Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Latar Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya dan dengan
ibadah manusia akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti.
Bentuk dan jenis ibadah sangat bermacam macam. Seperti Sholat puasa, naik haji, jihad,
membaca Al-Qur'an, dan lainnya. Dan setiap ibadah memiliki syarat syarat untuk dapat
melakukannya, dan ada pula yang tidak memiliki syarat mutlak untuk melakukannya. Diantara
ibadah yang memiliki syarat syarat diantaranya haji, yang memiliki syaratsyarat, yaitu mampu
dalam biaya perjalannya, baligh, berakal, dan sebagainya. Dan contoh lain jika kita akan
melakukan ibadah sholat maka syarat untuk melakukan ibadah tersebut ialah kita wajib terbebas
dari segala najis maupun dari hadats, baik hadats besar maupun hadats kecil.
Kualitas pahala ibadah juga dipermasalah jika kebersihan dan kesucian diri seseorang dari hadats
maupun najis belum sempurna. Maka ibadah tersebut tidak akan diterima. Ini berarti bahwa
kebersihan dan kesucian dari najis maupun hadats merupakan keharusan bagi setiap manusia
yang akan melakukan ibadah, terutama sholat, membaca Al-Qur'an, naik haji, dan lain sebaginya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ibadah ?
2. Dasar Hukum Ibadah ?
3. Pembagian Ibadah ?
4. Syarat Ibadah Diterima ?
5. Hakikat Dan Hikmah Ibadah ?
6. Pengertian Thaharah ?
7. Dasar Hukum Thaharah ?
8. Tujuan Thaharah ?
9. Alat Thaharah ?
10. Najis dan Hadas Serta cara Mensucikannya ?
PEMBAHASAN
1
A. Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa adalah tunduk atau merendahkan diri. Sedangkan secara istilah atau
syara, ibadah merupakan suatu ketaatan yang dilakukan dan dilaksanakan sesuai perintah-Nya,
merendahkan diri kepada Allah SWT dengan kecintaan yang sangat tinggi dan mencakup atas
segala apa yang Allah ridhai baik yang berupa ucapan atau perkataan maupun perbuatan yang
dhahir ataupun bathin. Adapun ibadah terbagi tiga yaitu ibadah hati, ibadah lisan dan ibadah
anggota badan atau perbuatan. Disiratkan di dalam Al-Qur'an, pengertian ibadah dapat
ditemukan melalui pemahaman bahwa :
1. Dalam ajaran Islam manusia itu diciptakan untuk menghamba kepada Allah, atau dengan
kata lain beribadah kepada Allah (Adz-Dzaariyaat QS. 51:56).
2. Manusia yang menjalani hidup beribadah kepada Allah itu tiada lain manusia yang berada
pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Yaasiin QS 36:61)
3. Sedangkan manusia yang berpegang teguh kepada apa yang diwahyukan Allah, maka ia
berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Az Zukhruf QS. 43:43).
Dengan demikian apa yang disebut dengan manusia hidup beribadah kepada Allah itu ialah
manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu berpegang teguh kepada wahyu Allah. Jadi
pengertian ibadah menurut Al Quran tidak hanya terbatas kepada apa yang disebut ibadah
mahdhah atau Rukun Islam saja, tetapi cukup luas seluas aspek kehidupan yang ada selama
wahyu Allah memberikan pegangannya dalam persoalan itu. Secara etimologis, ibadah atau
ibadat berarti: taat, menurut, mengikut dan sebagainya. Ibadah juga digunakan dalam arti doa.
Dari sisi terminologis, ibadah mempunyai arti berdasarkan istilah yang dipergunakan, antara
lain: Menurut ahli tauhid, ibadah itu berarti mengesakan Allah, mentakzimkan-Nya dengan
sepenuh-penuh takzim serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepada-Nya. Ahli fiqh
mengartikan ibadah dengan: apa yang dikerjakan untuk mendapat keridlaan Allah dan
mengharap pahalaNya di akhirat 1.
B. Dasar Hukum Ibadah
1
Hasbi ash Shidiqiey, Kuliah Ibadah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 2-6
2
Ibadah adalah mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah seperti amalan
wajib dan sunat dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya seperti haram dan makruh. Dengan
demikian hukum melaksanakan Ibadan ada empat, yaitu wajib, sunat, haram, dan makruh.
1. Wajib
Yang dimaksud dengan wajib dalam pengertian hukum islam adalah ketentuan syari yang
menuntut para mukallaf untuk melakukanya dengan tuntutan yang mengikat serta diberi imbalan
pahala bagi yang melakukanya dan ancaman dosa bagi yang meninggalkanya, seperti shalat,
puasa, zakat, haji, dan sebaginya.
2. Sunat
Yang dimaksud dengan sunat adalah ketentuan Syari tentang berbagai amaliah yang harus
dikerjakan mukallaf dengan tuntutan yang tidak mengikat. Dan pelakunya diberi imbalan pahala
tanpa ancaman dosa bagi yang meninggalkanya, seperti membaca al-Quran, Puasa Senin-Kamis,
Iktiqaf, sedeqah, dan sebaginya.
3. Haram
Yang dimaksud dengan haram adalah tuntutan syari kepada mukallaf untuk meninggalkanya
dengan tuntutan yang mengikat, beserta imbalan pahala bagi yang mematuhi untuk
meninggalkannya dan balasan dosa bagi yang tidak mematuhi untuk meninggalkannya, sperti
zina, mencuri termasuk korupsi, merampok, menipu, dan sebaginya.
4. Makruh
Yang dimaksud dengan makruh adalah tuntutan syari kepada mukallaf untuk meninggalkanya
dengan tuntutan yang tidak mengikat, beserta imbalan pahala bagi yang mematuhi untuk
meninggalkannya dan tidak berdosa bagi yang tidak mematuhi untuk meninggalkannya, sperti
memakan bawang, merokok, memakan kepiting, dan sebagainya.
Adapun ayat-ayat yang menyatakan perintah untuk melaksanakan ibadah :
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah
syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. (Q.S. Yasin: 60)
3
2. Surat adz-Dzariyat ayat 56:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
(Q.S. adz-Dzariyat: 56)
C. Pembagian Ibadah
Pilar islam yang pertama yaitu akidah dan pilar Islam yang kedua adalah ibadah. Ibadah
berasal dari kata abada, yabudu, yang berarti menghamba atau tunduk dan patuh. abdun
berarti budak atau hamba sahaya, almabad berarti mulia dan agung, abada bih berarti selalu
mengikutinya, almabud berarti yang memiliki, yang dipatuhi dan diagungkan. Jika makna kata-
kata tersebut diurutkan akan menjadi susunan kata-kata yang logis, yaitu: Jika seseorang
menghambakan diri terhadap yang lain, ia akan mengikuti, mengagungkan, memuliakan,
mematuhi dan tunduk.
Terjemah :
Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung pada niatnya dan dianggap
bagi tiap manusia apa yang dia niatkan. Maka yang hijrahnya tulus ikhlas
kepada Allah dan Rasulnya maka akan diterima. Sedangkan yang hijrahnya
untuk dunia kekayaan maka itulah yang akan diperoleh. Atau wanita yang
akan dinikahi maka hijrah itu terhenti pada niat hijrah yang dia tuju.
1. Pembagian ibadah didasarkan pada umum dan khusus (khashashah dan ammah)
1. Ibadah ammah, yakni semua pernyataan baik yang dilakukan dengan niat yang
baik dan semata-mata karena Allah, seperti makan, minum, bekerja dan lain
2
CD Mausuah al-Hadits, Bukhori Kitab al-Iman. No. Hadits 52.
4
sebagainya dengan niat melaksanakan perbuatan itu untuk menjaga badan
jasmaniah dalam rangka agar dapat beribadah kepada Allah.
2. Ibadah khashashah ialah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash,
seperti shalat, zakat, puasa dan haji.
1. Ibadah yang berupa perkataan atau ucapan lidah, seperti membaca doa, membaca
Al Quran, membaca dzikir, membaca tahmid dan mendoakan orang yang bersin
4. Ibadah yang pelaksanaannya menahan diri, seperti ihram, puasa dan Itikaf, dan
menahan diri untuk berhubungan dengan istrinya.
5. Ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti menolong
orang lain, berjihad, membela diri dari gangguan
5
Dalam beribadah, terdapat dua syarat yang harus dipenuhi, yakni:
Agar ibadah diterima di sisi Allah, haruslah terpenuhi dua syarat, yaitu:
Jika salah satu syarat saja yang terpenuhi, maka amalan ibadah menjadi tertolak. Berikut
kami sampaikan bukti-buktinya dari Al Quran, As Sunnah, dan Perkataan Sahabat.
Dalil Al Quran
Dalil dari dua syarat di atas disebutkan sekaligus dalam firman Allah Taala,
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh,
maksudnya adalah mencocoki syariat Allah (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa
sallam, pen). Dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya, maksudnya selalu mengharap wajah Allah semata dan tidak berbuat syirik pada-
Nya. Inilah dua rukun diterimanya ibadah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan mengikuti
petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam .3
Lalu Al Fudhail berkata, Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak mencocoki
ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam, amalan tersebut tidak akan diterima. Begitu pula,
3
Tafsir Al Quran Al Azhim, Ibnu Katsir, 9/205, Muassasah Qurthubah.
6
apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau shallallahu alaihi wa sallam
namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak akan diterima. Amalan barulah diterima jika
terdapat syarat ikhlas dan showab.
Dua syarat diterimanya amalan ditunjukkan dalam dua hadits. Hadits pertama dari Umar
bin Al Khottob, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan
apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya adalah pada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrah karena dunia yang ia
cari-cari atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya berarti pada apa yang ia
tuju (yaitu dunia dan wanita, pen).4
4
HR. Bukhari no. 6689 dan Muslim no. 1907.
7
4. Cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengandung makna
mendahulukan kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun tanda-tandanya:
mengikuti sunah Rasulullah saw.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segalasesuatu yang dicintai
Allah).
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan jenis
makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.
Dengan demikian orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah yang mengisi
waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan; baik dengan melaksanakan perintah
maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itulah tujuan hidupnya akan terwujud.
b. Hikmah Ibadah
1. Tidak Syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah
menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah
mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada,
sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.
2. Memiliki ketakwaan. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang
dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah
manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada
Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan
ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia
menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa
dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankankewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat
menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika
ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selaludipakai
dimanapun manusia berada.
4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang
dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar
8
yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut
lebih memperhatikan orang lain.
5. Tidak kikir. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik
Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan
manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan
hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam
menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan
haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di
akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan hartauntuk keperluan umat.
F. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara atau istilah adalah
membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut
cara-cara yang ditentukan oleh syariat islam.
Thaharah atau bersuci adalah syarat wajib yang harus dilakukan dalam beberapa macam
ibadah. Seperti dalam QS Al-maidah ayat , 6 yang Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur.
Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu :
a. Bersuci lahiriah
9
Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri, tempat tinggal dan
lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadas dan najis. Membersihkan diri dari najis adalah
membersihkan badan, pakaian atau tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa,
bau dan warnanya. QS Al-Muddassir ayat .
b. Bersuci batiniah
Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan perbuatan
maksiat seperti iri, dengki, takabur dll. Cara membersihkannya dengan taubatan nashoha
yaitu memohon ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
G. Dasar Hukum Thaharah
Thaharah adalah merupakan salah satu syarat dalam melakukan suatu amal ibadah,
terutama dalam shalat, haji, dan sebagainya baik itu bersuci dari hadats kecil maupun
bersuci dari hadats besar, karena setiap amal ibadah yang kurang salah satu syaratnya, maka
amal ibadah itu kurang sempurna sahnya.
Secara etimologi thaharah berarti bersih dan jauh dari kotoran-kotoran, baik yang kasat
mata maupun yang tidak kasat mata seperti aib dan dosa. Sedangkan pengertian thaharah
secara terminologi syara berarti mensucikan diri, pakaian dan tempat dari hadats dan najis
dengan menggunakan air yang dapat mensucikan serta dengan aturan-aturan yang sesuai
dengan ajaran agama Islam.5 Thaharah hukumnya wajib bagi setiap mukmin, Allah
berfirman :
Artinya : Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan!. Dan
Tuhanmu agungkanlah!. Dan pakaianmu bersihkanlah.(Q.S. Al-Muddatstir: 1-4)
Dan dalam surah Al-Baqarah ayat 222
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang mensucikan diri.
H. Tujuan Thaharah
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan disyariatkannya thaharah, diantaranya:
1. Guna menyucikan diri dari kotoran berupa hadats dan najis.
2. Sebagai syarat sahnya shalat dan ibadah seorang hamba.
Nabi Saw bersabda:
5
Terj. Labib Mz, Hadits Pilihan Shahih Bukhari, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2005), hlm.71.
10
Allah tidak menerima shalat seorang diantara kalian jika ia berhadas, sampai ia wudhu,
karena termasuk yang disukari Allah, bahwasanya Allah SWT memuji orang-orang yang
bersuci : firman-Nya, yang artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan mensucikan dirinya.(Al-Baqarah:122)
Thaharah memiliki hikmah tersendiri, yakni sebagai pemelihara serta pembersih diri dari
berbagai kotoran maupun hal-hal yang mengganggu dalam aktifitas ibadah seorang
hamba.Seorang hamba yang seanantiasa gemar bersuci ia akan memiliki keutamaan-
keutamaan yang dianugerahkan oleh Alloh di akhirat nanti. Thaharah juga membantu
seorang hamba untuk mempersiapakan diri sebelum melakukan ibadah-ibadah kepada Alloh.
Sebagai contoh seorang yang shalat sesungguhnya ia sedang menghadap kepada Alloh,
karenanya wudhu membuat agar fikiran hamba bisa siap untuk beribadah dan bisa terlepas
dari kesibukan-kesibukan duniawi, maka diwajibkanlah wudhu sebelum sholat karena
wudhu adalah sarana untuk menenangkan dan meredakan fikiran dari kesibukan-kesibukan
duniawi untuk siap melaksanakan sholat.
I. Alat Thaharah
Agama Islam adalah suatu Agama yang praktis dan sesuai dengan fithrah manusia serta
fithrah alam. Allah telah menyediakan untuk manusia alat-alat yang praktis yang mudah
didapat serta merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia sendiri dan oleh Allah
disediakan antara lain untuk bersuci bagi manusia ialah air yang mudah didapat dan
mengandung hikmat yang besar.
Air merupakan alat bersuci yang pertama dan utama. Air terdapat di mana-mana, disediakan
oleh Allah untuk keperluan manusia, bahkan segala kehidupan dan penghidupan makhluk
yang hidup, air merupakan alat yang menentukan, maka air ditunjuk untuk dipakai sebagai
alat bersuci dan alat membersihkan diri dan barang-barang.
Adakalanya manusia tidak mendapatkan air, atau mempunyai air tetapi sekedar cukup untuk
minum dan kepentingan yang sangat urgent yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini terjadi
apabila manusia berada di tengah-tengah perjalanan dalam hutan belantara, di atas
kendaraan dalam perjalanan yang jauh dan tidak memungkinkan turun dan berhenti, di
tengah-tengah padang pasir yang luas, yang jauh dari perkampungan dan oase yang bermata-
air.
11
Disamping itu sering manusia berhalangan memakai air demi untuk menjaga kesehatan dan
jiwa manusia, misalnya sakit yang membawa lebih payah lagi jika mandi atau membasahi
badan dengan air, atau suatu penyakit yang sukar sembuhnya jika disiram dengan air, maka
Allah menyediakan alat lain yang juga praktis dan mudah didapat di manapun manusia
berada serta sesuai dengan fithrah kejadian manusia sendiri yang berasal dari tanah liat,
maka jika kita tidak mendapatkan air untuk bersuci atau berhalangan memakai air, Agama
Islam memerintahkan agar kita bersuci dengan debu yang bersih.
1. Hadas kecil
2. Hadas besar
3. Menyentuh kemaluan
Cara bersuci dari hadas kecil seperti diatas dengan cara berwudhu atau tayamum
1. Bersetubuh
2. Keluar mani
3. Haid/Nifas
Cara bersuci dari hadas besar seperti diatas dengan cara mandi besar/janabat.
12
2. Najis dan cara mensucikannya
a. Benda-benda yang termasuk najis ialah:
1. Darah haid/nifas
3. Kotoran (berak/tinja)
Dari benda-benda najis diatas adalah najis yang harus dibersihkan dari badan, pakaian,
dan tempat ketika akan sholat. Maka pengertian dari khomr dan daging babi tentu bukan
najis seperti yang dimaksud secara syari.
yang artinya:
Sesungguhnya khomr dan judi itu kotor termasuk amalan syaitan. (Q.S. Al Maidah:90).
Maksud nya kotor tidak boleh diminum bukan tidak boleh dipegang, demikian pula judi
itu kotor, artinya tidak boleh dikerjakan.
b. Macam-macam najis
Dari uraian diatas dapat di simpulkan, bahwa cara membersihkan najis yang kena
badan, pakaian, dan tempat hendaknya disesuaikan dengan tingkat najisnya. Apapun jenis
najis itu dapat dibedakan menjadi:
1. Najis ringan (Mukhafaffah), yaitu naijs yang cara mensucikannya cukup memercikan
air kepada tempat atau benda yang di kenainya. Contoh najis ini adalah kencing bayi
laki-laki yang belum makan makanan, kecuali asi.
13
3. Najis berat (Mughaaladzah), yaitu najis yang harus dibersihkan dengan air sebanyak 7
kali, salah satunya dicampur dengan tanah. Contoh najis ini adalah terkena air liur
anjing atau jilatan anjing.
4. Najis yang dimaafkan (Mafu), yaitu najis yang dimaafkan karena sulit untuk
mengenalinya. Contoh najis ini adalah terkena percikan najis dijalanan.
c. Cara menghilangkan najis
Dibersihkan hingga hilang bau, rasa, dan warnanya. Bila telah diupayakan tetapi masih
ada sedikit, tidaklah mengapa.Untuk liur anjing, dibasuh 7 kali dan salah satunya dengan
menggunakan tanah.
Bersuci dai najis setelah membuang hajat besar atau hajat kecil.Pelaksanaannya:
PENUTUP
Kesimpulan :
ibadah memiliki hubungan kasualitas. Ketebalan iman akan menjadi landasan ibadah
seseorang dan rajinnya ibadah akan mempengaruhi iman serta tingkah lakunya sehari-hari.
Setiap ibadah akan menjadi benteng didalam diri untuk selalu mengerjakan yang maruf dan
menjauhi yang munkar. Adanya iman akan selalu mengingat Allah, dengan demikian akan selalu
wanti-wanti terhadap perbuatan yang akan di lakukan. Melawan hawa nafsu dengan rasa takut
kepada Allah yang selalu terjaga
Thaharah memiliki pengertian secara umum yaitu mengangkat penghalang
(kotoran) yang timbul dari hadas dan najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan benda-
benda yang terbawa di badan. Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Hukum
taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan.
14
Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah beragama Islam dan sudah
akil baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah adalah air suci, tanah, debu serta
benda-benda lain yang diperbolehkan. Air digunakan untuk mandi dan berwudhu, debu dan tanah
digunakan untuk bertayamum jika tidak ditemukan air, sedangkan benda lain seperti batu, kertas,
tisur dapat digunakan untuk melakukan istinja.
DAFTAR PUSTAKA
15