Anda di halaman 1dari 19

4

Permukaan ini terdiri dari :


1) Bagian luar :tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut
pada mons veneris.
2) Bagian dalam :tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak)
Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di dalamnya dan
mengeluarkan cairan pelumas pada saat menerima rangsangan.
b. Labia Mayora (bibir besar)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong dan menonjol,
berasal dari mons veneris dan berjalan ke bawah dan belakang.Kedua bibir ini di
bagian bawah bertemu membentuk perineum (pemisah anus dengan vulva).
Permukaan ini terdiri dari :
1) Bagian luar :tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut
pada mons veneris.
2) Bagian dalam :tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak)
Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di dalamnya dan
mengeluarkan cairan pelumas pada saat menerima rangsangan.
c. Labia Minora atau Nimfae (bibir kecil)
Merupakan lipatan di bagian dalam bibir besar, tanpa rambut.Dibagian atas
klitoris, bibir kecil bertemu membentuk prepusium klitoridis dan di bagian
bawahnya bertemu membentuk frenulum klitoridis. Bibir kecil ini mengelilingi
orifisium vagina.
d. Clitoris (kelentit/ jaringan yang berisi saraf)
Merupakan sebuah jaringan erektilkecil yang serupa dengan penis laki-laki.
Mengandung banyak urat-urat syaraf sensoris dan pembuluh-pembuluh darah
sehingga sangat peka. Letaknya anterior dalam vestibula. Berfungsi untuk
menutupi orga-organ genetalia di dalamnya.
5

Gambar 2. Clitoris 3

e. Vestibulum (muara vagina)


Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh kedua bibir kecil,
bagian atas klitoris, bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir kecil. Pada
vestibulum terdapat muara uretra, dua lubang saluran kelenjar Bartholini, dua
lubang saluran Skene. Berfungsi untuk mengeluarkan cairan yang berguna untuk
melumasi vagina pada saat bersenggama.

Gambar 3.
Vestibulum3

f. Kelenjar Bartholini (kelenjar lendir)


Merupakan kelenjar terpenting di daerah vulva dan vagina karena dapat
mengeluarkan lendir. Pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks,dan
salurannya keluar antara himen dan labia minora.

Gambar 4. Kelenjar Bartholini3

g. Hymen (selaput dara)


6

Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat rapuh dan


mudah robek. Himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang
dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila himen tertutup seluruhnya
disebut hymen imperforata dan menimbulkan gejala klinik setelah mendapat
menstruasi.

Gambar 5. Hymen3

h. Orifisium uretra externa


Tempat keluarnya air kencing yang terletak dibawah klitoris. Fungsinya
sebagai saluran unt uk keluarnya air kencing.

Gambar 6. Orificium Uretra Eksterna3

i. Ostium Vagina
Liang vagina sangat bervariasi bentuk dan ukurannya. Pada
gadis, kebanyakan vagina tertutup sama sekali oleh labia minora dan jika dibuka,
terlihat hampir seluruhnya tertutup oleh himen.
7

Gambar 7. Ostium Vagina3

j. Perineum (jarak vulva dan anus)


Terletak diantara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4cm.Terdapat
otot-otot yang penting yaitu sfingter anus eksterna dan interna serta dipersyarafi
oleh saraf pudendus dan cabang-cabangnya.

Gambar 8. Perineum3

1. Genetalia Interna (bagian dalam)


Genetalia interna antara kandung terdiri dari :
a. Vagina (liang senggama)
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan uterus
dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan. Vagina
terletak di antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9
8

cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm. Pada dinding vagina terdapat lipatan-
lipatan melintang disebur rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak
(ujung) vagina, menonjol serviks bagian dari uterus. Bagian serviks yang
menonjol ke dalam vagina disebut porsio. Porsio uteri membagi puncak vagina
menjadi forniks anterior (depan), forniks posterior (belakang), forniks dekstra
(kanan), forniks sinistra (kiri). Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen
yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan
proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina adalah:
1) Sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah pada waktu
haid dan sekret dari uterus.
2) Sebagai alat persetubuhan.
3) Sebagai jalan lahir pada waktu partus.
b.Uterus (rahim)
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di
dalam pelvis (panggul), antara rektum di belakang dan kandung kencing di
depan.Berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan.

Gambar 9. Uterus3

Bentuknya seperti buah alpukat dengan berat normal 30-50 gram. Pada saat
tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Diding rahim
terdiri dari 3 lapisan :
1) Peritoneum
9

Yang meliputi dinding uterus bagian luar, dan merupakan penebalan yang
diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat saraf. Bagian ini meliputi
tuba dan mencapai dinding abdomen (perut).
2) Myometrium
Merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri dari otot polos yang disusun
sedemikian rupa hingga dapat mendorong isinya keluar saat proses
persalinan.Diantara serabut-serabut otot terdapat pembuluh darah, pembulh lymfe
dan urat syaraf.

3) Endometrium
Merupakan lapisan terdalam dari uterus yang akan menebal untuk
mempersiapkan jika terjadi pembuahan. Tebalnya sususnannya dan faalnya
berubah secara siklis karena dipengaruhi hormon-hormon ovarium. Dalam
kehamilan endometrium berubah menjadi decidua.
Fungsi uterus yaitu untuk menahan ovum yang telah di buahi selama
perkembangan. Sebutir ovum, sesudah keluar dari ovarium, diantarkan melalui
tuba uterina ke uterus. (pembuahan ovum secara normal terjadi di dalam tuba
uterina). Endometrium disiapkan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu
dan ovum itu sekarang tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal
berlangsung selama kira-kira 40 minggu, uterus bertambah besar, dindingnya
menjadi tipis, tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis masuk ke
dalam rongga abdomen pada masa pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus
berkontraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian
kembali ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal sebagai involusi.
Serviks adalah bagian khusus dari uterus yang terletak di bawah isthmus.
Pada sisi anterior, batas atas serviks, ostium interna letaknya kurang lebih setinggi
lipatan refleksi peritoneum antar uterus dan kandung kemih.
Serviks dikenal juga dengan istilah mulut rahim. Disebut demikian karena
serviks memang merupakan bagian terdepan dari rahim yang menonjol ke dalam
vagina. Sehingga berhubungan dengan bagian vagina. Serviks memproduksi
10

cairan berlendir (mucus). Pada sekitar ovulasi, mucus ini menjadi banyak, elastis,
dan licin. Hal ini membantu spermatozoa untuk mencapai uterus. Saluran yang
berdinding tebal ini akan menipis dan membuka saat proses persalinan dimulai.
Serviks adalah bagian dari rahim yang paling sempit, terhubung ke fundus
uteri oleh uterine isthmus. Serviks berasal dari bahasa latin yang berarti leher.
Bentuknya silinder atau lebih tepatnya kerucut. Batas atas serviks adalah ostium
interna. Serviks letaknya menonjol melalui dinding vagina anterior atas. Bagian
yang memproyeksikan ke dalam vagina disebut sebagai portio vaginalis. Rata-rata
ukurannya adalah 3 cm panjang dan 2,5 cm lebar portio vaginalis. Ukuran dan
bentuk serviks bervariasi sesuai usia, hormon, dan paritas. Sebelum melahirkan,
ostium eksternal masih sempit, hanya berbentuk lingkaran kecil di tengah serviks.
Bagian luar dari serviks menuju ostium eksternal disebut ektoserviks. Lorong
antara ostium eksterna ke rongga endometrium disebut sebagai kanalis
endoservikalis.
Pasokan darah dari sekviks berasal dari arteri iliaka internal, yang
membentuk uterine arteri. Serviks dan cabang arteri vagina dari uterus mensuplai
bagian vagina bagian atas.
Drainase sistem limfatik dari serviks sangat kompleks, yang meliputi
nodus iliaka internal dan eksternal, nodus obturatorius dan parametrial, dan
banyak lagi. Rute utama penyebaran sistem limfatik dari kanker serviks adalah
melalui limfatik pelvis. Maka radikal histrektomi yang dilakukan secara invasif
untuk mengobati kanker serviks meliputi penghapusan sebagian besar sistem
limfatik di daerah pelvis.
Serviks uteri atau biasa disebut serviks terdapat di setengah hingga
sepertiga bawah uterus, berbentuk silindris, dan menghubungkan uterus dengan
vagina melalui kanal endoservikal. Serviks uteri terdiri dari portio vaginalis, yaitu
bagian yang menonjol ke arah vagina dan bagian supravaginal. Panjang serviks
uteri kira-kira 2,5 3cm dan memiliki diameter 2 - 2,5cm. Pada bagian anterior
serviks berbatasan dengan kantung kemih. Pada bagian posterior, serviks ditutupi
oleh peritoneum yang membentuk garis cul-de-sac.

Bagian- bagian serviks:


11

a. Endoserviks : sering disebut juga sebagai kanal endoserviks.


b. Ektoserviks (eksoserviks) : bagian vaginal serviks
c. Os Eksternal : pembukaan kanal endoserviks ke ektoserviks
d. Forniks : refleksi dinding vaginal yang mengelilingi ektoserviks
e. Os Internal: bagian batas atas kanal

Gambar 10. Serviks3

Pada serviks terdapat zona trasformasi ( transformation zone ), yaitu: area


terjadinya perubahan fisiologis sel-sel skuamos dan kolumnar epitel serviks.
Terdapat 2 ligamen yang menyokong serviks, yaitu ligamen kardinal dan
uterosakral. Ligamen kardinal adalah jaringan fibromuskular yang keluar dari
segmen bawah uterus dan serviks ke dinding pelvis lateral dan menyokong
serviks. Ligamen uterosakral adalah jaringan ikat yang mengelilingi serviks dan
vagina dan memanjang hingga vertebra.
Serviks memiliki sistem limfatik melalui rute parametrial, kardinal, dan
uterosakral.
c. Tuba Uterina (saluran telur)
Tuba uterina atau saluran telur, terdapat pada tepi atas ligamentum latum,
berjalan ke arah lateral, mulai dari ostium tuba internum pada dinding rahim.Tuba
fallopi merupakan tubulo muskular, dengan panjang sekitar 12 cm dan diametrnya
3 dan 8 mm. Tuba fallopi terbagi menjadi 4 bagian:
12

Gambar 11. Tuba Uterina3

1) Pars interstitialis (intramularis), terletak di antara otot rahim, mulai dari


ostium internum tuba.
2) Pars isthmika tuba, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan
bagian yang paling sempit.
3) Pars ampularis tuba, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk S
4) Pars infundibulo tuba, bagian akhir tubae yang memiliki umbai yang disebut
fimbriae tuba.
Fungsi tuba fallopi sangat penting, yaitu untuk menangkap ovum yang
dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil
konsepsi,tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan perkembangan
hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula, yang siap mengadakan
implantasi.

d. Ovarium (indung telur)


Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari, terletak di kanan dan kiri
uterus, di bawah tuba uterina, dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum
latum uteri. Ovarium berisi sejumlah besar ovum belum matang, yang disebut
oosit primer. Setiap oosit dikelilingi sekelompok sel folikel pemberi makanan.
Pada setiap siklus haid sebuah dari ovum primitif ini mulai mematang dan
kemudian cepat berkembang menjadi folikel ovari yang vesikuler (folikel Graaf).
13

Gambar 12. Ovarium 3


Sewaktu folikel Graff berkembang, perubahan terjadi di dalam sel-sel ini,
dan cairan likuor folikuli memisahkan sel-sel dari membran granulosa menjadi
beberapa lapis. Pada tahap inilah dikeluarkan hormon estrogen. Pada masa folikel
Graff mendekati pengembangan penuh atau pematangan, letaknya dekat
permukaan ovarium, dan menjadi makin mekar karena cairan, sehingga
membenjol, seperti pembengkakan yang menyerupai kista pada permukaan
ovarium. Tekanan dari dalam folikel menyebabkannya sobek dan cairan serta
ovum lepas melalui rongga peritoneal masuk ke dalam lubang yang berbentuk
corong dari tuba uterina.Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah
ovum dilepaskan dan dikeluarkan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)
siklus menstruasi.3
2.2.2 Histologi Reproduksi

Serviks adalah bagian inferior uterus yang struktur histologinya berbeda


dari bagian lain uterus. Struktur histologi serviks terdiri dari:
a) Endoserviks : Epitel selapis silindris penghasil mukus.
b) Serabut otot polos polos hanya sedikit dan lebih banyak jaringan ikat padat
(85%).
c) Ektoserviks : Bagian luar serviks yang menonjol ke arah vagina dan memiliki
lapisan basal, tengah, dan permukaan. Ektoserviks dilapisi oleh sel epitel
skuamos nonkeratin.
14

Gambar 13. Histologi3

Pertemuan epitel silindris endoserviks dengan epitel skuamos eksoserviks


disebut taut skuamokolumnar (squamocolumnar junction, SCJ). Epitel serviks
mengalami beberapa perubahan selama perkembangannya sejak lahir hingga usia
lanjut. Sehingga, letak taut skuamokolumnar ini juga berbeda pada
perkembangannya.

a) Saat lahir, seluruh serviks yang terpajan dilapisi oleh epitel skuamos.
b) Saat dewasa muda, terjadi pertumbuhan epitel silindris yang melapisi
endoserviks. Epitel ini tumbuh hingga ke bawah ektoserviks, sehingga epitel
silindris terpajan dan letak taut berada di bawah eksoserviks.
c) Saat dewasa, dalam perkembangannya terjadi regenerasi epitel skuamos dan
silindris. Sehingga epitel skuamos kembali melapisi seluruh ektoserviks dan
terpajan, dan letak taut kembali ke tempat awal.

Area tempat bertumbuhnya kembali epitel skuamos atau tempat antara


letak taut saat lahir dan dewasa muda disebut zona transformasi.3

2.2 Dispareunia
15

2.2.1 Definisi Dispareunia


Dispareunia adalah rasa nyeri yang terjadi saat hubungan seksual,
diakibatkan oleh faktor medis atau psikologis. Meski keluhan ini umumnya
dikeluhkan oleh kaum wanita, namun beberapa pria juga mengeluhkan hal yang
sama.4

Gambar 14. Dispareunia4

Dispareunia dianggap sebagai keluhan yang cenderung lebih merupakan


masalah fisik ketimbang masalah emosional, kecuali bila memang sudah dapat
dibuktikan dengan jelas. Pada sebagian besar kasus, dispareunia terutama berawal
dari gangguan fisik. Bentuk ekstrim dari kelainan fisik yang menyebabkan
dispareunia adalah kontraksi otot dasar panggul wanita secara berlebihan yang
disebut sebagai vaginismus.
Merujuk konsensus DSM-IV (American Psychiatric Association 1994),
diagnosis dispareunia ditegakkan bila pasien mengeluhkan adanya nyeri genitalia
yang bersifat menetap atau berulang sebelum, selama atau setelah melakukan
hubungan seksual dan tidak disebabkan oleh karena vagina yang kering atau
vaginismus.
Secara klinis sulit untuk membedakan vaginismus dengan dispareunia oleh
karena vaginismus sendiri dapat terjadi secara sekunder akibat dispareunia. Perlu
diketahui bahwa vaginismus ringan seringkali disertai dengan dispareunia.
16

Penting dipastikan apakah keluhan dispareunia sudah merupakan keluhan


yang dirasakan sejak awal kehidupan seksual, merupakan keluhan yang terus
menerus atau bersifat situasional. Hal yang perlu ditentukan adalah apakah nyeri
yang terjadi terasa di bagian luar (superfisial) atau di bagian dalam (profunda).
Rasa nyeri sudah dapat terjadi saat pemeriksaan fisik berupa vaginal toucher,
terdapatnya faktor psikologi yang berperan dalam keluhan rasa nyeri ini harus
sudah ditentukan sebelum memberikan terapi.

2.2.2 Gejala pada wanita

a) Nyeri setiap kali penetrasi bahkan pada saat menggunakan tampon


b) Nyeri hanya dalam kondisi tertentu
c) Nyeri baru setelah melakukan hubungan yang sebelumnya tidak sakit
d) Rasa nyeri atau sakit bisa bersifat tajam seperti adanya rasa terbakar atau
kram, otot-otot panggul cenderung kencang dan membuat rasa nyeri semakin
hebat
e) Sakit pada daerah vagina yang dangkal
f) Sakit yang mendalam pada saat penetrasi yang dalam
Saat terjadi rasa nyeri, penderita dispareunia akan kehilangan gairah dan
kegembiraannya.
Lubrikasi dan dilatasi vagina tidak terjadi. Bila vagina kering dan tidak
mengalami dilatasi, proses penetrasi menjadi sulit dan menimbulkan nyeri
berlebihan. Meskipun sumber rasa nyeri sudah diperbaiki (bekas luka
episiotomy), penderita masih saja merasakan adanya rasa nyeri oleh karena
memang memori perasaan nyeri saat hubungan seksual tersebut sangat sulit
dihilangkan.5

2.2.3 Penyebab dispareunia


Dikenal sejumlah penyakit yang dapat menyebabkan dispareunia, antara
lain infeksi (kandidiasis, khlamidya, trikhomoniasis, infeksi traktus urinarius),
endometriosis, tumor xerosis (kekeringan vagina, terutama pada keadaan pasca
menopouse).
17

Dispareunia dapat pula diakibatkan oleh mutilasi genitalia wanita,


sehingga introitus vagina menjadi relatif sempit untuk satu proses penetrasi
normal (kadang-kadang diperberat dengan adanya pembentukan jaringan parut).

Gambar 15. Penyebab Dispareunia6

Faktor pemicu terjadinya dispareunia

a) Penyebab dari rasa sakit saat penetrasi


b) Kurangnya lubrikasi atau cairan pelumas
c) Adanya luka, trauma atau iritasi
d) Radang, infeksi atau kelainan kulit
e) Reaksi terhadap jenis kb tertentu
f) Vaginismus
g) Faktor emosional : masalah psikologi, stres

Penyebab fisik dispareunia


Oleh karena adanya sejumlah keadaan fisik yang dapat menyebabkan rasa
nyeri saat aktivitas seksual maka harus dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
yang baik terhadap penderita dispareunia. Pada wanita, penyebab fisik yang dapat
menimbulkan ketidaknyamanan bersanggama adalah infeksi vagina, infeksi
saluran air seni bagian bawah, servik atau tuba falopii (antara lain organisme
mycopalsma / kandidiasis ; khlamida, trikhomonas, bakteri coli), endometriosis,
18

pembentukan jaringan parut (pasca episiotomi) dan tumor ovarium. Selain infeksi,
kelainan anatomis berupa caruncula hymenalis dapat pula menyebabkan
dispareunia.
Pada masa pasca menopause, defisiensi Estrogen merupakan penyebab
utama keluhan seksual, kekeringan vagina juga dapat terjadi pada masa laktasi.
Terapi radiasi yang diberikan pada penderita keganasan dalam panggul
menyebabkan atrofi dinding vagina sehingga mudah mengalami cedera.
Kekeringan vagina juga terlihat pada sindroma Sjogrens, suatu gangguan
autoimune yang ditandai dengan gangguan pada kelenjar eksokrin penghasil
saliva dan air mata.
Saat ini dispareunia diduga kuat merupakan gejala utama dari penyakit
yang dikenal dengan nama Sistitis Interstitialis. Pada keadaan ini, penderita
mengeluh adanya nyeri dan ketidak nyamanan pada daerah perut bagian bawah
pasca aktivitas seksual.
Pada pasien laki-laki dengan sistitis interstisialis, nyeri dapat terjadi saat
ejakulasi dan terasa di ujung penis. Pada wanita, nyeri terjadi pada hari berikutnya
berupa nyeri mengejang pada otot dasar panggul. Sistitis intersitisialis ini juga
dapat menyebabkan keluhan sering buang air kecil atau inkontinensia (ngompol).

Penyebab fisik pada pria


Pada lelaki, sebagaimana yang terjadi pada wanita, faktor fisik penyebab
ketidaknyamanan hubungan seksual dirasakan pada daerah testis atau glan penis
segera setelah ejakulasi. Prostatitis, atau infeksi kandung kemih dan vesikula
seminalis menimbulkan rasa gatal panas seiring dengan ejakulasi. Infeksi
gonorrhoe kadang-kadang juga menyebabkan rasa pedih selama ejakulasi.

Urethritis dan prostatitis dapat menyebabkan adanya rasa sakit atau


ketidak nyamanan saat genitalia mengalami stimulasi. Akibat aktivitas seksual
atau masturbasi yang mengebu-nggebu dapat menyebabkan cedera ringan pada
frenulum dan ini dapat menyebabkan rasa nyeri.6

2.2.4 Diagnosa Banding

Keluhan dispareunia pada wanita (vulvodynia) dapat dibagi menjadi 3 jenis :


19

a) Nyeri vulva (nyeri pada orifisium/pintu masuk vagina)


b) Nyeri vaginal
c) Nyeri di bagian dalam (deep pain/profunda)

Sering kali yang ditemukan adalah kombinasi dari 3 jenis diatas.

Beberapa jenis subtipe dari dispareunia :


1. Vulvar vestibulitis ( sering terjadi pada masa pre menopause )

2. Atrofi vulva atau vagina ( umumnya terjadi pada masa pasca menopause)

3. Dyspreunia profunda atau nyeri panggul ( seringkali terjadi pada kasus


endometriosis, kista ovarium, pelekatan organ panggul, penyakit radang
panggul atau kongesti ).
Sindroma vulvar vestibulitis (VVS) adalah jenis vulvodynia tersering yang
menyerang wanita pada masa premenopause. Keluhan nyeri berupa rasa panas
atau pedih. Perasaan iritasi atau terbakar dapat menetap selama beberapa hari
pasca aktivitas seksual dan ini dapat menyebabkan depresi.
Angka kejadian VVS cukup tinggi, diperkirakan mengenai 10 15%
pasien ginekologi. Penyakit ini ditandai dengan adanya rasa nyeri hebat saat
terjadi penetrasi pada introitus vaginae dan adanya rasa tegang pada vestibulum.
Tidak terdapat rasa nyeri tekan pada daerah sekitar vulva. Diagnosa ditegakkan
dengan cotton swab test, dengan melakukan tekanan melingkar didaerah
vestibulum untuk menemukan daerah dengan rasa nyeri. Pemeriksaan
laboratorium lain yang harus dilakukan adalah pemeriksaan adanya infeksi bakteri
atau virus serta melakukan pemeriksaan seksama pada daerah vulvovaginal untuk
melihat adanya daerah atrofi.
VVS terlihat sebagai lesi kemerahan yang kecil-kecil dan banyak didaerah
vulva (seperti sariawan). Diperkirakan hal ini berhubungan dengan berbagai
faktor etiologi :
a) Infeksi human papilloma virus, candidiasis berulang atau vaginosis bakterial
berulang.
20

b) Pada situasi ini juga terjadi gangguan otot sekitar vaginae (m.sfingter
vaginae) berkaitan dengan nyeri vulva yang menahun tersebut

c) Faktor neurologis ( hiperplasia neural vestibular)

d) Faktor psikologis, penderita cemas akan terjadinya rasa nyeri sehingga terjadi
reflek kondisi spasmodik setiap kali gairah seksual muncul

Atrofi vaginal sering terjadi pada wanita pasca menopause, nyeri terjadi
saat penetrasi dan terasa di vagina bagian depan. Beberapa penderita bahkan juga
menyebutkan adanya nyeri profunda atau nyeri panggul saat penetrasi seksual
dilakukan. Defisiensi estrogen menyebabkan berkurangnya lubrikasi vagina
sehingga terjadi nyeri akibat gesekan antara vagina dengan penis saat terjadi
aktivitas seksual.6

2.2.5 Pencegahan Dyspareunia

a) Menjaga kebersihan badan dan lingkungan

b) Melakukan foreplay dan rangsangan yang baik untuk menjamin lubrikasi


yang baik

c) Jika ingin menggunakan lubrikan, maka sebaiknya gunakan lubrikan yang


berbahan dasar air bukan minyak karena bisa membuat iritasi.

d) Gunakan pakaian yang nyaman dan dari bahan yang tidak menyebabkan
iritasi kulit

e) Menahan diri setidaknya 6 minggu, sebelum dimulainya kembali hubungan


seksual setelah melahirkan. Ini juga mungkin perlu untuk menggunakan
pelumas karna perubahan hormonal, menyebabkan kekeringan vagina.7

2.2.6 Terapi
21

Pemberian terapi dispareunia melalui beberapa tahapan:


a) Anamnesa yang cermat

b) Pemeriksaan fisik terutama pemeriksaan panggul antara lain untuk melihat


sumber keluhan atau melihat apa yang dapat menyebabkan timbulnya rasa
nyeri.

c) Menjelaskan secara rinci pada pasien apa yang terjadi termasuk menjelaskan
lokasi dan penyebab timbulnya rasa nyeri.

d) Hilangkan sumber rasa sakit (bila mungkin)

e) Berikan lubrikan yang larut air sebelum aktivitas seksual. Disarankan untuk
menggunakan cairan pelembab kulit sebagai bahan lubrikan sebanyak 2
sendok teh pada penis dan pintu masuk vagina.

f) Pasien memasukkan sendiri penis pasangannya untuk dapat mengendalikan


penetrasi.

g) Hendaknya pasangan melakukan aktivitas untuk menggairahkan kehidupan


seksual seperti misalnya mandi bersama dan kebersamaan ini tidak selalu
berakhir dengan hubungan seksual atau menggunakan gambar-gambar /video
seksual. Pada pasangan seksual dimana pasangan wanita dipersiapkan untuk
aktivitas penetrasi seksual kedalam vagina, aktivitas seperti diatas dapat
menyebabkan terjadinya lubrikasi alamiah dan dilatasi vagina sehingga
mengurangi gesekan saat melakukan penetrasi seksual.

h) Menyarankan untuk melakukan aktivitas seksual yang mengurangi kedalaman


penetrasi, hal ini disarankan pada mereka yang menderita nyeri di bagian
dalam akibat penyakit panggul.
Penetrasi vaginal maksimal terjadi bila pasien telentang dengan paha
terangkat dan menempel erat pada dada dan betis bersandar pada bahu
pasangannya.
22

Penetrasi vagina minimal terjadi bila pasien telentang dan kedua kaki
dalam keadaan lurus serta menempel pada tempat tidur, pasangan laki berada
diatas pasien dengan kedua kaki berjajar dengan kaki pasangan wanita.7

2.2.7 Komplikasi
Komplikasi yang disebabkan dispareunia adalah terjadinya ketidakpuasan
seksual.7

Anda mungkin juga menyukai