DAY 1
1. Semua faktor risiko yang terkait dengan perubahan metabolic seperti resistensi insulin,
obesitas, dyslipidemia, hipertensi, dan merokok.
2. Prediabetes adalah faktor risiko penting untuk terjadi diabetes dan penyakit
kardiovaskuler (PKV) dikemudian hari. Atasi GPT dan TGT dengan modifikasi gaya
hidup yang intensif, untuk pasien tertentu yang terdapat keduanya (GPT dan TGT)
pertimbangkan pemberian metformin.
3. Pengukuran obesitas secara klinis dengan IMT dan lingkar pinggang (LP). Upaya untuk
menurunkan berat badan dengan modifikasi gaya hidup berupa mengurangi asupan 500-
1000kkal/hari dari total asupan makanan dan aktifitas fisik sedang 30-60 menit/hari, 3-
5x/minggu.
4. Target terapi dyslipidemia pada diabetes menurunkan LDL-C <70mg/dL.
5. Penting untuk melakukan assessment risiko kardiometabolik dari seorang pasien untuk
mencegah kejadian PKV dan DMT2.
6. Identifikasi faktor risiko seperti obesitas, dyslipidemia, dan hipertensi dapat menjadi
langkah awal dalam manajemen dengan modifikasi gaya hidup dan tambahan obat-obatan
jika diperlukan.
MATERI 4: EDUKASI DIABETES Oleh dr. Ida Ayu M.Khsanti, Sp.PD, KEMD
1. Prinsip pengelolaan DMT2 yaitu edukasi, aktivitas fisik, terapi nutrisi medik, terapi
farmakologik.
2. Edukasi diabetes adalah cara membantu individu dengan diabetes, keluarganya dan orang
yang merawatnya dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, motivasi dan
kepercayaan diri dalam mengelola keadaanya.
3. Diabetes self-management education (DSME) diberikan untuk membantu individu
dengan diabetes menjaga pengelolaan yang efektif sejak terdiagnosis sampai seterusnya.
4. Edukasi diabetes dapat diberikan oleh seorang dokter, perawat, ahli gizi, apoteker,
psikolog, dan educator diabetes yang sudah mendapat pelatihan.
5. Edukasi dapat diberikan saat terdiagnosis, setiap kunjungan, program edukasi diabetes
yang terprogram seperti prolanis.
6. Topik yang dapat diberikan saat edukasi terdiri dari patifisiologi, latihan fisik, terapi
nutrisi medis, terapi farmakologik, perawatan kaki, komplikasi akut dan kronik,
pemeriksaan gula darah mandiri, menghadapi kondisi khusus.
7. Teknik edukasi diabetes terdiri dari medical-centered model yang bersifat tradisional
dimana informasi yang diberikan satu arah, menempatkan pasien tidak bisa kritis dan
patient-centered model dimana pasien berpartisipasi aktif dan komunikasi dua arah.
MATERI 5: AKTIVITAS FISIK (GAYA HIDUP AKTIF & LATIHAN UNTUK DIABETES)
Oleh dr.
1. Keuntungan latihan fisik pada pasien diabetes menurunkan insulin basal dan
postprandial, memperbaiki sensitifitas insulin, dapat menurunkan A1C, memperbaiki
profil lipid, memperbaiki hipertensi.
2. Pilih jenis latihan fisik yang dapat meningkatkan motivasi dan memiliki risiko cedera
yang kecil, program harus dimulai dan ditingkatkan perlahan-lahan.
3. Aktifitas fisik aerobic dengan intensitas sedang (50-70% dari HR maksimal) setidaknya 3
hari/minggu dengan setidaknya 30 menit setiap kali latihan (150 menit/minggu).
4. Berjalan adalah yang paling aman untuk sebagian besar pasien, bersepeda atau berenang
bermanfaat untuk pasien dengan neuropati.
5. Latihan fisik pada DMT1 dapat menyebabkan ketosis, hiperglikemia atau hipoglikemia.
Sebelum memulai latihan ceklist pre-exercise dengan membuat perencanaan latihan,
insulin, dan asupan makanan, gula darah dan keton harus diperiksa.
1. Kompetensi DLP dalam DM adalah level 4A mampu membuat diagnosis klinik dan
melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
2. Standar penatalaksanaan DM dengan mengendalikan glukosa darah, pemantauan
komplikasi, pengendalian tekanan darah, modifikasi gaya hidup, dan penatalaksanaan
mandiri sehingga tercapai HbA1C<7.
3. Penatalaksanaan DM: pencegahan primer pada pasien prediabetes, pencegahan sekunder
terhadap komplikasi, dan pencegahan tersier terhadap morbiditas dan mortalitas
komplikasi yang dialami.
DAY2
1. Terapi gizi medis dan upaya penurunan berat badan (jika diperlukan) membantu
memperbaiki resistensi insulin, profil metabolic, dan kadar glukosa darah. Perencanaan
kebutuhan gizi pasien Diabetes menggunakan berat badan (BB) idaman untuk
menghitung jumlah kalori. Kebutuhan energi basal 25-30kkal/kb BB ideal perhari. Faktor
penentu kebutuhan kalori terdiri dari jenis kelamin, umur, aktifitas, BB dan stress.
2. Karbohidrat yang dianjurkan 45-55% total asupan energy, diutamakan tinggi serat,
distribusi 3X makan/hari. Protein yang dianjurkan 10-20% total asupan energy. Lemak
yang dianjurkan 20-25% dari total asupan energy. Serat yang dianjurkan kurang lebih
25g/hari. Pembagian porsi makan terdiri dari makan pagi 25%, makan siang 30%, makan
malam 30%, makan selingan 10-15%.
3. Pedoman pemberian makanan pada pasien Diabetes dengan 3J, Jadwal (3x makan utama,
2-3x makan selingan), Jumlah (volume, bahan makanan dan kandungan zat gizi sesuai
anjuran), Jenis (bervariasi dapat menggunakan bahan makanan penukar).
1. Terapi insulin diperlukan jika pada DM didapatkan penurunan berat badan secara drastis,
Hiperglikemia berat diikuti dengan ketosis, KAD, HONK, hiperglikemia diikuti dengan
laktat asidosis, kegagalan kombinasi OAD dengan dosis optimal, infeksi sistemik,
pembedahan mayor, gestational DM, kerusakan berat fungsi ginjal dan hati,
kontraindikasi terhadap OAD.
2. Pendekatan secara bertahap direkomendasikan pada pengobatan DMT2, naikan
pengobatan dari modifikasi gaya hidup ke terapi oral, ke insulin, sampai ke intensifikasi
dosis, sesuai kebutuhan.
3. Mulai dengan insulin basal (kerja panjang) suntikan tunggal malam hari/ pagi hari
dengan dosis harian 10U atau 0,2 U/kg cek GDP perhari, naikan dosis 2U per 3 hari
sampai GDP 70-30mg/ dL jika GDP >180mg/dl naikan dosis 4U/3hari, jika terjadi
hipoglikemia atau GDP <70mg/dl kurangi dosis insulin di malam hari >4U, lanjutkan
regimen dan cek A1C tiap 3 bulan.
4. Penting untuk menyesuaikan terapi yang tepat untuk pasien yang tepat, dengan
memperhatikan karakteristik pasien dan regimen insulin.
5. Follow up untuk memasatikan setiap hambatan yang terkait dengan kepatuhan terhadap
pengobatan dapat diidentifikasi.
MATERI 4: INSULIN DELIVERY: TEKNIK INJEKSI INSULIN Oleh dr. Irwin, Sp.PD
1. Insulin dapat diberikan secara sub cutaneous (SC) di abdominal 3jari dari pusat, di paha
dan lengan atas. Penyuntikan insulin harus selalu di rotasi di tempat yang berbeda. Efek
samping penyuntikan insulin adalah lypodysthropy & lypohyperthropy.
2. Pada pasien obesitas penyuntikan insulin di abdominal tidak perlu di cubit.
3. Teknik penyuntikan pen insulin pertama gulung pena insulin diantara kedua telapak
tangan sampai dengan 10x atau gerakkan pena insulin keatas dank e bawah sebanyak
10x, pasang jarum, buka penutup luar dan dalam jarum (jangan di buang), setting 2 unit,
ketuk dan tekan tombol untuk membuang gelembung udara. Gunakan jarum baru setiap
kali penyuntikan.
DAY 3
1. Tujuan program PDCI ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan para dokter dalam
penanganan diabetes di Indonesia secara komprehensif.
2. Tujuan PDCI outcome assessment untuk mengetahui profile pasien DMT2, melihat pola
penanganan medis pasien DMT2, membantu mengevaluasi praktek klinis terkini dengan
menagcu pada kosensus PERKENI maupun standard of medicine care ADA.
MATERI 4 : PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI KAKI DIABETES Oleh dr. Em Yunir,
Sp.PD,KEMD
1. Kaki diabetes adalah salah satu komplikasi kronik diabetes, patofisiologinya sangat
kompleks. Proses penyembuhan luka yang lama berisiko ulkus menjadi kronik dan
meningkatkan insiden amputasi. Kebanyakan ulkus atau luka pada diabetic foot dapat
dicegah dengan deteksi dini dan pencegahan pada yang memiliki factor risiko.
2. Factor risiko diabetic foot adalah neuropati perifer, PAD, deformitas kaki, riwayat ulkus
dan amputasi, pengguanaan alas kaki yang tidak sesuai, kurangnya perawatan kesehatan
kaki. Adanya kelainan dari neuropati autonom menurunkan produksi kelenjar keringat
sehingga kulit kaki kering mangakibatkan elastisitas kulit berkurang, tekanan yang
berulang menyebabkan terbentuk callus/fissure yang mengakibatkan ulkus. Adanya
neuropati sensori mengakibatkan kehilangan sensasi, penurunan sensasi nyeri, suhu dan
proprioseptik.
3. Pemeriksaan kaki diabetes secara menyeluruh, mendeteksi adanya deformitas pada kaki
seperti hammertoes, claw toes, dan halux valgus. Mendeteksi adanya callus, ulkus, corn.
Pemeriksaan kulit mendeteksi adanya lecet atau perlukaan di jari kaki, ulkus yang tidak
sembuh. Mendeteksi kelainan pertumbuhan dan warna kuku. Mendeteksi neuropati pada
kaki dan vaskularisasi dengan ABI dan color Doppler.
4. Program pencegahan diabetic foot dengan melakukan pengecekan kaki setiap hari,
menggunakan alas kaki yang sesuai, beli sepatu di sore hari, bersihkan kaki secara lembut
dengan sabun dan keringkan, potong kuku secara horizontal, periksakan kesehatan kaki
ke ahli yang professional secara teratur, gunakan pelembab secara rutin.