PEMICU 3
KROMATOGRAFI GAS DAN SPEKTROMETRI MASSA
Oleh:
Kelompok 7
Kelvin 1506746153
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan YME, yang telah mencurahkan nikmat dan rahmat-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pemicu 3 Kromatografi Gas dan Spektrometri
Massa. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analitik Instrumental
dalam rangka membantu kami memahami pertimbangan-pertimbangan untuk melakukan
analisis kimia menggunakan gas kromatograf.
Adapun materi yang disampaikan dalam makalah ini berupa pendahuluan (memuat
latar belakang dan tujuan penulisan), pembahasan, penutup (memuat kesimpulan), serta daftar
pustaka (memuat berbagai referensi yang digunakan dalam penyusunan makalah ini).
Kami mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu kami,
termasuk dosen pembimbing kami, yaitu Ibu Dr. Dianursanti, S.T., M.T. Atas berkat tuntunan
dan bimbingannya, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas segala kekurangan yang ada. Kami memohon
kritik dan saran agar kami dapat memperbaiki penulisan makalah kami selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................................................... 6
3
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
4
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak awal adanya peradaban manusia agama selalu mendampingi rekam jejak
kehidupan manusia. Banyak sejarah-sejarah besar manusai berawal dari agama. Agama
mempunyai berbagai macam larangan dan perintah yang selalu dikerjakan secara simultan oleh
manusia. Salah satu larangan yang ada adalah larangan memakan bahan makanan tertentu.
Dalam agama islam, yang merupakan agama mayoritas penduduk Indonesia, babi adalah salah
satu bahan makanan yang dilarang untuk dikonsumsi. Sehingga isu ada atau tidaknya
kandungan bagian babi dalam bahan makanan sangat penting bagi mayoritas pencuduk
Indonesia.
Dari isu diatas diperlukan cara mengetahui ada atau tidaknya kandungan babi dalam
bahan makanan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah analisa menggunakan instrumen
gas kromatgorafi. Instrumen ini bekerja untuk memisahkan senyawa-senyawa yang ada di
bahan makanan, sehingga seluruh senyawa dalam makanan dapat diketahui termasuk lemak
babi.
Hal ini karena gas kromatografi dapat memisahkan seluruh senyawa yang ada dalam
bahan makanan dengan sempurna dan akhirnya dapat menganalisa kandungan seluruh
senyawa yang terdapat dalam bahan makanan. Pemisahan yang dilakukan oleh gas
kromatograf dilakukan berdasarkan titik didihnya. Lemak babi akan mudah terdeteksi karena
mempunyai titik didih yang berbeda dengan bahan makanan yang lain.
PEMBAHASAN
1. Susunlah 4 isu (hal) penting terkait dengan lemak babi dalam pangan.
a. Komposisi lemak babi
Lemak Babi adalah bahan makanan hewani yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Lemak Babi mengandung energi sebesar 630 kilokalori, protein
9,1 gram, karbohidrat 1,1 gram, lemak 65 gram, kalsium 13 miligram, fosfor 108
miligram, dan zat besi 0 miligram. Selain itu di dalam Lemak Babi juga terkandung
vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,38 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil
tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Lemak Babi, dengan
jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.
6
17. Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia serta sumber lainnya.
7
minyak babi dalam masakannya adalah masyarakat Meksiko, Asia Timur,
Eropa, dan Amerika.
Lemak babi atau lard seringkali digunakan sebagai bahan tambahan dalam
makanan dan di antaranya dimanfaatkan sebagai berikut:
1) Cooking Oil
Karena kestabilannya, tingginya titik asap (mencapai 400F), dan
menghasilkan rasa yang spesial, lard atau lemak babi seringkali
dimanfaatkan sebagai minyak untuk memasak.
2) Shortening
Dalam pembuatan kue, lemak babi seringkali digunakan untuk bahan
tambahan agar dapat menghasilkan tekstur yang unik dan juga menarik.
3) Bahan Olesan
Selain digunakan sebagai minyak untuk memasak dan sebagai penghalus
tekstur kue, lemak babi juga digunakan sebagai bahan olesan pada roti.
4) Anti Lengket
Lemak babi juga digunakan sebagai pencegah kelengketan pada peralatan
masak yang tebuat dari besi dengan cara mengoleskannya di permukaan
peralatan masak tersebut.
5) Bahan Startet Vetsin
Dulu di Indonesia sempat dihebohkan dengan ditemukannya kandungan
lemak babi pada produk penyedap makanan yang menyebabkan perusahaan
tersebut menarik produknya dari peredaran dan menyebabkan kerugian
yang tidak sedikit. Lemak babi digunakan karena rasa gurih yang dihasilkan
dari lemak babi tersebut.
6) Sabun
Lemak babi juga dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam sabun,
menghasilkan hasil yang melembutkan kulit.
7) Obat
Lemak babi juga dapat digunakan sebagi obat oles, semacam balsem untuk
meredakan memar maupun luka ringan.
8
c. Dampak positif konsumsi lemak babi
i. Lemak babi mengandung lemak tak jenuh ganda arakidonat asam
membangun sel-sel tubuh, membantu pembentukan berbagai hormon,
dan terlibat dalam metabolisme kolesterol.
ii. Setelah dipanaskan, nilai lemak babi jauh meningkat karena
peningkatan arakidonat, oleat, dan asam lemak stearat. Itulah sebabnya
berbagai produk yang digoreng disarankan memakai lemak babi.
iii. Lemak babi cocok untuk diet rendah lemak. Seseorang yang memakan
beberapa potong daging babi pada saat perut kosong, maka akan terasa
cepat kenyang yang tidak memungkinkan anda untuk makan
berlebihan. Porsi standar lemak babi tidak lebih dari 100-150 gram
lemak per minggu dan sebaiknya dikonsumsi hangat-hangat agar
mudah dicerna
10
7. Analisis cepat, biasanya hanya dalam hitungan menit.
8. Tidak merusak sampel.
9. Sensitivitas tinggi sehingga dapat memisahkan berbagai senyawa yang saling bercampur
dan mampu menganalisa berbagai senyawa meskipun dalam kadar/konsentrasi rendah.
Seperti dalam udara, terdapat berbagai macam senyawa yang saling bercampur dan
dengan ukuran partikel/molekul yang sangat kecil.
Analisis kandungan lemak babi dalam kosmetik secara akurat dapat dideteksi dengan
menggunakan rancangan analisis Gas Chromatography-Mass Spectometry (GC-MS).
11
dalam bentuk tanah, sedimen, jaringan, dan sebagainya harus diekstraksi terlebih dahulu
dengan pelarut dan hasil ekstraksi tersebut harus terlebih dahulu dianalisis ke berbagai teknik
wet chemical sebelum dianalisis dengan GC/MS.
Prosedur yang dirancang untuk analisis kandungan lemak babi dalam kosmetik
menggunakan metode Gas Chromatography-Mass Spectometry (GC-MS) adalah sebagai
berikut :
1. Pembuatan sampel uji dengan mengekstrak kosmetik yang diduga mengandung lemak
babi. Proses yang dilakukan antara lain mengambil sejumlah bahan kosmetik tersebut
(misalnya dalam lipstick atau bedak/foundation) lalu melakukan penggilingan
menggunakan mesin grinder ataupun lumpang. Selanjutnya partikulat bahan dicampur
dengan pelarut organik dan diekstrak menggunakan metode perkolasi ataupun
maserasi, kemudian difiltrasi. Filtrat dievaporasi untuk mendapatkan ekstrak bahan
kosmetik murni dengan berbagai senyawa yang terkandung didalamnya termasuk
lemak babi dalam bentuk sampel cair. Sampel diambil dengan menggunakan syringe
degan volume 1 .
Kemudian sampel yang sudah terpisah akan masuk ke Mass Spectrometry (MS) yang
berperan sebagai detektor. Bagian akhir dari kolom akan melewati garis perpindahan
panas dan berkahir di pintu masuk ion source, dimana eluting compounds (eluting:
menyingkirkan zat terserap dengan menggunakan pelarut) dari kolom akan diubah ke
bentuk ionnya. Molekul-molekul yang melewati sumber ion ini diserang oleh elektron,
dan dipecah menjadi ionion positifnya. Tahap ini sangatlah penting karena untuk
melewati mass analyser, partikel-partikel sampel haruslah bermuatan.
Selanjutnya akan masuk ke dalam mass analyser yang akan memisahkan ion yang
bermuatan positif berdasarkan berbagai macam sifat massanya, tergantung dengan
jenis analyser yang digunakan. Ada beberapa tipe analyser, namum yang paling umum
adalah quadrupoles dan ion traps.
13
Gambar 3. Skema Gambar dari Quadrupole Analyser
(Sumber : http://www.bris.ac.uk/nerclsmsf/techniques/gcms.html)
14
Tugas 2: Percobaan dengan Gas Kromatograf
15
Kurva Kalibrasi
20
18
16 y = 75x + 7E-15
R = 1
Tinggi peak (mm)
14
12
10
8
6
4
2
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
Konsentrasi (% volume)
Didapatkan persamaan
= 75 + 71015 (1)
Dimana :
Y : Tinggi peak
X : konsentrasi
Dalam kromatografi gas (GC) dan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC), resolusi
didefinisikan sebagai perbedaan antara waktu retensi 2 puncak yang saling berdekatan (tR =
tR2-tR1) dibagi dengan rata-rata lebar puncak (W1 + W2)/2 seperti gambar berikut.
2
= (2)
(1 +2 )
16
Dimana :
Rs : Resolusi kolom
tr : Selisih waktu retensi
W1 : Lebar peak 1
W2 : Lebar peak 2
Nilai Rs harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan memberikan pemisahan
puncak yang baik (base line resolution).
Sehingga dapat dihitung nilai resolusi kolom dari persamaan 1 dengan mengetahui
data-data sebagai berikut :
2
=
(1 + 2 )
2(7,2 2,4)
=
(1,45 + 3,65)
9,6
=
5,1
= 1,88
Jumlah piringan atau kolom merupakan sebuah aspek yang dapat digunakan untuk
menghitung efisiensi proses pemisahan. Selain itu, jumlah kolom merupakan sebuah konsep
mental yang dikembangkan untuk memudahkan pengertian mekanisme kromatografi. Jumlah
piringan dapat dirumuskan sebagai berikut:
17
2
= 16 (3)
Dimana :
tr : Waktu retensi
wb : lebar kolom
2
= 16
2,4 2
= 16
1,45
= 16 2,73
= 43,83
18
Maka banyaknya piringan rata-rata adalah
+
=
2
43,83 + 62,25
= =
2
= = 53,04
Tinggi kolom atau piringan dapat diketahui melalui hubungannya dengan panjang
kolom dan jumlah piringan yang terdapat pada kolom tersebut.
= (4)
Dimana :
H : Tinggi kolom
L : Panjang kolom
N : Jumlah rata-rata piringan
N = 53,04
L = 30 meter
Nilai resolusi berbanding lurus dengan panjang kolom karena hubungannya dengan
waktu retensi. Bila kolom lebih panjang, maka waktu retensi juga semakin lama. Waktu retensi
19
yang semakin lama dapat meningkatkan resolusi, sehingga soal ini dapat diselesaikan dengan
perbandingan:
1 1
2
= 2 (5)
Dimana :
R1 : Resolusi pertama
R2 : Resolusi kedua
L1 : Panjang kolom pertama
L2 : Panjang kolom kedua
R1 = 1,88
R2 = 1,5
L1 = 30 meter
1 1
=
2 2
1,88 30
=
1,5 2
30
1,25 =
2
2 = 24
Waktu elusi atau waktu retensi merupakan waktu yang dibutuhkan senyawa untuk
mencapai peak deteksi. Waktu retensi akan berbanding lurus dengan panjang kolom,
mengingat bahwa makin panjang suatu kolom, maka akan lebih lama waktu yang ditempuh.
Pada soal ini, waktu elusi atau retensi pada panjang kolom baru dapat diketahui dengan
20
menggunakan perbandingan antara panjang kolom dan waktu retensi pada kondisi lama dan
kondisi baru
2 2
1
= 1
(6)
Dimana :
L1 : Panjang kolom awal
L2 : Panjang kolom akhir
tR1 : Waktu retensi awal
tR2 : Waktu retensi akhir
L1 = 30 meter
L2 = 24 meter
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a) Metode GC-MS adalah gabungan dari metode gas chromatography dan mass
spectroscopy. Metode analisis GC-MS dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif suatu sampel.
b) Gas Chromatography/Mass Spectrometer adalah metode analisis dengan prinsip
pemisahan komponen dari senyawanya sesuai dengan perbedaan volaitilitas dan berat
molekulnya
c) GC memiliki fungsi memisahkan substansi dari campurannya dengan perbedaan titik
didih, zat dengan titik didih lebih rendah akan memiliki waktu retensi yang lebih
rendah pula, berjalan lebih cepat pada kolom dibandingkan zat dengan titik didih lebih
tinggi. MS berfungsi untuk identifikasi dan menghitung jumlah zat yang dipisahkan
dari campurannya oleh kolom isian pada alat GC.
d) Hasil metode ini berupa kromatogram yang menunjukan hubungan antara waktu
retensi dan respon detector.
e) Metode GC-MS yang dapat bekerja dalam waktu yang cepat dan menghasilkan data
yang akurat membuat metode ini dipilih untuk menganalisa kandungan lemak babi
dalam produk makanan ataupun kosmetik.
f) Perhitungan kadar dalam sampel pada metode GC/MS menggunakan kurva kalibrasi
dengan pendekatan regresi linear.
22
DAFTAR PUSTAKA
Crouch, Holler, Skoog, West. 2004. Fundamentals of Analytycal Chemistry 8th edition. Canada
: Thomson Learning Inc.
D.A. Skoog, et.al.,Fundamental of Analytical Chemistry, 7th.ed., Saunders College Publishing,
1996.
Grob, R.L., 1995, Modern Practice of Gas Chromatography, 3th Ed., Jhon Wiley and Sons,
New York.
Kenkel, J., 2002, Analytical Chemistry for Technicians, 3th. Edition., CRC Press, U.S.A.
Kromatografi Gas | Yogi Irawan - Academia.edu. 2015. Kromatografi Gas | [Online]-Tersedia
di : http://www.academia.edu/6376243/Kromatografi_Gas [accessed at : 13 November
2016].
Makanan, I. (2016). Isi Kandungan Gizi Lemak Babi - Komposisi Nutrisi Bahan Makanan.
[Online], Available at: http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-lemak-
babi-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html [accessed at :30 November 2016]
Scoog, Douglas A., et al. 2014. Fundamental of Analytical Chemistry 9th Edition. USA:
Brooks Cole
Self Reliance Outfitters. (2016) 10 Practical Uses for Lard. [Online], Available:
http://blog.selfrelianceoutfitters.com/10-practical-uses-for-lard/ [30 November 2016]
Underwood and Day,J. R. 1999. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
University of Bristol. 2015. Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC/MS), [Online],
Available at : http://www.bris.ac.uk/nerclsmsf/techniques/gcms.html. [accessed at
November 4, 2016]
Wahyudi, W. and Wahyudi, W. (2016). Mengapa Banyak Produk yang Mengandung Babi?
[Online], Available at: http://www.dakwatuna.com/2013/05/16/33401/mengapa-banyak-
produk-yang-mengandung-babi/#axzz4RNk0PTYu [accessed at : 30 November 2016]
Willard, H.W., L.L. Merritt, Jr., J.A. Dean, F.A. Seattle, Jr. 1981. Instrumental Methods of
23