Anda di halaman 1dari 2

Pencegahan

a. Unsave Abortion

Maria (2006), mengatakan gagasan untuk mengamandemen Undang-Undang Kesehatan No.


23/1992, dengan memasukkan pasal tentang layanan kesehatan yang dapat memenuhi hak
reproduksi perempuan, sebagai kajian untuk dibahas bersama anggota Legislatif adalah upaya
mencari solusi dalam menghadapi dilema aborsi yang dihadapi perempuan dengan
pertimbangan :
Hingga sekarang, perempuan dalam menghadapi kehamilan yang tidak diinginkan
akan selalu mencari cara untuk menggugurkannya. Seringkali berakhir dengan
menjadi korban dari prosedur aborsi yang tidak aman dengan akibat fatal; yaitu
kematian atau cacat seumur hidup;
Kemajuan teknologi kedokteran bisa memberi pelayanan yang mencegah aborsi tidak
aman;
Diperlukan UU kesehatan yang memberi perlindungan yang jelas bagi para pemberi
pelayanan (dokter, bidan, petugas kesehatan tertentu) maupun perempuan yang
mencari layanan aborsi;
Aturan legal, medis dan psikologis, harus menentukan persyaratan-persyaratan ketat
tentang aborsi.
Dapus : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32701/4/Chapter%20II.pdf

b. BBLR
Pencegahan primer
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum sebelum hal itu terjadi. Upaya yang
dapat dilakukan sebagai pencegahan primer terhadap kejadian BBLR adalah dengan
mencegah kehamilan bagi ibu yang memiliki usia dan paritas resiko tinggi untuk
melahirkan bayi dengan BBLR, memperhatikan jarak kehamilan, dan mencukupi
asupan gizi ibu hamil baik secara kuantitas maupun kualitas, menghindari perilaku
beresiko tinggi seperti merokok dan minum minuman yang mengandung alkohol
karena dapat menghambat pertumbuhan janin.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan deteksi untuk
menemukan penyakit atau gangguan kesehatan setiap individu dalam populasi. Setiap
ibu hamil disarankan agar melakukan pemeriksaan antenatal minimal sebanyak empat
kali yaitu satu kali pada trisemester I, satu kali pada trisemester II dan dua kali pada
trisemester III. Dengan melakukan pemeriksaan antenatal, segala bentuk kelainan
ataupun gangguan pada ibu dan janin dapat di deteksi sedini mungkin. Sehingga jika
didapati keadaan yang sifatnya patologis segera dapat diambil tindakan yang tepat
untuk mengatasinya.
Pencegahan Tertier
Tujuan utama dari pencegahan tertier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha
rehabilitasi. Karena jika dibadingkan dengan bayi berat badan normal, bayi yang
dilahirkan dengan BBLR memiliki resiko tinggi untuk meninggal, mangalami
hambatan pertumbuhan otak (berupa gangguan psikomotorik, retardasi mental, dan
lain-lain).

Dapus : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29904/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai