Anda di halaman 1dari 9

2.3.

Definisi Penipuan (FRAUD)


fraud adalah istilah dalam bidang IT yang artinya sebuah perbuatan kecurangan yang melanggar
hukum (illegal-acts) yang di lakukan secara sengaja dan sifatnya dapat merugikan pihak lain.
Setiap tindakan ilegal dengan penipuan, penyembunyian atau pelanggaran kepercayaan.
Penipuan pelaporan keuangan melibatkan salah saji di sengaja atau kelalaian dari jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan yang di rancang untuk mengelabui pengguna laporan
keuangan. Hal seperti kegagalan laporan keuangan yang akan disajikan dalam semua hal yang
material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).

2.4. Jenis-Jenis Fraud Dalam Perusahaan (Internal Fraud)


Oleh Association of certified fraud examiners (ACFE), internal fraud (tindakan
penyelewengan di dalam perusahaan atau institusi) di kelompokkan menjadi empat jenis yaitu:

1. Fraud terhadap aset (Asset misapproapriation)


Singkatnya, penyalahgunaan aset perusahaan (institusi), entah itu dicuri atau digunakan untuk
keprluan pribadi tanpa izin dari perusahaan seperti kita ketahui, aset perusahaan bisa berbentuk
kas (uang tunai) dan non-kas sehingga, asset misapproapriation di kelompokkan menjadi dua
macam:
a. Cash missaproapriation penyelewengan terhadap aset yang berupa kas (misalnya penggelapan
kas, mengambil cek dari pelanggan, menahan cek pembayaran untuk vendor)
b. Non cash missapproapriation penyelewengan terhadap asset non kas ( misalnya menggunakan
fasilitas perusahaan untuk kepentingan pribadi)

2. Fraud Terhadap Laporan Keuangan ( Fraudulent Statements)


ACFE membagi jenis fraud ini menjadi dua macam yaitu financiial dan non financial. Kelompok
fraud terhadap laporan keuangan misalnya:
a. Memalsukan bukti transaksi
b. Mengakui suatu transaksi lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya.
c. Menerapkan metode akuntansi tertentu secara tidak konsisten untuk menaikkan atau
menurunkan laba.
d. Menerapkan metode pengakuan aset sedemikian rupa sehingga aset menjadi nampak lebih besar
dibandingkan yang seharusnya.
e. Menerapkan metode pengakuan liabilitass sedemikian rupa sehingga liabilitass menjadi nampak
lebih kecil dibandingkan seharusnya.

3. Korupsi (corruption)
ACFE membagi jenis tindakan korupsi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Konflik kepentingan (conflict of interext)
Seseorang atau kelompok orang di dalam perusahaan (biasanya manajemen level) memiliki
hubungan istimewa dengan pihak luar (entah itu orang atau badan usaha). Dikatakan memiliki
hubungan istimewa karena memiliki kepentingan tertentu (misal: punya saham, anggota
keluarga, sahabat dekat, dll). Ketika perusahaan bertransaksi dengan pihak luar ini, apabila
seorang manajer / eksekutif mengambil keputusan tertentu untuk melindungi kepentingannya
itu , sehingga mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, maka ini termasuk tindakan fraud. Kita
di indonesia menyebut ini dengan idtilah kolusi dan nepotisme
b. Menyuap atau menerima suap, imbal balik (bribes and excoration)
Suap, apapun jenisnya dan kepada siapapun, adalah tindakan fraud. Menyupa dan menerima
suap,
Merupakan tindakan fraud. Tindakan lain yang masuk ke dalam kelompok fraud ini adalah:
menerima komisi, membocorkan rahasia perusahaan (baik berupa data atau dokumen) apapun
bentuknya, kolusi dalam tender tertentu.

4. Tipologi fraud yaitu cybercrime


Ini adalah jenis fraud yang paling canggih dan di lakukan oleh pihak yang mempunyai keahlian
khusus dan tidak selalu dimiliki oleh pihak lain.

a. Fraudster secara sengaja melakukan kecurangan-kecurangan untuk mendapatkan berbagai


fasilitas yang di sediakan oleh penyedia jasa telekomunikasi. Mereka melakukan dengan
memanfaatkan kelemahan teknis sistem atau perangkat telekomunikasi itu sendiri, kelemahan
manajemen atau pengelola telekomunikasi. Sayangnya, problem dan penyebabnya belum banyak
di ketahui oleh pihak pengelola maupun pengguna, kecuali mereka (yang menjadi korban) harus
menerima tanggungan rekening telepon yang membesar.
Fraud pada kartu kredit atau biasa juga di sebut carding pelaku melakukan transaksi dengan
menggunakan kartu kredit palsu yang di dalam nya terdapat data diri korban sehingga ketika
transaksi berhasil di lakukan, semua tagihan yang seharunya di terima pelaku masuk ke dalam
tagihan korban tanpa di ketahui oleh pihak korban selain tagihan yang terus bertambah.

Definisi dan Jenis-Jenis Fraud. http://kelompok1fraud.blogspot.co.id/2014/05/definisi-


dan-jenis-jenis-fraud.html. (Di akses pada tanggal 23 februari 2017. 19.46 WIT)
Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam rangka mengeliminasi
atau setidaknya menekan kemungkinan terjadinya fraud. Corporate governance meliputi budaya
perusahaan, kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian wewenang.

b. Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal, pada dasarnya
adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk memastikan
bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang memadai yang dicatat dan melindungi
perusahaan dari kerugian.

c. Retrospective Examination yang dilakukan oleh Auditor Eksternal diarahkan untuk


mendeteksi fraud sebelum menjadi besar dan membahayakan perusahaan.

d. Investigation and Remediation yang dilakukan forensik auditor. Peran auditor forensik
adalah menentukan tindakan yang harus diambil terkait dengan ukuran dan tingkat
kefatalan fraud, tanpa memandang apakah fraud itu hanya berupa pelanggaran kecil terhdaap
kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang berbentuk kecurangna dalam laporan
keuangan atau penyalahgunaan aset.

Pencegahan fraud bisa dianalogikan dengan penyakit, yaitu lebih baik dicegah dari pada diobati.
Jika menunggu terjadinya fraud baru ditangani itu artinya sudah ada kerugian yang terjadi dan
telah dinikmati oleh pihak terntu, bandingkan bila kita berhasil mencegahnya, tentu kerugian
belum semuanya beralih ke pelaku fraud tersebut. Dan bila fraud sudah terjadi maka biaya yang
dikeluarkan jauh lebih besar untuk memulihkannya daripada melakukan pencegahan sejak dini.

Untuk melakukan pencegahan, setidaknya ada tiga upaya yang harus dilakukan yaitu:

1. Membangun individu yang didalamnya terdapat trust and openness, mencegah benturan
kepentingan, confidential disclosure agreement dancorporate security contract.

2. Membangun sistem pendukung kerja yang meliputi sistem yang terintegrasi, standarisasi
kerja, aktifitas control dan sistem rewards and recognition.

3. Membangun sistem monitoring yang didalamnya terkandung control self sssessment,


internal auditor dan eksternal auditor.

MOTIVASI MELAKUKAN FRAUD

Posted: May 20, 2013 in Uncategorized

Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya terjadi secara bersama, yaitu:
1. Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud

2. Peluang untuk melakuakn fraud

3. Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud.

Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam segitiga fraud (Fraud Triangle) berikut:

1.Opportunity

Opportunity biasanya muncul sebagai akibat lemahnya pengendalian inernal di organisasi


tersebut. Terbukanya kesempatan ini juga dapat menggoda individu atau kelompok yang
sebelumnya tidak memiliki motif untk melakukan fraud.

2. Pressure

Pressure atau motivasi pada sesorang atau individu akan memebuat mereka mencari kesempatan
melakukan fraud, beberapa contoh pressure dapat timbul karena masalah keuangan pribadi,
Sifat-sifat buruk seperti berjudi, narkoba, berhutang berlebihan dan tenggat waktu dan target
kerja yang tidak realistis.

3. Rationalization

Rationalization terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas aktifitasnya yang


mengandung fraud. Pada umumnya para pelaku fraud meyakini atau merasa bahwa tindakannya
bukan merupakan suatu kecurangan tetapi adalah suatu yang memang merupakan haknya,
bahkan kadang pelaku merasa telah berjasa karena telah berbuat banyak untuk organisasi. Dalam
beberapa kasus lainnya terdapat pula kondisi dimana pelaku tergoda untuk
melakukan fraud karena merasa rekan kerjanya juga melakukan hal yang sama dan tidak
menerima sanksi atas tindakan fraud tersebut.

FAKTOR PEMICU FRAUD

Posted: May 13, 2013 in Uncategorized

A. Faktor Pemicu Fraud (Kecurangan)


Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, yang disebut juga
dengan teori GONE, yaitu :

1. Greed (keserakahan)

2. Opportunity (kesempatan)

3. Need (kebutuhan)

4. Exposure (pengungkapan)

Faktor Greed dan Need adalah faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan
(disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor opportunity dan Exposure merupakan faktor
yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor
generic/umum).

a. Faktor individu

1. Moral, faktor ini berhubungan dengan keserakahan (greed).

2. Motivasi, faktor ini berhubungan dengan kebutuhan (need), yang lebih cenderung
berhubungan dengan pandangan/pikiran dan keperluan pegawai/pejabat yang terkait dengan aset
yang dimiliki perusahaan/instansi/organisasi tempat ia bekerja. Selain itu tekanan (pressure)
yang dihadapi dalam bekerja dapat menyebabkan orang yang jujur mempunyai motif untuk
melakukan kecurangan.

b. Faktor generic

1. Kesempatan (opportunity) untuk melakukan kecurangan tergantung pada kedudukan pelaku


terhadap objek kecurangan. Kesempatan untuk melakukan kecurangan selalu ada pada setiap
kedudukan. Namun, ada yang mempunyai kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum
manajemen suatu organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk
melakukan kecurangan daripada karyawan.

2. Pengungkapan (exposure) suatu kecurangan belum menjamin tidak terulangnya kecurangan


tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun oleh pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap
pelaku kecurangan seharusnya dikenakan sanksi apabila perbuatannya terungkap.

B. Gejala Adanya Fraud (kecurangan)


Fraud (kecurangan) yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit ditemukan
dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh karena itu, perlu diketahui gejala
yang menunjukkan adanya kecurangan tersebut, adapun gejala tersebut adalah :

1. Gejala kecurangan pada manajemen.

a. Ketidakcocokan diantara manajemen puncak.

b. Moral dan motivasi karyawan rendah.

c. Departemen akuntansi kekurangan staf.

d. Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak konsumen,


pemasok, atau badan otoritas.

e. Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi.

f. Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang meningkat.

g. Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama.

h. Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan.

i. Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku.

2. Gejala kecurangan pada karyawan / pegawai

a. Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa


perincian/penjelasan pendukung.

b. Pengeluaran tanpa dokumen pendukung.

c. Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar.

d. Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran.

e. Kekurangan barang yang diterima.

f. Kemahalan harga barang yang dibeli.

g. Faktur ganda.

h. Penggantian mutu barang.


C. Pelaku Fraud (kecurangan)

Pelaku kecurangan diatas dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu


manajemen/karyawan pegawai. Pihak manajemen biasanya melakukan kecurangan untuk
kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena kecurangan pelaporan Keuangan
(misstatements arising from fraudulent financial reporting). Sedangkan pegawai/karyawan
melakukan kecurangan bertujuan untuk keuntungan individu, misalnya salah saji yang berupa
penyalahgunaan aktiva. Ada beberapa perilaku pelaku fraud yang harus menjadi perhatian karena
dapat merupakan indikasi adanya kecurangan yang dilakukan orang tersebut, yaitu:

a. Perubahan perilaku secara signifikan, seperti: easy going, tidak seperti biasanya, gaya
hidup mewah, mobil atau pakaian mahal.

b. Gaya hidup di atas rata-rata.

c. Sedang mengalami trauma emosional di rumah atau tempat kerja.

d. Penjudi berat.

e. Peminum berat.

f. Sedang dililit utang.

PERMASALAHAN DALAM FRAUD

Posted: May 13, 2013 in Uncategorized

Klasifikasi Fraud

The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa Kecurangan
Bersertifikat, merupakan organisasi professional bergerak di bidang pemeriksaan atas
kecurangan di AS memiliki tujuan untuk memberantas kecurangan, mengklasifikasikan fraud
(kecurangan) dalam beberapa klasifikasi, dan dikenal dengan istilah Fraud Tree yaitu Sistem
Klasifikasi Mengenai Hal-Hal yang ditimbulkan oleh Kecurangan yang sama (Uniform
Occuptional Fraud Classification System) membagi Fraud menjadi 3 jenis sebagai berikut :

1. Penyimpangan atas asset (Asset Missappropriation)

Penyalahgunaan, pencurian asset atau harta perusahaan atau pihak lain, jenis ini paling mudah
untuk dideteksi karena sifatnya tangiable atau dapat diukur/dihitung (defined value).
2. Pernyataan Palsu (Fraudulent Statement)

Tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah
untuk menutupi kondisi Keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa Keuangan
(financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan
atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing.

3. Korupsi (Corruption)

Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerjasama dengan pihak lain
seperti suap dan korupsi, dimana hal ini yang merupakan jenis yang terbanyak di negara-negara
berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola
yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak
dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis
mutualisme). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan
(conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities),
dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion).

DEFINISI FRAUD

Posted: May 13, 2013 in Uncategorized

Definisi Fraud

Secara harafiah fraud didefInisikan sebagai kecurangan, namun pengertian ini telah
dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai cakupan yang luas. Blacks Law Dictionary
Fraud menguraikan pengertian fraud mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia,
dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan
saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara yang tidak terduga,
penuh siasat. Licik, tersembunyi, dan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain
tertipu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fraud adalah perbuatan curang (cheating) yang
berkaitan dengan sejumlah uang atau properti.

Berdasarkan defenisi dari The Institute of Internal Auditor (IIA), yang dimaksud
dengan fraud adalah An array of irregularities and illegal acts characterized by intentional
deception: sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar hukum yang ditandai
dengan adanya unsur kecurangan yang disengaja.

Websters New World Dictionary mendefenisikan fraud sebagai suatu pembohongan atau
penipuan (deception) yang dilakukan demi kepentingan pribadi, sementara International
Standards of Auditing seksi 240 The Auditors Responsibility to Consider Fraud in an Audit of
Financial Statement paragraph 6 mendefenisikan fraud sebagai tindakan yang disengaja oleh
anggota manajemen perusahaan, pihak yang berperan dalam governanceperusahaan, karyawan,
atau pihak ketiga yang melakukan pembohongan atau penipuan untuk memperoleh keuntungan
yang tidak adil atau illegal. Motifnya sama, yaitu sama-sama memperkacaya diri
sendiri/golongan dan modus operandinya sama, yaitu dengan melakukan cara-cara yang illegal.

PENGERTIAN FRAUD

Posted: May 13, 2013 in Uncategorized

Pengertian Fraud

Fraud adalah sebuah istilah di bidang IT yang artinya sebuah perbuatan kecuranganyang
melanggar hukum (illegal-acts) yang dilakukan secara sengajadan sifatnya dapatmerugiakan
pihak lain. Istilah keseharian adalah kecurangan diberi nama yang berlainan seperti pencurian,
penyerobotan, pemerasaan, penjiplakan, penggelapan, dan lain-lain. Orang awam sering kali
mengartikan bahwa fraud secara sempit adalah tindak pidana atau perbuatan korupsi. Fraud atau
kecurangan itu sendiri adalah tindakan yang melawan Hukum oleh orang-orang dari dalam dan
atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau
kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain. Orang awam sering kali mengartikan
bahwa fraud secara sempit adalah tindak pidana atau perbuatan korupsi.

Dari beberapa definisi atau pengertian Fraud (kecurangan) diatas, maka tergambarkan bahwa
yang dimaksud dengan kecurangan (fraud) adalah sangat luas dan dapat dilihat pada beberapa
kategori kecurangan. Namun secara umum, unsure-unsur dari kecurangan (Keseluruhan unsur
harus ada, jika ada yang tidak ada maka dianggap kecurangan tidak terjadi) adalah :

1. Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation).

2. Dari suatu masalah masa lampau (past) dan sekarang (present).

3. Fakta bersifat material.

4. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make knowingly or recklessly).

PENCEGAHAN dan PENDETEKSIAN FRAUD. https://arezky125.wordpress.com/. 20.30 WIT

Anda mungkin juga menyukai