Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan anak merupakan suatu proses tumbuh kembang yang

seharusnya diperhatikan secara istimewa oleh setiap orang tua (1). WHO didalam

Sidiarto tahun 2007 melaporkan bahwa 5-25% anak usia pra sekolah mengalami

disfungsi otak minor termasuk gangguan perkembangan motorik halus (2).

Menurut Depkes RI tahun 2006 bahwa 16% anak Indonesia mengalami gangguan

perkembangan baik motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan

kurang dan keterlambatan bicara (3). Seorang anak dapat mengembangkan

berbagai kecerdasan pada masa tumbuh kembangnya karena berbagai rangsangan

yang diberikan pada semua dimensi otak (4). Salah satu cara yang bisa dilakukan

untuk mengoptimalkan penggunaan semua dimensi otak anak dengan

mengajarkan senam otak (5).

Senam otak adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk

memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan aktivitas sehari-hari (7).

Senam otak terkait dengan ilmu gerak tubuh yaitu gerakan tubuh yang disatukan

dan dipadukan sehingga dapat membantu mengoptimalkan fungsi dari otak (8).

Hal ini dukung oleh penelitian ini yang dilakukan Keith J. Hyatt (2007)

menunjukkan bahwa senam otak berpengaruh terhadap perkembangan kognitif

1
2

anak (9). Aplikasi gerakan senam otak pada cerebelum terdiri dari gerakan

keseimbangan, koordinasi gerak otot dan keterampilan motorik halus (4).

Motorik halus adalah suatu gerakan yang menggunakan otot-otot halus

atau sebagian anggota tubuh tertentu (6). Kemampuan motorik halus dipengaruhi

oleh intensitas belajar dan berlatih dari masing-masing anak misalnya kemampuan

menggunakan tangan untuk bermain, menggambar dua atau tiga bagian,

menyusun puzzle, melipat dan sebagainya (10). Akan tetapi, perhatian kurang

diberikan pada perkembangan motorik halus (11). Padahal perkembangan motorik

halus merupakan indikator yang lebih baik dari motorik kasar dalam diagnosis

gangguan motorik pada anak (12). Beberapa metode pernah dilakukan untuk

menstimulasi perkembangan motorik halus, salah satunya penelitian yang

dilakukan yuanita dkk (2012) menunjukkan bahwa terapi bermain origami

meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia pra sekolah (13).

Pada studi pendahuluan melalui wawancara dengan 2 orang guru di Taman

Kanak-kanak Eka Harap Desa Telangkah Kalimantan Tengah, mereka mengatakan

sudah memberikan stimulasi untuk perkembangan motorik halus anak seperti

menyusun puzzle dan melipat kertas origami. Akan tetapi, guru di Taman kanak-

kanak tersebut belum mengetahui keterampilan motorik halus apa saja yang harus

mampu dilakukan oleh anak usia pra sekolah sehingga stimulasi yang diberikan

tidak maksimal. Kemudian saat peneliti melakukan observasi kepada 10 orang

anak di Taman kanak-kanak tersebut, didapatkan data 4 dari 10 anak terlambat

dalam perkembangan motorik halusnya seperti belum bisa makan sendiri, belum

bisa melipat kertas origami mengikuti pola tertentu dan belum bisa menyusun
3

puzzle dengan tepat. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk

mengetahui pengaruh senam otak terhadap perkembangan motorik halus anak usia

pra sekolah.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh

senam otak terhadap perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh senam otak

terhadap perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah.

Tujuan khusus penelitian ini yatu :

1. Untuk mengetahui perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah

sebelum dilatih senam otak.

2. Untuk mengetahui perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah

setelah dilatih senam otak.

3. Untuk menganalisis perbedaan perkembangan motorik halus anak usia pra

sekolah sebelum dan setelah dilatih senam otak.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Ilmu Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengembangkan ilmu

keperawatan khususnya keperawatan anak mengenai intervensi yang dapat


4

diberikan perawat untuk mengoptimalkan perkembangan motorik halus anak usia

pra sekolah.

2. Bagi Tenaga Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat untuk menstimulasi

perkembangan motorik halus anak pra sekolah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi data dasar dan rujukan bagi

peneliti lain untuk kepentingan pengembangan ilmu berkaitan dengan

perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh peneliti bahwa penelitian

dengan judul Pengaruh Senam Otak Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak

Usia Pra Sekolah memang belum pernah diteliti, terdapat beberapa penelitian

terdahulu yang memiliki tema hampir sama dan dapat menjadi referensi bagi

penelitian ini yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan Keith J. Hyatt tahun 2007 dengan judul Brain

Gym Building Stronger Brains or Wishful Thinking menunjukkan sebelum

diajarkan senam otak, sebagian besar responden mempunyai

perkembangan kognitif yang cukup. Sedangkan setelah diajarkan senam

otak, sebagian besar responden mempunyai perkembangan kognitif baik.

Persamaan dengan penelitian ini yaitu peneliti mengajarkan senam otak

sebagai intervensi yang diberikan kepada responden. Sedangkan


5

perbedaan dengan penelitian ini yaitu peneliti ingin mengetahui pengaruh

senam otak terhadap perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah.

2. Penelitian yang dilakukan Yuanita dkk tahun 2012 di Gresik dengan judul

Pengaruh Terapi Bermain Origami Terhadap Perkembangan Motorik Halus

Dan Kognitif Anak Usia Pra Sekolah (4-5 tahun) menunjukkan sebelum

dilakukan intervensi terapi bermain origami, sebagian besar responden

mempunyai perkembangan motorik halus dan kognitif yang cukup sebesar

70,8%. Sedangkan setelah dilakukan intervensi terapi bermain origami,

sebagian besar responden mempunyai perkembangan motorik halus dan

kognitif yang baik sebesar 79,2%. Persamaan dengan penelitian ini yaitu

peneliti menggunakan perkembangan motorik halus sebagai variabel

penelitian. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini yaitu peneliti

mengajarkan senam otak untuk menstimulasi perkembangan motorik halus

anak usia pra sekolah.

3. Penelitian yang dilakukan Made Padma dkk tahun 2014 dengan judul

Pengaruh Ngulat Tipat Taluh Terhadap Keterampilan Motorik Halus Anak

Usia 6-7 Tahun menunjukkan sebelum adanya perlakuan ngulat tipat taluh,

responden pada kategori keterampilan motorik halus yang baik sebesar

4,1%. Sedangkan setelah adanya perlakuan ngulat tipat taluh, responden

pada kategori keterampilan motorik halus baik sebesar 28,6%. Persamaan

dengan penelitian ini adalah peneliti menggunakan motorik halus sebagai

variabel penelitian. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini yaitu


6

peneliti mengajarkan senam otak untuk menstimulasi perkembangan

motorik halus anak dan responden pada penelitian ini anak usia 4-5 tahun.

Anda mungkin juga menyukai