Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP KELUARGA


2.1.1 Pengertian

Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu

berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).

Menurut Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga

sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan

perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama

lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya.

Menurut Helvie, 1981 (dalam Mubarak dkk, 2009), keluarga adalah

sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan

yang konsisten dan hubungan yang erat.

Menurut Duvall (dalam Mubarak dkk, 2009), mengemukakan bahwa

keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,

adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang

umum; meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari

setiap anggota.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau

lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup

dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu

sama lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan

5
budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap

anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama.

2.1.2 Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri atas bermacam-macam, dantaranya adalah.

1. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ayah.
2. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

istri.
4. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

suami.
5. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena

adanya hubungan dengan suami istri.

Ciri-ciri stuktur keluarga yaitu:

1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

keluarga.
2. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi

mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya

masing-masing.

6
3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing.

Struktur keluarga oleh Friedman dalam (Mubarak, 2009) sebagai berikut:

1. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur,

terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan.

Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas

dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan

mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid.


Komunikasi keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila terutup, adanya isu atau

berita negative, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan

pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi

perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai.

Penerima pesan gagal mendengr, diskualifikasi, ofensif (besifat negatif), terjadi

miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.

2. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan

posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau

informal.
3. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,

memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate power),

ditiru (referent power), keahlian (expert power), hadiah (reward power), paksa

(coercive power), dan affektif power.


4. Strukur nilai dan norma

7
Nilai adalah suatu sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota

keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang

diterima pada lingkungan social tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan

masyarakat sekitar keluarga.


2.1.3 Tipe Keluarga

Menurut Friedman (2009) dalam Harmoko (2012), adapun tipe keluarga sebagai

berikut :

1. Tipe keluarga tradisional


1) Keluarga Inti (The nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).
2) Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.

3) Single Parent
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau

angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.


4) Single adult living alone
Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.
5) The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan karena

mengejar karir atau pendidikan.


6) Keluarga Besar (The extended family)
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti

paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.


7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu

atau hari libur saja.


8) Multi generation
Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama dalam 1

rumah.
9) Kin-network family

8
Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan

menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.


10) Blended family
Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari

perkawinan sebelumnya.
11) Keluarga usila
Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut, sedangkan anak

sudah memisahkan diri.


2. Tipe keluarga non tradisional
1) Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The unmerrid teenage

mother).
Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari

hubungan tanpa nikah.


2) The step parents family
Keluarga dengan orang tua tiri
3) Commune family
Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang

menggunakan fasilitas secara bersama.


4) The nonmarrital hetero seksual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
5) Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family)
Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah

sebagaimana pasangan suami istri.


6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan

tertentu.

7) Groupmarriage family
Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi sesuatu

termasuk seks dan membesarkan anak.


8) Group nertwork family

9
Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup

berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung

jawab membesarkan anak.


9) Foster family
Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk

waktu sementara.
10) Home less family
Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan

ekonomi atau problem kesehatan mental.


11) Gang
Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan

emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.


2.1.4 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (dalam Mubarak, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar

keluarga yaitu:

1. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis

kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan

kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling

mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangan

melalui interaksi dan hubungan dalam kelurga. Dengan demikian kelurga yang

berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan

konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam

fungsi afektif adalah :


a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling

mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih

10
sayang dan dukungan dari anggota yang lain maka kemampuan untuk

memberikan kasih sayang akan maningkat yang pada akhirnya tercipta

hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam

keluarga merupakan modal dasar memberi hubungan dengan orang lain

diliat keluarga atau masyarakat.


b. Saling menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui

keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan

iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.


c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai

hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses

identifikasi dan penyesuian pada berbagai aspek kehidupan anggota

keluarga. Orang tua harus mengemban proses identifikasi yang positif

sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut.


d. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kabahagian

keluarga keretakan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau

masalah kelurga timbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.


2. Fungsi sosialisasi
Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir, keluarga merupakan tempat

individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang

diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-

norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan keluaarga.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya

manusia.
4. Fungsi ekonomi

11
Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti kebutuhan

makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya.


5. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu

mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang

sakit. Kemampuan keluarga memberikan asuahan kesehatan mempengaruhi

status kesehatan keluarga. Kesanggupan kelurga melaksanakan pemeliharaan

kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.


Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat.
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.
2.1.5 Konsep Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap I ( keluarga pasangan baru/ beginning family)
Keluarga baru di mulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami istri

membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga

masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga

baru (Harmoko, 2012).


Tugas perkembangan:

1) Membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru.

2) Membina hubungan dengan teman lain, keluarga lain.

3) Membina keluarga berencana.

Masalah kesehatan: masalah seksual, peran perkawinan, kehamilan yang

kurang direncanakan.

2. Tahap II ( keluarga dengan kelahiran anak pertama/ child bearing famly)


Tahap II mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi

berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orangtua adalah salah satu kunci

12
dalam siklus kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama, keluarga

menjadi kelompok trio, membuat sistem yang permanen pada keluarga untuk

pertama kalinya (yaitu, sistem berlangsung tanpa memerhatikan hasil akhir dari

pernikahan). (Mubarak, 2009)

Tugas perkembangan:

1) Perubahan peran menjadi orang tua.

2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga.

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya.

Masalah kesehatan: pendidikan meternitas, perawatan bayi yang baik,

pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi,

tumbuh kembang dan lain-lain.

3. Tahap III ( keluarga dengan anak prasekolah/ families with prescholl)


Tahap III siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2

tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri

dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu,

putra-saudara laki-laki, dan putri- saudara perempuan. Keluarga menjadi

lebih kompleks dan berbeda ( Mubarak, 2009).


Tugas perkambangan:

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.

2) Membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan.

3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang

lain juga harus dipenuhi.

4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar

keluarga.

13
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak.

6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

Masalah kesehatan: Masalah kesehatan fisik: penyakit menular pada anak,

masalah kesehatan psikososial: hubungan perkawinan/ perceraian, persaingan

antara kakak adik dan pengasuhan anak.

4. Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah/ families with children)


Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun

dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai

jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain

aktifitas sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas di sekolah, masing-

masing akan memiliki aktifitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua

yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak (Harmoko, 2012).


Tugas perkembangan:

1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.

2) Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.

4) Meningkatkan komunikasi terbuka.

5. Tahap V ( keluarga dengan anak remaja/ families with teenagers)


Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau perjalanan

kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau

tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meningglakan keluarga

lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari

19 atau 20 tahun. Anak lainnya yang tinggal di rumah biasanya anak usia

14
sekolah. Tujuan utama keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggrakan

kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi

seorang dewasa muda (Mubarak, 2009).


Tugas perkembangan:

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,

meningkatkan otonominya.

2) Mempererat hubungan yang intim dalam keluarga.

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.

4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga

untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

Masalah kesehatan: penyalahgunaan obat-obatan dan penyakit jantung

6. Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center families)


Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lama tahap ini

bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum

berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan utama pada tahap ini

adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam

melepaskan anaknya untuk hidup sendiri (Harmoko, 2012).


Tugas perkembangan:

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2) Mempertahankan keintiman pasangan.

3) Membantu orang tua yang sedang sakit dan memasuki masa tua

4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

15
Masalah kesehatan: Masa komunikasi dewasa muda dengan orang tua tidak

lancar, transisi peran suami istri, memberi perawatan, kondisi kesehatan kronis,

masalah menopause dan efek dari obat-obatan, merokok, diet dan lain-lain.

7. Tahap VII ( keluarga usia pertengahan/ middle age families)


Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meningglakan rumah dan

berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan

pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan

dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang tua. Pada tahap ini semua anak

meninggallkan rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan

kesehatan dengan berbagai aktifitas (Harmoko, 2012).


Tugas perkembangan:
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan

anak-anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.

Masalah kesehatan: Promosi kesehatan, masalah hubungan dengan

perkawinan, komunikasi dan hubungan dengan anak cucu dan lain-lain serta

masalah hubungan dengan perawatan.

8. Tahap VIII ( keluarga usia lanjut)


Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu

atau kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan lainnya

(Mubarak, 2009).

2.1.6 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang komplek dengan

menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan

indivisu sebagai anggota keluarga.(Harmoko, 2012)

16
2. Pengkajian
1) Data umum
a. Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan

pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas

nama atau inisial, jenis elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan

dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota

keluarga, dan genongram (genogram keluarga dalam tiga generasi)


b. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.


c. Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan


d. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan

yang dapat memengaruhi kesehatan.


e. Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala

keluarga maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga lainnya.


f. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak

hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung

tempat rekreasi, namun menonton TV dan mendengarkan radio juga

merupakan aktivitas rekreasi.


2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari

keluarga inti.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan

bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga

serta kendalanya.
c. Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti,

meliputi:
- Riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing,

anggota, dan sumber

17
- Pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan

keluarga yang hilang.


d. Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua

(seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat

dengan orang tua dari kedua orang tua.


3) Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar mandi,

dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi dan

perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah

mereka
b. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat

tinggal, keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan rumah,

fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi.


c. Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah sering

mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.


d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta

perkumpulan keluarga yang ada.


e. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari anggota

keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.


4) Struktur keluarga
a. Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara

berkomunikasi antar anggota keluarga


b. Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku


c. Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota

keluarga baik formal/informal

18
d. Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan

norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

5) Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki
b. Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku


c. Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam mengenal

masalah kesehatannya dan memelihara kesehatannya.


d. Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga

merencanakan jumlah anggota keluarga


e. Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan

sandang, pangan dan papan.


6) Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
- Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < 6 bulan
- Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > 6 bulan
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh

mana keluarga berespon terhadap situasi


c. Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang

digunakan keluarga bila menghadapi permaslahan


d. Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi

disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah.


3. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga,

atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan

analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-

tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya

(Harmoko, 2012)
Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, 2012)
a. Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh

keluarga dan memerlukan waktu yang cepat

19
b. Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi

maslah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat


c. Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah mampu

memenuhi kebutuhan kesehatannya.

Menentukan Prioritas Masalah

N Kriteria Nilai Bobot


o
1. Sifat masalah : 3 1
- Tidak/kurang sehat 2
- Ancaman kesehatan 1
- Keadaan sejahtera/krisis
2. Kemungkinan masalah dpt diubah : 2 2
- Mudah 1
- Sebagian 0
- Tidak dapat
3. Potensial masalah untuk dicegah : 3 1
- Tinggi 2
- Cukup 1
- Rendah
4. Menonjolnya masalah: 2 1
- Masalah berat harus segera ditangani 1
- Ada masalah tetapi tdk perlu segera 0
ditangani
- Masalah tidak dirasakan

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan dengan cara :

- Tentukan skor untuk setiap kriteria yg telah dibuat


- Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi kemudian dikalikan dengan

bobot
Skor
Angka tertinggi
- Jumlahkan skor untuk semuaX Bobot
kriteria, skor
- Tertinggi adalah 5 sama dengan seluruh bobot.
4. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang

direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi

20
masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah di identifikasi (Harmoko,

2012).
Langkah-langkah mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga

(Harmoko, 2012)
a. Menentukan sasaran atau goal
b. Menentukan tujuan dan objek
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
d. Menentukan kriteria dan standar kriteria
5. Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga

dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat

keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat (Harmoko,

2012)
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini (Harmoko,

2012)
a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan

kesehatan dengan cara memberikan informasi kesehatan,

mengidentifikasi kebutuhan, dan harapan tentang kesehatan, serta

mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah


b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn

tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan

mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan


c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit

dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan

fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan


d. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi

sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

21
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan

keluarga cara menggunakan fasilitas tersebut.

6. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian diberikan

untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/ belum berhasil, maka perlu disusun

rencana baru yang sesuai (Harmoko, 2012).

2.2 KONSEP PENYAKIT


2.2.1 Konsep Masalah Kesehatan Gastritis
2.2.1.1 Pengertian Gastritis

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.

Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai

terlepasnya epitel mukosa superficial yang menjadi penyebab terpenting dalam

gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya

proses inflamasi pada lambung (Sukarmin 2012).

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, sering akibat diet yang

sembarangan. Biasanya individu ini makan terlalu banyak, terlalu cepat, atau

makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab

penyakit (Ardiansyah, 2012).

2.2.1.2 Klasifikasi gastritis berdasarkan tingkat keparahannya


a. Gastritis akut

22
Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang

menyebabkan erosif dan perdarahan pada mukosa lambung setelah terpapar

oleh zat iritan. Gastritis disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak

lebih dalam dari mukosa muskularis. Erosinya tidak mengenai lapisan otot

lambung (Ardiansyah, 2012).


b. Gastritis kronis
Suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang sifatnya menahun

dan berulang. Gastritis kronis digolongkan menjadi dua kategori yaitu gastritis

tipe A merupakan suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya

autoantibody terhadap sel parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsik dan

berkaitan dengan tidak adanya sel parietal dan chief cells, yang menurunkan

sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin. Dalam keadaan sangat

berat, tidak terjadi produksi faktor intrinsik. Anemia pernisiosa sering kali

dijumpai pada pasien karena tidak tersedianya factor intrinsic untuk

mempermudah absorpsi vitamin B12 dalam ileum. Sedangkan gastritis tipe B

merupakan infeksi kronis oleh H. pylori . Faktor etiologi gastritis kronis lainya

adalah asupan alkohol yang berlebihan, merokok atau refluks empedu kronis

dengan kofaktor H. pylori (Ardiansyah, 2012).


2.2.1.3 Etiologi
a. Konsumsi obat-obatan kimia digitalis (asetaminofen/aspirin, kortiko steroid).

Aseteminofen dan kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa

lambung, NSAIDS (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs) dan kortikosteroid

menghambat sintesis prostatglandin, sehingga sekresi HCL meningkat dan

menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam dan menimbulkan iritasi

lambung.

23
b. Konsumsi alkohol dapat menyebakan kerusakan mukosa gaster.
c. Terapi radiasi, reflux empedu, zat-zat korosif (cuka, lada) dapat menyebabkan

kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema serta perdarahan.


d. Kondisi stress atau tertekan akan meransang peningkatan produksi HCL

lambung.
e. Infeksi oleh bakteri, seperti Helicobacter pilori, Escerechia coli, Salmonella,

dan lain-lain.
f. Penggunaan antibiotik, terutama untuk infeksi paru, dicurigai turut

mempengaruhi penularan kuman di komunitas, karena antibiotik tersebut

mampu mengeradikasi infeksi Helicobater pylori, walaupun presentase

keberhasilanya sangat rendah.


g. Jamur dan spesis candida, seperti Histoplasma capsulaptum dan Mukonaceace

dapat menginfeksi mukosa gaster hanya pada pasien imunocompromezed. Pada

pasien yang sitem imunnya baik, biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur.

Sama dengan jamur, mukosa lambung bukan tempat yang mudah terkena

infeksi parasit.
2.2.1.4 Manifestasi Klinis
a. Gastritis akut :
1) Anoreksia (tidak nafsu makan), karena terjadi iritasi mukosa lambung

sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkatkan sekresi mukosa

yang berupa HCO3, dilambung HCO3 akan berikatan dengan nAcL

sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3. Hasil persenyawaan tersebut akan

menigkatkan asam lambung maka terjadilah mual muntah.


2) Nyeri pada epigastrum, karena adanya peradangan pada mukosa

lambung.Mual dan muntah, dikarenakan adanya regenerasi mukosa

lambung sehingga terjadi peningkatan asam lambung yang mengakibatkan

mual hingga muntah.

24
3) Perdarahan saluran cerna (hemetemesis melena), karena mucus gagal

melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa

lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah

maka akan terjadi perdarahan.


4) Anemia, karena terjadinya perdarahan.
b. Gastritis kronis :
1) Nyeri ulu Hati, karena adanya peradangan atau iritasi pada mukosa

lambung.
2) Anoreksia (tidak nafsu makan), karena peningkatan produksi HCL atau

peningkatan asam lambung.


3) Nausea, Lambung akan meningkatkan sekresi mukosa yang berupa HCO3,

dilambung HCO3 akan berikatan dengan nAcL sehingga menghasilkan HCI

dan NaCO3. Hasil persenyawaan tersebut akan menigkatkan asam lambung

maka terjadilah mual muntah.


2.2.1.5 Patofisiologi
a. Gastritris Akut

Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia misalnya obat-

obatan, alkohol, makanan yang pedas atau asam. Pada penderita yang mengalami

stress akan terjadi peransangan saraf simpatis (nervus vagus) yang akan

meningkatkan produksi asam klorida (HCL) didalam lambung, peningkatan HCL

yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan

anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang meransang akan menyebabkan sel

epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi

produksinya. Mucus berfungsi untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak

ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mucus

bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster

25
terdapat sel yang memproduksi HCL (terutama daerah fundus) dan pembuluh

darah. Vasodilatasi mukosa gaster menyebabkan produksi HCL meningkat,

anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri ditimbulkan karena kontak HCL

dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penerunan sekresi mucus

dapat berupa eksfeliasi (penglupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan

mengakibatkan erosi pada sel mukosa gaster, hilangnya sel mukosa akibat erosi

memicu timbulnya perdarahan.

b. Gastritis kronis

Inflamasi lambung yang lama disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna

dari lambung atau oleh bakteri Helicobatery pylory. Gastritis kronis dapat

diklasifikasikan menjadi dua yaitu tipe A dan tipe B. Gastritis kronis tipe A

(gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal yang menimbulkan

atropi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti

anemia pernisiosa yang terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.

Sedangkan gastritis tipe B (H Pylori), mempengaruhi antrum dan pylorus

(ujung bawah lambung dekat duodenum) dan dihubungkan dengan bakteri H

Pylori . Faktor diet seperti makanan pedas, penggunaan obat-obatan dan alcohol,

merokok atau refluks isi usus kedalam lambung, juga dapat menyebabkan

gangguan ini.

2.2.1.6 Pathway

26
2.2.1.7 Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap, yang bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.
b. Pemeriksaan serum vitamin B12 yang bertujuaan untuk mengetahui adanya

defisiensi B12.
c. Analisis feses, yang bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.
d. Analisis gaster, yang bertujuan untuk mengetahui kandungan HCL lambung
e. Achlorhida (kurang/ tidak adanya produksi asam lambung) menunjukan adanya

gastritis atropi.
f. Uji serum antibody, yang bertujuaan untuk mengetahui adanya antibody sel

parietal dan factor intrisik lambung.


g. Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada

kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.


h. Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.
2.2.1.8 Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologi
1) Antasida untuk mengatasi perasaan begah (penuh) dan tidak enak di

abdomen, serta untuk menetralisir asam lambung.

27
2) Antagonis H2 (seperti rantine dan ranitidine, simetedin), karena mampu

menurunkan sekresi asam lambung.


3) Antibiotik diberikan bila dicurigai adanya infeksi oleh Helicobater pylori.
b. Nonfarmakologi
1) Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien

Orang yang memiliki pola makan tidak teratur atau tidak memodifikasi diet

mudah terserang penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi

dibiarkan kosong atau ditunda pengisianya, asam lambung akan mencerna

lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri.


2) Instruksikan pasien untuk menghindari makanan yang pedas

Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan meransang system

pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal ini akan

mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual

muntah.
3) Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol, Karena alcohol mempunyai

kemampuan sebagai pelarut lipida yang terdapat dalam membrane sel

memungkinkanya cepat masuk kedalam sel dan menghancurkan struktur sel

tersebut. Konsumsi alcohol secara berlebihan akan merusak mukosa

lambung.
4) Ajarkan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam.

Dengan tehnik relaksasi akan mengurangi rasa nyeri.


5) Instruksikan pasien untuk tidak merokok. Efek rokok pada saluran

gastrointertistinal antara lain melemahkan katup esophagus dan pylorus,

meningkatkan refluks, mengubah kondisi alami dalam lambung dan

memnurunkan PH duodenum dan meningkatkan sekresi asam lambung yang

berlebihan.
2.3 TERAPI KOMPLEMENTER UNTUK PENYAKIT GASTRITIS

28
2.3.1 Definisi Terapi Komplementer

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan

sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai

pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Menurut

WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan

non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk

Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi

merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah

pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara

turun-temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa

dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.

2.3.2 Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer


a. Perawat adalah sebagai pelaku dari terapi komplementer selain dokter dan

praktisi terapi.
b. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam fungsinya

secara holistik dengan memberikan advokat dalam hal keamanan, kenyamanan

dan secara ekonomi kepada pasien.


2.3.3 Teknik Terapi Komplementer

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah

ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam

pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :

a. Akupuntur
Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan

kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat

bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga

29
sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi

berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah

satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak

berperan pada sistem tubuh.


b. Terapi hiperbarik
Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke

dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2-3 kali lebih besar

daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan

oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau

makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara
c. Terapi herbal medik
Terapi herbal medik yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik

berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa

fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik

pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun

efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut

oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya

untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu

dengan lainnya karena masing-masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri-

sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya digunakan untuk pasien-pasien

dengan gangren supaya tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh.

Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara, terapi

akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem imun

tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan serta

30
menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat dari

pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan

neuropati.

2.3.4 Terapi Komplementer untuk Penyakit Gastritis dengan Kunyit

Taksonomi tanaman :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica

Kunyit atau kunir yaitu terhitung di antara tanaman rempah serta obat asli

dari lokasi asia tenggara. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah malaysia,

indonesia, australia sampai afrika. Kunyit tergolong didalam grup jahe-jahean,

zingiberaceae. kunyit dikenal di beragam tempat dengan sebagian nama lokal,

seperti turmeric (Inggris), kurkuma (Belanda), kunyit (Indonesia serta Malaysia),

kunir (Jawa), koneng (Sunda), konyet (Madura).

a. Kandungan Kunyit

Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut

kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin sebanyak 10% dan

bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti

minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%,

Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil. Kunyit juga mengandung

31
Lemak sebanyak 1 -3%, Karbohidrat sebanyak 3%, Protein 30%, Pati 8%,

Vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalium.

Kunyit terasa agak pahit dengan campuran sedikit pedas, berbau khas

aromatik, berwarna kuning serta tidak beracun. Senyawa kimia utama yang

terdapat didalam rimpang kunyit yaitu minyak atsiri serta kurkuminoid. warna

kuning kunyit datang dari kurkuminoid yang memiliki kandungan kurkumin.

Aroma khasnya yaitu dari minyak atsiri yang memiliki kandungan alkohol

seskuiterpen. Rimpang kunyit juga memiliki kandungan protein, kalsium, fosfor,

besi, lemak serta gom.

b. Manfaat Kunyit

Kunyit dari famili zingiberaceae ini tumbuh sangat baik di indonesia serta

gampang dijumpai di pasaran. Bagian kunyit yang ampuh untuk menyembuhkan

luka saluran cerna adalah rimpangnya yang berwarna oranye. Rimpang kunyit

mengandung minyak atsiri berwarna kuning jingga dan merupakan campuran

kurkumin, monodesmentoksi kurkumin, dan bidesmetoksi kurkumin (Misnadiarly,

2009). Dalam penyembuhan tukak saluran pencernaan, rimpang kunyit bekerja

dengan menghambat pembentukan tukak lambung (Misnadiarly, 2009).

Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa mekanisme dari

curcumin sebagai antiulserasi yaitu dengan cara menghambat efek pada sekresi

asam lambung, cytoprotection, aktivitas antioksidan, dan menghambat degranulasi

dari sel mast masih perlu dilakukan evaluasi kembali (Yano et al., 2000).

Walaupun kurkumin memiliki efek anti inflamasi dengan cara memblok jalan dari

asam arakidonat, kurkumin juga mampu memberikan efek yang dapat mencegah

32
pembentukan lesi pada lambung (Ammon, Safayhi, Mack, and Sabieraj, 1993).

Efek ini juga dilaporkan oleh beberapa peneliti yang menyatakan bahwa kurkumin

dapat menghambat sintesis prostaglandin yang merupakan mekanisme pada

pembentukan inflamasi pada ulkus (Jobin et al., 1999).

c. Cara Penggunaan Kunyit untuk Pengobatan Gastritis

Cara yang digunakan adalah dengan membuat ramuan dari kunyit. Ramuan

dari kunyit dapat dibuat dan digunakan untuk membuat obat maag dengan cara

sebagai berikut:

1. Ambil beberapa rimpang kunyit (sekitar 2 hingga 3 rimpang)


2. Bersihkan hingga bersih, kemudian kupas kulit arinya
3. Parut kunyit tersebut
4. Peras air kunyit tersebut
5. Kemudian minum air perasan dari kunyit tersebut pada waktu pagi dan juga

sore hari dengan rutin.

Rasa kunyit memang kurang enak, namun bisa memberikan efek yang

positif untuk kesembuhan anda dari maag. Anda juga bisa memvariasikan ramuan

tersebut agar khasiatnya lebih maksimal. Salah satu variasinya adalah dengan

menambahkan madu, selain bisa mengurangi rasa tidak enak pada kunyit madu

juga memiliki manfaat lainnya yaitu:

1. Menurunkan asam lambung


2. Menyehatkan perut (pengobatan kanker dan peradangan pada usus)
3. Mencegah terjadinya pengendapan karena kandungannya atas asam lebah yang

berpengaruh atas bakteri-bakteri usus


4. Mencegah terjadinya sembelit (susah buang air besar)
5. Sumber gizi yang dibutuhkan jaringan liver

Selain itu hasil penelitian membuktikan bakteri-bakteri yang menyebabkan

penyakit pada manusia tidak mampu hidup dalam madu karena di dalamnya ada

33
zat pembasminya berupa: formic acid (mencegah tidak basi), kandungan gula

hingga 80%, zat anti bakteri yang disebut antibacterial inhibitore, dan

mengandung H202 hydrogen peroxide yang terkenal sebagai pembunuh bakteri.

d. Penelitian tentang khasiat kunyit

Penelitian telah dilakukan tentang manfaat jangka panjang dari kunyit dalam

menyembuhkan luka di lambung. Satu studi meneliti 45 pasien, baik laki-laki dan

perempuan dengan gejala diketahui tukak lambung dalam 16-60 kelompok umur.

25 pasien memiliki ulkus lambung atau duodenum. Mereka diberi 30 0mg kunyit

diisi kapsul 5 kali sehari, sampai 1 jam sebelum makan dan sebelum tidur

selama 4 minggu. Setelah 4 minggu, tes mengungkapkan bahwa dalam 12 kasus,

ulkus tidak hadir dan di 18 kasus, perawatan lebih lanjut selama 8 minggu

menyembuhkan bisul. Pada 19 pasien, ulkus menghilang setelah 12 minggu.

Sisanya 20 pasien tidak memiliki borok ketika diuji. Sebaliknya mereka menderita

dispepsia, gastritis dan radang pada lapisan lambung. Mereka diberi kunyit diisi

kapsul selama 4 minggu. Dalam 2 minggu pertama, ketidaknyamanan perut dan

nyeri menghilang.

Di Indonesia, penelitian tentang kunyit untuk pengobatan sakit mag juga

pernah dilakukan. Hasil penelitian Dhanu Ari Atmaja seorang mahasiswa Fakultas

Kedokteran dari Universitas Diponegoro pada tahun 2008 bahwa ekstrak kunyit

berpengaruh dalam melindungi mukosa lambung mencit BALB/c yang mengalami

iritasi akibat parasetamol terutama pada dosis 12 mg/hari. Maria Caroline Wojtyla

Ponto seorang mahasiswa dari Universitas Kristen Maranatha Bandung pada

tahun 2010 melakukan penelitian berjudul Efek Ekstrak Rimpang Kunyit

34
(Curcuma domestica Val.) terhadap Gambaran Histopatologik Mukosa Lambung

Mencit Model Gastritis yang Diinduksi Asetosal. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa ekstrak rimpang kunyit mencegah erosi mukosa lambung

mencit (gastritis) akibat pemberian asetosal. Herbalis yang berasal dari

Yogyakarta, Aditya Jaya mengatakan bahwa rimpang kunyit sudah lama dijadikan

ramuan herbal lewat olahan jamu. Hanya, khasiatnya selama ini sebatas untuk

kebugaran tubuh. Sebenarnya, setelah ada penelitian khusus diketahui sifat-sifat

kunyit yang dapat menyembuhkan luka sudah termasuk luka di lambung karena

asam, kata beliau.

35

Anda mungkin juga menyukai