini paling mudah
untuk dideteksi karena sifatnya tangiable atau dapat diukur/dihitung (defined value).
2. Pernyataan Palsu (Fraudulent Statement)
Tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah
untuk menutupi kondisi Keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa Keuangan
(financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan
atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing.
3. Korupsi (Corruption)
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerjasama dengan pihak lain
seperti suap dan korupsi, dimana hal ini yang merupakan jenis yang terbanyak di negara-negara
berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola
yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak
dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis
mutualisme). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan
(conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities),
dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion).
DEFINISI FRAUD
Definisi Fraud
Secara harafiah fraud didefInisikan sebagai kecurangan, namun pengertian ini telah
dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai cakupan yang luas. Blacks Law Dictionary
Fraud menguraikan pengertian fraud mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia,
dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan
saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara yang tidak terduga,
penuh siasat. Licik, tersembunyi, dan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain
tertipu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fraud adalah perbuatan curang (cheating) yang
berkaitan dengan sejumlah uang atau properti.
Berdasarkan defenisi dari The Institute of Internal Auditor (IIA), yang dimaksud
dengan fraud adalah An array of irregularities and illegal acts characterized by intentional
deception: sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar hukum yang ditandai
dengan adanya unsur kecurangan yang disengaja.
Websters New World Dictionary mendefenisikan fraud sebagai suatu pembohongan atau
penipuan (deception) yang dilakukan demi kepentingan pribadi, sementara International
Standards of Auditing seksi 240 The Auditors Responsibility to Consider Fraud in an Audit of
Financial Statement paragraph 6 mendefenisikan fraud sebagai tindakan yang disengaja oleh
anggota manajemen perusahaan, pihak yang berperan dalam governanceperusahaan, karyawan,
atau pihak ketiga yang melakukan pembohongan atau penipuan untuk memperoleh keuntungan
yang tidak adil atau illegal. Motifnya sama, yaitu sama-sama memperkacaya diri
sendiri/golongan dan modus operandinya sama, yaitu dengan melakukan cara-cara yang illegal.
PENGERTIAN FRAUD
Pengertian Fraud
Fraud adalah sebuah istilah di bidang IT yang artinya sebuah perbuatan kecuranganyang
melanggar hukum (illegal-acts) yang dilakukan secara sengajadan sifatnya dapatmerugiakan
pihak lain. Istilah keseharian adalah kecurangan diberi nama yang berlainan seperti pencurian,
penyerobotan, pemerasaan, penjiplakan, penggelapan, dan lain-lain. Orang awam sering kali
mengartikan bahwa fraud secara sempit adalah tindak pidana atau perbuatan korupsi. Fraud atau
kecurangan itu sendiri adalah tindakan yang melawan Hukum oleh orang-orang dari dalam dan
atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau
kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain. Orang awam sering kali mengartikan
bahwa fraud secara sempit adalah tindak pidana atau perbuatan korupsi.
Dari beberapa definisi atau pengertian Fraud (kecurangan) diatas, maka tergambarkan bahwa
yang dimaksud dengan kecurangan (fraud) adalah sangat luas dan dapat dilihat pada beberapa
kategori kecurangan. Namun secara umum, unsure-unsur dari kecurangan (Keseluruhan unsur
harus ada, jika ada yang tidak ada maka dianggap kecurangan tidak terjadi) adalah :