Anda di halaman 1dari 3

TUGAS UJIAN LISAN

Nama : I Gusti Ayu Bella


NPM : 1206238614

Triamcinolone Acetonide
Merupakan kortikosteroid topikal yang digunakan sebagai agen antiinflamasi,
antipruritus, dan antialergi. Setiap gram dari triamcinolone acetonide cream 0,025%
dan 0,1% mengandung gelatin, pectin, carmellose sodium yang berbasis gel
hidrokarbon yaitu polietilen dan mineral oil. Gelatin merupakan campuran protein
heterogen yang bersifat larut dalam air, sehingga sebelum dilakukan pemakaian
triamcinolone acetonide pada mukosa rongga mulut, perlu dilakukan pengeringan
pada mukosa terlebih dahulu untuk mencegah larutnya obat sehingga tidak didapatkan
efek yang maksimal. Selain itu, triamcinolone acetonide juga mengandung:
cetyl alcohol
isopropyl palmitate
methyl paraben
polysorbate
propyl paraben
propylene glycol
propylene glycol monestearate
purified water
sorbic acid
sorbitan monopalmitate
stearyl alcohol
xanthan gum
Triamcinolone acetonide mengandung pasta dental emolien yang dapat menjadi
material adesif yang membuat obat tersebut melekat pada mukosa rongga mulut.

Kortikosteroid Sistemik
Prinsip terapi
1. Tujuan terapi
Umumnya bertujuan untuk mengurangi gejala
2. Pemilihan obat
Pemilihan obat kortikosteroid dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tujuan
penggunaan, karakter obat, administrasi obat, karakter pasien, dan efek yang
diharapkan
3. Dosis obat
Obat yang diberikan harus efektif dalam dosis yang seminimal mungkin
dengan waktu sesingkat mungkin. Dosis yang diberikan harus disesuaikan
dengan keparahan penyakit yang dirawat, apakah bersifat akut ataupun kronis,
serta bergantung pada respon pasien terhadap perawatan. Dosis yang diberikan
harus diturunkan secara bertahap (tapering) hingga mencapai dosis
maintenance ataupun dilakukannya pemberhentian obat. Apabila tidak terdapat
penyakit yang mengancam nyawa, dosis tinggi dapat tetap diberikan pada awal
terapi lalu kemudian direndahkan dosisnya. Penurunan dosis dapat dilakukan
dalam waktu beberapa hari. Pada penggunaan jangka panjang, penurunan
dosis dapat dilakukan secara periodik untuk mencegah timbulnya efek yang
tidak diinginkan.
4. Administrasi obat
a. Rute administrasi
Kortikosteroid dapat diberikan melalui beberapa rute yang berbeda
disesuaikan dengan masalh klinis, untuk menghasilkan efek local
maupun sistemik. Apabila memungkinkan, kortikosteroid sebaiknya
diberikan secara lokalis dibandingkan secara sistemik untuk
menghindari ataupun menurunkan toksisitas sistemik.
b. Frekuensi administrasi
Menjadwalkan administrasi obat merupakan hal penting pada
perawatan dengan kortikosteroid. Kortikosteroid dapat diberikan dalam
dosis yang besar selama 48 72 jam pada keadaan akut hingga
mencapai keadaan yang terkontrol. Setelah itu, dosis diturunkan secara
bertahap atau tapering, dimana diberikan dosis yang sedikit lebih kecil
yang menurun setiap harinya hingga obat dihentikan. Masa
penggunaan obat 1 minggu. Pemberian kortikosteroid pada pagi hari,
sebaiknya pada pukul 6-9. Pada periode ini, dapat menstimulasi sekresi
kortikosteroid endogen normal.
5. Efek yang tidak diharapkan
a. Adrenocortical insufficiency: pingsan, lemas, anorexia, nausea,
muntah, hipotensi, shock, kematian
b. Adrenocortical excess:
i. Moon face, buffalo hump pada bahu, badan
ii. Diabetes mellitus - glycosuria, hyperglycemia, polyuria,
polydipsia, polyphagia, impaired healing, gejala lainnya
iii. Sistem saraf pusat - euphoria, psychological dependence,
nervousness, insomnia, depression, personality and behavioral
changes, aggravation of pre-existing psychiatric disorders
iv. Musculoskeletal - osteoporosis, fraktur patologis, muscle
weakness and atrophy, decreased linear growth in children
v. Kardiovascular, cairan, dan elektrolit - fluid retention, edema,
hypertension, congestive heart failure, hypernatremia,
hypokalemia, metabolic alkalosis
vi. Gastrointestinal - nausea, vomiting, possible peptic ulcer
disease, increased appetite, obesity
vii. Meningkatnya kerentanan terhadap infeksi dan delayed wound
healing
viii. Iregularitas menstrual, acne, excessive facial hair
ix. Ocular - increased intraocular pressure, glaucoma, cataracts
x. Integumentary kulit kemerahan, menipis, terdapat stretch
marks, mudah terluka

Referensi:
1. http://www.medsafe.govt.nz/profs/datasheet/k/kenaloginOrabasepaste.pdf
2. http://downloads.lww.com/wolterskluwer_vitalstream_com/sample-
content/9780781762632_abrams/samplechapter3.pdf
3. Pharmacology and Therapeutics for Dentistry 6th Edition.

Anda mungkin juga menyukai