Anda di halaman 1dari 13

NAMA : M.

Biyamirul Haq Masni


KELAS : TEKNIK MESIN / A
NIM : 03051281520099
JURUSAN : TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Pengertian AVO Meter


Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus
listrik. V artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur
ohm atau hambatan. Terakhir, yaitu meter atau satuan dari ukuran. AVO Meter sering disebut
dengan Multimeter atau Multitester. Secara umum, pengertian dari AVO meter adalah suatu alat
untuk mengukur arus, tegangan, baik tegangan bolak-balik (AC) maupun tegangan searah (DC) dan
hambatan listrik.

AVO meter sangat penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika karena dapat
membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat, Tetapi sebelum mempergunakannya,
para pemakai harus mengenal terlebih dahulu jenis-jenis AVO meter dan bagaimana cara
menggunakannya agar tidak terjadi kesalahan dalam pemakaiannya dan akan menyebabkan
rusaknya AVO meter tersebut.

Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO meter analog
(menggunakan jarum putar / moving coil) dan AVO meter digital (menggunakan display digital).
Kedua jenis ini tentu saja berbeda satu dengan lainnya, tetapi ada beberapa kesamaan dalam hal
operasionalnya. Misal sumber tenaga yang dibutuhkan berupa baterai DC dan probe / kabel
penyidik warna merah dan hitam.

Pada AVO meter digital, hasil pengukuran dapat terbaca langsung berupa angka-angka (digit),
sedangkan AVO meter analog tampilannya menggunakan pergerakan jarum untuk menunjukkan
skala. Sehingga untuk memperoleh hasilukur, harus dibaca berdasarkan range atau divisi. AVO
meter analog lebih umumdigunakan karena harganya lebih murah dari pada jenis AVO meter
digital.

1. AVO Meter Analog

AVO Meter analog menggunakan jarum sebagai penunjuk skala. Untuk memperoleh hasil
pengukuran, maka harus dibaca berdasarkan range atau divisi. Keakuratan hasil pengukuran dari
AVO Meter analog ini dibatasi oleh lebar dari skala pointer, getaran dari pointer, keakuratan
pencetakan gandar, kalibrasi nol, jumlah rentang skala. Dalam pengukuran menggunakan AVO
Meter Analog, kesalahan pengukuran dapat terjadi akibat kesalahan dalam pengamatan (paralax).
Keterangan :

1. Meter Korektor, berguna untuk menyetel jarum AVO meter ke arah nol, saat AVO meter akan
dipergunakan dengan cara memutar sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng
pipih kecil.

2. Range Selector Switch adalah saklar yang dapat diputar sesuai dengan kemampuan batas ukur
yang dipergunakan yang berfungsi untuk
memilih posisi pengukuran dan batas ukurannya. Saklar putar (range selector switch) ini
merupakan kunci utama bila kita menggunakan AVO meter. AVO meter biasanya terdiri dari
empat posisi pengukuran, yaitu :

- Posisi (Ohm) berarti AVO Meter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri dari tiga batas
ukur : x1; x10; dan K.

- Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO Meter berfungsi sebagai voltmeter AC yang terdiri dari
lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.

- Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai voltmeter DC yang terdiri dari
lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.

- Posisi DC mA (miliampere DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai miliamperemeter DC


yang terdiri dari tiga batas ukur, yaitu: 0,25; 25; dan 500.

Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe AVO meter yang satu dengan yang lain batas
ukurannya belum tentu sama.

3. Terminal + dan Com, terminal dipergunakan untuk mengukur Ohm, AC Volt, DC Volt dan DC
mA (yang berwarna merah untuk + dan warna hitam untuk -).

4. Pointer (Jarum Meter) merupakan sebatang pelat yang bergerak kekanan dan kekiri yang
menunjukkan besaran / nilai.

5. Mirror (cermin) sebagai batas antara Ommeter dengan Volt-Ampermeter. Cermin pemantul pada
papan skala yang digunakan sebagai panduan untuk ketepatan membaca, yaitu pembacaan skala
dilakukan dengan cara tegak lurus dimana bayangan jarum pada cermin harus satu garis dengan
jarum penunjuk, maksudnya agar tidak terjadi penyimpangan dalam membaca.
6. Scale (skala) berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

7. Zero Adjusment adalah pengatur / penepat jarum pada kedudukan nol ketika menggunakan
Ohmmeter. Caranya : saklar pemilih diputar pada posisi (Ohm), test lead + (merah)
dihubungkan ke test lead - (hitam), kemudian tombol pengatur kedudukan 0 diputar kekiri
atau ke kanan sehingga menunjuk pada kedudukan skala 0 Ohm.

8. Angka-Angka Batas Ukur, adalah angka yang menunjukkan batas kemampuan alat ukur.

9. Kotak Meter, adalah kotak / tempat meletakkan komponen-komponen AVOmeter.

Di sebelah kanan saklar terdapat tanda ACV (Alternating Current Volt), yaitu Voltmeter untuk
mengukur arus bolak-balik atau aliran tukar. Batas ukur ini dibagi atas, misal 0-10 V, 0-50 V, 0-250
V, 0-500 V, 0-1000 V.

Bagian atas saklar penunjuk diberi tanda OHM dan ini merupakan batas ukur Ohm meter yang
dapat digunakan untuk mengukur nilai tahanan dan baik buruknya alat-alat dalam pesawat. Pada
bagian ini terdapat batas ukur, yaitu misal : x1, x10, x100, x1K, x10K.

Di sebelah kiri dari saklar terdapat tanda DCV (Direct Current Volt) yang merupakan bagian dari
Voltmeter, yaitu bagian yang digunakan khusus untuk untuk mengukur tegangan listrik DC. Batas
ukur DCV dibagi atas, misal 0-10 V, 0-50 V, 0-250 V, 0-500 V, 0-1000 V.

Pengukuran di bawah 10 Volt dipakai batas ukur 0-10 V. Bila di atas 12 Volt dan di bawah 50 Volt
dipergunakan batas ukur 0-50 V. Jika di atas 50 Volt dan di bawah 250 Volt digunakan batas ukur 0-
250 V. Bila di atas 250V dan dibawah 500V digunakan batas ukur 500 Volt. Bila lebih dari 500 V
dan di bawah 1000V digunakan batas ukur 0-1000 V. Jika lebih dari itu, maka tidak boleh
menggunakan Volt meter secara langsung.

Di bagian bawah saklar terdapat tanda DC mA yang berguna untuk mengukur besarnya kuat arus
listrik. Batas ukur dibagi atas, misal 0-0,25 mA, 0-25 mA, 0-500 mA. Bila menggunakan alat ukur
ini, pertama-tama letakkanlah saklar pada batas ukur yang terbesar / tertinggi, kemudian di
bawahnya sehingga batas ukur yang digunakan selalu lebih tinggi dari arus yang kita ukur.

Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam menggunakan AVO meter :
1. Setiap kali menggunakan AVO meter harus memperhatikan batas ukur alat tersebut. Kemampuan
alat ukur (kapasitas alat ukur) harus lebih besar dari yang hendak di ukur. Kesalahan dalam
pemakaian alat ukur AVO meter dapat mengakibatkan kerusakan.

2. AC Voltmeter hanya boleh dipergunakan untuk mengukur AC Volt, tidak boleh dipergunakan
untuk mengukur DC Volt. Demikian juga sebaliknya. Ohmmeter tidak boleh dipergunakan untuk
mengukur tegangan listrik, baik DC maupun AC Volt karena dapat mengakibatkan rusaknya alat
ukur tersebut. Jadi, pemakaian alat ukur harus sesuai dengan fungsi alat ukur tersebut.

3. Periksa jarum meter apakah sudah tepat pada angka 0 pada skala DC mA, DCV atau ACV posisi
jarum nol di bagian kiri dan skala Ohmmeter posisi jarum nol di bagian kanan.

2. AVO Meter digital

Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan yang lebih
teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm saja.
Multimeter digital biasanya dipakai pada penelitian atau kerja-kerja mengukur yang memerlukan
kecermatan tinggi, tetapi sekarang ini banyak juga bengkel-bengkel komputer dan service center
yang memakai multimeter digital. Kekurangannya adalah susah untuk memonitor tegangan yang
tidak stabil. Jadi bila melakukan pengukuran tegangan yang bergerak naik-turun, sebaiknya
menggunakan multimeter analog. AVO meter digital tidak sama halnya dengan AVO meter analog
yang menggunakan jarum. AVO meter digital menggunakan display yang langsung dapat
menampilkan hasil pengukuran berupa angka-angka. Karena tidak menggunakan jarum, AVO meter
digital ini bentuk fisiknya lebih kecil daripada AVO meter analog dan tidak perlu melakukan
kalibrasi lagi sebelum melakukan pengukuran. Selain itu, ketelitian di dalam pengukurannya juga
jauh lebih bagus daripada AVO meter analog.

B. Cara Menggunakan Multimeter Digital

Cara menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih sederhana dan lebih
cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena menggunakan display 4 digit sehingga mudah
membaca dan memakainya.

a. Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap dipakai.
b. Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan dengan alat
ukur.
c. Catat angka yang tertera pada multimeter digital.
d. Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik
karena display dapat memberitahu.

a) Mengukur tegangan DC

Atur Selektor pada posisi DCV.


Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan
yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi
tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek, probe
warna merah pada posisi (+) dan probe warna hitam pada titik (-) tidak boleh terbalik.
Baca hasil ukur pada multimeter.

b) Mengukur tegangan AC

Atur Selektor pada posisi ACV.


Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan
yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya
Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek.
Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.
Baca hasil ukur pada multimeter.

c) Mengukur kuat arus DC

Atur Selektor pada posisi DCA.


Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal : arus yang
di cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh multimeter
karena jika melebihi batas maka fuse (sekring) pada multimeter akan putus dan multimeter
sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti dulu.
Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat pengukuran tegangan DC dan AC,
karena mengukur arus berarti kita memutus salah satu hubungan catu daya ke beban yang
akan dicek arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan probe (-) pada
input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian arusnya.
Baca hasil ukur pada multimeter.

d) Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap

Atur Selektor pada posisi Ohmmeter....


Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.
Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum
nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur.
Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan multimeter sama dengan nilai
yang ditunjukkan oleh gelang warna resistor.

e) Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)

Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan diukur.
Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum
nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur.
Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi variabel resistor dan
pastikan penunjukan jarum multimeter berubah sesuai dengan putaran VR.

f) Mengecek hubung-singkat / koneksi

Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu).
Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung kabel/terminal yang akan dicek
koneksinya.
Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan maka
semakin baik konektivitasnya.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau terminal tersebut putus.

g) Mengecek diode

Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


ilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
Hubungkan probe multimeter (-) pada anoda dan probe (+) pada katoda.
Jika diode yang dicek berupa led maka batas ukur pada X1 dan saat dicek, led akan
menyala.
Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti dioda baik,
jika tidak menunjuk berarti dioda rusak putus.
Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada anoda dan probe (-) pada
katoda.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti dioda baik, jika bergerak
berarti dioda rusak bocor tembus katoda-anoda.

h) Mengecek transistor NPN


Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor .
Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik,
jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada
kolektor.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak
berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik,
jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada
emitor.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak
berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
Hubungkan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak
berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) padakolektor tidak
diperlukan.

i) Mengecek transistor PNP

Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik,
jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada
kolektor.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak
berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik,
jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada
emitor.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak
berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
Hubungkan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak
berarti transistor rusak bocor tembus C-E.

Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor tidak diperlukan.

j) Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko).

Atur Selektor pada posisi Ohmmeter..


Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai elko diatas
100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah
10uF.
Hubungkan probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-) elko.
Pastikan jarum multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu (tergantung nilai elko)
lalu kembali ke posisi semula.
Jika jarum bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor.
Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.

Resistor

Resistor merupakan komponen penting dan sering dijumpai dalam sirkuit Elektronik. Boleh
dikatakan hampir setiap sirkuit Elektronik pasti ada Resistor. Tetapi banyak diantara kita yang
bekerja di perusahaan perakitan Elektronik maupun yang menggunakan peralatan Elektronik
tersebut tidak mengetahui cara membaca kode warna ataupun kode angka yang ada ditubuh Resistor
itu sendiri.

Berdasarkan bentuknya dan proses pemasangannya pada PCB, Resistor terdiri 2 bentuk
yaitu bentuk Komponen Axial/Radial dan Komponen Chip. Untuk bentuk Komponen Axial/Radial,
nilai resistor diwakili oleh kode warna sehingga kita harus mengetahui cara membaca dan
mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam warna tersebut sedangkan untuk komponen chip,
nilainya diwakili oleh Kode tertentu sehingga lebih mudah dalam membacanya.

Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Warna

Seperti yang dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili
oleh Warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk Gelang.
Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.

Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya
sebagai tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai
Resistor yang bersangkutan.
Kita juga bisa mengetahui nilai suatu Resistor dengan cara menggunakan alat pengukur
Ohm Meter atau MultiMeter. Satuan nilai Resistor adalah Ohm ().

GAMBAR RESISTOR KETERANGAN


Resistor 4 Warna
Warna (1) dan (2) = Angka Digit
Warna (3) = Multiplier
Warna (4) = Nilai Toleransi

Resistor 5 Warna
Warna (1) (2) (3) = Angka Digit
Warna (4) = Multiplier
Warna (5) = Nilai Toleransi
Resistor 6 Warna
Warna (1) (2) (3) = Angka Digit
Warna (4) = Multiplier
Warna (5) = Nilai Toleransi
Warna (6) = Koefisien Suhu
Cara Menghitung Resistor 4 Warna
untuk mengetahui cara menghitung resistor warna kita langsung pakai contoh saja resistor berikut:

Gelang 1 = Coklat ( 1 )
Gelang 2 = Hitam ( 0 )
Gelang 3 = Merah ( 102)
Gelang 4 = emas ( 5 % )
Nilai resistor tersebut adalah : 10 X 102= 1000 = 1 K 5 %

Cara Menghitung Resistor 5 Warna


kita pakai contoh resistor dengan warna sebagai berikut

Gelang 1 = Merah ( 2 )
Gelang 2 = Kuning ( 4 )
Gelang 3 = Hitam (0)
Gelang 4 = Merah ( 102)
Gelang 5 = Hijau ( 0,5 % )
Nilai resistor tersebut adalah : 240 X 102= 24000 = 24 K 0,5 %
Cara Menghitung Resistor 6 Warna
anda mempunyai resistor 6 warna misalnya sebagai berikut

Jadi Nilai resistornya

Gelang 1 = Merah ( 2 )
Gelang 2 = Kuning ( 4 )
Gelang 3 = Hitam (0)
Gelang 4 = Merah ( 102)
Gelang 5 = Hijau ( 0,5 % )
Gelang 6 = Orange (15ppm/derajat celcius)
Nilai resistor tersebut adalah : 240 X 102= 24000 = 24 K 0,5 % 15 ppm/derajat

Perhitungan untuk Resistor dengan 4 Gelang warna :

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10
(10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh :

Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.

Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :

Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :

Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan toleransi
10%.

Contoh-contoh perhitungan lainnya :


Merah, Merah, Merah, Emas 22 * 10 = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak 47 * 10 = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi

Cara menghitung Toleransi :


2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310
ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm

Anda mungkin juga menyukai